Anda di halaman 1dari 25

Hardiyanti Amiruddin, S.

Ked
10542048713
Pembimbing : dr. Hisbullah, Sp.An, KIC,
KAKV
Manajemen jalan napas merupakan salah satu
keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang
dokter ahli anestesiologi. Kegagalan mengelola
saluran napas adalah penyebab kematian yang
dapat dicegah pada pasien yang menjalani
anestesi umum.
 64% dari henti jantung selama anestesia
umum disebabkan oleh kesulitan intubasi
endotrakeal  oksigenasi dan atau ventilasi
tidak adekuat  sekitar 55–93% menyebabkan
kematian atau kerusakan otak.
Jalan napas yang sulit didefenisikan sebagai
situasi klinis dimana ahli anestesi yang terlatih
secara konvensional mengalami kesulitan
dengan ventilasi facemask pada saluran udara
bagian atas, kesulitan dengan intubasi trakea,
atau keduanya.

Kesulitan atau kegagalan dalam mengelola jalan


napas adalah faktor utama yang mendasari
morbiditas dan mortalitas yang berhubungan
dengan anestesi.
 IDENTITAS PASIEN
Nama : Halifa Doi
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 50 tahun
Berat Badan : 58 kg
Agama : Kristen
Alamat : Bokin To Badana, Toraja
Utara
No. RM : 63 32 42
Diagnosis : Nefrolithiasis Sinistra
 ANAMNESIS
Keluhan utama : Nyeri pinggang kiri
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien perempuan masuk ke Rumah Sakit
Pelamonia dengan keluhan nyeri pinggang kiri
sejak beberapa tahun yang lalu, riwayat ESWL 7
tahun yang lalu. Nyeri muncul tiba-tiba, hematuria
(-), kencing berpasir (+), riwayat penyakit terdahulu
(-). Tidak ada riwayat batuk lama. Riwayat alergi (-).
Riwayat asma (-)
Riwayat penyakit dahulu : tidak ada
Riwayat penyekit keluarga : tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
GCS : Compos Mentis
Vital Sign
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 36,2C
Pernafasan : 24 x/menit
Status Generalis
Kulit :Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor
kulit cukup, capilary refill kurang dari 2 detik dan teraba hangat.
Kepala : Tampak tidak ada jejas, tidak ada bekas trauma, distribusi
merata dan tidak mudah dicabut.
Mata : Tidak terdapat konjungtiva anemis dan sklera tidak ikterik
Pemeriksaan Leher
Inspeksi : Tidak terdapat jejas
Palpasi : Trakea teraba di tengah, tidak terdapat pembesaran
kelenjar tiroid.
 Pemeriksaan Thorax
Jantung
Inspeksi : Tampak ictus cordis 2cm dibawah
papila
mamae sinistra
Palpasi : Ictus cordis teraba kuat angkat
Perkusi :
Batas atas kiri : SIC II LPS sinsitra
Batas atas kanan : SIC II LPS dextra
Batas bawah kiri : SIC V LMC sinistra
Batas bawah kanan : SIC IV LPS dextra
Auskultasi : S1 > S2 reguler, tidak ditemukan
gallop
dan murmur.
 Paru
Inspeksi : Dinding dada simetris pada saat
statis dan dinamis serta tidak ditemukan
retraksi dan ketertinggalan gerak.
Palpasi : Simetris, vokal fremitus kanan sama
dengan kiri dan tidak terdapat ketertinggalan
gerak.
Perkusi : Sonor kedua lapang paru
Auskultasi : Tidak terdengar suara rhonkhi pada
kedua pulmo. Tidak terdengar suara wheezing
 Pemeriksaan Abdomen
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Inspeksi : Ikut gerak napas
Perkusi : Timpani
Palpasi : Tidak teraba massa
 Pemeriksaan Ekstremitas :
Tidak terdapat jejas, bekas trauma, massa, dan
sianosis
Turgor kulit cukup, akral hangat.
 KESAN ANESTESI
Perempuan umur 50 tahun menderita
Nefrolithiasis Sinistra ASA PS II
 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yaitu :
◦ Intravena fluid drip (IVFD) RL 20 tpm
◦ Informed Consent Operasi
◦ Konsul ke Bagian Anestesi
◦ Informed Consent Pembiusan
 KESIMPULAN
ACC ASA PS II
 LAPORAN ANESTESI
Diagnosis Pra Bedah
Nefrolithiasis Sinistra
Diagnosis Pasca Bedah
Nefrolithiasis Sinistra
Penatalaksanaan Preoperasi
Infus RL 1000 cc/8 jam
 Penatalaksanaan Anestesi
Jenis Pembedahan : Nefroctomy
Jenis Anestesi : General Endotracheal Anasthesia
Premedikasi : Midazolam 3 mg
Fentanyl 100 mg
Induksi : Propofol 80 mg
Relaksasi : Atracurium 30 mg
Medikasi tambahan :-
Maintanance : O2, N2O,sevoflurane
Respirasi : Terkontrol
Posisi : Supine
Pasien, An. HD, 50 tahun ke ruang operasi untuk menjalani
operasi Nefroctomy dengan diagnosis pre operatif
Nefrolithiasis Sinistra. Dari anamnesis pasien mengeluhkan
nyeri pada pinggang kiri yang dirasakan sejak beberapa
tahun yang lalu. Nyeri muncul tiba-tiba. Riwayat ESWL 7
tahun yang lalu. Hematuria (-), kencing berpasir (+). Riwayat
alergi (-), Riwayat penyakit terdahulu (-).
Pemeriksaan fisik dari tanda vital didapatkan tekanan darah
150/80 mmHg; nadi 86x/menit; respirasi 24x/menit; suhu
36,2OC. Dari pemeriksaan laboratorium hematologi
didapatkan hasil: Hb 12.7 g/dl ; WBC : 13.84x10, PLT
291x10, HCT 39.5 %, ureum 12 mg/dl; kreatinin 0,9 mg/dl;
dan HBsAg (-). Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang disimpulkan bahwa pasien masuk
dalam ASA II.
 Sebelum pemasangan ETT, dilakukan anamnesis singkat dan
penilaian adanya kesulitan intubasi kepada pasien. Dan dari hasil
anamnesis didapatkan pasien tidak memakai gigi palsu ataupun
tidak terdapat gigi yang goyang. Mallampati skor 2.
 Setelah ETT terpasang, pangkal ETT pasien dihubungkan dengan
konekta kemudian dihubungkan ke mesin anastesi yang
menghantarkan gas (sevoflurane) dengan ukuran 2vol% dengan
oksigen dari mesin ke jalan napas pasien. Penggunaan
sevofluran disini dipilih karena sevofluran mempunyai efek
induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibanding dengan gas
lain, dan baunya pun lebih harum dan tidak merangsang jalan
napas sehingga digemari untuk induksi anestesi dibanding gas
lain (halotan). Efek terhadap kardiovaskular pun relatif stabil dan
jarang menyebabkan aritmia.
 Setelah pasien di intubasi dengan mengunakan endotrakheal
tube, maka dialirkan sevofluran 2 vol%, oksigen. Ventilasi
dilakukan dengan bagging dengan laju napas 18 x/ menit.
Sesaat setelah operasi selesai gas anestesi diturunkan untuk
menghilangkan efek anestesi perlahan-lahan dan untuk
membangunkan pasien.
 Pembedahan selesai dilakukan, dengan
pemantauan akhir TD 130/80mmHg; Nadi
85x/menit, dan SpO2 99%. Pasien kemudian
dibawa ke ruang ICU. Selama di ICU, jalan
nafas dalam keadaan baik, pernafasan
spontan dan adekuat serta kesadaran compos
mentis. Tekanan darah selama 15 menit
pertama pasca operasi stabil yaitu 130/80
mmHg.
Kesulitan ventilasi adalah masalah yang berkaitan
dengan manajemen saluran napas yang merupakan
masalah yang sering dan signifikan dihadapi
selama proses anestesi. Penyebab utama sulitnya
ventilasi termasuk gangguan pada sistem sirkulasi
pernapasan, penurunan kebutuhan paru,
bronkospasme akut yang parah, tension
pneumothorax dan lesi massa endobronkhial.
Sekresi, herniasi cuff, kesalahan dalam peralatan
airway yang diproduksi dan kedutan tabung
mungkin juga menyebabkan gangguan pada sistem
sirkulasi pernapasan.
American Society of Anesthesiologists (ASA)
mendefinisikan ventilasi mask yang sulit adalah
sebagai situasi yang tidak mungkin bagi ahli
anestesi untuk menyediakan ventilasi yang
memadai karena satu atau lebih dari masalah
berikut: segel masker yang tidak memadai,
kebocoran gas yang berlebihan, atau resistensi
berlebihan terhadap gas yang masuk dan
keluar.
Insidensi kesulitan masker ventilasi dilaporkan
kejadian sekitar 1,4%, dan yang tidak mungkin
menggunakan ventilasi masker sekitar 0,15%.
Faktor-faktor yang telah terbukti
mempengaruhi ventilasi masker adalah
pengalaman dari klinikan dan penggunaan
peralatan. Keterampilan masker ventilasi
dicapai melalui pelatihan dan dipelihata melalui
latihan yang sifatnya reguler. Ini membantu
untuk mengatasi masalah umum seperti posisi
pasien, manuver saluran udara dan ukuran
peralatan.
 Faktor individu pasien

MMMMASK
OBESE
M Male Gender
O Obese (BMI>26kg/m2
M Mask seal which s affected by beard or being
B Branded
edentuluous
E Edentulous
M Mallampati grade 3 or 4
S Snoring
M Mandibular protrusion
E Elderly (>56 years)
A Age

S Snoring and obstruktive sleep apneu

K Kilograms (weight)
Kesulitan mask ventilasi dapat menyebabkan
banyak komplikasi dengan perhatian utama
adalah kegagalan untuk mengoksidasi pasien
yang dapat menyebabkan kematian, cedera
otak hipoksia, atau iskemia miokard.
Komplikasi lain termasuk cedera pada mata,
hidung, dan mulut, luka mata dapat terjadi
karena trauma langsung dari masker atau jari,
gas kering yang bocor dari masker sendiri
dapat menyebabkan bahaya.
 Kesulitan ventilasi adalah masalah yang
berkaitan dengan manajemen saluran napas
yang merupakan masalah yang sering dan
signifikan dihadapi selama proses anestesi.
 Krikteria kesulitan ventilasi :O : Obese (BMI
>26 kg/m2), B : Beearded, E : Edentulous, S :
Snoring, E : Elderly (>55 years).

Anda mungkin juga menyukai