REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Desember 2018
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
SYOK HIPOVOLEMIK
10542048613
PEMBIMBING:
2018
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 10542048613
Pembimbing,
AssalamualaikumWr. Wb.
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan laporan kasus ini dapat
dan tepat pada waktunya, sebagai salah satu syarat untuk dalam menyelesaikan
rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada dr. Zulfikar Tahir, M.Kes,
Sp. An. Selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dengan tekun
dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama proses
kata, penulis berharap agar laporan kasus ini dapat memberi manfaat kepada
semua orang.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
kebutuhan oksigen jaringan tubuh. Syok terjadi akibat penurunan perfusi jaringan
dehidrasi jika kehilangan cairan tubuh lebih 20% BB (berat badan) atau
oksigenasi jaringan yang disebabkan gangguang kehilangan akut dari darah (syok
hemorragic) atau cairan tubuh yang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan.
merupakan salah satu syok dengan angka kejadian yang paling banyak
penduduk yang tinggi karena salah satu penyebabnya adalah kehilangan darah
wanita karena kasus perdarahan obsetri meninggal pertahunnya dan 99% terjadi
jam terjadi perdarahan karena tidak mendapat perlakuan yang tepat dan adekuat.3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat.
pada organ-organ tubuh atau fraktur yang yang disertai dengan luka
B. Etiologi
Perdarahan
Perdarahan gastrointestinal
Perlukaan berganda
Kehilangan plasma
Pancreatitis
Deskuamasi kulit
Sindrom Dumping
Muntah
Dehidrasi
Diare
Diabetes insipidus
Insufisiensi adrenal
C. Patofisiologi
kondisi dehidrasi berat. Selain itu, syok hipovolemik juga dapat terjadi
volume darah yang dibawa oleh vena menuju jantung. Ketika darah yang
di bawa oleh vena mempunyai kapasitas atau volume yang sedikit,
tubuh akan kehilangan volume vaskular yang sangat cepat dan hal ini
yang sangat cepat apabila terjadi penurunan perfusi. Jantung akan menjadi
takikardi akibat respon dari saraf simpatis. Selain itu, akan terjadi
output.7
aldosteron oleh korteks adrenal yang berfungsi untuk retensi natrium dan
air sehingga volume darah dapat meningkatkan dan cardiac output juga
dapat menurun.10
kolaps sirkulasi19.
natrium lebih bnayak dari darah. Karena kadar natrium serum rendah, air di
kandungan natrium lebih sedikit dari darah. Secara garis besar kehilangan air
Awal tanda dehidrasi dapat terjadi pada stadium awal ketika Na dan Cl
penarikan air dari dalam sel. Sel menjadi dehidrasi sehingga merangsang
hipofisis untuk mensekresi ADH yang nantinya menahan cairan di Ginjal dan
kehilangan sodium, hipotoni ekstrasel (sebagian air masuk ke sel sehingga sel
tidak merasa kehilangan air) sehingga osmosis menurun dan ADH dihambat
dan elektrolit terus berlanjut, tekanan darah bisa turun sangat rendah,
menyebabkan syok dan kerusakan yang berat pada berbagai organ dalam,
seperti ginjal, hati, dan otak. Syok adalah kondisi dimana tekanan darah turun
sedemikian rendah sehingga aliran darah ke jaringan tidak lagi dapat
cairan dan elektrolit akibat dehidrasi membuat air tidak dapar berpindah dari
cadangannya dari dalam sel ke dalam vascular, sehingga jumlah air dalam
ADH, dan Angiotensin II untuk peningkatan aliran balik vena yang akhirnya
2. Respon jangka panjang. Pada respon ini hormone sepert ADH, Aldosteron,
kekurangan darah kurang dari 10% dari total volume darah karena pada
nadi (takikardi), pengisian nadi yang lemah, kulit dingin dengan turgor
yang jelek, ujung-ujung ektremitas yang dingin dan pengisian kapiler yang
lambat.11-13
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis adanya
yaitu 15, 15-30, 30-40, dan >40%. Setiap stadium syok hipovolemik ini
hingga maksimal 15% dari total volume darah. Pada stadium ini tubuh
penurunan refiling kapiler. Pada saat ini pasien juga menjadi sedkit
cemas atau gelisah, namun tekanan darah dan tekanan nadi rata-rata,
nadi dan tekanan darah sistolik sangat menurun, refiling kapiler yang
sangat lambat.
4.
Stadium-IV adalah syok hipovolemik pada kehilangan darah lebih dari
40%. Pada saat ini takikardi lebih dari 140 kali permenit dengan
dan produksi urin lebih dulu terjadi dari pada penurunan tekanan darah
sistolik. Oleh karena itu, pemeriksaan klinis yang seksama sangat penting
merupakan tekanan efektif rata-rata pada aliran darah dalam arteri. Secara
Keterangan:
TN : Tekanan Nadi Rata-Rata
TS : Tekanan Darah Sistolik
TD : Tekanan Darah Diastolik
jantung. Dengan demikian pada tahap awal tekanan darah sistolik dapat
dengan baik untuk seluruh organ dan sistim organ. Pada tahapan ini
pucat dan terasa dingin. Selanjutnya pada tahapan ireversibel terjadi bila
yang menetap dan tidak dapat diperbaiki. Kedaan klinis yang paling nyata
dan perfusi organ secara optimal. Bila kondisi hipovolemia telah teratasi
dopamine, dobutamine.1
adalah ABC. Jalan nafas (A = air way) pasien bebas, pertimbangan apakah
pada pasien dengan curiga adanya trauma inhalasi atau kasus lainnya yang
circulation) harus diatasi dengan pemberian cairan intravena dan bila perlu
cairan harus sama untuk mengganti cairan yang hilang. Cairan itu
berupa cairan kristaloid, koloid, dan darah. Perdarahan yang banyak (syok
laboratorium rutin, golongan darah, dan bila perlu Cross test. Jika
infus Saline atau Ringer Laktat 20 cc/kg. Penggunaan albumin atau koloid
ketersediaan.
darah yang digunakan telah menjalani tes cross-match (uji silang), bila
sangat darurat maka dapat digunakan Packed red cells tipe darah yang
3. Sisa defisit: 50% dalam 8 jam pertama, 50% dalam 16 jam berikutnya
mL/kgBB/jam
F. Komplikasi
menyebabkan kematian.17
G. Prognosis
tersebut.18
3. Kondisi kesehatannya
PENUTUP
A. Kesimpulan
bagi jantung dan otak melebihi jaringan lain seperti otot, kulit dan
metabolisme di jantung dan otak sangat tinggi tetapi kedua sel organ itu
tidak mampu menyimpan cadangan energi. Jika hal ini terus berlanjut
maka satu persatu organ tubuh akan mati dan berujung dapat
menyebabkan kematian.18
B. Saran
tidak dapat ditangani secara cepat dan tepat, maka satu persatu organ
1. Leksana Ery. Praktis: Dehidrasi dan Syok. SMF/ Bagian Anestesi dan
Terapi Intensif. Vol. 42. No. 5. RSUP dr. Kariadi/ Fakultas Kedokteran
2. Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS, Kasper
EGC; 2015.
2013.
Saunders; 2010.
13. Armstrong DJ. Shock. In: Alexander MF, Fawcett JN, Runciman PJ,
editors. Nursing Practice Hospital and Home. 2nd ed. Edinburg: Churchill
Livingstone; 2004.
18. Jun Wang, Teresa Liang, Luck Louis, Savvas Nicolaou, Patrick D. Mc
19. Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Ed.2. Jakarta:
EGC Buku Penerbit Kedokteran
20. Tamsuri, A. 2009. Gangguan Keseimbangan Cairan & Elektrolit: Seri
Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC Buka Penerbit Kedokteran