Anda di halaman 1dari 25

BAGIAN ANESTESIOLOGI

REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Desember 2018
MUHAMMADIYAH MAKASSAR

SYOK HIPOVOLEMIK

Gina Revana Dwi Aprilia

10542048613

PEMBIMBING:

dr. Zulfikar Tahir, M.Kes, Sp. An

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ANESTESIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Gina Revana Dwi Aprilia

NIM : 10542048613

Judul Referat : Syok Hipovolemik

Telah menyelesaikan Referat dalam rangka Kepanitraan Klinik di Bagian

Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Desember 2018

Pembimbing,

dr. Zulfikar Tahir, M.Kes, Sp. An


KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan laporan kasus ini dapat

diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda

Besar Nabi Muhammad SAW.

Referat berjudul “Syok Hipovolemik” ini dapat terselesaikan dengan baik

dan tepat pada waktunya, sebagai salah satu syarat untuk dalam menyelesaikan

Kepanitraan Klinik di Bagian Anestesiologi. Secara khusus penulis sampaikan

rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada dr. Zulfikar Tahir, M.Kes,

Sp. An. Selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dengan tekun

dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama proses

penyusunan tugas ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Referat ini belum sempurna. Akhir

kata, penulis berharap agar laporan kasus ini dapat memberi manfaat kepada

semua orang.

Makassar, Desember 2018

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

Syok adalah sindrom klinis akibat kegagalan sirkulasi dalam mencukupi

kebutuhan oksigen jaringan tubuh. Syok terjadi akibat penurunan perfusi jaringan

vital atau menurunnya volume darah secara bermakna.1 Terjadinya hipoperfusi

karena ketidakseimbangan antara kebutuhan dan pengiriman oksigen yang dapat

menyebabkan gangguan disfungsi seluler.2 Syok juga dapat terjadi akibat

dehidrasi jika kehilangan cairan tubuh lebih 20% BB (berat badan) atau

kehilangan cairan tubuh lebih ≥20% EBV (estimated blood volume).1

Secara umum, syok dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan

penyebab, yaitu; (1) hipovolemik (volume intravaskuler berkurang), (2)

kardiogenik (pompa jantung terganggu), (3) Obstruktif (hambatan sirkulasi

menuju jantung), (4) Distributif (vasomotor terganggu).1

Syok hipovolemik merupakan keadaan berkurangnya perfusi organ dan

oksigenasi jaringan yang disebabkan gangguang kehilangan akut dari darah (syok

hemorragic) atau cairan tubuh yang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan.

Penyebab terjadinya syok hipovolemik diantaranya adalah diare, luka bakar,

muntah, dan trauma maupun perdarahan karena obsetri. Syok hipovolemik

merupakan salah satu syok dengan angka kejadian yang paling banyak

dibandingkan syok lainnya.3


Syok hipovolemik pada umumnya terjadi pada negara dengan mobilitas

penduduk yang tinggi karena salah satu penyebabnya adalah kehilangan darah

karena kecelakaan kendaraan. Sebanyak 500.000 pasien syok hipovolemik pada

wanita karena kasus perdarahan obsetri meninggal pertahunnya dan 99% terjadi

pada negara berkembang. Sebagian besar penderita meninggal setelah beberapa

jam terjadi perdarahan karena tidak mendapat perlakuan yang tepat dan adekuat.3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat

berkurangnya volume plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi

akibat perdarahan hebat (hemoragik), trauma yang menyebabkan

perpindahan cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional, dan

dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat.

Kasus-kasus syok hipovolemik yang paing sering ditemukan disebabkan

oleh perdarahan sehingga syok hipovolemik dikenal juga dengan syok

hemoragik. Perdarahan hebat dapat disebabkan oleh berbagai trauma hebat

pada organ-organ tubuh atau fraktur yang yang disertai dengan luka

ataupun luka langsung pada pembuluh arteri utama.4

B. Etiologi

Syok hipovolemik dapat terjadi akibat:5

Perdarahan

 Hematom subkapsular hati

 Aneurisma aorta pecah

 Perdarahan gastrointestinal

 Perlukaan berganda
Kehilangan plasma

 Luka bakar luas

 Pancreatitis

 Deskuamasi kulit

 Sindrom Dumping

Kehilangan cairan ekstraseluler

 Muntah

 Dehidrasi

 Diare

 Terapi diuretic yang agresif

 Diabetes insipidus

 Insufisiensi adrenal

C. Patofisiologi

Syok hipovolemik merupakan suatu kondisi ketika terjadi penurunan

volume intravaskuler secara signifikan. Hal ini diakibatkan karena

perdarahan atau kehilangan cairan secara berlebihan salah satunya saat

kondisi dehidrasi berat. Selain itu, syok hipovolemik juga dapat terjadi

akibat pergeseran cairan yaitu cairan ekstraseluler yang bergeser dari

kompartemen vaskular ke ruang interstisial. Ketika tubuh kehilangan

banyak darah atau cairan, akan mempengaruhi pengembalian darah

melalui vena ke jantung. Pengaruh tersebut berupa terjadinya penurunan

volume darah yang dibawa oleh vena menuju jantung. Ketika darah yang
di bawa oleh vena mempunyai kapasitas atau volume yang sedikit,

pengisian ventrikel pun akan menjadi sedikit sehingga, akan terjadi

penurunan Stroke Volume (SV) dan mempengaruhi penurunan Cardiac

Output serta penurunan tekanan darah.6-8

Pada kondisi syok hipovolemik, terjadi ketidakadekuatan volume

darag yang bersirkulasi ke jaringan sehingga tubuh akan berusaha untuk

menyesuaikan segala perubahan yang terjadi dengan melakukan

mekanisme kompensasi. Tanpa adanya mekanisme kompensasi, maka

tubuh akan kehilangan volume vaskular yang sangat cepat dan hal ini

dapat mengakibatkan syok irreversibel. Mekanisme kompensasi syok

terbagi menjadi 2 yaitu untuk mempertahankan fungsi jantung dan

mempertahankan volume darah.7,9

Pada mekanisme kompensasi untuk mempertahankan fungsi jantung

dipengaruhi oleh saraf simpatik di mana saraf tersebut memiliki respon

yang sangat cepat apabila terjadi penurunan perfusi. Jantung akan menjadi

takikardi akibat respon dari saraf simpatis. Selain itu, akan terjadi

vasokonstriksi pembuluh darah supaya meningkatkan aliran balik vena ke

jantung. Selanjutnya, untuk mekanisme pertahanan volume darah terjadi di

hypothalamus dan liver. Pada hypothalamus, akan teraktivasi rasa haus

agar klien mempunyai keinginan untuk memasukkan cairan ke tubuhnya.

Hati akan melakukan mekanisme kompensasi dengan melakukan

vasokonstriksi agar meningkatkan tekanann darah dari vena menuju ke

jantung. Selain itu, akan teraktivasi pula kelenjar pituitari untuk


menstimulasi pelepasa ADH ke ginjal sehingga terjadi penurunan urine

output.7

Ginjal juga akan mengaktifkan Renin-Angiotensin-Aldosteron system

(RAAs) untuk meningkatkan tekanan darah serta volume darah. Aktivasi

RAAs diawali dari terjadinya penurunan perfusi pada ginjal sehingga

ginjal akan mengeluarkan renin yang menjadi angiotesisn I dengan

bantuan enzym angiotensinogen. Selanjutnya nagiotensin I akan berubah

menjadi angiotensisn II dengan bantuan enzim ACE dari paru-paru.

Angiotensisn II berperan sebagai vasokonstriktor yang mengakibatkan

vasokonstriksi pembuluh darah. Selain itu, akan terjadi pelepasan

aldosteron oleh korteks adrenal yang berfungsi untuk retensi natrium dan

air sehingga volume darah dapat meningkatkan dan cardiac output juga

dapat menurun.10

Dehidrasi pada Syok Hipovolemik19

Dehidrasi, atau disebut juga ketidakseimbangan hiperosmolar, terjadi

akibat kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit

dalam jumlah proporsional, terutama natrium. Kehilangan cairan (air)

menyebabkan peningkatan kadar natrium, pengingkatan osmolalitas, serta

dehidrasi intraseluler. Kondisi ini menyebabkan gangguan fungsi sel dan

kolaps sirkulasi19.

Dehidrasi sering dikategorikan sesuai dengan kadar serum dari natrium.

Dehidrasi Isotonis terjadi ketika kehilangan cairan hampir sama dengan


natrium dalam darah. Kehilangan cairan dan natrium besarnya relative sama

dalam kompartemen intravaskuler maupun kompartemen ekstravaskuler.

Dehidrasi hipotonis terjadi ketika kehilangan cairan dengan kandungan

natrium lebih bnayak dari darah. Karena kadar natrium serum rendah, air di

kompartemen intravaskuer ke ekstravaskuler, sehingga menurunkan volume

intravascular. Dehidrasi hipertonis terjadi ketika kehilangan cairan dengan

kandungan natrium lebih sedikit dari darah. Secara garis besar kehilangan air

yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang19.

Awal tanda dehidrasi dapat terjadi pada stadium awal ketika Na dan Cl

keluar bersama cairan tubuh. 36 – 48 jam kemudian terjadi reabsorpsi

berlebihan oleh ginjal yang mengakibatkan Na dan Cl ektrasel meningkat

(Hipertonik). Peningkatan osmolaritas ekstrasel inilah yang mengakibatkan

penarikan air dari dalam sel. Sel menjadi dehidrasi sehingga merangsang

hipofisis untuk mensekresi ADH yang nantinya menahan cairan di Ginjal dan

menghasilkan oliguria. Pada dehidrasi yang disebabkan diare, tubuh

kehilangan sodium, hipotoni ekstrasel (sebagian air masuk ke sel sehingga sel

tidak merasa kehilangan air) sehingga osmosis menurun dan ADH dihambat

lalu ekskresi urin meningkat (agar tercapai CES yg normal). Akibatnya

volume plasma dan cairan interstisial menurun19.

Penanganan akan dehidrasi harus segera dipenuhi. Jika kehilangan air

dan elektrolit terus berlanjut, tekanan darah bisa turun sangat rendah,

menyebabkan syok dan kerusakan yang berat pada berbagai organ dalam,

seperti ginjal, hati, dan otak. Syok adalah kondisi dimana tekanan darah turun
sedemikian rendah sehingga aliran darah ke jaringan tidak lagi dapat

dipertahankan secara adekuat. Syok yang terjadi akibat kehilangan cairan

yang berlebih dapat dikategorikan sebagai syok hipovolemik. Kehilangan

cairan dan elektrolit akibat dehidrasi membuat air tidak dapar berpindah dari

cadangannya dari dalam sel ke dalam vascular, sehingga jumlah air dalam

aliran darah berkurang. Aliran darah yang berkurang menyebabkan tekanan

darah menurun 19,20.

Penurunan tekanan darah menyebabkan supali darah otak menurun

(pusing), dan osmolaritas plasma darah meningkat (haus). Saat penurunan

tekanan darah ada dua respon yang terjadi yaitu20

1. Respon Jangka Pendek. Respon jangka pendek merangsang saraf dan

hormonal tubuh untuk mengeluarkan zat yang dibutuhkan. SSP mengaktivasi

saraf simpatis yang berhubungan dengan kardiovaskuler untuk meningkatkan

denyut jantung, dan RR. Peningkatan kerja simpatis juga membuat

peningkatan sekresi adreanalin dan noradrenalin sehingga terjadi

vasokonstriksi perifer, dan peningkatan aliran balik vena sehingga curah

jantung meningkat. Disaat yang sama, sistem hormonal juga mengaktifkan

ADH, dan Angiotensin II untuk peningkatan aliran balik vena yang akhirnya

peningkatan curah jantung.

2. Respon jangka panjang. Pada respon ini hormone sepert ADH, Aldosteron,

dan Angiotensin 2 meningkatkan volume darah dengan cara menahan cairan

di ginjal, sehingga terjadi peningkatan curah jantung yang nantinya

meningkatkan tekanan darah.


D. Gambaran Klinis

Gejala-gejala klinis pada suatu perdarahan bisa belum terlihat jika

kekurangan darah kurang dari 10% dari total volume darah karena pada

saat ini masih dapat dikompensasi oleh tubuh dengan meningkatkan

tahanan pembuluh dan frekuensi dan kontraktilitas otot jantung. Bila

perdarahan terus berlangsung maka tubuh tidak mampu lagi

mengkompensasinya dan menimbulkan gejala-gejala klinis. Secara umum

syok hipovolemik menimbulkan gejala peningkatan frekuensi jantung dan

nadi (takikardi), pengisian nadi yang lemah, kulit dingin dengan turgor

yang jelek, ujung-ujung ektremitas yang dingin dan pengisian kapiler yang

lambat.11-13
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis adanya

syok hipovolemik tersebut pemeriksaan pengisian dan frekuesnsi nadi,

tekanan darah, pengisian kapiler yang dilakukan pada ujung-uung jari

(refiling kapiler), suhu dan turgor kulit. Berdasarkan persentase volume

kehilangan darah, syok hipovolemik dapat dibedakan menjadi empat

tingkatan atau stadium. Stadium syok dibagi berdasarkan persentase

kehilangan darah sama halnya dengan perhitungan skor tenis lapangan,

yaitu 15, 15-30, 30-40, dan >40%. Setiap stadium syok hipovolemik ini

dapat dibedakan dengan pemeriksaan klinis tersebut.11-14


1.
Stadium-I adalah syok hipovolemik yang terjadi pada kehilangan darah

hingga maksimal 15% dari total volume darah. Pada stadium ini tubuh

mengkompensai dengan dengan vasokontriksi perifer sehingga terjadi

penurunan refiling kapiler. Pada saat ini pasien juga menjadi sedkit

cemas atau gelisah, namun tekanan darah dan tekanan nadi rata-rata,

frekuensi nadi dan nafas masih dalam kedaan normal.


2.
Syok hipovolemik stadium-II afalah jika terjadi perdarahan sekitar 15-

30%. Pada stadium ini vasokontriksi arteri tidak lagi mampu

menkompensasi fungsi kardiosirkulasi, sehingga terjadi takikardi,

penurunan tekanan darah terutama sistolik dan tekanan nadi, refiling

kapiler yang melambat, peningkatan frekuensi nafas dan pasien

menjadi lebih cemas.


3.
Syok hipovolemik stadium-III bila terjadi perdarahan sebanyak 30-

40%. Gejala-gejala yang muncul pada stadium-II menjadi semakin


berat. Frekuensi nadi terus meningkat hingga diatas 120 kali permenit,

peningkatan frekuensi nafas hingga diatas 30 kali permenit, tekanan

nadi dan tekanan darah sistolik sangat menurun, refiling kapiler yang

sangat lambat.
4.
Stadium-IV adalah syok hipovolemik pada kehilangan darah lebih dari

40%. Pada saat ini takikardi lebih dari 140 kali permenit dengan

pengisian lemah sampai tidak teraba, dengan gejala-gejala klinis pada

stadium-III terus memburuk. Kehilangan volume sirkulasi lebih dari

40% menyebabkan terjadinya hipotensi berat, tekanan nadi semakin

kecil dan disertai dengan penurunan kesadaran atau letargik.

Selengkapnya stadium dan tanda-tanda klinis pada syok hemoragik

dapat dilihat oada tabel-1.

Tanda dan Stadium-I Stadium-II Stadium-III Stadium-IV


Pemeriksaan
Klinis
Kehilangan 15% 15-30% 30-40% >40%
Darah (%)
Kesadaran Sedikit cemas Cemas Sangat Letargi
Cemas/
Bingung
Frekuensi <100x/menit >100- >120- >140x/menit
Jantung atau 120x/menit 140x/menit
Nadi
Frekuensi 14-20x/menit 20-30x/menit 30-40x/menit >35x/menit
Nafas
Refiling Lambat Lambat Lambat Lambat
Kapiler
Tekanan Normal Normal Turun Turun
Darah Sistolik
Tekanan Nadi Normal Turun Turun Turun
Produksi Urin >30ml/Jam 20-30ml/Jam 5-15ml/Jam Sangat sedikit

Berdasarkan perjalanan klinis syok seiring dengan jumlah

kehilangan darah terlihat bahwa penurunan refiling kapiler, tekanan nadi

dan produksi urin lebih dulu terjadi dari pada penurunan tekanan darah

sistolik. Oleh karena itu, pemeriksaan klinis yang seksama sangat penting

dilakukan. Pemeriksaan yang hanya berdasarkan perubahan tekanan darah

sitolik dan frekuensi nadi dapat meyebabkan kesalahan atau keterlambatan

diagnosoa dan penatalaksanaan (neglected cases).

Tekanan nadi (mean arterial pressure: MAP) merupakan

merupakan tekanan efektif rata-rata pada aliran darah dalam arteri. Secara

matematis tekanan ini dipadapatkan dari penjumlahan tekanan sistolik

dengan dua kali tekanan diastolik kemudian dibagi tiga.

Keterangan:
TN : Tekanan Nadi Rata-Rata
TS : Tekanan Darah Sistolik
TD : Tekanan Darah Diastolik

Penurunan tekanan darah sistolik lebih lambat terjadi karena

adanya mekanisme kompensasi tubuh terhadap terjadinya hipovolemia.

Pada awal-awal terjadinya kehilangan darah, terjadi respon sistim saraf


simpatis yang mengakibatkan peningkatan kontraktilitas dan frekuensi

jantung. Dengan demikian pada tahap awal tekanan darah sistolik dapat

dipertahankan. Namun kompensasi yang terjadi tidak banyak pada

pembuluh perifer sehingga telah terjadi penurunan diastolik sehingga

secara bermakna akan terjadi penurunan tekanan nadi rata-rata.14

Berdasarkan kemampuan respon tubuh terhadap kehilangan volume

sirkulasi tersebut maka secara klinis tahap syok hipovolemik dapat

dibedakan menjadi tiga tahapan yaitu tahapan kompensasi, tahapan

dekompensasi dan tahapan irevesrsibel. Pada tahapan kompensasi,

mekanisme autoregulasi tubuh masih dapat mempertahankan fungsi

srikulasi dengan meningkatkan respon simpatis. Pada tahapan

dekompensasi, tubuh tidak mampu lagi mempertahankan fungsinya

dengan baik untuk seluruh organ dan sistim organ. Pada tahapan ini

melalui mekanisme autoregulasi tubuh berupaya memberikan perfusi ke

jaringan organ-organ vital terutama otak dan terjadi penurunan aliran

darah ke ekstremitas. Akibatnya ujung-ujung jari lengan dan tungkai mulai

pucat dan terasa dingin. Selanjutnya pada tahapan ireversibel terjadi bila

kehilangan darah terus berlanjut sehingga menyebabkan kerusakan organ

yang menetap dan tidak dapat diperbaiki. Kedaan klinis yang paling nyata

adalah terjadinya kerusakan sistim filtrasi ginjal yang disebut sebagai

gagal ginjal akut.13,15


E. Penatalaksanaan

Terapi syok hipovolemik bertujuan untuk restorasi volume

intravaskuler, dengan target utama mengembalikan tekanan darah, nadi,

dan perfusi organ secara optimal. Bila kondisi hipovolemia telah teratasi

dengan baik, selanjutnya pasien dapat diberi agen vasoaktif, seperti

dopamine, dobutamine.1

Prinsip yang digunakan dalam Advance Trauma life support

adalah ABC. Jalan nafas (A = air way) pasien bebas, pertimbangan apakah

perlu pemasangan pipa endotrakeal, pemasangan pipa endotrakeal dipilih

pada pasien dengan curiga adanya trauma inhalasi atau kasus lainnya yang

dapat menganggu jalur nafas pasien. Pernafasan (B = breathing) harus

terjamin, pertimbangan apakah perlu penggunaan ventilasi buatan dan

pemberian oksigen 100%. Defisit volume peredaran darah (C =

circulation) harus diatasi dengan pemberian cairan intravena dan bila perlu

pemberian obat-obatan inotropik untuk mempertahankan fungsi jantung

atau obat vasokonstriktor untuk mengatasi vasodilatasi perifer. 3 langkah

diatas merupakan langkah yang penting untuk mengatasi syok.5

Manajemen cairan adalah penting dan kekeliruan manajemen dapat

berakibat fatal. Untuk mempertahankan keseimbangan cairan maka input

cairan harus sama untuk mengganti cairan yang hilang. Cairan itu

termasuk air dan elektrolit. Tujuan terapi cairan bukan untuk

kesempurnaan keseimbangan cairan, tetapi penyelamatan jiwa dengan

menurunkan angka mortalitas.5,16


Larutan parenteral pada syok hipovolemik yang dapat digunakan

berupa cairan kristaloid, koloid, dan darah. Perdarahan yang banyak (syok

hemoragik) akan menyebabkan gangguan pada fungsi kardiovaskuler.

Untuk perbaikan sirkulasi, langkah pertama yang dilakukan adalah

pemasangan jalur intravena dan pengambilan darah untuk pemeriksaan

laboratorium rutin, golongan darah, dan bila perlu Cross test. Jika

hemoglobin rendah maka cairan pengganti yang terbaik adalah tranfusi

darah. Jumlah cairan yang diberikan pertama kali dengan pemberikan

infus Saline atau Ringer Laktat 20 cc/kg. Penggunaan albumin atau koloid

lainnya tidak menunjukkan kelebihan dibandingkan dengan penggunaan

kristaloid. Penggunaan kristaloid dipilih karena keuntungan dari harga dan

ketersediaan.

Pemberian darah pada awal shok karena perdarahan, dimana pasien

tidak memberikan respons positif terhadap pemberian infus kristaloid

sebanyak 40cc/kg. Bila hemodinamik tetap tak stabil, berarti perdarahan

atau kehilangan cairan belum teratasi. Kehilangan darah yang berlanjut

dengan kadar hemoglobin ≤ 10 g/dL perlu penggantian darah dengan

transfusi. Jenis darah transfusi tergantung kebutuhan. Disarankan agar

darah yang digunakan telah menjalani tes cross-match (uji silang), bila

sangat darurat maka dapat digunakan Packed red cells tipe darah yang

sesuai atau O-negatif. 2,16

Pemantauan dilakukan terus menerus terhadap pernapasan, denyut

nadi, tekanan darah, suhu badan, kesadaran, dan pulse oksimetri.


Pemantauan pengeluaran urine melalui kateter urin, dengan target

pengeluaran urin 0.5 cc/kg.16

Pada keadaaan yang berat atau hipovolemia yang berkepanjangan,

dukungan inotropik dengan dopamin, vasopressin atau dobutamin dapat

dipertimbangkan untuk mendapatkan kekuatan ventrikel yang cukup

setelah volume darah dicukupi dahulu. Pemberian norepinefrin infus tidak

banyak memberikan manfaat pada hipovolemik. Pemberian nalokson

bolus 30 mcg/kg dalam 3 -5 menit dilanjutkan 60 mcg/kg dalam 1 jam

dalam dekstros 5% dapat membantu meningkatkan MAP.5

Penanganan syok hipovolemik adalah sebagai berikut:1

1. Tentukan defisit cairan

2. Atasi syok: cairan kristaloid 20 mL/kgBB dalam . - 1 jam, dapat diulang

3. Sisa defisit: 50% dalam 8 jam pertama, 50% dalam 16 jam berikutnya

4. Cairan RL atau NaCl 0,9%

5. Kondisi hipovolemia telah teratasi/hidrasi, apabila produksi urin: 0,5 – 1

mL/kgBB/jam

F. Komplikasi

Syok yang berkelanjutan akan menjadi kerusakan organ yang

mencetuskan sindroma distres respirasi dewasa, gagal ginjal akut,

koagulasi intravaskuler diseminata, dan gagal multiorgan yang

menyebabkan kematian.17
G. Prognosis

Syok Hipovolemik selalu merupakan darurat medis. Faktor usia

juga merupakan faktor yang mempengaruhi syok hipovolemik, biasanya

orang-orang yang sudah lanjut usia jika mengalami syok hipovolemik

akan sulit ditangani dan disembuhkan. Syok hipovolemik dapat

disembuhkan jika segera diberikan penanganan atau tindakan meskipun

tidak menutup kemungkinan dapat menyebabkan kematian terhadap orang

tersebut.18

Syok hipovolemik biasanya tergantung dari hal-hal berikut:18

1. Banyaknya darah yang hilang

2. Kecepatan penggantian cairan tubuh

3. Kondisi kesehatannya

4. Penyakit atau luka yang menyebabkan perdarahan


BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan

hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi

untuk mempertahankan perfusi yang menuju ke organ-organ vital tubuh,

sehingga mengakibatkan disfungsi organ dalam tubuh. Salah satunya

adalah syok hipovolemik, syok hipovolemik. Syok hipovolemik

merupakan syok yang terjadi akaibat berkurangnya volume plasma di

intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat (hemoragik).

Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian pembuluh darah rata-rata

dan menurunkan aliran darah balik ke jantung. Hal inilah yang

menimbulkan penurunan curah jantung (heart pulse rate). Ketika heart

pulse rate turun, ketahanan vaskular sistemik akan berusaha untuk

meningkatkan tekanan sistemik guna menyediakan perfusi yang cukup

bagi jantung dan otak melebihi jaringan lain seperti otot, kulit dan

khususnya traktus gastrointestinal. Kebutuhan energi untuk pelaksanaan

metabolisme di jantung dan otak sangat tinggi tetapi kedua sel organ itu

tidak mampu menyimpan cadangan energi. Jika hal ini terus berlanjut

maka satu persatu organ tubuh akan mati dan berujung dapat

menyebabkan kematian.18
B. Saran

Bagi korban yang terkena syok, utamanya syok yang bersifat

hipovolemik harus mendapatkan penangana secara langsung, Karena jika

tidak dapat ditangani secara cepat dan tepat, maka satu persatu organ

mengalami disfungsi dan mati sehingga berujung pada kematian.


DAFTAR PUSTAKA

1. Leksana Ery. Praktis: Dehidrasi dan Syok. SMF/ Bagian Anestesi dan

Terapi Intensif. Vol. 42. No. 5. RSUP dr. Kariadi/ Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro. Semarang; 2015

2. Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS, Kasper

DL. Harrison: prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi 19. Jakarta:

EGC; 2015.

3. Kakunsi, Yane D., Killing, Maykel, and Deetje, Supit. Hubungan

pengetahuan perawat dengan penanganan pasien syok hipovolemik di ugd

RSUD Pohuwato. Buletin Sariputra; 2015.

4. Hardisman. Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syok

Hipovolemik: Update dan Penyegar. Jurnal Kesehatan Andalas. Padang;

2013.

5. Wijaya IP. Syok hipovolemik. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,

Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.

Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2007.

6. Timby, B., Smith, N. Introductory medical surgical nursing. Edisi 10.

China: Lippincott Wiliam & Wilkins; 2010

7. Porth, C., Grossman, S, C,. Porth’s pathophysiology: concepts of altered

health states. Edisi 9. Philadelphia: Lippincott Williams & Wikins; 2014


8. Smeltzer, S., Bare, B, G., Hinkle, J, L., Cheever, K, H. Brunner &

Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing. Edisi 12. Philadelphia:

Lippincot William & Wikins; 2010

9. Black, J., Hawks, J. Keperawatan medikal bedah manajemen klinis untuk

hasil yang diharapkan. Volume 3. Jakarta: Salemba Medika; 2014

10. William, L, S., Hopper, P, D. Understanding medical surgical nursing.

Edisi 2. Philadelphia: F.A. Davis Company: 2009

11. George Y, Harijanto E, Wahyuprajitno B. Syok: Definisi, Klasifikasi dan

Patofisiologi. Dalam: Harijanto E, editor. Panduan Tatalaksana Terapi

Cairan Perioperatif. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi

dan Reanimasi Indonesia; 2009.

12. Guyton A, Hall J. Circulatory Shock and Physiology of Its Treatment.

Textbook of Medical Physiology. 12th ed. Philadelphia, Pensylvania:

Saunders; 2010.

13. Armstrong DJ. Shock. In: Alexander MF, Fawcett JN, Runciman PJ,

editors. Nursing Practice Hospital and Home. 2nd ed. Edinburg: Churchill

Livingstone; 2004.

14. Worthley LIG. Shock: a review of pathophysiology and management: Part

I Critical Care and Resuscitation; 2000.

15. Pascoe S, Lynch J. Management of Hypovolaemic Shock in Trauma

Patient. Committee NICPG, Sisson G, Parr M, Sugrue M, editors. Sydney:

ITIM (Institute of Trauma and Injury Management) NSW Health; 2007.

16. Keith S, Roger L. Current Diagnosis & Treatment Emergency Medicine:


Hypovolemic shock; 2011.

17. Mansjoer, A. Kegawatdaruratan; hipotensi dan syok. Dalam: Kapita

Selekta Kedokteran. ed.4. jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; 2014.

18. Jun Wang, Teresa Liang, Luck Louis, Savvas Nicolaou, Patrick D. Mc

Laughlin. Hypovolemic Shock Complex in the Trauma Setting: A Pictorial

Review. Canadian Association of Radiologists; 2013

19. Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Ed.2. Jakarta:
EGC Buku Penerbit Kedokteran
20. Tamsuri, A. 2009. Gangguan Keseimbangan Cairan & Elektrolit: Seri
Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC Buka Penerbit Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai