Anda di halaman 1dari 126

TUGAS KEPANITERAAN SENIOR

BAGIAN ILMU BEDAH

Diajukan guna memenuhi nilai tugas Kepaniteraan Senior di Bagian Ilmu Bedah

Disusunoleh:
Daniel Taruna Tampubolon

Azhar Wirayudha

Vania Nazhara Fitriana

Najma Khairani Harahap

Sri Suci Ningtyas Ardi

Pembimbing:
dr. Abdul Mughni, M.Si. Med, Sp.B-KBD

KEPANITERAAN SENIOR BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020

1. Laki-laki 30 thn mengalami KLL luka terbuka di tungkai bawah, penurunan kesadaran,
perdarahan hebat di tungkai bawah. TTV, TD=90/70, N=120x/mnt, RR=16x/mnt,
tax=36.5. Pasien akral dingin, pernafasan seperti orang berkumur(gargling). Tindakan
yang pertama kali dilakukan?
a. Membuka jalan nafas dan mempertahankannya serta membenahi posisi kepala
b. Bantuan nafas mulut ke mulut
c. Pasien dipindah ke papan yang datar dan keras
d. Pasang jalur IV line
e. Pasang bidai tungkai bawah
Jawaban : A
Pembahasan :
Tanda hambatan pada airway adalah suara abnormal. Suara nafas yang bising adalah
tanda obsruksi jalan nafas.
1. snoring (suara mendengkur)
2. gargling (suara berkumur)
3. Stridor  oklusi parsial laring/ faring
Manajemen obstruksi jalan nafas adalah dengan membuka jalan nafas serta
mempertahankan jalan nafas. (Gwinnutt and Driscoll, 2018)

2. Pasien wanita 19 thn habis kecelakaan dengan nyeridada dan tampak jejas biru kehitaman
alur ban mobil. Terdapat retraksi ketika inspirasi dan ekspirasi. Tindakan/pemeriksaan
lanjutan apakah yang anda lakukan?
a. CT Scan dada
b. MRI Dada
c. X-Ray dada
d. USG dada
e. Mengukur volume Tidal
Jawaban : C
Gejala dan tanda pneumothorax
1. Nyeri dada
2. Nafas sesak , retraksi dinding dada
3. Peningkatan Frekuensi nafas
Diagnosis pneumothorax dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
dilakukan pemeriksaan penunjang (X-ray Dada) apabila pneumothorax sangat
minimal dilakukan CT Scan dada dan USG dada.(Imran and Eastman, 2017)

3. Bayi 4 bulan diantar ibunya ke puskemas dengan keluhan berak darah dan lender disertai
perut kembung dan muntah teraba masa pada abdomen
a. Invaginasi
b. Hisprung disease
c. Ileus
d. Volvulus
e. NEC
Jawaban : A
 Invaginasi
Gejala klinis :
Lesu/ letargi, timbul rasa sakit, dapat terjadi muntah, feses bercampur darah dan
lendir sehingga penampilan “ jelly currant “.
Pemeriksaan fisik ditemukan “ masa berbentuk sosis “
Trias pediatri : sakit perut, perut teraba massa, dan tinja berdarah ( jarang )
 Penyakit Hirschsprung merupakan suatu penyakit yang menyerang sistem
pencernaan, terutama menyerang usus besar (colon). Pada penyakit ini, dijumpai
pembesaran usus besar (megacolon), akibat absennya sel ganglion pada bagian
distal usus. Penyakit Hirschsprung sering menyerang neonatus bahkan anak-anak,
yang sering ditandai dengan keterlambatan pengeluaran mekonium pertama,
muntah bilious, distensi abdomen. (Surya and Dharmajaya, 2012)
 Ileus obstruksi Pada anamnesis akan ditemukan gejala permulaan keinginan
defekasi dan flatus tapi tidak bisa, nyeri perut lalu disertai muntah, biasanya
muntah berwarna hijau menandakan obstruksi ileus letak tinggi. Lalu pada
pemeriksaan fisik saat inspeksi akan ditemukan pembesaran pada perut. Obstruksi
tinggi, bila mengenai usus halus (dari gaster sampai ileum terminal).
(Sjamsuhidajat et al., 2007)
 Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (dari ileum terminal sampai anus).
Gejala utama dari ileus obstruksi :
- Kolik abdomen
- Mual, muntah
- Perut distensi
- Tidak bisa buang air besar (obstipasi).
 Volvulus  kelainan berupa puntiran segmen usus terhadap usus itu sendiri;
dapat terjadi karena usus tidak terfikasi dengan benar pada dinding usus
melainkan menggantung pada mesenterika, menyebabkan obstruksi saluran cerna
dan menghentikan pasokan oksigen dan nutrisi ke usus.(Sutisna and Viola, 2020)
Gejala :
- Muntah kehijauan
- Nyeri perut
- Perut kembung
- Tinja berdarah
- Gagal tumbuh

4. Seorang laki-laki usia 20 tahun datang ke UGD dengan keluhan sesak sejak 2 hari yang
lalu. Sesak dirasakan sejak pasien mengalami kecelakaan lalulintas.Saat ini sesak
semakin berat.PemfidKU : tampak sakit sedang, TD = 120/80, RR = 32 x/mnt, S = 36,80
gerak nafas tertinggal pada hemitorax kanan, perkusi dull pada hemitorax kanan
dan auskultasi suara nafas menurun pada hemitorax kanan. Diagnosa …..
a. Pneumothorax
b. Hematothorax
c. Empiema
d. Hidropneumothorax
Jawaban : B
Pada pasien ini terdapat beberapa kondisi klinis yang harus digaris bawahi yaitu,
tertusuk pisau, sesak nafas, hemodinamik tidak stabil mungkin syok, pemeriksaan
redup pada dinding thoraks, dan radiologis terdapat efusi pleura. Hemothorax sering
dikaitkan dengan cedera penetrasi dinding dada atau trauma tumpul dinding dada
dengan cedera tulang. Pada pemeriksaan, pasien umumnya mengalami penurunan
bunyi nafas dan dullnes pada perkusi di sisi yang terkena dengan dispnea dan
takipnea yang terkait. Tergantung pada jumlah kehilangan darah, mungkin juga ada
syok hemodinamik bersamaan. Penyebab utama hemotoraks yang signifikan adalah
laserasi paru atau perdarahan dari pembuluh interkostal yang cedera atau arteri toraks
interna. CXR biasnya menggambarkan gambaran efusi pleura pada 1 atau 2 sisi paru.
Pergeseran mediastinum dengan deviasi trakea biasanya terjadi di sisi kontralateral
akumulasi darah (Amaliah, 2020).
Pneumothorax yaitu terdapatnya udara abnormal pada rongga pleura.
Pneumotoraks dihasilkan dari udara yang memasuki ruang potensial antara pleura
visceral dan parietal. Trauma penetrasi dan non-penetrasi dapat menyebabkan cedera
ini. Laserasi paru-paru dengan kebocoran udara adalah penyebab paling umum dari
pneumotoraks akibat trauma tumpul. Manifestasi pada pneumotoraks sama seperti
yang dijelaskan pada soal dan lebih spesifik dengan pemeriksaan fisik, fremitus
menurun, perkusi rongga dada  hipersonor (menggambarkan ada udara di rongga
pleura). Trakhea bergeser disebabkan udara di rongga pleura sudah mendesak rongga
dada sehingga trakea bergeser. Lalu terjadi ketidakstabilan hemodinamik seperti pada
soal. Kemungkinan terjadi tension pneumothoraks (American College of Surgeons,
2018)
Empyema adalah pengumpulan pus/ nanah pada cavum pleura. Penyebab umum
dari empyema paru adalah bakteri aerob seperti, Streptococcus pneumonia,
Staphylococcus aurus, Klebsiella pneumonia, Escherichia coli. Pasien mengalami
gejala pneumonia seperti demam, fatigue, batuk, sesak nafas dan nyeri dada. (Parikh,
2018)

5. Laki-laki 35 thn mengalami KLL, trauma kepala, fraktur femur D/S terbuka dg
pendarahan massif, tensi tidak terukur, nadi tidak teraba, akral dingin, pucat, basah. Tx
awal yg tepat:
a. Resusitasi RJPO
b. Kompresi dada
c. Berikan napas buatan
Jawab : B
Pada kasus, didapatkan data bahwa tekanan darah tidak dapat diukur dan nadi
pasien tidak teraba.
Jika tidak ada napas atau denyut nadi dalam 10 detik, mulailah kompresi
dada. Mulai CPR dengan 30 kompresi dada sebelum memberikan dua napas bantuan.
Pemberian resusitasi kardiopulmonal segera dapat meningkatkan peluang hidup dua
hingga tiga kali lipat. (AHA, 2019)

6. Pria 24 thn mengalami KLL didapatkan fraktur femur dg pendarahan massif. TD: 80/60, N:
120x/mnt, RR: 28x/mnt. GCS 456. Penanganan awal yg paling tepat adalah:
a. infuse RL
b. infuse ringer asetat
c. plasma expander 1000cc cepat lanjut transfuse PRC
d. transfuse whole blood sesuai perkiraan darah yg hilang
e. transfuse FFP sesuai perkiraan darah yg hilang
Jawaban : D
Pada kasus fraktur femur, perkiraan hilangnya darah yaitu 1 sampai 2 liter. Pada
kasus perdarahan, transfusi darah merupakan pilihan terbaik. Namun pemberian cairan
koloid dan kristaloid dapat diberikan juga apabila tidak tersedia darah. Untuk transfusi
darah dan cairan koloid dihitung berdasarkan jumlah darah yang hilang. Sedangkan
cairan kristaloid 3 kali dari volume darah yang hilang. Namun, pada perdarahan kelas III
dan IV resusitasi diawali dengan transfusi darah. dengan dasar Hb target, Hb pasien, dan
BB pasien. (Lockwood, 2018) (The Committe on Trauma and American College of
Surgeons, 2018)

7. Wanita, 35 tahun dibawa suaminya ke RS karena terkena ledakan gas. Pemeriksaan fisik CM,
nadi 120x/menit, luka bakar gr II dengan luas sekitar 40%. Tindakan yang dilakukan
adalah...

a. a.pemberian morfin
b. b.pemberian ketorolac
c. c. pemberian metimazole
d. d. pemberian antibiotic spectrum luas
e. e. pemberian infuse RL 4 cc/kg/luas luka bakar
Jawaban : E
Dalam kasus ini, penatalaksanaan pertama yakni melakukan assesment airway dan
breathing. Setelah itu dilakukan resusitasi cairan. Pasien masuk dalam indikasi dari
pemberian terapi cairan karena luas luka bakarnya adalah 40% (>20% untuk dewasa).
Berdasakan Parkland’s Formula, cairan yang diberikan yaitu 4 mL/kgBB/luas luka bakar
(Yastı et al., 2015).

Indikasi resusitasi cairan pada luka bakar (Yastı et al., 2015):

 >10% TBSA pada anak


 >20% TBSA pada dewasa
Untuk menentukan indikasi rawat inap, pasien harus diklasifikasikan derajat
keparahan luka bakarnya. Untuk derajat luka bakar dibagi 3 yaitu minor burn, moderate
burn, dan major burn (Yastı et al., 2015).

1) Minor burn
a) Dewasa luka bakar derajat II <15% TBSA
b) Anak luka bakar derajat II <10% TBSA
c) Dewasa dan anak luka bakar derajat III <2% TBSA
2) Moderate burn
a) Dewasa luka bakar derajat II 15-25% TBSA
b) Anak luka bakar derajat II 10-20% TBSA
c) Dewasa dan anak luka bakar derajat III 2-10% TBSA
3) Major burn
a) Dewasa luka bakar derajat II >25% TBSA
b) Anak luka bakar derajat II >20% TBSA
c) Dewasa dan anak luka bakar derajat III >10% TBSA
d) Trauma inhalasi
e) Luka bar listrik
f) Luka bakar dengan trauma lain (trauma kepala, trauma intraabdomen, fraktur)
g) Luka bakar pada masa kehamilan
h) Luka bakar dengan komorbid (Diabetes mellitus, penggunaan kortikosteroid,
imunosupressan)
i) Luka bakar pada mata, telinga, wajah, tangan, kaki, persendian besar, dan genitalia
Pada minor burn pasien dapat dilakukan rawat jalan sedangkan moderate dan major
burn pasien harus dirawat inap dan dirawat di Burn Unit/Center.

8. Laki-laki, 58 tahun datang ke UGD dengan keluhan luka di kaki yang tidak sembuh-sembuh,
bengkak, berbau dan bernanah. Riwayat DM sejak 10 tahun yll dan tidak rutin berobat.
Pemeriksaan fisik Tax 38⁰C, Hb 13 ng/dl, lekosit 21.000, GDA 430 mg/dl. Dari pemeriksaan
radiologis ditemukan bentukan gas dan destruksi tulang. Penatalaksanaan paling tepat
adalah  Ulkus DM
a. memberikan OAD
b. rujuk ke internis
c. debridement luas
d. insulin sc
e. kultur pus
Jawaban : C
Ulkus kaki diabetik adalah kaki pada pasien dengan diabetes melitus yang mengalami
perubahan patologis akibat infeksi, ulserasi yang berhubungan dengan abnormalitas
neurologis, penyakit vaskular perifer dengan derajat bervariasi, dan atau komplikasi
metabolik dari diabetes pada ekstrimitas bawah. Pemeriksaan fisik pada kaki diabetik melalui
penilaian terhadap kulit, vaskular, neurologi, dan sistem musculoskeletal. Klasifikasi Wagner
adalah yang paling popular dan tervalidasi untuk klasifikasi ulkus kaki diabetic.
Surgical debridement adalah metode yang paling efisien dan langsung untuk
membersihkan luka, yang dipertimbangkan sebagai gold standard. Tindakan ini dilakukan
menggunakan blade scalpel, selanjutnya semua jaringan nekrotik dibuang hingga jaringan
dasar ulkus yang sehat. Bau adalah indikator yang baik untuk menilai keberhasilan
debridement, jika luka tidak berbau, bisa menjadi tanda bahwa tindakan debridement
berhasil. Jika dicurigai terdapat iskemia berat, debridement yang agresif harus ditunda hingga
pemeriksaan vaskular dilakukan, dan jika diperlukan, prosedur revaskularisasi dapat
dilakukan.(Wu et al., 2007)

9. Wanita usia 60 tahun atang dengan keluhan kembung sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga
mengeluh mual, muntah, tidak bisa BAB. Pemeriksaan fisik T 80/50, N 120 x/menit, RR 30
x/menit, kulit kering, pucat, basah, akral dingin. Terpi cairan apa yang diberikan:

a. Plasma expander
b. Larutan NaCl 3%
c. Larutan Dextrose 5%
d. Larutan RL
e. Larutan D5% dalam NaCl 0,45%
Jawaban : D
Pemeriksaan fisik pasien T 80/50, N 120 x/menit, RR 30 x/menit, kulit kering, pucat,
basah, akral dingin  Syok Hipovolemik
Penatalaksanaan syok hipovolemik meliputi mengembalikan tanda-tanda vital dan
hemodinamik kepada kondisi dalam batas normal. Selanjutnya kondisi tersebut
dipertahankan dan dijaga agar tetap pada kondisi satabil. Penatalaksanaan syok
hipovolemik tersebut yang utama terapi cairan sebagai pengganti cairan tubuh atau darah
yang hilang.
Cairan resusitasi yang digunakan adalah cairan isotonik NaCl 0,9% atau ringer laktat.
Pemberian awal adalah dengan tetesan cepat sekitar 20 ml/KgBB pada anak atau sekitar 1-2
liter pada orang dewasa. Pemberian cairan terus dilanjutkan bersamaan dengan pemantauan
tanda vital dan hemodinamiknya. Jika terdapat perbaikan hemodinamik, maka pemberian
kristaloid terus dilanjutnya. Jika tidak terjadi perbaikan hemodinamik maka pilihannya
adalah dengan pemberian koloid, dan dipersiapkan pemberian darah segera.(Hardisman,
2013)
10. Seorang laki-laki usia 37 tahun mengeluh sulit BAK sejak 5 hari lalu, harus mengedan dan
sakit. Pemeriksaan fisik T 120/70, N 112 x/menit, RR 24 x/menit. Pemeriksaan abdomen
didapatkan region suprapubikcembung dan nyeri tekan. Waktu pemasangan kateter urin
terdapat hambatan. Diagnosis banding yang tepat:
a. Batu uretra
b. Batu kandung kemih
c. Batu ureter
d. Infeksi salura kemih
Jawaban : A
Batu uretra ditandai dengan keluhan saluran kemih bawah akut karena impaksi
mendadak, dapat berupa keluhan iritatif ataupun obstruktif. Keluhan obstruktif berupa
retensi urin akut merupakan keluhan utama yang paling sering ditemukan, keluhan
obstruktif lainnya berupa pancaran urin melemah atau urin menetes. Keluhan iritatif dapat
berupa stranguria, makrohematuria, dan disuria. Pemeriksaan penunjang untuk konfirmasi
batu uretra adalah ultrasonografi (USG) penis atau uretrografi retrograd (retrograde
urethrogram/ RUG). USG, batu ditunjukkan dengan gambaran hiperekoik disertai bayangan
akustik. Pada pemeriksaan RUG akan terlihat filling defect yang menandakan adanya
obstruksi oleh batu uretra.(Kusumajaya, 2018).
Batu kadung kemih terjadi ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti kalsium
oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat atau ketika terdapat defisiensi subtansi
tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah terjadinya kristalisasi dalam urin. Pada
vesikolithiasis yang menyebabkan retensi urin, biasanya terdapat nyeri tekan suprapubik.
(Tanto et al., 2014)
Batu ureter memiliki ciri utama nyeri kolik akibat peristalsis yang sifatnya hilang timbul
disertai mual dan nyeri alih yang khas. Dalam perjalanannya batu ureter dapat akhirnya ikut
keluar Bersama urin atau terhenti di buli.(Ikatan Ahli Urologi Indonesia, 2007; Tanto et al.,
2014)
Infeksi saluran:
ISK-> gejala pada traktus urinarius bawah (disuria, frekuensi, dan urgensi) pada wanita yang
tidak hamil. Urinalisis digunakan untuk medeteksi ISK dan pembersihan tes esterasi leukosit
dipstick untuk skrining cepat. Pasien memiliki lebih dari 10 leukosit/ mm 3 (Lee and Le,
2018)
Definisi tipe infeksi saluran kemih (Lee and Le, 2018)
11. Wanita post operasi histerektomi dengan Hb 6 diberi transfusi 1 flash whole blood, 15
menit kemudian merasa gatal, panas, sesak, dan T 69/45. Pasien ini mengalami:
a. Syok kardiogenik
b. Syok hipovolemik
c. Syok anafilaktik
d. Syok septic
e. Sepsis
Jawab : C
Syok kardiogenik disebabkan oleh gangguan berat kinerja miokardiun yang
mengakibatkan jantung tidak bisa memompa darah sehingga cardiac output akan turun,
hipoperfusi organ dan terjadi kegagalan organ.(Vahdatpour, Collins and Goldberg, 2019).

Syok hipovolemik merupakan suatu kondisi perfusi organ yang tidak adekuat karena
hilangnya volume intravaskular, biasanya terjadi akut. syok hipovolemik dapat dibedakan
menjadi hemoragik dan non hemorragik.(Standl et al., 2018)
Syok Anafilaktik ditandai dengan massive histamine-mediated vasodilatasi dan
maldistribusi dengan perpindahan cairan intravaskular ke ekstravaskular. Gejala pada
anafilaksis adalah gejala kardiovaskuler (penurunan cepat tekanan darah, aritmia dan
infark miokard) gejala respirasi (sesak, disfagia, rhinore, edema mukosa dan bronkospasme)
gejala Mukokutan (kemerahan, pruritus, urtikaria) gejala gastrointestinal (mual, muntah,
diare dan nyeri abdomen) serta gejala neurologi (dizziness, konfusio, sinkop dan nyeri
kepala). (Standl et al., 2018)
Syok Sepsis adalah respon tubuh yang tidak teratur terhadap infeksi yang mengakibatkan
disfungsi organ yang mengancam nyawa. Hal ini ditandai dengan peningkatan SOFA
9Sequential Organ Failure Assesment SCORE ≥ 2. (Standl et al., 2018)

12. Pria, 45 tahun mengalami KLL dengan pendarahan pada femur dextra-sinistra. Kemudian
dilakukan resusitasi. Berapa produksi urin yang menunjukkan keberhasilan dari resusitasi…
a. 30 cc/jam
b. 30-60 cc/jam
c. 2
d. 1
e. 0,5 cc/kgBB/jam
Jawaban : E
Dalam 6 jam pertama, tujuan awal resusitasi harus mencakup hal sebagai berikut (Green et
al., 2013) :
a. CVP 8-12 mmHg
b. MAP ≥ 65 mmHg
c. Urine output ≥ 0,5 cc/kgBB/jam
d. Scvo2 ≥ 70 %
13. Bayi umur 3 hari dibawa ibunya dengan keluhan mual-muntah yang sering berlendir
seperti air liur. Bayi juga sering tersedak. Kemungkinan diagnose pasien ini adalah…
a. Fistula trakeoesofagus
b. Akalasia
c. Ileus obstruktivus
d. Stenosis pilorus
e. Hernia diafragmatika
Jawaban : A
Trakeoesofageal fistula (TEF) merupakan kelainan esofagus yang bersifat kongenital
ditandai dengan fistula antara trakea dan esofagus yang merupakan koneksi abnormal yang
dapat disertai putusnya antara distal dan proksimal esofagus. Bayi dengan TEF memiliki
gejala batuk, tersedak, sianosis, muntah, hipersalivasi dan kemungkinan gangguan
pernafaasan.
Distensi perut juga dapat terjadi jika terdapat fistula diantara trakea dan esofagus distal.
(Goyal et al., 2006)
Akalasia merupakan ketidaknormalan fungsi dari otot ataupun saraf pada esofagus yang
menyebabkan kesulitan menelan ataupun terkadang menyebabkan nyeri dada. Masalah yang
mendasarinya adalah kelemahan bagian bawah esofagus dan kegagalan LES untuk
membuka dan membuat kesulitan makanan untuk masuk masuk ke gaster. Gejala utama
achalasia adalah disfagia, regurgitasi, rasa nyeri (chest pain) atau tidak enak di daerah
retrosternal dan penurunan berat badan. Disfagia, merupakan gejala paling umum pada
penderita achalasia, baik makanan padat ataupun cair berakibat disfagia meskipun makanan
padatlah yang paling sering dikeluhkan pasien menimbulkan disfagia.(Sugiana et al., 2019)
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen
saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan/hambatan
mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang
menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose
segmen usus tersebut. Sedangkan ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana
usus gagal/ tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya akibat
kegagalan neurogenik atau hilangnya peristaltik usus tanpa adanya obstruksi mekanik.
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual, muntah, perut
distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi). Mual muntah umumnya terjadi pada
obstruksi letak tinggi. Bila lokasi obstruksi di bagian distal maka gejala yang dominan
adalah nyeri abdomen. Distensi abdomen terjadi bila obstruksi terus berlanjut dan bagian
proksimal usus menjadi sangat dilatasi, muntah adalah suatu tanda awal pada obstruksi letak
tinggi atau proksimal. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak distensi,
terdapat darm contour (gambaran usus), dan darm steifung (gambaran gerakan usus), pada
auskultasi terdapat hiperperistaltik berlanjut dengan Borborygmus (bunyi usus mengaum)
menjadi bunyi metalik (klinken) / metallic sound. Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus
berlanjut, peristaltik  akan melemah dan hilang. Pada palpasi tidak terdapat nyeri tekan,
defans muscular (-), kecuali jika ada peritonitis. Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih
ringan tetapi konstan dan difus, dan terjadi distensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus
tidak terdengar dan tidak terjadi ketegangan dinding perut. pada ileus paralitik gambaran
radiologi ditemukan dilatasi usus yang menyeluruhdari gaster sampai rectum.(Indrayani,
2013; Sjamsuhidajat and Jong, 2017)
Hypertrophic pyloric stenosis (HPS) adalah obstruksi gastric outlet yang disebabkan oleh
hipertropi otot pylorus. Pada anamnesis : Muntah yang memancar dan tidak mengandung
empedu 10-20 menit setelah makan, biasanya baru terlihat setelah bayi berusia antara 3 dan
5 minggu. Pada pemeriksaan fisik: Gastric wave, Massa di epigastrium akibat dilatasi gaster
dan Olive sign (massa di epigastrium yang merupakan penebalan otot pylorus), dan pada
pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan Darah rutin dan elektrolit ,BNO dan
USG pylorus.(Nasrulloh, Jurnalis and Sayoeti, 2019)
Hernia diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui suatu
lubang pada diafragma. Pada Kongenital hernia diafragma ada 2 jenis yaitu hernia
bochdalek/ pleuroperitoneal dan hernia Morgagni/ parasternal. Gejala pada hernia ini beruba
retraksi sela iga/ substernal, perut kecil atau cekung, suara nafas tidak terdengar jelas karena
terdesak isi perut, terdengar bising usus di daerah dada, gangguang nafas berat, sianosis,
takipneu, dinding dada asimetris dan takikardia.(Tovar, 2012)

14. Seorang wanita, usia 43 tahun, datang ke UGD RS dengan keluhan nyeri perut kanan atas.
Nyeri perut dialami hilang timbul sejak 1 jam yang lalu setelah pasien makan
makanan cepat saji. Tidak ada demam. Dari pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan
perut kanan atas. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb 12.5 g/dl, leukosit 8.000/ml,
kolesterol total 280 mg/dl. Kemungkinan diagnosis pada pasien:
a. Cholelitiasis
b. Cholecystitis
c. Pancreatitis
d. Hepatitis akut
e. Gastritis
Jawaban : A
Cholelitiasis adalah batu empedu yang ditemukan dalam kandung empedu atau di dalam
saluran empedu atau pada keduanya. Sebagian besar baru empedu yaitu batu kolesterol
terbentuk di dalam kandung empedu. Factor Risiko terjadi nya batu empedu yaitu 4 F ( fat,
forty, female, dan fertile). Gejala yang dialami pasien dengan batu empedu adalah nyeri
perut kolik bilier yang berlangsung lebih dari 15 menit terutama setelah makan makanan
berlemak. Nyeri dirasakan di daerah epigastrium dan kuadran kanan atas abdomen.
Penyebaran nyeri pada punggung bagian tengah, scapula atau ke puncak bahu disertai mual
dan muntah. .(Sjamsuhidajat and Jong, 2017)

15. Seorang anak saat menangis atau batuk skrotum-nya menjadi lebih membesar. Anak
gelisah, rewel, dan menangis terus. Pemeriksaan fisik pada scrotum: Pembesaran skrotum.
a. hernia inguinalis
b. hernia incarcerata
c. torsio testis
d. hydrocele
Jawaban : A
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly kongenital atau didapat. Berbagai
factor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di anulus internus yang
cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula
factor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia
reponibel, keluhan satu-satunya adalah benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan, dan menghilang setelah berbaring.
(Sjamsuhidajat and Jong, 2017)
Pada hernia skrotalis, isi perut (usus) menonjol melalui defek pada lapisan musculo-
aponeurotik dinding perut melalui kanalis inguinalis dan turun hingga ke rongga skrotum.
Disebut inkarserata apabila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantung
terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut sehingga timbul keluhan
obstruksi pada usus. Untuk membedakan dengan diagnosis banding yang lain, hernia
berkaitan erat dengan aktivitas seperti mengejan, batuk, dan gerakan lain yang
meningkatkan tekanan intra abdomen, sedangkan penyakit lain tidak berhubungan dengan
aktivitas tersebut. Selain itu, dapat dibedakan melalui pemeriksaan auskultasi. Pada hernia,
dapat terdengar adanya bising usus.(Mughni et al., 2020)
Torsio testis merupakan kondisi memuntirnya funiculus spermaticus atau spermatic
cord sehingga mengakibatkan terhambatnya aliran darah pada testis. Kondisi ini dapat
menyebabkan iskemik bahkan nekrosis pada testis dan epididimis. Manifestasi klinik : nyeri
akut pada skrotum disertai pembengkakan dan testis letak tinggi. Refleks cremaster (-) →
tidak terdapat kontraksi pada m. cremaster (testis tidak bergerak) ketika dilakukan
sentuhan/gorekan pada inguinal. Prehn test (-) → nyeri tidak berkurang meskipun sudah
dilakukan pengangkatan skrotum. (Schwartz et al., 2015 ; Srinath, 2013)
Hidrokel. Tunika vaginalis di skrotum sekitar testis normalnya tidak teraba, kecuali
bila mengandung cairan membentuk hidrokel yang jelas bersifat diafan pada transiluminasi.
Bila ada hidrokel testis dengan epididymis terdorong ke dorsal oleh ruang tunika vaginalis
yang membesar.(Sjamsuhidajat and Jong, 2017)

16. Seorang wanita 35 tahun datang dengan keluhan BAB berdarah, segar, menetes dan
disertai nyeri dan benjolan dianus yang muncul terutama saat mengejan. Benjolan
muncul ketika melahirkan anak kedua. Pasien mengaku tidak ada perubahan pola buang air
besar maupun penurunan berat badan. Apakah diagnosa pasien tersebut?
a. Abses perianal
b. Prolapsus ani
c. Fistula ani
d. Hemoroid eksterna
e. Fisura ani
Jawaban : D
Hemorrhoid eksterna merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemorrhoidalis
inferior, terdapat di sebelah distal pada mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus.
Gejala utama yang didapatkan pada hemoroid adalah perdarahan. Darah yang keluar
berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada anus
atau kertas pembersih sampai pada pendarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air
toilet menjadi merah. Selain itu hemoroid eksterna juga dapat mengakibatkan nyeri dan
keluar benjolan saat penderita mengedan.(Suprijono, 2009)
Fistula dapat terbentuk antara anus dan vagina atau perineum. Pada laki-laki, fistula
terbentuk dengan vesika urinaria ataupun uretra. (Mughni, 2020)
Fisura ani merupakan luka epitel memanjang sejajar sumbu anus, biasanya tunggal
dan terletak di garis posterior. Dapat terjadi karena iritasi akibat diare, penggunaan laksans,
cedera partus, atau iatrogenic. Gejala klinis meliputi trias fisura ani yaitu papilla hipertrofi,
terdapat fissure, dan skin tag (umbai kulit) (Riwanto, 2017).

17. Wanita, 65 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan berak-berak encer yang dialami sejak
2 tahun. Berat badan dirasakan sangat turun dalam 2 bulan terakhir. Keluhan juga
disertai dengan nyeri abdomen dan sendi-sendi. Pada pemeriksaan didapatkan pasien
anemis, eritema nodosum, Diagnosis kasus ini...
a. Sigmoiditis
b. Divertikulosis
c. Colon ulseratif
d. Sindrom iritatif
e. Penyakit Chron
Jawaban : E
Penyakit Chorn atau regional enteritis, merupakan lesi peradangan garunolsa pada
usus halus yang dapat menyerang pula esofagus, lambung, atau kolon. Oleh karena lesi
merupakan proses peradangan transmural yang disertai parut, manifestasi berupa obstruksi
usus. Penemuan khusus tergantung dari lokasi terjadinya penyumbatan. Yang paling sering
nyeri, kejang abdomen, penurunan berat badan, demam, diare dan malabsorpsi
merupakan gejala yang menonjol. Pemeriksaan abdomen dapat ditemukan massa pada usus
yang dapat diraba. Manifestasi sistemik berupa perasaan nyeri pada sendi, eritema
nodusum dan pyoderma gangrenosum, uveitis, icterus (akibat keterlibatan granulomatosa
hepar), anemis (akibat kehilangan darah, dan batu ginjal.(Delf and Manning, 1996)

18. Ny. Vanilla, 64 tahun, datang ke dokter praktik umum dengan keluhan kehilangan indera
pengecap. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan pasien tidak dapat mengecap terutama
rasa garam dan gula dengan baik tapi dapat merasakan asam dan pahit dengan baik. Saraf
kranialis apakah yang mungkin mengalami gangguan?
a. N. Glosofaringeus
b. N. Trigeminus
c. N. Hipoglosus
d. N. Fasialis
e. N. Vagus
Jawaban : B
Somatosensori rongga mulut diinervasi oleh saraf kranial ke- 5 (n. trigeminus) divisi
kedua n. V2 dan divisi ketiga N. V3. N. V2 mensarafi sensori palatum durum, palatum mole,
mukosa rongga mulut RA, gingiva dan ligament periodontal gigi RA, sedang n. V3
mensarafi sensori 2/3 anterior lidah, gigi, mandibu gingiva, ligament periodontal gigi RB
dan mukosa pipi. Sedangkan Nervus kranilis ke 9 (n. glossopharyngeal) mensarafi sensori
1/3 posterior lidah dan orofaring. (Hamzah et al., 2020)
19. An. Dodot, 8 tahun, datang dengan kejang kelojotan seluruh tubuh 3 hari SMRS. Setelah
kejang, pasien sadar. Pasien juga mengalami demam tinggi sejak 10 hari SMRS, sakit
kepala yang disertai gelisah. Pasien terkesan gizi buruk, ibu pasien sedang menjalani
pengobatan TB BTA (+) hari ke-20. Kesadaran : somnolen, kaku kuduk (+). Pemeriksaan
penunjang apa yang paling membantu diagnosis pasien?
a. EMG
b. MRI
c. Pungsi lumbal
d. EEG
e. Foto schaedel
Jawaban : C
Meningitis tuberculosis adalah peradangan selaput otak atau meningen yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Meningitis tuberculosis merupakan
hasil dari penyebaran hematogen dan limfogen M. tuberculosis. (Chin, 2014)
Pasien dengan Meningitis TB memiliki tanda khas meningitis seperti sakit kepala,
demam dan kaku kuduk, meskipun tanda meningeal mungkin tidak muncul pada tahap
awal. Pasesis nervus kranialis, hemiparesis, paraparesis dan kejang sering terjadi dan
meningkatkan kecurigaan terjadinya meningitis TB pada kasus pasien dengan tuberculosis
paru. (Chin, 2014)
Jika presentasi klinis menunjukkan meningitis TB, pemeriksaan LCS harus segera
dilakukan dengan melakukan lumbal pungsi. Pemeriksaan LCS ini meliputi pemeriksaan
jumlah dan deferensiasi sel, kadar protein ,kadar glukosa serta pemeriksaan mikrobiologis.
Pleositosis dengan dominasi limfosit, kadar protein tinggi dan kadar glukosa rendah serta
warna berupa xantochrome adalah temuan utama LCS pada meningitis TB.(Chin, 2014)

20. Tn. Derreck, 60 tahun, mengeluh nyeri kepala sebelah kanan secara tiba-tiba. Keluhan
disertai gangguan penglihatan, kepala terasa melayang dan tidak stabil ketika berjalan.
Riwayat hipertensi dan kolesterol (+). Keluhan membaik setelah setengah hari.
Diagnosis yang paling mungkin pada pasien adalah...
a. TIA sistem karotis komunis
b. TIA sistem vertebrobasiler
c. BPPV
d. Cluster headache
e. Stroke hemoragik
Jawaban : B
Transient Ischemic Attack (TIA) merupakan gangguan fungsi otak akibat berkurangnya
aliran darah ke otak untuk sementara waktu ( < 24 jam). TIA terjadi karena tersumbatnya
pembuluh darah di otak untuk waktu singkat, akibat aliran darah ke otak melambat atau
berhenti. Faktor Risiko terjadinya TIA meningkat pada Hipertensi, hiperkolesterolemia
(terutama LDL), aterosklerosis, penyakit jantung, DM dan merokok serta usia > 45 tahun
(pria) dan usia > 55 tahun (wanita).
Gejala yang terjadi secara tiba-tiba berlangsung 2-30 menit, TIA sama dengan stroke
dimana gejalanya berupa defiait neurologis seperti kelumpuhan. Gejala yang dialami
tergantung dari otak yang mengalami kekurangan gejela.(Harsono, 2008)
 Jika pada arteri karotis  terjadi kebutaan pada salah satu mata, Hemiparesis,
hilangnya sensori hemisensoris, disfasia.
 Jika pada arteri vertebralis  a. paresis atau hilangnya sensasi bilateral,
b. kebutaan mendadak (pasien usia lanjut),
c. diplopia, ataksia, vertigo, disfagia (setikdanya
dua dari 3 gejala secara bersamaan)
21. Anak perempuan 5 thn, sejak 1 thn yg lalu mengalami konstipasi, feces keras, dan anak
rewel tiap BAB. 2 mggu terakhir diare sedikit2, selalu ada feces di celana dalam. Px
memiliki riwayat asma. Pd pemeriksaan dicurigai ada skibala. Pemeriksaan penunjang:
a. Colon in loop
b. USG abdomen
Jawab: A.
- Berdasarkan kriteria ROME III anak usia > 4 tahun, dalam 2 bulan minimal
memperlihatkan ≥ 2 gejala berikut:
a. Defekasi ≤ 2 kali perminggu
b. Minimal 1 episode inkontinens / minggu ( setelah anak terlatih ketoilet )
c. Riwayat retensi feses yang berlebihan
d. Riwayat mengejan yang sulit atau sangat sulit
e. Adanya massa feses yang besar pada rectum
f. Riwaya adanya feses dalam dengan diameter besar sehingga menyumbat toilet
Gejala – gejala tersebut dapat disertai dengan gejala penyerta seperti iritabilitas,
napsu makan menurun dan atau rasa cepat kenyang. Gejala tersebut akan hilang
setelah tinja besar berhasil dikeluarkan.(Recommendations et al., 2014)
- Pada kasus ditemukan skibala atau masa tinja yang teraba saat perabaan abdomen.
Impaksi atau skibala biasanya teraba diregio abdomen kiri bawah atau teraba tinja yang
banyak dan keras saat pemeriksaan rectum.
- Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah barium enema untuk menyingkitkan
diagnosis banding hispchprung disease. Pada anak konstipasi dengan barium enema tidak
ditemukan adanya zona transisi sedangkan pada hisrchprung disease ditemukan adanya
zona transisi yaitu daerah sempit bagian distal yang tidak memiliki sel ganglion dengan
bagian proksimal yang berdilatasi.(Pradip R Patel, 2010)

22. Laki – laki BAB kadang lancar kadang tidak, pemeriksaan colon in loop ada kantong-
kantong pada colon descenden dan pada colon sigmoid tampak ireguler sempit. Diagnose :
a. Divertikel kolon
b. Penyakit Crohn
c. Polip kolon
d. Kolitis ulserativa
e. Hemoroid
Jawab A. divertikel colon
- Divertikel kolon merupakan suatu kelainan dimana
terjadinya herniasi mukosa/ submukosa dan hanya
dilapisi oleh tunika serosa pada lokasi dinding abdomen
yang lemah yaitu dimana vasa recta menembus kolon.
Pada pemeriksaan colon in loop ditemukan kantong –
kantong pada colon terutama didaerah sigmoid ( 90 %)
dan descenden dimana bentuk kantongnnya bulat atau
oval.
-
Gambar 2. Barium enema dengan diverticular diseluruh
usus besar (Pradip R Patel, 2010)

23. Seorang laki2 berusia 45 tahun datang dengan keluhan nyeri perut. Awalnya nyeri timbul di
perut kanan bawah, 4 hari yang lalu buang ait besar menurun pada pemeriksaan fisik
ditemukan darm contour, bising usus meningkat. pada foto BOF ditemukan gambar herring
bone. diagnosis yg paling mungkin dari pasien ini adalah:
a. ilius obstruktif
b. perforasi usus
c. intususepsi
d. volvulus
e. apendisitis
jawab :A.
- Ileus obstruktif merupakan kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan
oleh sumbatan mekanik sehingga isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan kebagian
distal atau anus. Hal tersebut terjadi karena sumbatan yang disebabkan kelainan dari
lumen usus, dinding usus, atau luar usus yang menekan atau kelaian vaskularisasi pada
suatu segmen usus tersebut.
- Berdasarkan letak sumbatan dibagi menjadi 2 yaitu letak tinggi dan rendah. Pemeriksaan
radiologi tampak ada dilatasi usus diproksimal sumbatan dan terjadi kolaps usus dibagian
distal sumbatan. Penebalan dinding usus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran
hearing bone appereance atau The String of pearl sign yang terjadi karena resorpsi udara
intralumen yang lambat akan meinggalkan gelembung – gelembung kecil yang terjebak
diantara lipatan valivula
conniventes . Tampak air fluid
level pendek – pendek berbentuk
tangga sehingga disebut step
ledder karena cairan transudasi
berada dalam usus halus yang
terdistensi. (O et al., 2005)
Gambar Radiologi Small Bowel
Obstruction. Mata panah (The
String of pearl sign ) dan panah
( Step ledder )
Sumber : (O et al., 2005)
- Intususepsi dapat ditemukan Coil
Spring Appreance dimana kontras
akan terperangkap pada bagian usus yang mengalami intususepsi.(Findings, Jaffe and
Thompson, 2015)
- Pada volvulus ditemukan tanda coffee bean sign yang merupakan aposisi dinding media
dari usus yang mengalami dilatasi membentuk celah coffee bean dan bagian dinding
lateral usus yang ditalasi membentuk dinding luar coffee bean.(Findings, Jaffe and
Thompson, 2015)
24. Seorang laki-laki 35 th dengan benjolan diinguinal yang hilang timbul sejak 3 bulan yang
lalu. Awalnya tidak nyeri. Sekarang benjolan tidak dapat digerakkan, merah, panas dan
nyeri. Diagnosa?
a. Hernia strangulate
b. Hernia inkarserata
c. Hernia irreponibilis
Jawaban : A
Berdasarkan sifatnya hernia dibagi menjadi 2 yaitu
- Hernia reponible adalah usus keluar ketika berdiri atau mengedan dan masuk kembali
ketika berbaring atau bila didorong masuk perut. Pada hernia reponible tidak terjadi
obstruksi usus dan tidak ada gejala nyeri
- Hernia irreponible adalah usus yang tidak dapat direpoisis kembali kedalam rongga
perut. Hal tersebut terjadi karena adanya perlekatan isi kanton dengan peritoneum
kantong hernia pada keluhan ini tidak ada hambatan tanda hambatan usus dan tidak
ditemukan rasa nyeri
- Hernia inkarserata adalah keadan isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali kedalam rongga perut. Pada hernia ini dikenal
dengan hernia ireponible yang disertai gangguan passase.
- Hernia strangulate adalah keadaan hernia ireponible yang disertai gangguan vaskularisasi.
Gangguan vaskularisasi akan terjadi gangrene sehingga gambaran klinisnya menjadi
toksik, suhu tubuh meninggi dan terdapat leukositosis.(Sjamsuhidajat R, 2017)
Jenis Reponible Nyeri Obstruksi Tampak Toksik
sakit
Reponible + - - - -
Irreponible - - - - -
inkarserata - + + + -
Strangulate - ++ + ++ ++

25. Bayi perempuan berusia 9 bulan dibawa ke UGD dengan keluhan sering BAB darah dan
berlendir. Sehari sebelumnya bayi tampak gelisah dan menangis melengking, hal ini terjadi
berulang-ulang, demam (-). Pemeriksaan didapatkan massa di epigastrium dan portio like
appearance. Dx?
a. Disentri amoeba
b. Intususepsi
c. Hemoroid
d. Colitis ulseratif
e. Divertikulum meckel
Jawaban. B
Berdasarkan tanda dan gejala dari atas lebih mengarahkan ke Intususepsi.
- Intususepsi sering ditemukan pada anak 2 – 12 bulan dan jarang pada dewasa
- Pada anamnesis anak tampak gelisah dan tidak dapat ditenangkan
- Anak tampak gelisa ketika serangan kolik, dan biasanya keluar lender campur darah atau
“red currant jelly “lewat anus yang berasal dari intususeptum yang tertekan, terbendung
atau mungkin sudah mengalami strangulasi.
- Pada rectal touché ditemukan invaginatum yang tampak seperti porsio uterus pada
pemeriksaan vaginak sehingga dinamkan psudoporsio atau portio like appearance.
(Sjamsuhidajat R, 2017)

26. Laki – laki 30 tahun mengeluh nyeri hebat di betis dan pergelangan kaki kirinya.
Sebelumnya pasien pergi bersama anaknya menonton pertandingan tenis, kemudian pasien
terjatuh saat melintasi lapangan dan terbentur sangat keras. PF: Betis kiri tegang, nyeri saat
ditekan dan terlihat massa irregular di tengah betis. Apa kemungkinan diagnosis?
a. Tendinitis Achiles
b. Tarsal Tunnel Syndrome
c. Instabilitas tumit
d. Ruptur tendon achilles
e. Burchitisachiles
Jawab E.
- Menurun arner dan lindolm klasifikasi tendoachiles diklasifikasi menjadi 3 kategori.
(Dwikora Novembri Utomo, 2018)
- Kategori pertama, ketika berat badan bertumpu pada kaki depan saat lutut dalam
keadaan ekstensi. Gerakan ini dapat dilihat saat posisi start sprinter dan saat
melompat pada olahraga basket. Mekanisme seperti ini merupakan penyebab
ruptur tendon Achilles sebanyak 53%.
- Kategori kedua terjadi secara mendadak, yakni ketika dorsofleksi ankle, misalnya
ketika kaki terpeleset ke dalam lubang atau ketika seseorang jatuh dari tangga.
Mekanisme kedua menyebabkan ruptur Achilles sebanyak 17%.
- Kategori ketiga merupakan dorsofleksi paksa saat kaki dalam keadaan plantar
fleksi, misalnya ketika jatuh dari ketinggian. Mekanisme ini merupakan
penyebab ruptur Achilles sebanyak 10%.
- Pada anamnesis biasanya didapatkan keluah cedera pada area angkle atau distal region
cruri. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan vulnus, eksoriasi, maupun bengkak. Pada
saat palpasi dapat ditemukan adanya gap pada tendon Achilles.(Dwikora Novembri
Utomo, 2018)
- Penegakan diagnosis rupture tendo achiles menurut american academy of Orthopaedik
Surgeons (AOOS) apabila terdapat 2 atau lebih dari gejala berikut.(Egger and Berkowitz,
2017)
- Test tomson positif
- Pengurangan kekuatan plantar fleksi
- Defek pada saat palpasi distal dari lokasi insersio dan
- Peningkatan kekuatan dorsofleksi pada saat aktivitas. (Masles test )

A. B.
Ketrangan
A. Test tompson.
Pada ruptur tendo achiles bila betis diremas maka kekuatan plantar fleksi akan
melamah atau bahkan tidak ada (kanan). Ruptur
B. Mustles Test. Tendon achilles yang ruptur posisinya akan tampak lebih
kedorsofleksi dibandingkan sisi normal.
Sumber : (Dwikora Novembri Utomo, 2018)

27. Seorang laki-laki berusia 18 tahun dibawa ke UGD RS dengan keluhan nyeri tungkai kiri
bawah setelah mengalami kecelakaan kendaraan bermotor 1 jam yang lalu. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan pembengkakan pada tungkai kiri bawah, tegang,
mengkilatdan nyeri pada pemeriksaan dijumpai dorsofleksi pergelangan kaki, nyeri sumbu
di 1/3 proksimal tungkai kiri bawah, dan denyut nadi A. dorsalis pedis teraba
lemah. Apakah komplikasi paling berat yang mungkin terjadi?
a. Kontraktur
b. Nekrotik
c. Atropi otot
d. Malunion
e. Infeksi
Jawaban : A.
- Diagnois kasus adalah sindroma kompartemen merupakan suatu keadaan peningkatan
tekanan dalam kompartemen osteofacial yang tertutup akibat suatu cedera atau keadaan
tertentu.
- Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah
a. Observasi kulit untuk melihat adanya lesi, pembengkakan atau perubahan warna.
b. Palpasi untuk diatas kompartemen untuk mengamati suhu, ketegangan dan rasa
nyeri timbul
c. Cek pulsasi vaskular
d. Melakukan evaluasi fungsi motoric.
- Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya 5 P yaitu Pain, pulselessness,
paraeshtesia, paralysis dan pallor. Pada kasus ditemukan adanya nyeri tungkai,
pembengkan, tegang, warna mengkilat, dan penurunan pulsasi A. dorsalis pedis.
- Komplikasi yang dapat terjadi dari Sindroma kompartemen akut adalah kontraktur. Hal
tersebut dapat terjadi karena adanya penekanan yang meningkat pada kompartemen
fascial yang tertutup yang akan mengganggu perfusi dan terjadi iskemik yang kemudian
terjadi nekrosis pada otot. Jaringan yang nekrosis akan digantikan oleh jaringan fibrosis
yang hipertrofik dan membentuk kontraktur. Kontraktur merupakan suatu pemendekan
jaringan secara permanen sehingga menyebabkan deformitas. (Stevanovic and Sharpe,
2016)
28. Apakah kemungkinan terdekat diagnosis?
a. Fraktur tertutup dengan rupture a.dorsalis pedis
b. Fraktur tertutup dengan dislokasi angkle joint
c. Fraktur tertutup dengan dislokasi genue
d. Fraktur tertutup dengan kompartemen sindrom
e. Fraktur tertutup dengan rupture a.poplitea
Jawaban :D
- Diagnois kasus adalah sindroma kompartemen merupakan suatu keadaan peningkatan
tekanan dalam kompartemen osteofacial yang tertutup akibat suatu cedera atau keadaan
tertentu.(Stevanovic and Sharpe, 2016)
29. Wanita post KLL 1 jam yang lalu, PF: keluar darah dari hidung, terdengar suara gargling
dari dalam mulutnya. Apakah penyebab terjadinya suara tersebut?
a. Obstruksi saluran pernapasan
b. Air liur menyumbatjalan napas
c. Darah dalam mulut
d. Pneumothoraks
e. –

Jawab . A.

- Menurut ATLS American college of surgeon urutan untuk primary survey adalah
 Air way and C spine control
 Breathing and ventilation
 Circulation with hemorrhage control
 Disability
 Exposure/ environmental control.
- Pada kasus ditemukan adanya gangguan pada airway. Penilaian dilakukan dengan look,
listen and fell. Apabila ditemukan suara snoring, gurling dan stridor yang mengindikasi
adanya obstruksi jalan napas
- Bunyi gargling disebut juga seperti kumur – kumur yang menandakan adanya cairan
seperti darah atau air ludah pada saluran napas. Bunyi snoring merupakan suara ngorok
yang menandakan adanya pangkal lidah jatuh menutupi jalan napas. Suara crowing yang
menandakan adanya edema laring atau spasme plica Vocalis.  pada kasus ditemukan
adanya gargling yang memungkinkan adannya cairan berupa darah dan air liur yang
membuat obstruksi saluran napas.(American College of Surgeons Committee on Trauma,
2018)
30. Seorang pria 21 tahun dibawa ke IGD post KLL 30 jam yll setelah membonceng motor dan
menabrak truk yang sedang berhenti, pasien terhempas dari motor dan membentur trotoar
sedangkan teman pasien yang mengendarai motor meninggal di tempat. Terdapat luka
terbuka di pelipis mata kiri pasien dan fraktur terbuka di paha kanan. PF: TD: 100/70, RR:
28x/menit, nadi 90x/menit. Apa yang seharusnya pertama kali dilakukan pada pasien?
a. Membersihkan luka di pelipis pasien
b. Memasang bidai di paha kanan pasien utk mobilisasi
c. Memperhatikan dan membersihkan jalan napas pasien
d. Membebat tekan luka pasien
e. Memberikan cairan intravena
Jawaban : C.
- Menurut ATLS American college of surgeon urutan untuk primary survey adalah
- Air way and C spine control
- Breathing and ventilation
- Circulation with hemorrhage control
- Disability
- Exposure/ environmental control.
- Pada kasus ditemukan penurunan tekanan darah, peingkatan frekuensi napas dan Nadi
dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan luka terbuka di pelipis mata kiri
dan fraktur terbuka dipaha kanan.
- Prinsipinnya adalah sesuai urutan ATLS yang pertama ditangani adalah air way dan tidak
boleh berpindah ke breathing apabila adanya gangguan airway . Apabila ditemukan suara
snoring, gurling dan stridor yang mengindikasi adanya oklusi parsial. Sehingga prioritas
utama adalah membebaskan jalan napas dengan C – spine control (untuk menghindari
truma kepala) setelah itu dilakukan suction untuk membersihkan jalan napas dari darah.
Bila perlu dipasang cervical collar untuk menstabilkan servical dan mencegah trauma
cervical secondary saat melakukan ATLS.
- Breating, memeriksa frekuensi napas , gerakan dada, saturasi oksigen dan masuknya
udara ( perkusi hipersonor) . Apbila pasien berbicara menandakan aman ( oksigfen
adekuat). Namun jika sudah dipasang trakeostomi biasanya sudah terganggu ventilasinya
seperti tension pneumothoraks ( adanya robekan dipleura).
- Circulation, memeriksa perfusi nadinya , isi dan tegangannya , akral dingin atau tidak ,
warna kulit dan suhu Sa02, dan diraba juga akral dingin atau tidak. Hemorrhage control
dengan mengenali sumber perdarahan yang banyak seperti fraktur pelvis, fraktur thoraks,
fraktur femur dan perdarahan discalp. Pada pasien dipasang kateter urin untuk
mengevaluasi dari urine outeput pasien.
- Disability, memeriksa kesadaran pasien dengan GCS dan memeriksa reflex pada pupil
- Exposure, memeriksa tanda deformitas akibat trauma pada pasien. (American College of
Surgeons Committee on Trauma)
31. Seorang wanita sekian tahun dibawa ke IGD dengan luka bakar terkena ledakan kompor
minyak tanah. Keadaan pasien sadar, terlihat sesak nafas dan suaranya parau. Tindakan apa
yang harus dilakukan pada pasien bila keadaannya semakin sesak?
a. Memasang endotrakeal tube
b. Memberikan O2 via nasal prong
c. Memberikan cairan RL
d. Trakheostomi
e. –
Jawab : A.
- Prinsip penanganannya luka bakar adalah dengan primary survey terlebih dahulu pada
pasien yaitu meliputi Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure dan first aid
(Fluid, Analgesia, Test and Tubes). (Menteri Kesehatan RI, 2019)
- Airway : penatalaksanaan jalan napas dan manajemen trauma cervical . pada kasus
ditemukan pasien sadar yang menandakan airway clear
- Breathing : pernapasan dan ventilasi
 Ditemukan pada pasien terlihat sesak dan napas parau. Sehingga hal ini harus
ditangani terlebih dahulu. Hal tersebut mengindikasikan adanya trauma inhlasi.
- Klasifikasi trauma inhalasi dibagi menjadi inhalasi diatas laring ( obstruksi ) dan inhalasi
dibawah laring (kerusakan paru ).
- Luka bakar dengan trauma inhalasi dapat menyebabkan peningkatan mediator inflamasi
sehingga terjadi edema jaringan yang berujung obstruksi dan hilangnya fungsi proteksi
silia.
- Tanda dan gejala yang dapat ditemukan adalah edema saluran napas atas, bronkospasme,
oklusi saluran napas, hilangnya klirensi silier, napas pirau, menurunnnya pengembangan
dada, trakheobronkitis dan pneumonia.  pada kasus ditemukan tanda sesak napas dan
napas parau.
- Ada riwayat trauma luka bakar yang berhubungan dengan ledakan akibat gas atau bensin
 pada kasus merupakan korban ledakan minyak kompor tanah.
- Pada saat inspeksi ditemukan luka bakar pada wajah, bulu hidung terbakar, cuping
hidung membesar, sesak napas, retraksi trakea, retraksi supraclavicular, retraksi
intercostal dan mendengar adanya suara serak, batuk kasar dan stridor inspiratif  pada
kasus ditemukan sesak dan napas parau.
- Prinsip tatalaksana inhalasi diatas laring
 Intubasi endotrakeal harus segera dilakukan apabila ada tanda – tanda obstruksi.
Tujuannya adalah untuk mempertahankan jalan napas tetap terbuka
 Jika pasien mengalami gawat napas tanpa tanda obstruksi diberikan terapi oksigen
dan Non invasive Positive Pressure Ventilation jika diperlukan
 Pemasangan proteksi servikal
 Elevasi kepala untuk mengurangi edema.
- Prinsip tatalaksana inhalasi dibawah laring
 Oksigen high flow untuk semua pasien luka bakar harus diberikan oksigen 15 L/
menit ( dewasa ) dan 2 L/kg BB ( anak ) dengan non rebreathing masker.
 Intubasi dilakukan untuk membersihkan secret bronkus dan membantu
meningkatkan konsentrasi oksigen.
 Pemberian AH2 untuk mencegah refluks dari lambung.
32. Laki2 50 tahun datang dengan keluhan BAK tidak puas dan hanya menetes sejak 1 bulan
ini. Pada pemeriksaan colok dubur pool atas prostat teraba, teraba pembearan difus
prostat dan nilai PSA 3mg/dl. (N= 0-4 mg/dl)
a. Adenokarsinoma prostat
b. Benign Prostat Hipertrophy
c. Sistitis
d. Epididimitis
e. Adenoma cell
Jawab B.
- Benign Prostat Hipertrophy (BPH) adalah istilah dari histipatologis yang menandakan
adanya hyperplasia sel stroma dan epitel kelenjar prostat.(Parsons JK, 2010)
- Terdapat berberapa faktor risiko seperti usia tua , hormonal testis( testosterone) riwayat
BPH keluarga, kurang aktivitas fisik, diet rendah serat, sindroma metebolik dan
inflamasik kronik prostat.(CG, 2012)  Pada kasus ditemukan usai Tua sebagai faktor
risiko.
- Terdapat faktor risiko lain seperti penggunaan antidepresan, antihistamin, dan
bronkodilatator yang dapat meningkatkan 2 – 3 skor International Prostate Symptom
Score (IPSS).(CG, 2012) pada kasus tidak ditemukan konsumsi obat – obatan.
- Gejala dari BPH sendiri berupa Lower urinary tract symptoms (LUTS) yang terdiri dari
atas gejala obstruksi (pancaran kemih lemah dan terputus) , gejala iritasi ( frekuensi
berkemih meningkat , nokturia ) dan gejala pasca kemih( urine menetes atau Dribling)
hingga gejala paling berat adalah retensio urine.(CG, 2012).  Pada kasus ditemukan
colok teraba pembesaran disfuse prostat.
- Pemeriksaan fisik berupa colok dubur sangat penting dilakukan untuk menilai apakah ada
pembesaran prostat, konsistensi prostat, dan adanya nodul yang merupakan salah satu
tanda keganasan dari prostat.(Tjahjodjati et al., 2017)  pada kasus teraba teraba
pembearan difus prostat
- Pemeriksaan PSAB penting dilakukan untuk menilai peningkatan kadar PSA yang
mengindikasikan pertumbuhan prostat yang lebih cepat, keluhan akibat BPH ( laju
pancaran urin jadi jelek) dan lebih mudah untuk terjadinya retensio urine. Pada usia 50
tahun atau diatas 40 tahun merupakan kelompok risiko tinggi. Sehingga apabila
ditemukan kadar PSA >4 ng/ml perlu untuk dipertimbangkan biopsy prostat(Tjahjodjati
et al., 2017).  pada kasus ditemukan PSA 3 ng /ml yang menandakan tidak adanya
tanda keganasan.
33. Hormon apa yang berperan pada kasus diatas
a. Progesteron
b. Growth hormone
c. Testosteron
d. Estrogen
e. Leutinazing Hormone
Jawab. C.
Terdapat 2 teori yang berhubungan dengan kasus diatas pada BPH.
- Teori dehidrotestoteron
DHT merupakan bagian dari metabolit yang sangat penting pada pertumbuhan sel – sel
prostat. Testosteron yang diubah oleh enzim 5 α – reduktase dengan bantuan koenzim
NADPH. DHT yang telah terbentuk akan berikatan dengan reseptor androgen (RA)
membentuk kompleks DHT – RA pada inti sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein
grow factor yang dapat menstimulasi pertumbuhan sel prostat. Pada BPH ditemukan
akitivitas enzim α – reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak. Sehingga sel –
sel prostat lebih sensitive terhadap DHT dan terjadi replikasi yang lebih banyak.
(Purnomo, 2003)
- Teori ketidakseimbangan antara esterogen – testosterone.
Pada kasus yang usia semakin tua akan terjadi penurunan dari testosterone sedangkan
kadar dari esterogen relative tetap. Esterogen dalam prostat memliki peranan dalam
proliferasi sel – sel prostat dengan cara meningkatkan sensitivitas sel – sel prostat
terhadap rangsangan hormone androgen , meningkatkan jumlah reseptor androgen, dan
menurunkan kematian sel – sel prostat ( apoptosis ). Sehiingga kadar testosterone yang
menurun namun fungsi esteron dalam memperpanjang umur sel – sel prostat sehingga
prostat menjadi lebih besar.(Purnomo, 2003)
34. Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun dibawa oleh orang tuanya ke Puskesmas dengan
keluhan nyeri pada tungkai kanan sejak 3 hari yang lalu sehingga pasien tidak mampu
berjalan. Keluhan ini disertai dengan demam, bengkak pada paha kanan bawah. Sekitar
10 hari yang lalu pasien pernah terjatuh dengan tungkai kanan membentur tembok. Pada
pemeriksaan fisik tampak edema pada regio femur 1/3 distal, kemerahan dan nyeri tekan.
Pada pemeriksaan radiologi tampak adanya gambaran soft tissue swelling, reaksi periosteal,
tampak gambaran radiolusen pada 1/3 distal tulang femur yang dikelilingi oleh gambaran
sklerotik. Apakah diagnosis yang paling mungkin?
a. Osteoarthritis  
b. Osteosarcome  
c. Septic arthritis  
d. Stress fracture  
e. Acute osteomyelitis
Jawab E.
- Osteomilitis merupakan suatu peradangan pada tulang akibat bakteri, miobakterium atau
jamur. Pada anak penyakit ini lebih sering disebabkan oleh infeksi bakteri
Staphylococcus aureus sedangkan dewasa E.Coli dan Proteus mirabili. Masuknya bakteri
kedalam tubuh dan melepaskan faktor virulensi. Pembentukan protein, polisakarida dan
enzim hydrolase oleh bakteri dapat membuat bakteri bertahan dari serangan pertahanan
tubuh.(Michno A, Nowak A, 2018)
- Infeksi kuman dapat terjadi dari trauma benda tajam, abrasi kulit, penyakit gigi dan
melalui tali pusat yang terifeksi pada neonates. Pada osteomilitis hematogenik
besarangnya bakteri disebabkan karena pada metafisis tulang panjang anak aliran darah
melambat akibat lengkungan pembuluh darah saat mendekati dan menjauhi metafisis
serta tidak adanya lapisan membranosa dibagian tersebut.(Michno A, Nowak A, 2018)
- Aliran darah yang melambat memungkin kuman untuk proliferative pada focus infeksi
yang menyebabkan meningginya tekanan intraoseus melebih tekanan kapiler darah
sehingga terjadi kondisi iskemia jaringan. Hal tersebut akan menimbulkan nyeri konstan
pada ujung tulang panjang.(Michno A, Nowak A, 2018)
- Adanya pertahanan selular , enzim dari mikroorganisme ditambah dengan kondisi
iskemik menimbulkan destruksi tulang trabekula. Focus infeksi akan mengalami
penyerapan oleh osteoklas sehingga tulang yang sudah nekrotik akibat iskemik terpisah
dari tulang sekitarnya dan disebut Sequester. Bagian ini merupakan tempat
persembunyian bakteri sehingga sulit untuk dijangkau oleh pertahan tubuh ataupun
antibiotic.(Michno A, Nowak A, 2018)
- Penyebaran infeksi yang meluas kedaerah korteks , medulla akan mendestruksi tulang
kortek dan terbentuknya abses sehingga mengangkat periosteum dari kortek dan
membentuk tulang baru dibawah periosteum yang terangkat dinamakan Involukrum.
Apabila terjadi infeksi yang luas pada periosteum akan menimbulkan lubang yang
dinamakan Kloaka.(Michno A, Nowak A, 2018)

(Gomes, Pereira and Bettencourt, 2013)


- Manifestasi yang didapat berupa nyeri diujung tulang panjang yang persisten dan
semakin memberat, diikuti demam, anak rewel dan malaise  anak nyeri pada tungkai
kanan dan mengeluhkan demam.
- Berdasarkan klasifikasi durasi osteomyelitis dibagi menjadi akut , subakut dan kronis.
Pada akut didapatkan bacteremia yang menimbulkan reaksi periosteum tulang dan
gejala sistemik seperti demam, penurunan kesadaran dan rasa nyeri yang terjadi 2
minggu pasca infeksi. pada pemeriksaan fisik ditemukan biasanya eritema,
pembengkakan jaringan, pergerakan yang terbatas, dan rasa nyeri.saat ditekan .
(Hatzenbuehler and Pulling, 2011)  pada kasus termasuk akut karena masih 10 hari dan
ditemukan edema pada regio femur 1/3 distal, kemerahan dan nyeri tekan
- Pada fase kronik ditemukan adanya tanda nekrosis pada tulang , terdapat abses yang
keluar dari lubang pada kulit dan hasil dari kultur ditemukan positif. (Michno A, Nowak
A, 2018)
- Pada X – foto tulang fase akut ditemukan soft tissue swelling, reaksi periosteal. Pada sub
akut ditemukan tanda khas adalah abses brodi yaitu cavitas yang dikeliling oleh skelortik
. sedangkan pada kasus kronik ditemukan adanya involulukrum dan sequester. (Michno
A, Nowak A, 2018)  Pada kasus soft tissue swelling, reaksi periosteal, tampak
gambaran radiolusen pada 1/3 distal tulang femur yang dikelilingi oleh gambaran
sklerotik.
35. Laki2 26 tahun datang dengan keluhan BAK tidak puas. Saat BAK pancaran kecil dan
bercabang. Pasien mengaku pernah keluar nanah dari kemaluannya dan demam setelah
berhubungan dengan PSK. Apa diagnosisnya?
a. Vesikolithiasis
b. StrikturUretra
c. BPH
d. KankerBuli
e. Adenoma prostat

Jawab : B.
- Striktur uretra merupakan penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada dindingnya.
Penyempitan lumen ini terjadi karena adanya dinding uretra yang mengalami fibrosis.
(Purnomo, 2003)
- Etiologi pada striktur uretra dapat disebabkan pasca infeksi, trauma dan kelainan bawaan.
 pada kasus didapatkan pasien ada riwayat Infeksi menular seksusal. (Purnomo, 2003)
- Infeksi yang paling sering menimbulkan striktur uretra adalah infeksi kuman gonokokos
yang telah meninginfeksi beberapa tahun sebelumnya. Infeksi gonore merupakan infeksi
menular seksual oleh karena Neisseria gonorrhoeae (N. Gonorrhoeae ) , suatu kuman
gram negative dengan berbentuk biji kopi dan terletak intrasel.(Purnomo, 2003)
- Keluhan yang ditimbulkan berupa gatal pada ujung kemaluan, nyeri saat kencing dan
keluar duh tubuh warna putih atau kuning kehijauan kental dari uretra  pada kasus
ditemukan, BAK tidak puas, BAK pancaran kecil bercabang, keluar nanah dari uretra
dan didapatkan pasien demam.(Bignell C, 2011)
- Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan orifisum uretra hiperemis, edema dan pada
infeksi rectum pada pria homoseksual dapat menimbulkan duh tubuh anal atau nyeri /
atau rasa tidak enak dianus ataupun di perianal. (Bignell C, 2011)
36. Pasien laki- laki 57 tahun datang dengan keluhan nyeri di panggul kanan. Pasien tidak bisa
berdiri karena nyeri setelah terjatuh dan terpeleset di kamar mandi. PF: panggul pasien
dalam posisi fleksi dan endorotasi, posisi paha fleksi, adduksi dan endorotasi. Apa
kemungkinan diagnosis?
a. Fraktur Pelvis
b. Fraktur Colum Femur
c. Fraktur Batang Femur
d. Fraktur Condiler Femur
e. Dislokasi panggul
Jawaban E.
- Sendi panggul dapat terdislokasi kebagian posterior ataupun anterior dengan atau tanpa
fraktur pinggir acetabulum. Pada dislokasi posterior ditemukan tungkai fleksi, adduksi
dan endorotasi dengan femur tampak lebih pendek . Pada dislokasi anterior ditemukan
tungkai bawah fleksi ringan, eksorotasi , abduksi dan pemendekan tungkai yang
bersangkutan..(Dawson-amoah et al., 2018)

-
A. Dislokasi sendi panggul anterior B. Dislokasi sendi panggu posterior.
Sumber :(Marshall, Weaver and Harris, 2017)
- Fraktur colum femur ditemukan pemendekan bila dibandingkan tungkai kanan dengan
kiri. Jarak antara trokanter mayor dan spina iliaka anterior superior lebih pendek karena
trokanter menjadi lebih tinggi akibat pergeseran tungkai kearah krania. Biasanya pasien
datang dengan keadaan nyeri dan tidak bisa berjalan setelah jatuh. Pada pemeriksaan
ditemukan penderita tidur dengan tunbgkai bawah dalam keadaan sedikit fleksi dan
eksorotasi serta memendek.(Sjamsuhidajat R, 2017)
- Pada pada tulang batang femur ditemukan perdarah yang cukup luas sehingga dapat
menimbulkan syok. Secara klinis penderita tidak dapat berdiri karena ketida stabilan
fraktur. Pada pemeriksaan pada penderita terlihat tungkai bawah eksorotasi, terlihat lebih
pendek, dan bengkak dibagian proksimal sebagai akibat perdarahan kedalam jaringan
lunak.(Sjamsuhidajat R, 2017).
Berdasrakan klasifikasinya
dibagi menjadi tipe A ( fraktur
simple dan masih terhubung ),
tipe B ( lebih dari 2 lokasi
fraktur dan masih terhubung)
dan tipe C ( tipe komplit dan
tidak terhubung)

Gambar klasifikasi fraktur femur.


Sumber : (Neumann and Strohm, 2015)
- Fraktur pelvis dicurigai apabila ditemukan ada riwayat trauma yang menekan tubuh
bagian bawah atau apabila terdapat luka serut (Degloving), memar, atau hematom
didaerah pinggang, sacrum , pubis atau perineum.(Sjamsuhidajat R, 2017)
Tabel klasifikasi WES untuk memperkirakan derajat keparahan dari fraktur pelvis.
-

Sumber: (Marshall, Weaver and Harris, 2017)


37. Panggul fleksi dan eksorotasi, pahaf leksi, abduksi dan eksorotasi?
a. Dislokasi panggul anterior
b. Dislokasi panggul posterior
c. Fraktur colum femur
d. Fraktur batang femur
e. Fraktur pelvis
Jawaban. A
- Sendi panggul dapat terdislokasi kebagian posterior ataupun anterior dengan atau tanpa
fraktur pinggir acetabulum. Pada dislokasi posterior ditemukan tungkai fleksi, adduksi
dan endorotasi dengan femur tampak lebih pendek . Pada dislokasi anterior ditemukan
tungkai bawah fleksi ringan, eksorotasi,abduksi dan pemendekan tungkai yang
bersangkutan..(Dawson-amoah et al., 2018)

-
A. Dislokasi sendi panggul anterior B. Dislokasi sendi panggu posterior.
Sumber :(Marshall, Weaver and Harris, 2017)
38. Pasien post KLL 1 jam yang lalu. PF: kesadaran somnolen, TD 90 mmHg dengan palpasi,
Nadi 160x/menit, RR 40x/menit. Fraktur terbuka di femur sinistra. Estimasi blood lost pada
pasien ini adalah?
a. 5%
b. 10%
c. 20%
d. 40%
e. 50%

Jawab:
- Pada pasien ditemukan TD 90, Nadi 160 x / menit , RR 40 x /menit, Tingkat kesadaran
somnoloen sehingga termasuk syok kelas IV. Sehingga pada kasus dapat membuat
diperkirakan kehilangan darah sebanyak > 40 % dari jumlah volume darah tubuh. Hal
tersebut akan membutuhkan transfuse darah sed
Tabel 1. Klasifikasi derajat syok berdasarkan klinis yang ditemukan.
Tabel 2. Panduan dalam menentukan jumlah cairan dan darah yang dibutuhkan selama
resusitasi.

- Jika jumlah cairan yang dibutuhkan untuk mempertahank perfusi jaringan tidak mencapai
target maka dilakukan evaluasi ulang dan mencari penyabab lain dari syok.(Association
of Anaesthetists of Great Britain and Ireland, 2010)
39. Wanita 24 th dtg ke RS dgn keluhan nyeri lutut kiri stlh jatuh dr motor. KU: baik. TTV: TD
120/80 N 72 RR 22 Suhu 37. PF lokalis genu sin: look didapatkan swelling (+), feel
didapatkan nyeri tekan (+) dan pada swelling fluktuasi (+), movement gerak sendi genu sin
terbatas. PP X-foto genu sin polos: soft tissue swelling (+). Dx?
a. Haemarthrosis
b. Contusion
c. Robekan meniscus
d. Ruptur ACL
e. Strain otot
Jawab A.
- Haemarhrosis adalah suatu keadaan pada bagian persendian yang biasanya disebabkan
oleh trauma. Penyebab non trauma dapat berupa gangguan koagulasi ( hemophilia) yang
bersifat herediter dan yang didapat seperti defisiensi vitamin K, infeksi, neoplasma dan
gangguan vaskular.(Matthew Lombardi, 2020)
- Mekanisme terjadinya haemarhtrosis adalah adanya suatu trauma yan g terjadi yang
cedera intra articular dengan kerusakan ligament, osseus dan atau tulang rawan yang
mengakibatkan pengumpulan cairan darah yang bercampar dengan cairan synovial sendi.
(Matthew Lombardi, 2020)
- Pada pemeriksaan fisik ditemukan perabaan rasa nyeri , penurunan Range Of Motion dan
biasanya pembengkakan pada area sendi terjadi dalam beberapa jam atau cepat.(Matthew
Lombardi, 2020)
- Haermarthrosis pada lutut paling banyak cederanya berasal dari robekan pada ACL.( 70
%) diikuti oleh dislokasi patella (15 %), robekan meniscus 10 % dan 2 – 5 % fraktur
tulang rawan. (Matthew Lombardi, 2020)

Tabel tanda dan gejala perdarahan sendi.(Hanley et al., 2017)

40. Seorang anak 8 tahun dibawa oleh ibunya ke poliklinik RS dengan keluhan nyeri di lutut
kanan. Lutut bengkak (+), nyeri (+). Riwayat jatuh dari sepeda 1 bulan yll, luka, namun
tidak kering setelah minum obat warung. TV dbn, kecuali suhu 38.5C. Pada pemeriksaan
radiologi didapatkan soft tissue swelling disertai dengan lesi sklerotik di tibia distal.
Diagnosis?
a. Osteosarkoma
b. Osteomalasia
c. Osteomyelitis
d. Osteoarthritis
Jawaban C.
- Osteomilitis merupakan suatu peradangan pada tulang akibat bakteri, miobakterium atau
jamur. Pada anak penyakit ini lebih sering disebabkan oleh infeksi bakteri
Staphylococcus aureus sedangkan dewasa E.Coli dan Proteus mirabili. Masuknya bakteri
kedalam tubuh dan melepaskan faktor virulensi. Pembentukan protein, polisakarida dan
enzim hydrolase oleh bakteri dapat membuat bakteri bertahan dari serangan pertahanan
tubuh.(Michno A, Nowak A, 2018)
- Infeksi kuman dapat terjadi dari trauma benda tajam, abrasi kulit, penyakit gigi dan
melalui tali pusat yang terifeksi pada neonates. Pada osteomilitis hematogenik
besarangnya bakteri disebabkan karena pada metafisis tulang panjang anak aliran darah
melambat akibat lengkungan pembuluh darah saat mendekati dan menjauhi metafisis
serta tidak adanya lapisan membranosa dibagian tersebut.(Michno A, Nowak A, 2018)
- Aliran darah yang melambat memungkin kuman untuk proliferative pada focus infeksi
yang menyebabkan meningginya tekanan intraoseus melebih tekanan kapiler darah
sehingga terjadi kondisi iskemia jaringan. Hal tersebut akan menimbulkan nyeri konstan
pada ujung tulang panjang.(Michno A, Nowak A, 2018)
- Adanya pertahanan selular , enzim dari mikroorganisme ditambah dengan kondisi
iskemik menimbulkan destruksi tulang trabekula. Focus infeksi akan mengalami
penyerapan oleh osteoklas sehingga tulang yang sudah nekrotik akibat iskemik terpisah
dari tulang sekitarnya dan disebut Sequester. Bagian ini merupakan tempat
persembunyian bakteri sehingga sulit untuk dijangkau oleh pertahan tubuh ataupun
antibiotic.(Michno A, Nowak A, 2018)
- Penyebaran infeksi yang meluas kedaerah korteks , medulla akan mendestruksi tulang
kortek dan terbentuknya abses sehingga mengangkat periosteum dari kortek dan
membentuk tulang baru dibawah periosteum yang terangkat dinamakan Involukrum.
Apabila terjadi infeksi yang luas pada periosteum akan menimbulkan lubang yang
dinamakan Kloaka.(Michno A, Nowak A, 2018)
(Gomes, Pereira and Bettencourt, 2013)
- Manifestasi yang didapat berupa nyeri diujung tulang panjang yang persisten dan
semakin memberat, diikuti demam, anak rewel dan malaise  anak nyeri pada tungkai
kanan dan mengeluhkan demam.
- Berdasarkan klasifikasi durasi osteomyelitis dibagi menjadi akut , subakut dan kronis.
Pada akut didapatkan bacteremia yang menimbulkan reaksi periosteum tulang dan
gejala sistemik seperti demam, penurunan kesadaran dan rasa nyeri yang terjadi 2
minggu pasca infeksi. pada pemeriksaan fisik ditemukan biasanya eritema,
pembengkakan jaringan, pergerakan yang terbatas, dan rasa nyeri.saat ditekan .
(Hatzenbuehler and Pulling, 2011)  pada kasus termasuk akut karena masih 10 hari dan
ditemukan edema pada regio femur 1/3 distal, kemerahan dan nyeri tekan
- Pada fase kronik ditemukan adanya tanda nekrosis pada tulang , terdapat abses yang
keluar dari lubang pada kulit dan hasil dari kultur ditemukan positif. (Michno A, Nowak
A, 2018)
- Pada X – foto tulang fase akut ditemukan soft tissue swelling, reaksi periosteal. Pada sub
akut ditemukan tanda khas adalah abses brodi yaitu cavitas yang dikeliling oleh skelortik
. sedangkan pada kasus kronik ditemukan adanya involulukrum dan sequester. (Michno
A, Nowak A, 2018)  Pada kasus soft tissue swelling, reaksi periosteal, tampak
gambaran radiolusen pada 1/3 distal tulang femur yang dikelilingi oleh gambaran
sklerotik.
41. Seorang ibu bawa anaknya ke UGD karena penisnya menggembung saat pipis. Preputium
tertarik dan tidak bisa kembali. Apa kemungkinan diagnosis pada pasien tersebut?
a. Fimosis
b. Parafimosis
c. Hipospadi
d. Kriptokismus
jawab : B.
- Parafimosis adalah prepusium penis yang diretraksikan sampai di sulkus koronarius dan
tidak dapat dikembalikan pada keadaan semula dan timbulnya jeratan pada penis di
sekitar sulkus koronarius. Retraksi biasanya dilakukan pada bersenggama/ mastrubasi
atau sehabis pemasangan kateter. Apabila jika preputium tidak segera dibalikan akan
menyebabkan gangguan aliran darah balik vena superficial sedangkan aliran arteri tetap
normal. Hal tersebu akan menyebabkan edema gland penis dan menimbulkan nyeri.
Apabila hal tersebut dibiarkan bagian penis di sebelah distal jeratan makin membengkak
yang akhirnya bisa mengalami nekrosis gland penis.(Purnomo, 2003)
-

Gambar parafimosis. A.menimbulkan jeratan preputium di sebelah proksimal sulkus


koronarius. B timbul edema preputium gland penis. C.Reposisi manual dengan cara
memijat gland penis dan D.Dorsumsisi pada sisi jeratan.
Sumber : (Purnomo, 2003)
- Fimosis merupakan suatu keadaan ketika preputium penis tidak dapat diretraksikan
keproksimal sampai korona gland penis. (Purnomo, 2003)
- Hipospadia adalah kelainan kongenital dimana muara uretra terletak disebelah ventral
penis dan disebelah proksimal ujung penis.
Gambar klasifikasi hipospadia.
Sumber : (Purnomo, 2003)
- Kriptorkismus merupakan suatu keadaan maldensus testis sehingga testis tidak berada
dalam skrotum atau testis tersesat dari jalurnya yang disebut testis ektopik. (Purnomo,
2003)
42. Seorang anak 2 tahun dibawa ibunya ke IGD karena sesak nafas setelah tertelan permen.
PF: kesadaran CM, RR: 30x/menit, Nafas cuping hidung (+). Apa penatalaksanaan yg
benar pada pasien ini?
a. Hemlich Manuver
b. Abdominal trust
c. Back blow
d. Finger Manuver
e. Triple Manuver
Pembahasan :
Diagnosis : Aspirasi Benda Asing Trakea
Manifestasi klinis dari aspirasi benda asing timbul tergantung pada jenis, ukuran, lokasi, dan
sifat iritasi benda asing terhadap mukosa. Lokasi benda asing yaitu laring, trakea, bronkus
utama dan bronkus segmen. (Medison I, 2018)
Gejala klinis pada masing-masing lokasi :
- Laring : batuk paroksismal
- Trakea : apabila menyumbat secara total menimbulkan kematian namun apabila
menyumbat parsial menimbulkan stridor inspirasi, sianosis, batuk.
- Bronkus utama : apabila menyumbat secara total dapat menimbulkan atelektasis
namun apabila menyumbat parsial menimbulkan suara nafas wheezing terlokalisir.
Apabila pasien dalam keadaan sadar dapat meminta pasien untuk batuk efektif dan dicek
kesadarannya (gambar 1). Apabila pasien benda asing tidak dapat keluar setelah batuk atau
pasien kesadaran menurun dapat melakukan :

Gambar 1. (Manual of Medicine,2018)


- Back blow dilakukan pada anak berusia <1 tahun
Berikut cara melakukan tepukan di punggung (back blow) :
1) Berdiri di belakang korban den sedikit bergeser kesamping.
2) Miringkan korban sedikit ke depan dan sangga dada korban dengan salah satu
tangan.
3) Berikan lima kali tepukan di punggung bagian atas di antara tulang belikat
menggunakan tangan bagian bawah. (Wullur C & Rasman M, 2014)

Gambar 2
- Chest Thrust dilakukan pada anak berusia <1 tahun, hamil atau mengalami
kegemukan. Langkah-langkah chest thrust yaitu :
1) Letakkan tangan di bawah ketiak korban
2) Lingkari dada korban dengan lengan kita
3) Letakkan bagian ibu jari pada kepalan di tengah-tengah tulang dada korban (sama
seperti tempat melakukan penekanan dada pada RJP)
4) Genggam kepalan tangan tersebut dengan tangan satunya dan hentakan ke dalam
dan ke atas.

Gambar 3
- Hemlich Manuver/ abdominal thrust dilakukan bagi yang berusia di atas 1 tahun.
Manuver ini bertujuan untuk mendorong diafragma ke atas sehingga meningkatkan
tekanan intratorakal dan tekanan intratrakeal yang dapat mendorong benda asing
tersebut. Manuver ini dilakukan setelah 5 kali back blow tidak dapat mengeluarkan
benda asing.
1)Miringkan korban sedikit ke depan dan berdiri di belakang korban dan letakkan
salah satu kaki di sela kedua kaki korban.
2) Buat kepalan pada satu tangan dengan tangan lain menggenggam kepalan tangan
tersebut. Lingkarkan tubuh korban dengan kedua lengan kita.
3) Letakkan kepalan tangan pada garis tengah tubuh korban tepat di bawah tulang
dada atau di ulu hati.
4) Buat gerakan ke dalam dan ke atas secara cepat dan kuat untuk membantu korban
membatukkan benda yang menyumbat saluran napasnya. Manuver ini terus diulang
hingga korban dapat kembali bernapas atau hingga korban kehilangan kesadaran.
(Wullur C & Rasman M, 2014)

Triple Manuver dilakukan dalam tindakan kegawatdaruratan mengatasi airway


problem dengan tujuan membuka jalan nafas.
Finger Manuver/ cross finger dilakukan untuk melakukan tindakan apabila terdapat
benda asing pada rongga mulut yang menghambat jalan nafas (Bakta M, Wibawa I &
Suega K,2016)

43. Laki2 dibawa ke IGD post KLL dengan motor dan menabrak anjing di jalan, pasien
terhempas dan membentur trotoar, ditemukan jejas di pinggang kiri. Pasien dalam
keadaan sadar. Saat dipasang kateter, keluar urin berwarna merah. Apa kemungkinan
yang terjadi pada pasien ini?
a. Ruptur Ginjal
b. Ruptur Uretra  perineal hematom, floating prostate
c. Ruptur Buli
d. Ruptur Hepar
e. Ruptur Lien  Kers sign kiri, dijalarkan pada bahu kiri; Traube dull
Kers sign: rangsang peritoneal karena darah dalam cavum peritoneum

Pembahasan :
Pada kasus ditemukan yang mengarah pada ruptur ginjal:
- Anamnesis : didapatkan riwayat terhempas membentur trotoar, jejas dipinggang kiri,
urin berwarna merah
- Pemeriksaan fisik : hematuria, jejas area flank kiri
Anamnesis pada ruptur ginjal yang biasa didapatkan adalah riwayat jatuh pada
ketinggian, kecelakaan, pukulan langsung ke ginjal. Pemeriksaan fisik didapatkan
hematuria, nyeri pada flank, ekimosis flank, fraktur costa, distensi abdomen, teraba massa
akibat ekstravasasi cairan. (Wahyudi SS, 2016.)

Ruptur Uretra
Ruptur uretra memiliki kontra indikasi untuk dilakukan pemasangan kateter. Trauma
uretra berdasarkan lokasi yaitu :
- Anterior : Paling sering pada bulbosa disebut Straddle Injury, dimana robekan uretra
terjadi antara ramus inferior os pubis dan benda yang menyebabkannya. Terdapat
daerah memar atau hematoma pada penis dan scrotum. Manifestasi klinis yang terjadi
adalah meatal bleeding, butterfly hematome dan kadang terjadi retensi urin.
- Posterior : paling sering pada pars membranacea. Manifestasi klinis yang terjadi
adalah biasanya disertai fraktur pelvis, pada daerah suprapubik dan abdomen bagian
bawah dijumpai jejas, hematom dan nyeri tekan, bila disertai ruptur kandung kemih
bisa ditemukan tanda rangsangan peritoneum, retensi urin dan floating prostate.
Gambaran radiologi terdapat adanya ekstravasasi kontras dan fraktur pelvis.
(Wahyudi SS, 2016.)

Ruptur Buli
Diagnosis trauma buli-buli ditegakkan dari anamnesis didapatkan trauma langsung,
tumpul atau tajam / penetrasi, iatrogenic ataupun deselerasi mendadak. Dari pemeriksaan
fisis didapatkan gross hematuria, distended abdomen, retensi urin, udem perineum,
skrotum, Tes buli-buli (+). Dari pemeriksaan imaging: retrograde sistografi, CT
cystography, Sistoskopi (post op). (Wahyudi SS, 2016)

Ruptur Hepar
Kecurigaan adanya ruptur hepar biasanya didapatkan berdasarkan lokasi trauma yang
berada pada perut kanan atas, terdapatnya fraktur iga kanan bawah, pneumotoraks,
kontusio paru, syok hemoragik, serta ditemukan adanya darah dan empedu pada lavase
peritoneal.

Ruptur Lien
Anamnesis didapatkan adanya riwayat trauma. Trauma dapat menimbulkan jejas atau
tidak terdapat jejas pada dinding perut. Jejas tersebut dapat juga selain pada perut bagian
kiri atas (contre coupe). Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri pada bagian perut kiri
atas, massa di kiri atas, terdapat darah bebas dalam rongga perut yang dapat diketahui
dengan cara :
1. ada atau tidaknya tanda-tanda syok dan anemia akibat perdarahan yang hebat
2. Pekak sisi dengan shifting dullness pada rongga perut akibat adanya hematom
subcapsular atau omentum yang membungkus suatu hematom subcapsuler disebut
Ballance sign
3. Darah bebas yang memberi rangsangan pada peritoneum sehingga gejalanya tegang
otot perut dan rasa nyeri mencolok.
4. Kehr sign positif yaitu nyeri pada bahu kiri apabila darah berkumpul pada perut kiri
bagian atas. (Sander MA, 2018)

44. Wanita 21 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 3 jam yg lalu
dan demam ringan. Pasein mengakui ada gangguan pada menstruasinya dan tidak ada
riwayat trauma. PF nyeri tekan dan lepas di titik Mc Burney Apa kemungkinan diagnosis
pasien ini?
a. Gastritis
b. Kista ovarium terplintir
c. Appendicitis akut  nyeri dari umbilicus pindah ke kanan bawah dalam 12 jam
d. Kolesistitis akut
e. Kehamilan Ektopik Terganggu

Pembahasan :
Torsio kista ovarium
Torsio kista ovarium dapat menyebabkan penekanan pada pembuluh darah ligament
suspensori yang dapat menyebabkan iskemik, nekrosis, infark atau perdarahan. Nyeri
bisa bersifat konstan ataupun kolik tergantung pada posisi ovarium ketika terjadi torsio.
Pada remaja wanita, torsio dapat disalah diagnosiskan dengan appendisitis dikarenakan
nyeri pada area Mcburney dengan perbedaan pada apendisitis nyeri berpindah sedangkan
torsio kista ovarii tidak. (Poonai, N., Poonai, C., Lim, R., & Lynch, T ,2013)
Anamnesis dan pemeriksaan fisik :
- Nyeri tajam mendadak pada abdomen bawah dan memburuk intermiten dalam
beberapa jam
- Nyeri tidak membaik dengan obat anti nyeri
- Adanya demam menandakan adanya nekrosis
- Mual dan muntah
- Teraba massa pada saat pemeriksaan dalam
- Ditemukan adanya gangguan hormonal, misalnya kelebihan produksi estrogen dari
stimulasi sel granulosa yang dapat mengganggu menstruasi

Gastritis
Manifestasi klinis bervariasi dari tanpa gejala, gejala ringan hingga biasanya terjadi
dispepsia, heartburn, abdomnial discomfort, kembung, mual muntah hingga gejala
perforasi atau ulkus peptik. (Amrulloh, F. M., & Utami, N, 2016).

Appendicitis
Interpretasi :
Skor 7-10 = Apendisitis akut
Skor 5-6 = Curiga apendisitis akut
Skor 1-4 = Bukan apendisitis akut
(Mugni A. et al, 2020)

Kolesistitis Akut
Gambaran tipikal dari kolesistitis akut adalah nyeri perut kanan atas yang tajam dan
konstan, baik berupa serangan akut ataupun didahului sebelumnya oleh rasa tidak
nyaman di daerah epigastrium post prandial. Nyeri ini bertambah saat inspirasi atau
dengan pergerakan dan dapat menjalar kepunggung atau ke ujung skapula. Keluhan ini
dapat disertai mual, muntah dan penurunan nafsu makan, yang dapat berlangsung
berhari-hari. Karakteristik gambaran klinis kolesistitis akut adalah demam, nyeri
abdomen kuadran kanan atas dan tanda Murphy positif. Adanya data female, fat, forty,
dan fertile pada pasien ini dapat menguatkan kecurigaan ke arah kolesistitis akut.
( Firmansyah, M. A, 2015)

KET
Diagnosis klinik kehamilan ektopik dapat ditegakkan dari ditemukannya trias klinik
klasik, yaitu nyeri abdomen, amenore, dan perdarahan vagina. Pemeriksaan laboratorium
yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan serum dan urin HCG. Pemeriksaan kadar HCG
serial dapat membedakan kehamilan ektopik dengan kehamilan intrauterin normal. Pada
usia kehamilan 6-7 minggu, kadar HCG serum meningkat dua kali lipat pada kehamilan
intrauterin normal. (Widjajahakim, G., & Christina, S. 2009).

45. Pasien laki2 30 tahun dibawa ke IGD post KLL. Penurunan kesadaran (+), Takipneu, TD
70/50 mmHg, Nadi 140 x/menit. Setelah dilakukan resusitasi dengan kristaloid 2-4 liter
tidak terjadi perbaikan. Tindakan apakah yang selanjutnya harus dilakukan pada pasien ini?
 Syok hipovolemik karena perdarahan
a. Pemberian obat Vasopresor
b. Pemberian Dopamin
c. Pemberian Transfusi darah
d. Pemberian Adrenalin
e. –

Pembahasan
Diagnosis : Syok Hipovolemik ec suspek perdarahan

Tanda-tanda syok dapat dilihat dengan adanya penurunan kesadaran, TD menurun,


takipneu dan takikardi. Pada kasus telah diberikan resusitasi cepat sebanyak 2-4 liter
namun tidak ditemukan adanya perbaikan keadaan sehingga diperlukan pemberian cairan
tambahan berupa transfusi darah dikarenakan penyebab syok dikarenakan oleh
perdarahan. (gambar 5)
Gambar 5. (Pascoe S & Lynch J, 2007)

Pemberian vasopressor diperlukan apabila pasien sudah mencapai kadar euvolemik


namun pendistribusian oksigen kurang efektik. Pemberian vasopressor digunakan untuk
meningkatkan tekanan rata-rata arteri dengan cara meningkatkan resistensi sistemik dan
atau cardiac output. (Richards, J. B., & Wilcox, S. R,2014)

Penatalaksanaan pada s yok hipovolemik :

Gambar 6. Pascoe S & Lynch J, 2007


46. Laki2 post KLL dengan mobil. Dada terbentur stir mobil. PF pasien sesak berat, Nadi
100x/meit, TD: 110/70mmHg. Jejas di dada kanan, trachea terdorong ke kiri,
pergerakan dada tertinggal sebelah kanan. Apa yang harus dilakukan pada pasien? 
tension pneumothorax
a. Torakosintesis  SIC II midclavicula
b. Pemasangan WSD
c. Resusitasi Cairan
d. Trakheostomi
e. Foto Rontgen dada

Pembahasan :
Tension Pneumothoraks
Keadaan ini terjadi akibat kerusakan yang menyebabkan udara masuk kedalam rongga
pleura dan udara tersebut tidak dapat keluar, keadaan ini disebut dengan fenomena ventil
(one-way-valve). Akibat udara yang terjebak didalam rongga pleura ssehingga
menyebabkan tekanan intrapleura meningkat akibatnya terjadi kolaps pada paru-paru,
hingga menggeser mediastinum ke bagian paru-paru kontralateral, penekanan pada aliran
vena balik sehingga terjadi hipoksia.
Anamnesis :
- Adanya riwayat trauma
- Riwayat PPOK
- Riwayat operasi dada
- Nyeri dada
- Sesak nafas akibat udara masuk mengisi ruang pleura
Pemeriksaan Fisik :
- Takikardi, takipneu, JVP meningkat
- Pemeriksaan paru :
Inspeksi : Dinding dada yang sakit tertinggal, adanya jejas pada lokasi
Palpasi : stem fremitus dada yang sakit menurun
Perkusi : Hipersonor pada dada yang sakit akibat rongga dada terisi penuh
oleh udara
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (-) pada dada yang terkena akibat
Kolapsnya paru-paru yang terdesak oleh udara yang berada di
rongga pleura ini
- Trakea bergeser ke kontralateral
Pemeriksaan penunjang :
- Rontgen dada didapatkan lusensi avaskuler
Tatatalaksana :
- Airway (manuver head tilt, chin lift, dan jaw thrus) jika korban dicurigai mengalami
cedera cervical. Disini dilihat apakah ada sumbatan jalan napas.
- Breathing : Evaluasi dari pergerakan dada korban apakah simetris atau tidak, distensi
dari pembuluh darah vena pada leher, luka yang terbuka, penderita biasanya akan
terlihat gelisah akibat kesulitan bernapas. Pemberian oksigen terapi 100% diberikan
untuk menurunkan tekanan alveolar terhadap nitrogen, sehingga nitrogen dapat
dikeluarkan dan oksigen dapat masuk melalui sistem vaskular.
Kemudian penanganan dengan needle thoracosintesis menggunakan jarum
dekompresi yang dilakukan pada intercostal 2 pada garis midklavikula. Pengunaan
pipa torakostomi digunakan pada pneumotoraks dengan gejala klinis sulit bernapsa
yang sangat berat, nyeri dada, hipoksia dan gagalnya pemasangan jarum aspirasi
dekompresi. Pada penggunaannya Pipa torakostomi disambungkan dengan alat yang
disebut WSD (water seal drainage).
- Circulation : menilainya dengan meraba denyut nadi, untuk mengevaluasi
kemungkinan tanda-tanda syok pada korban.
Pemberian cairan intravena dilakukan untuk resusitasi awal pasien pneumothoraks
dengan syok. (Punarbawa, I. W. A., & Suarjaya, P. P,2018)

47. Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari anusnya. Pada pemeriksaan colon in loop
didapatkan banyak divertikel di kolon ascenden bagian distal. Kolon sigmoid
menyempit. Diagnosisnya
a. Crohn disease skip lesion (lesi yang melompat2), ulkus dimulai dari ileum
b. Polip kolon
c. Divertikel kolon
d. Hemmoroid interna
e. Kolitis ulserativa  ulkus merata di seluruh kolon
Pembahasan :
Gambar 7. (Hopkin M, 2013)

Inflammatory bowel disease (IBD) merupakan penyakit idiopatik, yang diperkirakan


melibatkan reaksi imun dalam tubuh terhadap saluran pencernaan. Pembagian IBD dibagi
menjadi dua jenis yaitu kolitis ulseratif sebatas pada kolon dan chron disease yang
mengenai dari mulut hingga anus. Berikut perbedaan masing-masing gejala.

Gambar 8. (Firmansyah, M. A, 2013)

Pemeriksaan penunjang (Kolon in Loop)


- Chron disease : string sign (spasme/luka yang mengakibatkan penyempitan pada
lumen ileum) , rectal sparing (perubahan inflamasi di bagian lain daripada kolon)
Gambar 9
- Colitis ulseratif : Lead pipe colon (akibat hilangnya haustra kolon)

Gambar 10

Diverticel colon :

48. Trauma KLL. Mata membuka bila dipanggil. Menghindari bila dirangsang nyeri. Bicara
meracau. GCS? 3+4+3
a. 11
b. 10
c. 9
d. 8
e. 7

Pembahasan :
E3M4V3

49. Seorang pria 75 tahun datang dengan keluhan tidak bisa BAK sejak 1 hari smrs, riwayat
seperti ini sebelumnya disangkal, sebelumnya kencing normal dan tidak ada riwayat trauma.
Pada pemeriksaan fisil didapatkan pasien tampak kesakitan. Didapatkan bulging dan
nyeri tekan suprapubik. Setelah dilakukan kateterisasi dan colok dubur didapatka prostat
teraba membesar, konsistensi kenyal, permukaan rata. Apakah diagnosis pasien
tersebut?
a. Benign prostate hypertrophy
b. Adenokarsinoma prostat
c. Prostatitis
d. Abses prostat
e. Adenokarsinoma buli-buli
Pembahasan :
BPH
BPH seringkali berupa LUTS (lower urinary tract symptoms) yang terdiri atas gejala
obstruksi (voiding symptoms) maupun iritasi (storage symptoms) yang meliputi:
frekuensi miksi meningkat, urgensi, nokturia, pancaran miksi lemah dan sering terputus-
putus (intermitensi), dan merasa tidak puas sehabis miksi, dan tahap selanjutnya terjadi
retensi urine. Skoring untuk mengetahui derajat keparahan obstruksi akibat pembesaran
prostat dapat menggunakan skor IPSS.
Rectal Touche didapatkan :
- tonus sphincter ani kuat
- mukosa rektum licin, tidak ada massa
- ampulla recti intak
- prostat : teraba membesar, polus anterior tidak teraba, konsistensi kenyal, permukaan
licin, nodul tidak ada, dan nyeri tekan tidak ada
- tidak ada darah dan feses pada handscoen
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan adalah urinalisis, pemeriksaan fungsi
ginjal, pemeriksaan Prostate Spesific Antigen (PSA), dan pencitraan (foto polos
abdomen, pielografi intravena atau PIV, pemeriksaan ultrasonografi transrektal atau
TRUS, atau ultrasonografi transabdominal). (Bimandama, M. A., & Kurniawaty,2018).

Ca Prostate
Karsinoma prostat merupakan keganasan yang terbanyak diantara keganasan sistem
urogenitalia pria. Tumor ini menyerang pasien yang berusia di atas 50 tahun, diantaranya
30% menyerang pria berusia 70-80 tahun dan 75% pada usia lebih dari 80 tahun. Gejala
Ca prostat berupa LUTS disertai gejala keganasan seperti berat badan menurun, imunitas
menurun.
Rectal toucher didapatkan :
- tonus spinchter ani kuat
- mukosa rektum licin, tidak ada massa
- prostat dengan ukuran membesar, permukaan berbenjol-benjol, asimetris, konsistensi
padat keras, pool atas tidak teraba walaupun dengan bimanual, tidak ada nyeri tekan
Pemeriksaan penunjang didapatkan kadar PSA > 4 ng/ml. (Yudha, A. K, 2014)

Prostatitis
Prostatitis dapat terjadi secara akut atau kronik, bakterial atau abakterial. Abakterial
prostatis disebut juga prostatosis. Akut bakterial prostatitis biasanya disertai gejala
infeksi traktus urinarius seperti dysuria, frekuensi dan urgensi. Didapatkan adanya
demam. Pemeriksaan menggunakan retal touche dapat menyebabkan penyebaran
infeksi. Evaluasi prostatitis biasanya tes menggunakan 3 gelas. Kultur urine didapatkan
positif pada akut bakterial prostatitis. Prostatitis kronik biasanya berhubungan dengan
uretritis menyebabkan sekresi pada uretra. Pemeriksaan menggunakan 3 gelas didapatkan
pada gelas pertama berwarna kelabu seperti awan disertai mukus. Gelas ketiga disertai
massage prostat mengandung sel darah putih.
Rectal Touche :
- tonus spinchter ani kuat
- mukosa rektum licin, tidak ada massa
- prostat tidak membesar, konsistensi kenyal, permukaan rata, nyeri tekan positif
(White JM JR, O'Brien DP III,2001)

Abses Prostat
Rectal touche didapatkan :
- tonus spinchter ani kuat
- mukosa rektum licin, tidak ada massa
- ampula recti tidak kolaps
- prostat tidak membesar, konsistensi kenyal, permukaan rata, nodul positif, fluktuasi
positif, nyeri tekan positif

Ca Buli
Gejala klinis karsinoma kandung kemih 80-90% berupa hematuria dan 25% mengeluh
urgensi, frekuensi, disuri, dan nyeri pinggul setelah kencing. Lima persen dari penderita
yang telah terjadi metastasis mengeluhkan penurunan berat badan, demam, nyeri tulang,
dan gejala yang berhubungan dengan metastase di paru dan hati. Diagnosis karsinoma
kandung kemih berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan laboratorium, radiologi,
ultrasonografi, dan tomografi komputer. (Janković, S., & Radosavljević, V,2007)

50. Seorang anak laki laki berusia 3 tahun dibawa ibunya karena setiap buang air kecil harus
mengejan. Pada pemeriksaan didapatkan preputium kecil dan retraksi penis. Apakah
diagnose pada pasien?
a. Fimosis
b. Hidrokel
c. Epispadia
d. Hipospadia
e. Granular
Fimosis  dilatasi muara uretra dengan peyang
Parafimosis  bisa nekrosis glans penis
Pembahasan :
Fimosis
Suatu kondisi dimana prepusium tidak dapat diretraksi ke arah glans penis, sedangkan
parafimosis adalah kondisi dimana prepusium yang diretraksikan ke arah glans penis
tidak dapat dikembalikan seperti semula. Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada
pilihan orang tua dan dapat berupa sirkumsisi plastik atau sirkumsisi radikal setelah usia
dua tahun.
Fimosis secara fisiologis hanya melibatkan tidak dapat diretraksikan ke arah glans penis,
mungkin munculnya balooning pada saat berkemih. Nyeri, dysuria atau tanda infeksi
traktus urinarius tidak terlihat. (Mugni A. et al, 2020; Sigumonrong Y, Ardy S, Rodjani
A, Tarmono, Duarsa GWK, Daryanto B, Wahyudi I, Siregar S, Renaldo J, 2016)

Grading Fimosis: (Mugni A. et al, 2020)


Grade I : Preputium dapat diretraksi penuh dengan cincin stenotik pada shaft.
Grade II : retraksi parsial dengan glans tampak sebagian
Grade III : retraksi parsial dan hanya terlihat meatus
Grade IV : tidak dapat diretraksi

Hipospadia
Trias klinis hipospadia yang sering ditemukan pada hipospadia adalah
(1) meatus uretra yang terletak di ventral penis
(2) korde atau penis yang menekuk ke arah ventral
(3) prepusium yang berlebihan di bagian dorsal penis, meskipun tidak selalu dijumpai
pada setiap kasus hipospadia
Diagnosis hipospadia ditegakkan dengan pemeriksaan fisik. Pencatatan pemeriksaan fisik
harus disertai deskripsi temuan lokal seperti posisi meatus uretra, bentuk dan lebar
orifisium, ukuran penis, lempeng uretra, informasi derajat kurvatura penis (pada saat
ereksi), prepusium, dan skrotum bifidum. (Sigumonrong Y, Ardy S, Rodjani A, Tarmono,
Duarsa GWK, Daryanto B, Wahyudi I, Siregar S, Renaldo J, 2016)
Tipe Hipospadia :
Epispadia
Suatu kelainan kongenital dimana lubang uretra terletak di dorsum penis.

51. Seorang wanita 35 tahun datang dengan keluhan BAB berdarah, segar, menetes dan
disertai nyeri dan benjolan dianus yang muncul terutama saat mengejan. Benjolan
muncul ketika melahirkan anak kedua. Pasien mengaku tidak ada perubahan pola buang
air besar maupun penurunan berat badan. Apakah diagnosa pasien tersebut?
a. Abses perianal
b. Prolapsus ani
c. Fistula ani
d. Hemoroid eksterna
e. Fisura ani

Pembahasan :
Pada kasus didapatkan adanya BAB darah segar menetes disertai benjolan. Hal ini
menunjukan terjadinya hemoroid didukung dengan data muncul terutama saat mengejan.
Faktor resiko hemoroid pada kasus ini adalah mengejan pada saat melahirkan.

Hemoroid eksterna
Hemoroid eksterna adalah terjadinya varises pada pleksus hemorodialis inferior di bawah
linea dentata dan tertutup oleh kulit.
Anamnesis didapatkan :
- Perdarahan pada saat defekasi dikarenakan trauma feses yang keras
- Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal akibat kelembaban terus menerus
pada anus sehingga terjadi rangsangan mukus
- Nyeri akibat trombosis dan udeme berulang
- Terdapat benjolan pada anus
Pemeriksaan fisik didapatkan :
- Terdapat pembengkakan vena yang mengalami prolaps
- Lokasi di bawah linea dentata
Penatalaksanaan hemoroid pada umumnya meliputi modifikasi gaya hidup, perbaikan
pola makan dan minum dan perbaikan cara defekasi. Diet seperti minum 30–40
ml/kgBB/hari dan makanan tinggi serat 20-30 g/hari. Perbaikan pola defekasi dapat
dilakukan dengan berubah ke jongkok pada saat defekasi. Penanganan lain seperti
melakukan warm sits baths dengan merendam area rektal pada air hangat selama 10- 15
menit 2-3 kali sehari. (Sudarsono, D. F. 2015).

Prolaps rektum
Prolaps rektum adalah suatu kondisi di mana seluruh lapisan dinding rektum menonjol
melalui saluran anus. Penyebab terjadinya prolaps rektum masih tidak jelas. Konstipasi
kronik, perempua, kehamilan multipara, riwayat operasi pelvis, kelainan organ dasar
panggul, dan kelainan neurologi menjadi salah satu faktor predisposisi tersebut.Gejala
utama pada prolaps rektum adalah konstipasi dan inkontinensia ani. (Murad-Regadas, S.
M., & Pinto, R. A.,2016)
Anamnesis didapatkan :
- Besarnya massa / benjolan yang keluar
- Massa / Benjolan keluar terus menerus atau dapat dimasukkan ke dalam
- Dapat direduksi/ dimasukkan secara spontan atau manual
- Faktor pencetus keluarnya benjolan seperti saat berdiri, mengejan, batuk atau bersin
- Disertai nyeri, perdarahan, gatal di sekitar anus
Pemeriksaan fisik didapatkan :
- Penonjolan mukosa rektal yang terlihat dari anus
- Terlihat lingkaran konsentrik yang tebal pada mukosa rektum
- Terdapat sulkus antara kanalis anal dan rektum
- Edema dan ulserasi pada mukosa rektum, iritasi dan ekskoriasi pada daerah sekitarnya
- Tonus sfingter ani menurun

Fisura Ani
Fissura ani merupakan robekan mucosa, atau luka epitel memanjang sejajar sumbu anus.
Etiologi fisura ani ialah idiopatik, iritasi akibat diare, penggunaan laksatif, cedera partus,
penyakit menular seksual, inflamatory bowel disease.
Anamnesis didapatkan :
- Konstipasi dikarenakan ketakutan defikasi sehingga ditunda terus menerus
- Feses keras
- Nyeri seperti dirobek pada anal canal yang dirasakan pada saat defikasi lalu muncul
nyeri tumpul setelah defekasi yang berlangsung selama 3-4 jam
- Darah segar pada feses
- Mukus discharge
Pemeriksaan fisik didapatkan skin tag, papila hipertrofi dan superfisial fisura.(Sembiring,
L. P, 2017)

Abses Perianal
Infeksi akibat fisura ani apabila terjadi terus menerus akan menyebar ke bawah skin tag
menimbulkan abses perianal.

Fistula Ani
Fistula ani merupakan alur granulomatosa kronik yang berjalan dari anus hingga bagian
kulit luar anus atau daerah perianal. Biasanya sebelum terjadi fistula terdapat abses yang
mendahuluinya. Bercak darah yang berwarna merah cerah pada permukaan feses dan
kertas toilet sering disebabkan oleh fistula.

52. Seorang wanita 26 tahun datang ke UGD setelah 1 jam mengalami kecelakaan. Didapatkan
tek darah 70/40mmhg, nadi 140x/menit, respirasi 30x/menit. Akral dingin pucat dan basah.
Pada pemeriksaan didapatkan fraktur terbuka femur kanan dan kiri disertai perdarahan
masif. Apakah tindakan yang sesuai untuk kasus ini?
Infus RL guyur 1500-2000 cc, lanjut transfusi darah per komponen atau fresh whole
blood, atau koloid
a. RL cepat hingga normovolemik
b. RL 1000 ml cepat dilanjutkan transfusi whole blood
c. Transfusi plasma expander 1000ml dilanjutakn PRC
d. Transfusi whole blood sesuai perkiraan perdarahan
e. Tranfusi fresh frozen plasma sesuai perkiraan perdarahaan

Pembahasan :
Diagnosis : Syok hipovolemik ec Perdarahan
Pada kasus terjadi fraktur terbuka femur, pada fraktur femur jumlah perdarahan yang
hilang sangat besar sebanyak 1-1,5 liter sehingga diperlukan resusitasi cepat
menggunakan larutan isotonic sebelumnya sambil menunggu ketersediaan dari transfusi
darah.

Gambar 11. (Pascoe S & Lynch J, 2007)

53. Pasien kecelakaan lalu lintas, datang dengan keluhan lemas, pemeriksaaan fisik dalam batas
normal, kemudian pasien pulang kembali. Keesokan harinya pasien datang kembali dgn
tidak sadarkan diri. Apa diagnosis yg tepat?
1. kerusakan akson difus
2. Perdarahan epidural
3. Infark watershed

Pembahasan :
Pada kasus terlihat bahwa pasien mengalami lucid interval yaitu fase sadar-tidak sadar-
sadar lagi hal ini menunjukan bahwa terdapat perdarahan pada epidural. Letak EDH
berperan dalam menentukan cepat lambatnya gejala defisit neurologis yang muncul,
terkait dengan jarak EDH dengan jaras motorik batang otak. EDH dibagian frontal atau
subfrontal akan lambat memberikan efek pendesakan dibandingkan di daerah temporal.
Volume EDH yang cukup besar pada daerah temporal akan mendesak unkus dan girus
hipokampus kearah garis tengah dan tepi bebas tentorium dan akan menyebabkan
penurunan GCS, adanya lucid interval selama beberapa jam dan kemudian terjadi
defisit neurologis berupa dilatasi pupil ipsilateral dan hemiparesis kontralalateral.
Manifestasi klinis pada EDH ialah ketika kepala terbanting atau terbentur mungkin
penderita pingsan sebentar dan segera sadar kembali. Dalam waktu beberapa jam,
penderita akan merasakan nyeri kepala yang progresif, diikuti kesadaran yang berangsur
menurun. Masa antara dua penurunan kesadaran ini selama penderita sadar setelah terjadi
kecelakaan disebut lucid interval. Gejala klinis lain dapat berupa: cefalgia, muntah,
kejang, hiperrefleksia, Refleks babinsky + unilateral, pupil dilatasi.
Pemeriksaan penunjang pada CT-scan non kontras didapatkan lesi hiperdens berbentuk
bikonveks. (Mugni A. et al, 2020; Astuti, E., Saanin, S., & Edison, E, 2016)

54. Seorang lelaki kakinya ditembak 5 hari yg lalu, kemudian datang ke ugd. Luka berwarna
merah kehitaman berbau busuk dan bernanah. Luka menjadi busuk akibat terkontaminasi
kuman apa?
a. H. influenza
b. Streptococcus viridians
c. Streptococcus beta hemoliticus
d. Staphylococcus aureus

Pembahasan :
Infeksi akibat Staphylococcus biasanya dihubungkan dengan luka terutama pada pasien
rawat inap. Luka pada pasien rawat inap berasal dari operasi, ulkus dekubitus, ulkus
diabetikum, atau hospital- or community-acquired injuries. Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri tersering yang didapatkan dari isolasi luka. S
aureus menyebabkan luka pada kulit dan terbentuk abses ditempat lain akibat toksin
yang dilakukan. Tes yang dilakukan untuk identifikasi S.aureus ialah tes clumping,
koagulase dan hemolisin. (Pereira-Franchi, E., Barreira, M. Costa, N., Fortaleza, &
Cunha, M., 2017)
 
55. laki-laki usia 22 tahun jatuh terpeleset dari tangga, pasien merasa nyeri pada kaki kirinya.
Pada PF deformitas (+), nyeri tekan (+), krepitasi (+). Pada foto rontgen tampak fraktur pada
femur sinistra. Komplikasi apa yang dapat terjadi pada kasus ini?
a. delayed union
b. drop foot  bila ada fraktur proximal fibula, n. Peroneus communis
c.
d.
Pembahasan :
Fraktur Femur
Fraktur femur dibagi menjadi :
- Fraktur Collum Femur
- Fraktur trochanter femur
- Fraktur midshaft femur
- Fraktur distal femur
Manifestasi klinis terjadinya fraktur yaitu :
- Tanda tidak pasti fraktur
1. Nyeri terus menerus dan bertambah berat. Nyeri berkurang jika fragmen tulang
diimobilisasi.
2. Hilangnya fungsi, diakibatkan oleh rasa nyeri atau tidak mampu melakukan
gerakan.
3. Deformitas dapat disebabkan oleh pergeseran fragmen pada eksremitas.
Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal.
4. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam
atau beberapa hari setelah cedera.
- Tanda pasti fraktur
1. Gerakan abnormal (“false movement”), gerakan yang pada keadaan normal tidak
terjadi.
2. Deformitas akibat fraktur, umumnya pemendekan tulang, karena kontraksi otot
yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
3. Tulang ekspose karena robekan kulit dan otot akibat diskontinuitas kulit.
4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
Komplikasi dini yang dapat terjadi adalah berupa : syok, emboli lemak, trauma pembuluh
darah besar,csindroma kompartemen trauma saraf, thromboemboli, penurunan kadar
hemoglobin/anemia dan infeksi.
Komplikasi lanjut dapat berupa :
a. Delayed union, fraktur femur pada pada orang dewasa mengalami union dalam 4
bulan.
b. Non union, apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan sklerotik dicurigai adanya
non union dan diperlukan fiksasi interna dan bone graft.
c. Malunion, adalah suatu keadaan tulang patah yang telah mengalami penyatuan
dengan fragmen fraktur berada dalam posisi tidak normal (posisi buruk). Malunion
terjadi karena reduksi yang tidak akurat, atau imobilisasi yang tidak efektif dalam
masa penyembuhan.
d. Kaku sendi lutut, setelah operasi femur biasanya terjadi kesulitan pergerakan pada
sendi lutut. Hal ini disebabkan oleh adanya adhesi periarticular atau adhesi
intramuscular. Hal ini dapat dihindari apabila fisioterapi yang intensif dan sistematis
dilakukan lebih awal. (Korompilias, A. V., Lykissas, M. G., Kostas-Agnantis, I. P.,
Vekris, M. D., Soucacos, P. N., & Beris, A. E. 2013).

56. Seorang perempuan datang dengan keluhan tidak bisa BAB. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan peristaltic yang meningkat. Apakah pemeriksaan penunjang yang sebaiknya
dilakukan?
a. Foto BNO
b. Foto BNO-IVP
c. Usg abdomen
d. CT scan
e. MRI
Pembahasan :
BNO, Buik Nier Overzich, atau Kidney, Ureter, Bladder merupakan pemeriksaan traktus
urinaria. Apabila dilakukan dengan memasukkan zat kontras media positif ke pembuluh
darah vena maka disebut BNO IVP. Pemeriksaan ini diindikasikan pada pasien dengan
hydronefrosis, nefritis, batu ginjal, dan trauma ruptur ginjal. (Sue, 2018)
USG abdomen merupakan salah satu metode pencitraan yang efektif dalam membantu
diagnosis pada beberapa kasus akut abdomen yang disebabkan karena trauma dan
nontrauma. USG tidak hanya mendeteksi cairan bebas intra abdomen akan tetapi juga
cairan dalam organ intraabdominal. Pemeriksaan non infasif, cepat, relatif murah, dan
bisa dilakukan pada penderita dengan gangguan hemodinamik.
CT Scan dilakukan untuk menilai apakah terdapat cedera pada organ intra abdomen pada
pasien dengan hemodinamik stabil. CT scan harus mengenai regio abdomen secara
keseluruhan termasuk daerah pelvis. diperlukan banyak waktu, sehingga dilakukan pada
pasien dengan hemodinamik stabil dan tanpa tanda peritonitis. (Mohamed El Wakeel,
2015)
MRI merupakan salah satu modalitas diagnostik yang dapat digunakan untuk
menampakan informasi anatomis dan kelainan pada abdomen. MRI mampu memberikan
perbedaan citra yang baik dari jaringan normal dan sensitifitas yang tinggi terhadap suatu
penyakit. (Felayani,F., 2019)

57. Wanita 21 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 12 jam yang lalu,
bertambah berat bila batuk, disertai mual muntah dan demam. Dari pemeriksaan fisik
dijumpai nyeri tekan lepas pada region kiri bawah. Apakah nama tanda tersebut?
a. Rovsing sign
b. Puddle sign
c. Straight leg sign
d. Obturator sign
e. Psoas sign
Pembahasan :
Rovsing sign adalah nyeri abdomen di kuadran kanan bawah apabila dilakukan
penekanan pada abdomen bagian kiri bawah, hal ini diakibatkan oleh adanya nyeri lepas
yang dijalarkan karena iritasi peritoneal pada sisi yang berlawanan. (Mugni A. et al,
2020)

Straight leg sign, pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang berbaring lalu kedua
tungkai diluruskan (diekstensikan), kemudian satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan
(fleksi) persendian panggulnya. Tungkai yang satu lagi harus selalu berada dalam
keadaan ekstensi (lurus). (Lynn S. Bickley, Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan
Riwayat Kesehatan. 8th edn , 2012)
Obturator sign adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut difleksikan
kemudian dirotasikan ke arah dalam dan luar secara pasif. Merupakan tanda iritasi pada
musculus obturator internus. Test ini dilakukan dengan cara pasien tidur terlentang
dengan flexi hip kanan 90 derajat, pegang sendi ankle kanan dengan tangan kanan
pemeriksa, lakukan endorotasi. Bila terasa nyeri maka diduga appendiks mengalami
inflamasi, membesar sehingga menyentuh muskulus obturator internus. (Mugni A. et al,
2020)

Psoas sign adalah nyeri akibat dari iritasi otot iliopsoas yang menandakan adanya
appendicitis letak retrocoecal. Test ini dilakukan dengan cara menegangkan otot pada
posisi hiperextensi hipsecara pasif atau mengkontraksikan otot pada flexi hip aktif. Bila
appendiks terletak dekat dengan musculus iliopsoas maka akan menyebabkan nyeri pada
peregangan atau kontraksi otot. (Mugni A. et al, 2020)
58. Wanita keluhan demam sejak 3hr disertai sakit kepala nyeri perut kanan dan muntah
sehingga tidak dapat makan. 1 minggu lalu pasien terpeleset dan perut terbentur ke kursi.
TTv: TD 100/80, R 28, N: 120 S: 39,5. Inspeksi abd dbn, NT sedikit di hipocondrium kanan
(+), NT sedikit McBurney (+), NT suprapubik (+). Pemeriksaan lain yang menunjang
diagnosis?
a. Murphy dan Psoas
b. Cullen sign dan Turner Sign
c. Palpasi bimanual dan ketok CVA -> pemeriksaan ginjal
d. Kaku kuduk, babinsky, APR, KPR
e. McBurney dan Murphy
Pembahasan :
Pada kasus curiga mengalami perdarahan intraabdomen dikarenakan terjadi trauma pada
perut. Demam menandakan telah terjadinya infeksi akibat perdarahan tersebut. Adanya
nyeri pada suprapubik, Mcburney serta hipokondrium kanan merupakan reaksi dari
rangsang peritoneum.
Cullen sign & Turner Sign

A. Cullen sign ; B. Turner sign


Cullen dan Grey Turner sign menandakan adanya perdarahan internal dan memerlukan
anamnesis dan pemeriksaan yang cermat, termasuk studi koagulasi, serum lipase dan
amilase, dan pencitraan.
Cullen sign adalah memar superficial pada lemak subkutan disekitar umbilicus. Biasanya
ditemukan pada pankreatitis akut, rupture limpa, ulkus perforasi, rupture KET, tumor
intraabdomen maupun komplikasi antikoagulasi.
Gray Turner adalah tanda adanya ekimosis pada area flank dan dapat terjadi bersamaan
dengan munculnya tanda Cullen sign, terutama pada pasien dengan perdarahan
retroperitoneal. (Chung, K.M. and Chuang, S.S., 2011)

Murphy sign
(+) apabila pasien merasakan nyeri dengan menahan nafas pada saat inspirasi (normalnya
terjadi pada akhir insipirasi) dan suspek untuk kolesistitis akut
(-) apabila pasien tidak merasakan nyeri pada saat inspirasi (Busti AJ 2015)
Psoas Sign : Pemeriksaan fisik mengarah pada appendicitis. (+) : Nyeri pada bagian
abdomen kanan bawah apabila dilakukan ekstensi tungkai bawah kanan.

Achilespess Reflex (APR)


Tes refleks Achilles dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan lengkap terutama pada
saat menilai fungsi neurologis dari ekstremitas bawah. Pemeriksaan ini untuk memeriksa
deep tendon dengan menggunakan palu refleks untuk menilai akar saraf S1 pleksus
lumbosakral. Ini dapat membantu membedakan patologi UMN dari patologi LMN serta
membantu melokalisasi lesi. (Zimmerman, B. and Hubbard, J.B., 2019)

Knee pess Reflex (KPR)


Pemeriksaan knee jerk reflex yang menghasilka abdnormal dapat memprediksi cedera
pada akar L3,L4 pada pasien dengan radikulopati lumbal. (Ginanneschi, F., Mondelli, M.,
Piu, P. and Rossi, A., 2015)

Kaku Kuduk
(+) apabila terdapat tahanan pada saat diberikan rangsangan
Pemeriksaan kaku kuduk dapat memberikan hasil positif pada kasus selain meningitis,
seperti pada  myelitis, tumor korda spinalis, perdarahan subarachnoid, tetanus, bahkan
stroke

59. Seorang anak 7 thn dibawa oleh orangtuanya ke dokter dg keluhan mual dan muntah tiap
kali makan dan minum. Nyeri pd perut kanan bawah. Hb: 12 mg/dl, leukosit:
22.000/mm3, trombosit: 200.000. Pada pemeriksaan fisik TD 90/50 mmHg, nadi
120x/menit, RR 20x/menit, Tax 38oC, nyeri tekan perut kanan bawah. Dx?
a. Urethritis
b. Hepatitis
c. Appendicitis
d. pankreatitis
e. Gastritis
Pembahasan :
Berdasarkan kasus skor alvarado pasien adalah skor 6 dengan kemungkinan diagnosis
appendicitis sebesar 66% sehingga diperlukan pemeriksan lebih lanjut berupa
pengambilan darah serta USG.
Anamnesis pada appendicitis ialah nyeri abdomen, demam >38°C , anoreksia. Nyeri
diawali di abdomen bagian atas lalu berpindah di area abdomen kuadrant kanan bawah.
Nyeri semakin meningkat apabila pasien batuk dan berkurang apabila posisi pasien
membungkuk. (Mugni A. et al, 2020 ; Snyder, M. J., Guthrie, M., & Cagle, S. D, 2018)

Pemeriksaan fisik yang biasanya didapatkan : (Mugni A. et al, 2020)


- Mc burney sign : nyeri tekan pada 1/3 kuadran kanan bawah
- Rovsing sign : nyeri pada bagian abdomen kanan bawah apabila dilakukan penekanan
pada regio abdomen kiri bawah
- Psoas sign : nyeri pada bagian abdomen kanan bawah apabila dilakukan ekstensi
tungkai bawah kanan
- Obturator sign : nyeri pada bagian abdomen kanan bawah apabila paha kanan
dilakukan fleksi serta dirotasi internal
- Nyeri tekan lepas (rebound pain)
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan shift to the left serta leukositosis pada
pemeriksaan laboratorium darah, pemeriksaan USG didapatkan target sign.
Gambar. Mugni A. et al, (2020) ; Ohle, R., O'Reilly, F., O'Brien, K. K., Fahey, T., &
Dimitrov, B. D. (2011)

Uretritis
Uretritis adalah peradangan pada uretra dan terbagi menjadi Uretritis Gonokokus (UG)
dan Uretritis non Gonokokus (UNG). Uretritis gonorea adalah penyakit kelamin berupa
peradangan pada uretra, suatu diplokokus Gram negatif ditandai dengan adanya pus yang
keluar dari orifisium uretra eksternum, rasa panas, gatal dibagian distal uretra, disuria,
polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah dalam
urin dan disertai rasa nyeri saat ereksi. Uretris non gonorea adalah suatu peradangan pada
uretra yang bukan disebabkan oleh infeksi gonokokus tetapi oleh Chlamydia trachomatis
dan Ureaplasma urealyticum dengan gejala seperti discharge dari penis, rasa terbakar atau
sakit saat buang air kecil dan gatal. (Gillespie, C. W., Manhart, L. E., Lowens, M. S., &
Golden, M. R., 2013)

Pankreatitis
Diagnosis pankreatitis akut ditegakkan dengan dua dari tiga kriteria berikut (Kriteria
Atlanta):
- nyeri perut yang konsisten dengan penyakit (nyeri epigastrium atau kuadran kiri atas,
nyeri umumnya dideskripsikan dengan nyeri konstan dengan penyebaran ke
punggung, dada, atau pinggang),
- kadar serum amilase dan/atau lipase lebih dari 3 kali lipat batas atas normal, dan
- temuan karakteristik dari pemeriksaan radiologis/imaging abdomen. (Tenner, S.,
Baillie, J., DeWitt, J. and Vege, S.S., 2013)
Hepatitis
Pada hepatitis akut gejala amat ringan dan apabila ada gejala, maka gejala itu seperti
gejala influenza. Gejala itu berupa demam ringan, mual, lemas, hilang nafsu makan, mata
jadi kuning, kencing berwarna gelap, diare dan nyeri otot. Pada sebagian kecil gejala
dapat menjadi berat dan terjadi fulminan hepatitis yang mengakibatkan kematian.
Sulaiman, (A., Akbar, H.N., Lesmana, L.A. and Noer, H.M.S., 2007)
60. Laki-laki 65 tahun dibawa keluarganya ke RS karena sering lupa meletakkan barang-
barang dan mulai sering marah-marah sejak 1 tahun terakhir. Pada pemeriksaan fisik dan
neurologis dalam batas normal. Skor MMSE 5, dari pemeriksaan CT Scan dijumpai atrofi
pada lobus frontotemporal. Diagnosis?
a. Dementia Alzheimer
b. Dementia vascular
c. Dementia frontotemporal
d. Delirium
e. Mild Cognitive Impairment
Pembahasan :
Pada kasus didapatkan bahwa pasien selama 1 tahun terakhir disertai MMSE skor 5
(Severe Cognitive Impairment) yang mengarah kepada demensia. Pada CT scan
didapatka bahwa pasien mengalami atrofi lobus frontotemporal sehingga jenis demensia
frontotemporal yang biasanya ditandai dengan perubahan perilaku seperti bersikap kasar,
suka marah-marah dan berbicara vulgar.
Demensia Frontotemporal
Sindrom klinis yang ditandai oleh kemunduran kepribadian, tingkah laku sosial, dan
kognisi yang progresif. Perubahan ini hasil dari degenerasi lobus frontotemporal (FTLD)
yang terkait dengan berbagai patologi heterogen. (Rascovsky, K., Hodges, J.R.,
Knopman, D., Mendez, M.F., Kramer, J.H., Neuhaus, J., Van Swieten, J.C., Seelaar, H.,
Dopper, E.G., Onyike, C.U. and Hillis, A.E., 2011)

International consensus criteria for behavioural variant FTD (FTDC)


I. Penyakit Neurodegeneratif
Gejala berikut harus ada untuk memenuhi kriteria untuk bvFTD
A. Menunjukkan kemunduran perilaku dan / atau kognisi secara progresif
II. Possible bvFTD
Tiga dari gejala perilaku / kognitif (A – F) berikut harus ada untuk memenuhi
kriteria. Syarat bahwa gejalanya persisten atau berulang, bukan kejadian tunggal atau
jarang.
A. Disinhibisi perilaku awal (minimal satu positif)
A.1. Perilaku sosial yang tidak pantas
A.2. Kehilangan sopan santun atau sopan santun
A.3. Tindakan impulsif, gegabah atau ceroboh
B. Apatis dini atau inersia (minimal satu positif)
B.1. Apati
B.2. Inersia
C. Kehilangan simpati atau empati dini (minimal satu positif)
C.1. Respons yang berkurang terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain
C.2. Minat sosial, keterkaitan, atau kehangatan pribadi yang berkurang
D. Perilaku perseveratif, stereotip atau kompulsif / ritualistik (minimal satu positif)
D.1. Gerakan berulang
D.2. Perilaku kompleks, kompulsif atau ritualistik
D.3. Stereotypy of speech
E. Hiperoralitas dan perubahan pola makan (minimal satu positif)
E.1. Preferensi makanan yang berubah
E.2. Peningkatan nafsu makan, peningkatan konsumsi alkohol atau rokok
E.3. Konsumsi benda yang tidak bisa dimakan
F. Profil neuropsikologis: defisit fungsi eksekutif /fungsi memori dan visuospasial
(minimal satu positif)
F.1. Defisit dalam tugas eksekutif
F.2. Hemat relatif dari memori episodik
F.3. Penghematan relatif keterampilan visuospatial
III. Probable bvFTD
Semua gejala berikut (A – C) harus ada untuk memenuhi kriteria.
A. Memenuhi kriteria untuk kemungkinan bvFTD
B. Menunjukkan penurunan fungsional yang signifikan (berdasarkan laporan
pengasuh atau yang dibuktikan dengan Skala Penilaian Demensia Klinis atau skor
Kuesioner Kegiatan Fungsional)
C. Hasil pencitraan yang konsisten dengan bvFTD (minimal satu positif)
C.1. Atrofi temporal frontal dan / atau anterior pada MRI atau CT
C.2. Hipoperfusi temporal frontal dan / atau anterior atau hipometabolisme pada
PET atau SPECT
IV. Varian perilaku FTD dengan Patologi FTLD yang pasti
Kriteria A dan kriteria B atau C harus ada untuk memenuhi kriteria.
A. Memenuhi kriteria untuk bvFTD yang mungkin atau mungkin
B. Bukti histopatologis FTLD pada biopsi atau post-mortem
C. Adanya mutasi patogen yang diketahui
V. Kriteria pengecualian untuk bvFTD
Kriteria A dan B harus tidak ada untuk setiap diagnosis bvFTD. Kriteria C dapat
positif untuk kemungkinan bvFTD tetapi harus negatif untuk kemungkinan bvFTD.
A. Pola defisit lebih baik diperhitungkan oleh sistem saraf non-degeneratif atau
gangguan medis lainnya
B. Gangguan perilaku lebih baik diperhitungkan dengan diagnosis psikiatrik
C.Biomarker sangat mengindikasikan penyakit Alzheimer atau proses
neurodegeneratif lainnya

Demensia Alzheimer
Penyakit Alzheimer (AD) adalah penyakit degeneratif otak primer yang tidak diketahui
penyebabnya, dengan fitur neuropathological dan neurokimia yang khas yaitu tangles
neurofibrillary. Hal ini biasanya onset perlahan dan berkembang perlahan tapi pasti
selama bertahun-tahun.
Kriteria diagnosis demensia tipe Alzeimer’s dilihat berdasarkan NINCDS-ADRDA
yaitu :
a. Kriteria untuk diagnosis klinis "probable Alzheimer disease" meliputi:
 Demensia didirikan dengan pemeriksaan klinis dan didokumentasikan demensia
uji score
 Defisit dalam dua atau lebih bidang kognisi
 Progresif memburuknya memori dan fungsi kognitif lainnya.
 Tidak ada gangguan kesadaran.
 Onset antara usia 40 dan 90, paling sering setelah usia 65
b. Diagnosis klinis "possible Alzheimer disease":
 Dapat dibuat atas dasar sindrom demensia, tidak adanya gangguan saraf,
kejiwaan, atau sistemik lainnya cukup untuk menyebabkan demensia, dan dengan
adanya variasi di awal, dalam presentasi, atau dalam kursus.
 Defisit kognitif parah secara bertahap progresif tunggal diidentifikasi dengan
tidak adanya penyebab lain yang dapat diidentifikasi.
c. Kriteria untuk diagnosis definite Alzheimer’s disease adalah Kriteria klinis untuk
definite Alzheimer’s disease dan histopatologis bukti yang diperoleh dari biopsi
atau otopsi (Alzheimer's Association, 2016)

Demensia vascular
Kriteria diagnosis demensia vaskuler menurut NINDS-AIREN yaitu:
- Kriteria untuk diagnosis klinis probable demensia vascular mencakup :
 Demensia didefinisikan oleh penurunan kognitif dari tingkat sebelumnya lebih
tinggi dari fungsi dan dimanifestasikan dengan gangguan memori dan dari dua atau
lebih domain kognitif (orientasi, perhatian, bahasa, fungsi visuospasial, fungsi
eksekutif, kontrol motor, dan praksis)
 Penyakit serebrovaskular, didefinisikan oleh ditemukannya tanda tanda fokal pada
pemeriksaan neurologis, seperti hemiparesis, kelemahan wajah yang lebih rendah,
Babinski tanda, defisit sensorik, hemianopia, dan disartria konsisten dengan stroke
(dengan atau tanpa riwayat stroke)
 Hubungan antara dua gangguan diatas, diwujudkan atau disimpulkan oleh adanya
satu atau lebih dari berikut ini:
(a) timbulnya demensia dalam waktu 3 bulan setelah stroke yang diakui;
(b) penurunan mendadak dalam fungsi kognitif; atau berfluktuasi, perkembangan
bertahap dari defisit kognitif
- Diagnosis klinis Posible VAD:
 Kehadiran awal gangguan cara berjalan (gait smallstep atau marche a petits pas,
atau magnet, apraxic-ataxic atau parkinsonian kiprah)
 Riwayat jatuh yang tidak diketahui
 Kepribadian dan perubahan mood, abulbia, depresi, inkontinensia emosional, atau
defisit subkortikal lainnya termasuk psikomotor keterbelakangan dan fungsi eksekutif
abnormal
- Kriteria untuk diagnosis definite VAD adalah :
 Kriteria klinis untuk kemungkinan demensia vascular
 Bukti histopatologi demensia vascular yang diperoleh dari biopsi atau otopsi
 Tidak adanya neurofibrillary tangle dan plak neuritik
 Tidak adanya gangguan klinis atau patologis lainnya mampu menghasilkan
demensia.

MMSE
Digunakan untuk menskrining ada tidaknya penurunan kognitif yang mengarah ke
demensia. (Ong, P.A., Muis, A., Rambe, A.S., Widjojo, F.S. and Laksmidewi, A.A.,
2015.)

61. Seorang anak sering dikeluhkan oleh guru sekolahnya kepada orang tua karena sering
melamun. Anak tersebut dikatakan tiba-tiba melamun di tengah pelajaran, bengong
beberapa saat namun kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya seakan tidak terjadi
apa-apa. Penatalaksanaan pada pasien ini adalah…
a. Carbamazepine
b. Asam Valproate
c. Fenitoin
d. Fenobarbital
e. Diazepam
Pembahasan :
Pada kasus didapatkan anak melamun dan dapat melanjutkan aktivitas seakan tidak
terjadi apa-apa (amnesia) menunjukkan tanda pasien kejang absans.

Chilhood Absance Epilepsy


Childhood absen epilepsy (CAE) adalah sindrom epilepsi pediatrik umum dengan
semiologi kejang yang berbeda. Kejang biasanya dimulai antara usia 4 dan 10 tahun,
dengan puncaknya sekitar 6-7 tahun. Kejang terjadi berkali-kali setiap hari dan terdiri
dari pandangan kosong secara singkat, kadang-kadang dengan irama mata berkedip atau
automatisme motorik, berlangsung selama beberapa detik, dengan segera kembali ke
tingkat kesadaran dan aktivitas dasar.
Pengobatan pilihan untuk CAE dengan kejang tidak ada hanya etosuksimid. Asam
valproat dan lamotrigin juga merupakan pengobatan yang efektif bagi banyak pasien,
tetapi bila dibandingkan dengan etosuksimid, asam valproat memiliki efek samping yang
lebih buruk dan lamotrigin kurang efektif.
Asam valproat adalah obat pilihan sebagai monoterapi awal pada CAE ketika kejang
tonik-klonik umum terjadi, karena Etoxusimide tidak efektif terhadap tipe kejang di luar
kejang absans. Asam valproat juga lebih disukai sebagai pengobatan kedua ketika ETX
gagal.
Carbamazepin digunakan sebagai lini pertama pada Epilepsi tipe kejang parsial.
Fenitoin dan fenobarbital sebagai lini pertama epilepsy pada kehamilan.
(Kessler, S.K. and McGinnis, E., 2019)

62. Seorang pasien berusia 23 tahun dibawa ke IGD RS dengan keluhan penurunan
kesadaran.  Awalnya pasien kecelakaan sepeda motor dan pasien menyorong sepeda
motornya ke rumah sakit terdekat. Akan tetapi di depan IGD rumah sakit pasien tersebut
tiba-tiba pingsan dan tidak sadarkan diri. Pada pemeriksaan neurologis dijumpai pupil 5
mm/3mm, reflex cahaya +/+ dan didapatkan hemiparesis dextra. Dokter kemudian
melanjutkan dengan pemeriksaan Head CT-scan. Apa yang diharapkan dari hasil CT-Scan
tersebut?
a. Bikonveks
b. Crescent
c. Semilunar
d. Pergeseran midline -> adanya tanda peningkatan TIK
e. Evan's ratio meningkat

Pembahasan :
Pada kasus mengarah pada EDH terdapat adanya lucid interval yaitu kondisi tidak sadar-
sadar-tidak sadar post trauma. Selain itu pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya pupil
dilatasi disertai hemiparesis dextra.
Manifestasi klinis pada EDH ialah ketika kepala terbanting atau terbentur mungkin
penderita pingsan sebentar dan segera sadar kembali. Dalam waktu beberapa jam,
penderita akan merasakan nyeri kepala yang progresif, diikuti kesadaran yang berangsur
menurun. Masa antara dua penurunan kesadaran ini selama penderita sadar setelah terjadi
kecelakaan disebut lucid interval. Gejala klinis lain dapat berupa: cefalgia, muntah,
kejang, hiperrefleksia, Refleks babinsky + unilateral, pupil dilatasi.
Pemeriksaan penunjang pada CT-scan non kontras didapatkan lesi hiperdens berbentuk
bikonveks. (Astuti, E., Saanin, S., & Edison, E, 2016)

SDH (bentuk crescent/semilunal


Evan Ratio adalah rasio lebar maksimum frontal horn pada ventrikel lateral dan diameter
internal maksimal tengkorak pada level yang sama yang digunakan pada CT aksial dan
MRI. Pemeriksaan berguna sebagai penanda volume ventrikel dan telah diusulkan
sebagai biomarker yang membantu dalam diagnosis Normal Pressure Hidrcopehalus
(NPH). (Bell DJ, 2018)

63. Wanita, 25 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut kanan bawah. Nyeri
berulang sejak 2 tahun lalu tetapi hilang timbul dan sembuh sendiri. Nyeri bersifat serangan
dan menjalar ke lipat paha. Hasil laboratorium: leukosit 12.000, sedimen urine leukosit +4,
eritrosit +5. Plano tes: negatif. Diagnosis?
a. Appendicitis akut
b. Appendicitis kronik
c. Batu saluran kemih
d. KET
Jawab :
a. Appendicitis akut merupakan peradangan pada appendix dalam kurun waktu 48 jam yang
ditandai dengan nyeri periumbilical menjalar ke fossa illiac kanan. Gejala dapat berupa
nyeri pada regio abdomen kanan bawah, mual, muntah, demam, dan anorexia. Pada
pemeriksaan fisik didapatakan nyeri tekan regio kanan bawah, abdomen rigidity, rovsing
sign (+), obturator sign (+), dan psoas sign (+). Pada pemeriksaan laboratorium darah
dapat ditemukan leukositosis dengan dominan nuetrofil.(Matthew J. Snyder, Marjorie
Guthrie and Staphem Cagle, 2018)
b. Appendicitis kronik merupakan peradangan kronik pada appendix dimana gejala yang
ditimbulkan lebih ringan berupa nyeri abdomen terus menerus yang berlangsung > 2 hari
dan berlanjut hingga beberapa minggu, bulan atau bahkan tahun. Pemeriksaan
laboratorium dalam batas normal. Penegakkan diagnosis membutuhkan pemeriksaan
penunjang imaging berupa USG, CT Scan, dan barium enema. (Kothadia, Katz and
Ginzburg, 2015)
c. Batu saluran kemih merupakan pembentukan batu di saluran kemih meliputi batu ginjal,
ureter, buli dan uretra. Faktor resiko terjadinya pembentukan batu adalah riwayat batu
saluran kemih usia muda, faktor keturuanan, indeksi, sindroma metabolik, dan obat-
obatan. Pada anamnesis pasien dapat ditemukan keluan sakit pinggang ringan-berat,
disuria, hematuriam retensi urin dan anuria. Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan,
dan nyeri ketok. Pemeriksaan urin rutin dapat ditemukan eritrosuria, leukosuria,
bakteriuria, nitrit dan perubahan pH urin. (Rasyid, Kusuma and Atmoko, 2018)
d. KET (kehamilan ektopik tergangu) adalah kondisi implantasi embrio di luar rahim
(uterus) dapat terjadi di berbagai segmen tuba fakopii, ovariun, rongga peritoneum atau di
dalam serviks. Jika terjadi ruptur pada tempat implantasi maka terjadi keadaan
perdarahan masif dan nyeri abdomen akut. Terdapat trias gejala yang dapat ditemukan
pada KET yaitu menstruasi terlambat. (Cunningham et al., 2014)

64. Seorang pria 30 tahun datang keluhan nyeri pada perut bagian bawah. Keluhan disertai mual
dan muntah. Penderita tidak bisa BAB. Pada pemeriksaan fisik didapatkan peregangan
abdomen, peristaltic usus meningkat, dan hipertimpani. Tanda-tanda dan gejala yang
menunjang diagnosis adalah:
a. Peristaltic usus meningkat, hipertimpani, muntah
b. Peregangan abdomen, muntah, konstipasi absolute, peristaltic usus menigkat
c. Peregangan abdomen, muntah, konstipasi absolute, nyeri
d. Nyeri, muntah, peristaltic usus meningkat, hipertimpani, konstipasi absolute
e. Nyeri, muntah, peristaltic usus meningkat, hipertimpani
Jawab : C
Pembahasan:
Pada kasus ini pasien curiga terjadi obstruksi intestinal.
Adapun gejala dan tanda yang menunjang diagnosis tersebut:
 Nyeri abdomen kolik
 Distensi abdomen
 Muntah
 Obstipasi/konstipasi
(Kasper et al., 2015)

65. Seorang pria usia 49 tahun datang kedokter dengan keluhan terjadi pembesaran pada
skrotumnya, yang tidak disertai rasa nyeri serta tidak terjadi gangguan seksual. Pada palpasi,
scrotum membesar, lunak, tetapi tidak teraba adanya massa tumor. Tidak didapatkan
pembesaran kelenjar lymphe inguinal. Transilumination test (+). Penyakit apakah yang
paling mungkin diderita oleh penderita ini ?
a. Hydrocele
b. Varicocele
c. Elephantiasis
d. Orchitis
e. Seminoma
Jawab : A
Pembahasan
A. Hidrokel merupakan akumulasi cairan serous yang berlebih diantara lapisan parietal dan
visceral dari tunika vaginalis. Akumulasi cairan ini terjadi akibat adanya
ketidakseimbangan antara produksi dan reabsorbsi sistem limfatik disekitarnya. Gejala
pada hidrokel ini tidak didapatkan nyeri kecuali terjadi komplikasi. Pada pemeriksaan
transiluminasi dilakukan penyinaran pada kantung skrotum. Hasil positif apabila cahaya
terpendar yang menandakan adanya cairan jernih di sekitar testis. Pada hidrokel
didapatkan transiluminasi (+).
B. Varicocele merupakan dilatasi abnormal dan plexus pampiniformis dan vena spermatika
interna. Varicocele merupakan penyebab terbanyak terjadinya infertilitas pada pria
akibat pengaruh terhadap spermatogenesis dan fungsi sel leydig. Gejala yang
ditimbulkan berupa nyeri testikuler (sering tumpul), memberat ketika beraktifitas.
Pemeriksaan fisik dapat ditemukan gambaran pembuluh darah yang dilatasi seperti
“worm” dan dapat dilakukan valsava manuver untuk membantu pemeriksaan. (Paick
and Choi, 2019)
C. Elephantiasis pada skrotum disebut sebagai scrotal elephantiasis atau massive scrotal
lymphedema. Penyakit ini meruakan kondisi yang disebabkan oleh obstruksi, aplasia,
hipoplasia dari pembuluh darah limfatik di skrotum. Penyebab tersering adalah infeksi
parasit filaria yaitu Wuchereria bancrofti. Hal ini menyebabkan terjadinya retensi cairan
dan pembengkakan jarigan (lymphaedema). Pada anamnesis penting untuk menggali
riwayat daerah endemik. Pada umumnya penyakit ini tanpa gejala. (WHO, 2003)
D. Orchitis merupakan kondisi inflamasi pada testis dapat terjadi unilateral dan bilateral.
Kondisi inflamasi ini dapat disebabkan oleh karena infeksi baik bakteri maupun virus
dan autoimun. Gejala yang dapat ditemukan pada orchitis yaitu nyeri testis (menjalar ke
skrotum), demam, malaise, lemah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran testis,
nyeri serta edema/eritema.(Trojian, Lishnak and Heiman, 2009)
E. Seminoma merupakan tumor malignan yang paling sering ditemukan pada testis. Faktor
resiko berupa riwayat testicular germ cell tumor dan riwayat keluarga penting untuk
digali. Gejala dan tanda klinis seminoma berupa terdapat massa tanpa keluhan nyeri,
yang dapat diraba dan terasa solid. Edema testis dapat terjadi namun jarang. Pada
pemeriksaan transiluminasi didapatkan hasil negatif. (Marko et al., 2017)
66. Seorang wanita usia 72 tahun mengeluh berak darah 3 bulan ini, saat dilakukan colon in loop
didapatkan gambaran filling defect bentuk annuler type di daerah rectosigmoid. Diagnosa
radiologis yang mungkin pada penderita ini adalah
a. Polip rectosigmoid
b. Hemmorhoid interna didaerah rectosigmoid
c. Diverticulosi rectosigmoid
d. Carsinoma rectosigmoid
e. Tuberculosis restosigmoid
Jawab : D
Pembahasan
Filling defect merupakan istilah radiologi yang menggambarkan abnormalitas pada
pencitraan berupa gangguan pengisian opasitas (filling) dari suatu cavitas atau lumen.
Penyebab filling defect adalah terdapatnya massa intralumen. Terdapat beberapa type filling
defect yaitu polypoid dan angular. Pada kasus didapatkan angular filling defek sehingga
dapat dicurigai ke arah carcinoma rectosigmoid, sedangkan type polypoid menggambarkan
adanya polip intralumen.(Li, 2015)
67. Tn. Sunu, usia 35 tahun, dibawa ke UGD dengan
kelemahan gerak kedua tungkai karena jatuh dari
pohon 3 jam yang lalu. Keluhan disertai
rasa kesemutan dari puting susu hingga ujung kaki.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/80
mmHg, Nadi 84x/m, RR 20 x/m, S 36,8 c.
Dari pemeriksaan neurologis didapatkan hipoestesi
dari papilla mammae hingga ujung kaki, kekuatan
motorik +2/+2, tonus otot serta refleks
fisiologis meningkat. Refleks patologis positif.
Manakah kemungkinan letak diagnosis topis yang
paling tepat?
a. Medulla spinalis T4
b. Medulla spinalis T1
c. Medulla spinalis C5
d. Medulla spinalis L1
e. Medulla spinalis T10
Jawab: A
Pembahasan
Pada kasus pasien mengeluhkan hipoestsi setinggi pappilla mamae hingga ujung kaki dan
kelemahan kekuatan motorik ekstremitas atas. Pada gambar dermatom disamping dapat
disimpulkan kemungkinan letak diagnosis topis yang paling tepat adalah Medulla Spinalis
T4.(Moore, 2014)

68. Tn. Givenchy, 25 tahun, datang dengan keluhan nyeri di sekeliling kepala seperti ditekan.
Keluhan tanpa mual dan muntah. Keluhan ini sering muncul hilang timbul terutama saat
sedang banyak pekerjaan di kantor. Apa mekanisme utama penyebab keluhan pada kasus di
atas?
a. Vasodilatasi pembuluh darah kranial
b. Iritasi nervus trigeminus
c. Spasme muskular perikranial
d. Pelepasan neurotransmitter inhibitorik secara berlebihan
e. Adanya bradikinin yang mengaktivasi kemoreseptor di intrakranial
Jawab: C
Pembahasan
Berdasarkan keluhan pasien mengarah ke diagnosis Tension type headache (TTH). Pada
TTH terjadi aktifasi berlebih dari input nociceptive sistem pada jaringan pericranial
mioflasia yang meningkatkan eksitabilitas jalur nyeri ke sistem saraf pusat. Mekanisme
perifer berperan pada episodik TTH, sedangkan mekanisme sentral berperan pada kronik
TTH. Ditemukan peningkatan ketegangan otot miofasial pada saat nyeri kepala maupun
setelah bebas nyeri kepala.(Magazi and Manyane, 2015)(Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia, 2016)

69. Seorang wanita berusia 64 tahun datang dengan keluhan gemetaran pada kedua jari-jari
tangan. Keluhan dirasakan sejak 7 bulan yang lalu diawali pada jari tangan sebelah kanan.
Pasien juga mengeluhkan timbul pada saat istirahat. Pasien mengeluhkan sulit saat berjalan
dan langkah jalannya pendek-pendek. Badan pasien terasa kaku dan condong ke depan. Vital
sign dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik dijumpai cogwheel phenomenon, mask
face dan pill-rolling tremor. Diagnosis?
a. Huntington
b. Hemiblalismus
c. Chorea
d. Parkinson
e. Alzheimer Disease
Jawab D
Pembahasan
Parkinson disease adalah penyakit degeneratif yang sering ditemukan. Penyakit parkinson
merupakan gangguan dari sistem ektrapiramidal yang meliputi struktur motorik dari bangsal
ganglia, dan ditandai dengan penuruan fungsi dopaminergik. Pada penyakit parkinson terjadi
proses degeneratif progresif pada neuron dopaminergik di substansia nigra pars kompakta.
Adapun tanda motorik adalah bradikinesia, rigiditas, tremor saat istirahat, postrual
instability. Pada pemeriksaan fisik juga dapat ditemukan cogwheel phenomen (gerakan otot
seperti roda bergerigi), mask face (otot wajah tampak kaku sehingga ekspresi wajah
menurun), pill-roling tremor (tremor kasar pada sendi metakarofalangis, seperti menghitung
uang logam). (DeMaagd, PharmD and Philip, 2015)

70. Pasien datang dengan keluhan luka di kaki tidak sembuh. Ada riwayat tertusuk batang
pohon 1 minggu yang lalu. Luka semakin membesar dan berbau, didapatkan TTV normal
kecuali GDS 350 mg/dl. Bagaimana mekanisme luka tersebut?
a. Mikrosintesa
b. Makrosintesa
c. Neuropati
d. Proses penyembuhan terganggu
e. Kolonisasi kuman
Jawab : D
Pembahasan
Pada kondisi glukosa darah yang melebihi nilai normal dapat terjadi gangguan pada proses
penyembuhan luka. Pada normalnya, proses penyembuhan ini meliputi inflamasi,
pembentukan jaringan baru dan remodelling. Pada kasus hiperglikemia dapat menghambat
proses tersebut. Gangguan penyembuhan luka ini disebabkan oleh faktor-faktor intrinsik
(neuropati, gangguan vaskular, dan komplikasi lain akibat diabetes) dan faktor ekstrinsik
(infeksi luka, pembentukan kalus, dan peningkatan tekanan pada lokasi tersebut).
(Sivakumar, 2009)
71. Pria 30 tahun datang mengeluh terdapat benjolan di telapak kaki sebesar telur ayam sejak 6
bulan yang lalu, awalnya kecil dan lama kelamaan membesar. Sebelumnya pasien
memiliki riwayat tertusuk duri pada telapak kakinya. Diagnosanya?
a. Klavus
b. Kista Dermoid
c. Corpus alineum
d. Kista aterom
e. Kista epidermoid
Jawab: E
Pembahasan
Kista epidemoid disebut juga dengan epidermal inclusion cyst, dan
infandibular cyst. Kista berasal dari bagian infandibular folikel rambut.
Kejadian kista epidermoid pada telapak tangan dan kaki jarang terjadi,
namun dapat terjadi dengan riwayat trauma atau inflamasi pada kaki.
Kejadian kista epidermoid pada plantar sering ditemukan pada usia 20-
35 tahun. Ukuran massa berkisar 0.2 milimeter hingga 5 cm. Gejala
pada kista ini adalah tidak nyeri, tampak sama dengan warna kulit
sekitar, namun dapat juga tampak lebih putih atau kekuningan. Didalam
kista terisi cairan cheesy-like, dan debris keratin berwarna putih.
Pengangkatan kista perlu dilakukan apabila mengganggu aktivitas pasien. (Lee et al., 2013)

72. Pasien 55 tahun datang ke IGD rumah sakit karena kecelakaan motor. Tidak didapatkan
pendarahan. Tetapi ditemukan hematom pada daerah suprapubik, terdapat nyeri. Pada
pemeriksaan colok dubur ditemukan prostat melayang. Terapi yang diberikan?
a. Pasang infus
b. USG  FAST USG untuk melihat perdarahan rongga abdomen
c. Pasang kateter
d. IVP one shoot  bila ada gross hematuria akibat trauma
Jawab: A
Pembahasan
Pada pasien didapatkan hematoma daerah suprapubik, nyeri dan pada colok dubur
ditemukan prostat melayang serta didapatkan riwayat trauma. Berdasarkan hasil anamnesis
dan pemeriksaan fisik tersebut mengarah ke diagnosis trauma uretra. Pada kasus trauma
penting untuk dilakukan tatalaksana meliputi primary survey, meliputi airway, breathing,
circulation, disability and exposure. Setelah itu untuk penanganan trauma uretra sendiri
disesuaikan dengan letak trauma uretra dan jenis kelamin uretra. Penanganan kasus rupture
uretra anterior pada pria dengan mekanisme injury blunt injuy berupa pemasangan kateter.
(Kitrey et al., 2016; Stewart et al., 2018)

73. Seorang laki laki datang ke UGD setelah mengalami kecelakakaan. Bicara meracau dan
gaduh gelisah. Didapatkan TD 80/50 mmHg, nadi 120x/ menit, pernafasan 24x/ menit.
Didapatkan jejas di abdomen dan dilakukan resusitasi cairan. Apa yang harus dilakukan
untuk menilai kecukupan tindakan di atas?
a. Pasang EKG
b. Pasang mayo
c. Obvservasi TTV tiap 15 menit
d. Monitoring urine output
e. Askultasi paru – paru
Jawab : D
Pembahasan
Target resusitasi adalah mengembalikan perfusi organ dan oksigenasi jaringan, yang
dilakukan dengan pemberian cairan kristaloid dan/atau komponen darah untuk mengganti
cairan intravaskuler yang hilang. Peningkatan tekanan intravaskuler merupakan penilaian
penting terhadap peningkatan perfusi. Urin output volume merupakan indikator sensitiv
untuk menilai renal perfusi. Normal urin volume secara adequat dapat menggambarkan
aliran darah renal, apabila renal dalam kondisi normal. Sehingga, urin outpun merupakan
indikator utama dalam penilaian kecukupan resusitasi.(Stewart et al., 2018)

74. laki laki 30 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan terdapat benjolan ditelapak kaki
sebesar telur ayam kampung sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya benjolan kecil yang semakin
lama semakin membesar sampai sekarang. Riwayat tertusuk duri pohon diakui. Pemeriksaan
fisik didapatkan warna benjolan sama dengan kulit di sekitarnya dan tidak ada nyeri
diagnosisnya adalah?
a. Klavus
b. Corpus alineum
c. Kista dermoid
d. Kista epidermoid
e. Kista aterom
Jawab: D
Pembahasan
Kista epidemoid disebut juga dengan epidermal inclusion cyst, dan infandibular cyst. Kista
berasal dari bagian infandibular folikel rambut. Kejadian kista epidermoid pada telapak
tangan dan kaki jarang terjadi, namun dapat terjadi dengan riwayat trauma atau inflamasi
pada kaki. Kejadian kista epidermoid pada plantar sering ditemukan pada usia 20-35 tahun.
Ukuran massa berkisar 0.2 milimeter hingga 5 cm. Gejala pada kista ini adalah tidak nyeri,
tampak sama dengan warna kulit sekitar, namun dapat juga tampak lebih putih atau
kekuningan. Didalam kista terisi cairan cheesy-like, dan debris keratin berwarna putih.
Pengangkatan kista perlu dilakukan apabila mengganggu aktivitas pasien. (Lee et al., 2013)

75. Seorang wanita 42th dtg dengan keluhan nyeri punggung. Nyeri punggung ini dirasakan
semakin menjalar kebagian panggul apabila setelah mengangkat benda berat. Riwayat
trauma disangkal. Pasien menopause sejak usia 37 th dan jarang mengkonsumsi susu.
Pemeriksaan BMD (bone mineral density) punggung -1,4 , pinggang : -2,8 .
Kurang dari -2,5  osteoporosis
-1 s.d -2,5  osteopeni
Diagnosis yang tepat adalah?
a. Osteopenia
b. Osteomalasia
c. Fraktur vertebra ec defisiensi kalsium
d. Osteoporosis senilis
e. Fraktur vertebra ec ?
Jawab: C
Pembahasan
a. Osteopenia merupakan kondisi penurunan dari bone mineral density (BMD) dibawah
nilai normal namun tidak memenuhi kriteria osteoporosis. Nilai BMD pada kasus
osteopenia denagn t-score antara -1 sampai -2,5. Nilai kurang dari -2,5 merupakan
kriteria diagnostik untuk osteoporosis.(Varacallo and Pizzutillo, 2018)
b. Osteomalasia adalah kelainan pada mineralisasi tulang baru dalam bentuk osteoid pada
tempat turnover tulang. Osteomalasi disebabkan akibat hipokalsemia, hipofosfatemia atau
hambatan langsung proses mineralisasi. Faktor resiko yaitu orang tua yang tinggal lama
dalam rumah tidak terkena aapran sinar matahari, diet rendah kalsium dan vitamin D, dan
pasien malabsorbsi berhubungan dengan operasi gastrointestinal. Gejala dan tanda adalah
nyeri tulang dan kelemahan otot, fraktur tulang, kesulitan berjalan dan tertatih-taih, kaku
otot, kram dan chvostek’s positif. Pemeriksaan laboratorium didapatkan alkali fosfatase
mingkat, kalsium dan fosfor serum rendah, kalsium urin rendah dan kadar vitamin D
serum rendah.(Kertia, 2016)
c. Fraktur vertebra ec defisiensi kalsium. Fraktur kompresi vertebra merupakan salah satu
komplikasi tersering pada osteoporosis. Fraktur kompresi vertebra menyebabkan pasien
mengeluhkan nyeri punggung bawah akut dan kronik. Pada kasus premature ovarian
insuddiciency/premature menopause terjadi peningkatan resiko terjadinya fraktur
sebanyak 1.5 kali dibandingkan dengan kasus menopause pada usia normal.(Felipe and
Sá, 2018)
d. Osteoporosis senilis atau sekarang disebut osteoporosis tipe II yang merupakan bagian
dari osteoporosis primer. Osteoporosis primer dibagi menjadi 2 yaitu tipe I (postmopause
osteoporosis) dan tipe II (osteoporosis senile). Pada osteoporosis tipe II terjadi penurunan
massa tulang akibat penuan dari cortex dan trabekular tulang.(Setiyohadi, 2016)

76. Seorang pasien 40 tahun datang dengan keluhan ada benjolan di daerah inguinal kanan
bawah. Tidak nyeri sejak 2 minggu yang lalu. Benjolan tersebut masih bisa masuk dan
muncul pada saat pasien mengedan. Diagnosisnya?
a. Hernia inkarserata  gangguan pasase
b. Hernia strangulate  gg vaskuler
c. Hernia irreponibel
Jawab: Hernia reponibel
Pembahasan
a. Hernia Inkarserata terjadi apabila isi hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga isi
kantung hernia terperangkap dan tidak kembali kedalam rongga perut. Pada kondisi ini
terjadi gangguan pasase usus.
b. Hernia Stagulated merupakan kondisi hernia irreponibel yang disertai gangguan
vaskularisasi.
c. Hernia Irreponibel merupakan kondisi hernia apabila isi jernia tidak dapat direposisi
kembali ke dalam rongga perut.
d. Hernia reponibel terjadi apabila isi hernia dapat direposisi ke dalam rongga perut.
(Amrizal, 2015)

77. Seorang laki-laki datang dengan keluhan bengkak pada skortum semakin lama semakin
membesar. Pada pemeriksaan translumnasi (+). Apa diagnose pada pasien ini
a. Verikokel
b. Orchitis
c. Hidrokel
d. Torsio testis
e. Hernia inguinalis
Jawab: C
Pembahasan
a. Varicocele merupakan dilatasi abnormal dan plexus pampiniformis dan vena spermatika
interna. Varicocele merupakan penyebab terbanyak terjadinya infertilitas pada pria
akibat pengaruh terhadap spermatogenesis dan fungsi sel leydig. Gejala yang
ditimbulkan berupa nyeri testikuler (sering tumpul), memberat ketika beraktifitas.
Pemeriksaan fisik dapat ditemukan gambaran pembuluh darah yang dilatasi seperti
“worm” dan dapat dilakukan valsava manuver untuk membantu pemeriksaan. (Paick
and Choi, 2019)
b. Orchitis merupakan kondisi inflamasi pada testis dapat terjadi unilateral dan bilateral.
Kondisi inflamasi ini dapat disebabkan oleh karena infeksi baik bakteri maupun virus
dan autoimun. Gejala yang dapat ditemukan pada orchitis yaitu nyeri testis (menjalar ke
skrotum), demam, malaise, lemah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembengkakan
skrotum, tampak eritema, dan nyeri saat palpasi/digerakkan. Selain itu, didapatkan
phren’s sign positif dan refleks kremaster positif. (Trojian, Lishnak and Heiman, 2009)
c. Hidrokel merupakan akumulasi cairan serous yang berlebih diantara lapisan parietal dan
visceral dari tunika vaginalis. Akumulasi cairan ini terjadi akibat adanya
ketidakseimbangan antara produksi dan reabsorbsi sistem limfatik disekitarnya. Gejala
pada hidrokel ini tidak didapatkan nyeri kecuali terjadi komplikasi. Pada pemeriksaan
transiluminasi dilakukan penyinaran pada kantung skrotum. Hasil positif apabila cahaya
terpendar yang menandakan adanya cairan jernih di sekitar testis. Pada hidrokel
didapatkan transiluminasi (+). (Cimador, Castagnetti and De Grazia, 2010)
d. Torsio testis merupakan suatu kondisi terpuntir (twisting) spermatik cord dan
merupakan suatu kegawatan. Keadaan ini sering terjadi pada neonatus dan usia
pubertas. Gejala klasik torsio testis adalah nyeri berat testikular mendadak disertai mual
dan muntah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan gambaran kulit skrotal ipsilateral
mengalami indurasi, eritema, dan perabaan hangat. Selain itu didapatkan phren’s sign
negatif dan refleks kremaster pada torsio testis negatif. Penanganan awal untuk
mengatasi kegawatan pada torsio testis dengan manual detorsi dan segera dilakukan
intervensi operasi. (Sharp, Kieran and Arlen, 2013)
e. Hernia inguinalis merupakan suatu kondisi penonjolan/protursi organ intestinal di
inguinal akibat defek pada dinding abdomen yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis
sehingga menyebabkan bagian usus masuk ke dalam. Hernia dapat dibagi menjadi
irreponibel dan reponibel. Jika kantung hernia yang berisi usus masih dapat didorong
kembali ke abdomen disebut sebagai hernia reponibel, apabila tidak dapat dimasukkan
kembali disebut hernia irreponibel. Gejala pada kasus hernia inguinalis didapatkan
benjolan pada lipatan paha. Keluhan yang lebih berat dapat terjadi bila terdapat
gangguan vaskularisasi dan pasase usus. Untuk membedakan dengan hidrokel dapat
dilakukan pemeriskaan transiluminasi, dimana pada kasus hernia didapatkan hasil
negatif. (Amrizal, 2015)

78. Laki-laki 45 tahun mengalami pembesaran buah pelir sebelah kanan, keluhan tidak nyeri
sejak 1 minggu lalu. Sebulan yang lalu dilipat paha pernah terdapat benjolan yang hilang
timbul dan tidak nyeri. Apa diagnose pada pasien iniOrchitis
a. Hernia inguinalis
b. Hernia skortalis
c. Hidrokel
d. Torsio testis
Jawab: B
Pembahasan
a. Orchitis merupakan kondisi inflamasi pada testis dapat terjadi unilateral dan bilateral.
Kondisi inflamasi ini dapat disebabkan oleh karena infeksi baik bakteri maupun virus dan
autoimun. Gejala yang dapat ditemukan pada orchitis yaitu nyeri testis (menjalar ke
skrotum), demam, malaise, lemah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembengkakan
skrotum, tampak eritema, dan nyeri saat palpasi/digerakkan. Selain itu, didapatkan
phren’s sign positif dan refleks kremaster positif. (Trojian, Lishnak and Heiman, 2009)
b. Hernia inguinalis merupakan suatu kondisi penonjolan/protursi organ intestinal di
inguinal akibat defek pada dinding abdomen yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis
sehingga menyebabkan bagian usus masuk ke dalam. Hernia dapat dibagi menjadi
irreponibel dan reponibel. Jika kantung hernia yang berisi usus masih dapat didorong
kembali ke abdomen disebut sebagai hernia reponibel, apabila tidak dapat dimasukkan
kembali disebut hernia irreponibel. Gejala pada kasus hernia inguinalis didapatkan
benjolan pada lipatan paha. Keluhan yang lebih berat dapat terjadi bila terdapat gangguan
vaskularisasi dan pasase usus. Untuk membedakan dengan hidrokel dapat dilakukan
pemeriskaan transiluminasi, dimana pada kasus hernia didapatkan hasil negatif. (Amrizal,
2015)
c. Hernia skortalis merupakan suatu kondisi hernia inguinalis yang meluas ke arah bawah ke
dalam kantong skrotum atau labium majus.(Amrizal, 2015)
d. Hidrokel merupakan akumulasi cairan serous yang berlebih diantara lapisan parietal dan
visceral dari tunika vaginalis. Akumulasi cairan ini terjadi akibat adanya
ketidakseimbangan antara produksi dan reabsorbsi sistem limfatik disekitarnya. Gejala
pada hidrokel ini tidak didapatkan nyeri kecuali terjadi komplikasi. Pada pemeriksaan
transiluminasi dilakukan penyinaran pada kantung skrotum. Hasil positif apabila cahaya
terpendar yang menandakan adanya cairan jernih di sekitar testis. Pada hidrokel
didapatkan transiluminasi (+). (Cimador, Castagnetti and De Grazia, 2010)
e. Torsio testis merupakan suatu kondisi terpuntir (twisting) spermatik cord dan merupakan
suatu kegawatan. Keadaan ini sering terjadi pada neonatus dan usia pubertas. Gejala
klasik torsio testis adalah nyeri berat testikular mendadak disertai mual dan muntah. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan gambaran kulit skrotal ipsilateral mengalami indurasi,
eritema, dan perabaan hangat. Selain itu didapatkan phren’s sign negatif dan refleks
kremaster pada torsio testis negatif. Penanganan awal untuk mengatasi kegawatan pada
torsio testis dengan manual detorsi dan segera dilakukan intervensi operasi. (Sharp,
Kieran and Arlen, 2013)

79. Seorang laki-laki datang dengan kesemutan kedua kaki tungkai sejak seminggu yang lalu,
Saat ini masih bisa digerakkan kedua tungkai. Apa penyebabnya?
a. HNP
b. Trauma
c. Spondilitis
d. Tumor medulla spinalis
e. Spondilolistesis
Jawab:
Pembahasan
Berdasarkan dermatomal, keluhan kesemutan pada tungkai pasien dapat disebabkan adanya
penekanan serabut saraf medulla spinal vertebra lumbar.
Hernia Nukleus Pulposus adalah suatu kondisi terjadinya protursi dari anulus fibrosus
ke dalam lumen kanalis vertebralis yang dapat terjadi pada seluruh baian vertebra. HNP
disebabkan oleh proses degenerasi dari diskus intervertebralis dan mekanikal seperti
tekanan/peregangan berlebih. Gejala yang dapat dikeluhkan berupa nyeri punggung bawah
yang dapat meluas ke area dermatomal dari lokasi dermatom yang terkena, gangguan
sensorik (parestesia), dan gangguan motorik (kelemahan otot-otot). Pada HNP didapatkan
nyeri punggung lebih berat saat pasien duduk.(Gautam, 2019)
Trauma pada vertebra yang mengenai medulla spinalis dapat menyebabkan terjadinya
keluhan sensorik dan motorik pada pasien. Adapun fraktur vertebra yang sering terjadi yaitu
fraktur kompresi vertebra. Dalam menggali informasi pada pasien penting untuk ditanyakan
dari riwayat trauma pasien dan mechanism of injury, untuk memperkirakan lokasi trauma.
Gejala dan tanda dapat berupa nyeri pada vertebra dengan gangguan sensorik (paraesthesis,
hipestesi atau anestesia) dan gangguan motorik (kelemahan anggota gerak). Pada kasus
fraktur kompresi vertebra nyeri dapat memberat dengan fleksi pada tulang vertebra atau dari
posisi duduk ke berdiri dan membaik saat pasien berbaring.(Babb and Carlson, 2006)
Spondilitis adalah peradangan pada medulla spinalis. Etiologi tersering dari spondilitis
adalah M. tuberculosis yang dikenal sebagai Pott’s disease. Manifestasi klinis yang
dikeluhkan berupa munculnya benjolan pada tulang belakang yang diikuti nyeri, sehingga
untuk mengurangi nyeri pasien tidak menggerakkan punggungnya seperti tampak kaku.
Nyeri memberat bila pasien bungkuk atau mengangkat beban dan membaik dengan
beristirahat. Selain itu pasien dapat mengeluhkan kesemutan, mati rasa dan kelemahan otot.
(Parfenov and Golovacheva, 2019)
Tumor medulla spinalis/intramedullary spinal cord tumor merupakan tumor primer
pada medula spinalis, dimana kasus ini merupakan kasus yang jarang terjadi namun
memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Manifestasi klinis yang ditemukan
berupa nyeri punggung, penonjolan massa pada bagian vertebra yang dapat diikuti dengan
gangguan sensorik dan motorik.(Samartzis et al., 2015)
Spondililistesis suatu kondisi terjadinya pergeseran korpus vertebra terhadap korpus
vertebra yang terletak dibawahnya. Gejala dan tanda klinis pada spondilolistesis sangat
bervariasi bergantung pada grade pergeserannya. Secara klinis pasien mengeluhkan nyeri
punggung yang menjalar ke paha dan bokong, keterbatasan pergerakan tulang belakang dan
pemendekan badan. Nyeri pada ekstremitas lebih berat dari pada nyeri punggung. Nyeri
memberat dengan berdiri dan berjalan serta membaik dengan beristirahat.(Epstein and
Hollingsworth, 2017).

80. Pasien 45 th dg dtg ke rs dg keluhan hematuri sejak 1 mggu yll, tidak ada nyeri saat bak
tetapi pasien sering mengeluh nyeri daerah supra pubik..ttv dbn, pada pemeriksaan radiologi
didapatkan radioopak di kantung kemih. Apa diagnose yang tepat?
a. Vesikolithiasis
b. Nephrolithiasis
c. Urethritis
d. Keganasan kolon
e. Keganasaan prostat
Pembahasan :
Vesikolithiasis suatu kondisi dimana dalam vesika urinaria/ batu buli individu
terbentuk batu berupa kristal yang mengendap dari urin. Pembentukan batu dapat
terjadi ketika tingginya konsentrasi kristal urin yang membentuk batu seperti zat
kalsium, oksalat, asam urat dan/atau zat yang menghambat pembentukan batu (sitrat)
yang rendah. (Schwartz BF, 2007)
Gejala yang muncul biasanya berupa kolik renal (nyeri visceral yang hilang timbul
biasanya disebabkan karena adanya obstruksi pada saluran kemih), flank pain atau
nyeri ketok sudut costovertebrae, urgency atau frequency urin, demam, mual atau
muntah, dan hematuria (bisa makrohematuria atau mikrohematuria). Pada
vesicolithiasis biasanya disertai dengan nyeri suprapubik. (Lallas et al., 2011).
Pada pemeriksaan radiologi BNO terlihat adanya batu radio-opak di saluran kemih
(vesica urinaria). Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat
kemungkinan adanya batu radio-opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium
oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai diantara
batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio-lusen). Urutan
radio-opasitas beberapa jenis batu saluran kemih.(Pearle S and Margaret, 2009)

(Purnomo Basuki, 2014)


Nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan salah satu penyakit ginjal, dimana ditemukannya
batu yang mengandung komponen kristal dan matriks organik (Hanley JM, 2012).
Keluhan pasien mengenai batu saluran kemih dapat bervariasi, mulai dari tanpa keluhan,
sakit pinggang ringan hingga berat (kolik), disuria, hematuria, retensi urin, dan anuria.
Uretritis merupakan konddanielisi inflamasi pada urethra yang termasuk infeksi saluran
kemih bawah. Pada kasus uretritis, sering dikaitkan dengan IMS. Gejala yang sering
ditimbulkan yaitu adanya discharge urethral. Penyebab tersering yaitu Gonococcal
urethritis – GCU (Neisseria gonorrhea) dan Nongonococcal urethritis – NGU
(Chlamydia trachomatis, Mycoplasma genitalium, Neisseria meningitides, Herpes
Simplex virus, Adenovirus), trauma (kateterisasi atau benda asing pada urethra), iritasi
(tekanan akibat tekanan, sabun, bedak). Manifestasi klinis yang ditimbulkan yaitu disuria,
pruritus, rasa terbakar, serta adanya discharge pada meatus urethral. (Young and Wray,
2020).
Urethritis disebabkan berbagai factor seperti stenosis distal uretra, diuresis kurang, dan
persetubuhan. Pada fase akut biasanya disertai dysuria. Kadang gejala agak samar dan
tidak terlalu mengganggu. Pada fase kronik gejala mirip seperti sistitis yaitu sering miksi
dan dysuria, disertai nyeri di uretra. Pada inspeksi meatus tampak berwarna merah dan
bengkak. Penyebab sistitis kekambuhan. (Sjamsuhidajat and Jong, 2017)
Karsinoma prostat (prostat) pada tahap awal jarang memberikan suatu gejala. Apabila
terdapat gejala, gejala yang diberikan sama seperti pada kasus BPH, seperti nyeri tumpul
pada area pelvis bawah, frekuensi urin meningkat, aliran urin rendah, hematuri, nyeri saat
ejakulasi, hilangnya nafsu makan, hilangnya berat badan.
(Urology Care Foundation, no date)
Kanker kolorektal adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar terdiri dari
kolon ( bagian terpanjang dari usus besar) dan atau rektum ( bagian kecil terakhir dari
usus besar sebelum anus ). Keluhan utama dan pemeriksaan klinis: Perdarahan per-anum
disertai peningkatan frekuensi defekasi dan/atau diare selama minimal 6 minggu (semua
umur) Perdarahan per-anum tanpa gejala anal (di atas 60 tahun) Peningkatan frekuensi
defekasi atau diare selama minimal 6 minggu (di atas 60 tahun) Massa teraba pada fossa
iliaka dekstra (semua umur) Massa intra-luminal di dalam rektum Tanda-tanda obstruksi
mekanik usus. Setiap pasien dengan anemia defisiensi Fe (Hb<11 g % untuk laki laki
atau <10 g % untuk perempuan pascamenopause) . (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2016).
81. Bayi laki-laki berusia 1 hari dikeluhkan ibunya tampak rewel dan tidak bisa BAK. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan lubang kencing berada dibawah batang penis. Apakah
diagnosis pada pasien ini?
a. Parafimosis
b. Hipospadia
c. Epispadia
d. Fimosis
e. Sikatrik uretra
Pembahasan :
Paraphimosis merupakan suatu emergensi pada pria yang belum disirkumsisi.
Paraphimosis terjadi ketika preputium teretraksi dalam waktu lama dan terjadi konstriksi
pada glans penis. Penanganan yang terlambat dapat menyebabkan terjadinya nekrosis
akibat iskemia (Schwartz et al., 2011).

Hipospadia merupakan kelainan kongenital yang paling sering ditemukan pada anak laki-
laki. Hipospadia dapat didefinisikan sebagai adanya muara urethra yang terletak di
ventral atau proximal (pertengahan penis) dari lokasi yang seharusnya. Kelainan ini
terbentuk pada masa embrional karena adanya defek pada masa perkembangan alat
kelamin dan sering dikaitkan dengan gangguan pembentukan seks primer ataupun
gangguan aktivitas seksual saat dewasa (Krisna dan Maulana, 2017 ; Departemen Urologi
RSCM-FKUI, 2019).
Epispadia adalah suatu kelainan bawaan dimana lubang saluran kemih terdapat di bagian
punggung/dorsal atau sisi atas penis. Lubang saluran kemih tidak berbentuk tabung,
tetapi terbuka sehingga membentuk saluran yang tidak sempurna. Pelayanan terkait
Epispadia meliputi koreksi pembedahan, pembentukan saluran dan pengembalian lubang
saluran kemih ke lokasi seharusnya (Departemen Urologi RSCM-FKUI, 2019).
Phimosis adalah Preputium melekat erat pada glans penis sehingga tidak dapat diretraksi
dengan mudah (Moore, Dalley and Agur, 2014). Phimosis terdiri atas phimosis fisiologis
dan phimosis patologis. Pada phimosis patologis, preputium sehat dan dapat terbuka
dengan traksi gentle. Pada phimosis patologis dengan traksi gentle, justru membentuk
bangunan berbentuk kerucut dan penyempitan di distal dengan warna putih dan fibrotik.
Meatal opening berbentuk pin-point (Sugita and Tanikaze, 2000). Pada kasus ini
preputium dapat diretraksi dan menjepit glans penis.

82. Tn. Aas, 22 tahun, ditabrak mobil saat sedang berjalan kaki. Ia segera dibawa ke UGD oleh
saksi mata. Dari pemeriksaan ditemukan : mata terbuka dengan nyeri, mengerang, serta
mengekstensikan ekstremitas saat diberi rangsang nyeri. Berapakah skor GCS pada kasus
ini?
a. E2M2V1
b. E2M2V2
c. E2M1V
d. E2M1V1
e. E2V1M0
Pembahasan :
Glasgow Coma Scale merupakan penilaian tingkat kesadaran dengan komponen pemeriksaan
pada mata, verbal, dan motorik. Tabel penilaian GCS adalah sebagai berikut:

(Mughni et al., 2020)

Aspek pemeriksaan Kriteria Skor


Mata Membuka mata spontan 4
Membuka mata terhadap suara 3
Membuka mata terhadap
2
rangsang nyeri
Tidak ada reaksi 1
Verbal Baik, tidak disorientasi 5
Pasien bingung (tidak ada
korelasi antara pertanyaan
4
pemeriksa dan jawaban
pasien)
Pasien hanya dapat menjawab
3
dengan kata-kata
Pasien mengerang 2
Tidak ada reaksi 1
Pasien dapat mengikuti
Motorik 6
perintah pemeriksa
Pasien dapat melokalisasi
5
nyeri
Pasien menghindar saat nyeri
4
dirangsang
Reaksi fleksi abnormal
3
terhadap nyeri
Reaksi ekstensi abnormal
2
terhadap nyeri
Tidak ada reaksi 1

Berdasarkan penilaian tersebut , pada pasien mata terbuka dengan nyeri, mengerang, serta
mengekstensikan ekstremitas saat diberi rangsang nyeri , GCS pasien tersebut adalah E2 V2 M2

83. Ny. Medusa, usia 28 tahun, datang ke dokter diantar suaminya dengan keluhan sering
terjatuh saat berjalan. Pasien sering jatuh ke arah kiri, mual (-), muntah (-). Pasien juga
mengeluhkan pusing melayang dan terkadang sakit  kepala. Keluhan telinga berdenging
maupun penurunan pendengaran disangkal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan nistagmus (+)
dan romberg test (+). Apakah diagnosis yang paling mungkin...
a. Tumor parietal
b. Tumor mesensefalon
c. Tumor temporal
d. Tumor serebelum
e. Tumor frontal
Pembahasan :
Tumor otak adalah pertumbuhan sel-sel otak yang abnormal di dalam otak. Tumor otak
primer apabila pertumbuhan sel abnormal terjadi pertama kali di dalam otak bukan
merupakan metasase dari tumor di organ lainnya. Tumor otak mempunyai sifat yang
berlainan dibandingkan tumor di tempat lain. Walaupun secara histologis jinak, mungkin
akan bersifat ganas karena letaknya berdekatan atau di sekitar struktur vital dan dalam
rongga tertutup yang sukar dicapai.
Susunan syaraf pusat meliputi otak dan medulla spinalis. Otak merupakan organ manusia
yang terpenting yang mengatur pikiran,ingatan, emosi, sensoris, kemampuan gerak,
penglihatan, pernafasan, suhu dan semua proses di dalam tubuh. Otak terdiri dari
Serebrum, serebellum dan batang otak.
 Serebrum (supratentorial) terdiri dari hemisfer kanan dan kiri. Fungsi dari
serebrum antara lain mengontrol pergerakan, temperatur, pendengaran,emosi,
proses belajar
 Batang otak (middle brain) terdiri dari midbrain, pons, medulla Fungsi dari batang
otak adalah: pusat gerakan mata dan mulut, pusat panas, dingin, lapar, haus, pusat
pernafasan, pusat pengendalian jantung, gerakan otot polos, bersin, batuk,
muntah, menelan.
 Serebellum (infratentorial) Fungsi untuk pusat koordinasi gerakan,
mempertahankan keseimbangan dan postur tubuh.
Penyebab terjadinya tumor adalah faktor genetik. Adanya abnormalitas gen yang
mengontrol pertumbuhan sel otak. Kelainan ini dapat disebabkan oleh kelainan yang
langsung mengenai gen atau adanya gangguan pada kromosom yang dapat merubah fungsi
dari gen itu sendiri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan radiasi dan bahan
kimia dapat meningkatkan kejadian timbulnya tumor. Mungkin paparan bahan-bahan
tersebut dapat menyebabkan perubahan struktur dari gen.

Manifestasi klinis tumor otak meliputi peninggian tekanan intra kranialdan manifestasi fokal
yang diakibatkan oleh tekanan terhadap jaringan disekitar tumor
Manifestasi klinis peningkatan tekanan intrakranial meliputi: sakit kepala, muntah, perubahan
kepribadian, iritabel, ngantuk, depresi , kaku kuduk dan gejala lain tergantung pada bagian
mana tumor ditemukan .
 Manifestasi tumor otak di serebrum meliputi: kejang, gangguan penglihatan, gangguan
bicara, kelumpuhan anggota gerak, bingung, gangguan kepribadian dan gejala tekanan
intrakranial lainnya.
 Manifestasi klinis tumor batang otak: kejang, gangguan hormonal, penekanan pada
infundibulum menyebabkan diabetes insipidus. Penekanan hipothalamus dapat
menyebabkan sindrom hipothalamus menyebabkan pubertas prekok, gangguan
penglihatan, pusing, kelumpuhan syaraf kranial dan anggota gerak, gangguan pola
pernafasan dan gejala tekanan intra kranial lainnya
 Manifestasi klinis tumor di serebellum meliputi: Muntah, sakit kepala, gangguan
koordinasi gerakan, gangguan berjalan (ataksia)
(Estlin E and Lowis Stephen L, 2005)
a. Lobus parietal merupakan lobus yang berada di bagian tengah serebrum. Lobus parietal
bagian depan dibatasi oleh sulkus sentralis dan bagian belakang oleh garis yang ditarik dari
sulkus parieto-oksipital ke ujung posterior sulkus lateralis (Sylvian). Daerah ini berfungsi
untuk menerima impuls dari serabut saraf sensorik thalamus yang berkaitan dengan segala
bentuk sensasi dan mengenali segala jenis rangsangan somatik.
b. Lobus frontal merupakan bagian lobus yang ada di bagian paling depan dari serebrum.
Lobus ini mencakup semua korteks anterior sulkus sentral dari Rolando. Pada daerah ini
terdapat area motorik untuk mengontrol gerakan otot-otot, gerakan bola mata; area broca
sebagai pusat bicara; dan area prefrontal (area asosiasi) yang mengontrol aktivitas
intelektual.
c. Lobus temporal berada di bagian bawah dan dipisahkan dari lobus oksipital oleh garis yang
ditarik secara vertikal ke bawah dari ujung atas sulkus lateral. Lobus temporal berperan
penting dalam kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk
suara.
d. Serebelum (Otak Kecil) Serebelum atau otak kecil adalah komponen terbesar kedua otak.
Serebelum terletak di bagian bawah belakang kepala, berada di belakang 11 batang otak
dan di bawah lobus oksipital, dekat dengan ujung leher bagian atas. Serebelum adalah pusat
tubuh dalam mengontrol kualitas gerakan. Serebelum juga mengontrol banyak fungsi
otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengontrol
keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Selain itu, serebelum berfungsi
menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti
gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan
sebagainya.
e. Mesensefalon atau otak tengah (disebut juga mid brain) adalah bagian teratas dari batang
otak yang menghubungkan serebrum dan serebelum. Saraf kranial III dan IV diasosiasikan
dengan otak tengah. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan,
gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
(Menkes John H, 2006)

84. Tn. Hittler, 65 tahun, datang ke RS dibawa keluarganya dengan keluhan gangguan bicara.
Pasien merupakan pasien post stroke sejak 1 tahun lalu dengan kelemahan anggota gerak
kanan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD 140/80 mmhg, nadi 90 x/menit, suhu 36,5 C
dan laju napas 22 x/menit. Pasien tampak mengerti isi pembicaraan dan mampu mengulang
kata sesuai perintah seperti menyebut ulang kata “bola”. Namun pasien tidak mengeluarkan
kalimat spontan lainnya. Diagnosis yang paling mungkin adalah...
a. Afasia global
b. Afasia wernicke
c. Afasia broca
d. Afasia transkortikal sensorik
e. Afasia transkortikal motorik

Pembahasan :
Afasia adalah gangguan komunikasi yang disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak yang
mengandung bahasa (biasanya di hemisfer serebri kiri otak). Individu yang mengalami
kerusakan pada sisi kanan hemisfer serebri kanan otak mungkin memiliki kesulitan tambahan
di luar masalah bicara dan bahasa. Afasia dapat menyebabkan kesulitan dalam berbicara,
mendengarkan, membaca, dan menulis, tetapi tidak mempengaruhi kecerdasan. Individu
dengan afasia mungkin juga memiliki masalah lain, seperti disartria, apraxia, dan masalah
menelan. (Pearl L.P, Emsellem A and Helen, 2014)
 Global Afasia adalah afasia yang melibatkan semua aspek bahasa dan mengganggu
komunikasi lisan. Penderita tidak dapat berbicara secara spontan atau melakukannya
dengan susah payah, menghasilkan tidak lebih dari fragmen perkataan. Pemahaman
ucapan biasanya tidak ada; atau hanya bisa mengenali beberapa kata, termasuk nama
mereka sendiri dan kemampuan untuk mengulang perkataan yang sama adalah nyata
terganggu. Penderita mengalami kesulitan menamakan benda, membaca, menulis, dan
menyalin kata kata. Bahasa otomatisme (pengulangan omong kosong) adalah
karakteristik utama.
 Broca’s afasia (juga disebut anterior, motorik, atau afasia ekspresif) ditandai dengan
tidak adanya gangguan spontan berbicara, sedangkan pemahaman hanya sedikit
terganggu. Pasien dapat berbicara dengan susah payah, memproduksi kata kata yang
goyah dan tidak lancar. Penamaan, pengulangan, membaca dengan suara keras, dan
menulis juga terganggu. Daerah lesi adalah di area Broca; mungkin disebabkan infark
dalam distribusi arteri prerolandic (arteri dari sulkus prasentralis).
 Afasia Wernicke (juga disebut posterior, sensorik, atau reseptif aphasia) ditandai dengan
penurunan pemahaman yang kronik. Bicara tetap lancar dan normal mondar-mandir,
tetapi kata kata penderita tidak bisa dimengerti. Penamaan, pengulangan kata-kata yang
di dengar, membaca, dan menulis juga nyata terganggu.
 Afasia transkortikal Motorik. Afasia transkortikal motorik merupakan sindrome afasia
borderson yaitu afasia yang letak lesi berada di pinggiran area bahasa perisylvian di
hemisfer kiri. Penyebab afasia tipe ini adanya stroke yang mengenai area borderson
(perbatasan) antara teritori arterial serebral media, arteri serebral anterior dan posterior.
Ciri khas afasia transkortikal motorik adalah kemampuan bicara adalah nonfluen
dengan curah verbal disartris, terbata – bata, mengulang – ulang, bahkan gagap.
Pengertian bahasa relatif baik, dan pengulangan baik sampai normal.
 Afasia transkortikal sensorik yang kemampuan bicara fluen dengan parafasia neologistik
dan semantik, sering kali terdapat pembicaraan kosong. Pengertian bahasa kurang sekali,
dan pengulangan baik sampai sempurna. Sedangkan kemampuan penamaan, membaca,
dan menulis kedua afasia ini (transkortikal sensorik dan motorik) memiliki karakteristik
yang sama yaitu kurang.

(Lumbantobing S.M, 2014)


85. Terjadi KLL beruntun, di IGD hanya ada 1 dokter yang jaga dan 1 perawat. Tindakan apa
saja tindakan yang dilakukan dokter jaga?
a. TLP dokter umum, dokter spsesialis dan perawat suruh ke RS
b. Tanganin pasien sesuai kedatangan
c. Tanganin sesuai kegawatdaruratannya
d. Langsung rujuk ke dokter spesialis
Pembahasan :
Triase adalah cara pemilahan pasien berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang
tersedia. Faktor lainnya yang mempengaruhi triase adalah beratnya trauma, persentase selamat
dari trauma serta ketersediaan sumber daya. Dua jenis triase dapat terjadi :
a) Multiple Casualties
Pada kejadian multiple casualties, meskipun ada >1 orang pasien, namun jumlah
pasien dan jumlah cedera tidak melampaui kemampuan dan fasilitas yang tersedia di
rumah sakit. Dalam keadaan ini pasien dengan masalah yang mengancam jiwa dan
multi trauma akan dilayani terlebih dahulu.
b) Mass Casualties
Pada kejadian mass casualties, jumlah pasien dan beratnya cedera melampaui
kemampuan dan fasilitas rumah sakit. Dalam keadaan ini yang akan dilayani terlebih
dahulu adalah pasien dengan kemungkinan survival yang terbesar, serta
membutuhkan waktu, perlengkapam, dan tenaga paling sedikit. Mass casualties
biasanya terjadi pada kasus bencana alam, KLL yang melibatkan banyak korban, dll.
Untuk membantu memudahkan triase, dapat digunakan kategori SALT (Sort, Assess, Lifesaving
Interventions, Treatment/Transport). Pada kategori SALT terdapat kode warna untuk
membedakan korban berdasarkan kondisi dan urgensi untuk mendapatkan penanganan tercepat.

KLL yang terjadi pada kasus ini termasuk dalam multiple casualties, sehingga
pasien yang mendapatkan penanganan lebih dulu yaitu pasien yang memiliki
kondisi mengancam jiwa dan multitrauma .
(American College of Surgeons Comittee on Trauma, 2018)
86. Pasien terjatuh dari motor dan dibawa ke igd. Kemudian dilakukan rontgen dan ditemukan
fraktur humerus. Nervus apakah yang terkena??
a. N.Radius
b. N.ulna
c. N.barchialis
Pembahasan :
Cedera yang paling penting dalam kaitannya dengan fraktur humerus ada cedera
nervus radialis. Cedera nervus radialis terjadi 18% pada fraktur humerus tertutup
mid-shaft atau distal shaft (Laulan, 2019). Nervus radial berasal dari pleksus
brakialis dan memiliki akar saraf dari C5 ke T1. Melintasi alur spiral di sisi
posterior poros humerus. Alur spiral terletak sekitar 14 cm proksimal terhadap
epikondilus lateral dan 20 cm proksimal epikondilus medial. Nervus radialis
kemungkinan besar akan rusak pada fraktur humerus yang memiliki
displacement lateral dari segmen fraktur distal, karena saraf ditambatkan ke
tulang dan tidak dapat menahan kekuatan yang diberikan padanya sebagai akibat
dari displacement Pada pemeriksaan fisik, pasien dengan cedera nervus radialis
dapat mengalami kelemahan ekstensor pergelangan tangan (wrist drop),
kelemahan ekstensi jari, dan penurunan atau tidak adanya sensasi pada lengan
posterior (Bounds, Frane, dan Kok, 2020).
87. Seorang laki-laki usia 70 tahun datang dengan keluhan bila berjalan kaki terasa sakit 
gangguan plexus lumbosacral, gangguan sfingter hingga sulit untuk melangkah. Kadang-
kadang terjatuh. Keluhan yang lain adalah kalau mau buang air kecil tercecer sebelum
sampai ke toilet. Keluhan sudah berlangsung sejak 2 tahun yang lalu. Apakah tipe kelainan
inkontinensia yang paling tepat?
a. Stress
b. Urgensi  gejala iritatif
c. Overflow
d. Fungsional
e. Campuran
Pembahasan :
Inkontinensia urin merupakan keluarnya urin yang tidak terkendali sehingga
menimbulkan masalah higienis dan sosial . Inkontinensia urin adalah masalah
yang sering dijumpai pada orang lanjut usia dan menimbulkan masalah fisik dan
psikososial, seperti dekubitus, jatuh, depresi dan isolasi dari lingkungan sosial
Inkontinensia urin terdapat bersifat akut atau persisten, Inkontinensia urin yang
bersifat akut dapat diobati bila penyakit atau masalah yang mendasar diatasi
masalahnya infeksi saluran kemih, obat–obatan, gangguan kesadaran, vaginitis
atrofik dan masalah psikologik Inkontinensia urin yang persisten biasanya dapat
dikurangi dengan berbagai terapi modalitas (Martin dan Frey, 2005).

Inkontinensia urin kronik (persisten):


Inkontinensia urin tidak berkaitan dengan kondisi akut dan berlangsung dengan
lama (lebih dari 6 bulan) ada 2 penyebab Inkontinensia urin kronik (persisten)
yaitu: menurunnya kapasitas kandung kemih akibat hiperaktif dan karena kegagalan
pengosongan kandung kemih akibat lemahnya kontraksi otot detrusor. Inkontinensia urin
kronik ini dikelompokkan lagi menjadi 4 tipe (stress, urge, overflow , fungsional).
a. Inkontinensia urin tipe stress: Inkontinensia urin terjadi apabila urin dengan secara tidak
terkontrol keluar akibat peningkatan tekanan di dalam perut, melemahnya otot dasar
panggul, operasi dan penurunan estrogen. Pada gejalanya antara lain kencing sewaktu
batuk, mengedan, tertawa, bersin, berlari, atau hal yang lain yang meningkatkan tekanan
pada rongga perut. Pengobatan dapat dilakukan dengan tanpa operasi (misalnya dengan
Kegel exercises, dan beberapa jenis obat-obatan), maupun dengan operasi.
b. Inkontinensia urin tipe urge: timbulnya pada keadaan otot detrusor kandung kemih yang
tidak stabil, di mana otot ini bereaksi secara berlebihan Inkontinensia urin dapat ditandai
dengan ketidakmampuan menunda berkemih setelah sensasi berkemih muncul
manifestasinya dapat merupa perasaan ingin kencing yang mendadak (urge), kencing
berulang kali (frekuensi) dan kencing di malam hari (nokturia).
c. Inkontinensia urin tipe overflow : pada keadaan ini urin mengalir keluar dengan akibat
isinya yang sudah terlalu banyak di dalam kandung kemih, pada umumnya akibat otot
detrusor kandung kemih yang lemah. Biasanya hal ini bisa dijumpai pada gangguan
saraf akibat dari penyakit diabetes, cedera pada sumsum tulang belakang, dan saluran
kencing yang tersumbat. Gejalanya berupa rasanya tidak puas setelah kencing (merasa
urin masih tersisa di dalam kandung kemih), urin yang keluar sedikit dan pancarannya
lemah.
d. Inkontinensia urin tipe fungsional: dapat terjadi akibat penurunan yang berat dari fungsi
fisik dan kognitif sehingga pasien tidak dapat mencapai ketoilet pada saat yang tepat.
Hal ini terjadi pada demensia berat, gangguan neurologic, gangguan mobilitas dan
psikologik (Setiati, 2007; Cameron, 2013).

88. seorang pria berusia 39 tahun datang dengan keluhan diare selama 2 bulan. Tampak
cobblestone, diagnosis?
a. colitis ulseratif
b. amoebiasis intestinal
c. colitis tb
d. penyakit crohn
e. kanker colon
Pembahasan :
Kolitis ulseratif adalah penyakit kronis dimana usus besar atau kolon mengalami
inflamasi dan ulserasi menghasilkan keadaan diare berdarah, nyeri perut, dan demam.
Tanda utama ialah perdarahan dari rektum dan diare bercampur darah, nanah, dan lendir.
Biasanya disertai tenesmus dan kadang inkontinensia alvi. Biasanya penderita mengalami
demam, mual, muntah, dan penurunan berat badan. Pada pemeriksaan perut kadang di
dapat nyeri tekan dan pada colok dubur mungkin terasa nyeri karena adanya fisura. Pada
rektosigmoidoskopi akan tampak gambaran radang, dan pemeriksaan laboratorium di
dapat adanya anemia, leukositosis, dan peninggian laju endap darah. Pemeriksaan
pencitraan kolon dapat terlihat kelainan mukosa dan hilangnya haustra. Pemeriksaan
radiologi dengan barium pada kolon membantu menentukan luas perubahan pada kolon
yang lebih proksimal, tetapi sebaiknya tidak dilakukan pada saat terjadi serangan akut,
karena dapat mempercepat terjadinya megakolontoksik dan perforasi.(Purnomo H, 2005)
Amoebiasis intestinal adalah suatu infeksi Entamuba histolytica pada manusia, dapat
terjadi secara akut dan kronik pada saluran cerna. Kebanyakan infeksi bersifat
asimtomatik dan kista dapat ditemukan dalam feses. Gejala yang biasa ditemukan adalah
diare, muntah, dan demam. Tinja lembek atau cair disertai lendir dan darah. Pada infeksi
akut kadang-kadang ditemukan kolik abdomen, kembung, tenesmus dan bising usus yang
hiperaktif. Invasi pada jaringan terjadi 2-8% kasus yang terinfeksi dan mungkin
berhubungan dengan galur parasit atau status nutrisi serta flora usus. Manifestasi klinis
amebiasis yang paling sering disebabkan oleh invasi lokal pada epitel usus dan
penyebaran ke hati. Diagnosis pasti amebiasis ditentukan dengan adanya trofozoit atau
kista di dalam feses atau trofozoit di dalam pus hasil aspirasi atau dalam spesimen
jaringan.(Sumarno, Garna H and Hadinegoro SR, no date)
Colitis tb adalah infeksi bakteri tuberculosis dalam saluran pencernaan. Bakteri pada
saluran cerna dapat betertelan, penyebaran dari organ yang berdekatan, maupun melalui
peredaran darah. Usus dan peritoneum dapat terinfeksi melalui empat mekanisme, yaitu
menelan sputum yang terinfeksi, penyebaran lewat darah dari TB aktif atau TB milier,
konsumsi susu atau makanan yang terkontaminasi dan penyebaran langsung dari organ
yang berdekatan. Reaktivasi setelah penyebaran infeksi melalui darah mungkin terjadi
beberapa tahun setelah infeksi. Sementara invasi langsung dari dinding usus mungkin
terjadi setelah konsumsi susu yang tidak dipasterurisasi atau konsumsi basil dari kavitas
paru. Pada umumnya, pasien datang dengan keluhan nyeri perut, diare dan penurunan
berat badan.(Artati Muwaningrum, Murdadi Abdullah and Dadang Makmun, 2016)
Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah penyakit inflamasi yang melibatkan saluran
cerna dengan penyebab pastinya sampai saat ini belum diketahui jelas. Secara garis besar
IBD terdiri dari 3 jenis , yaitu Kolitis Ulseratif (KU, Ulcerative Colitis),Penyakit Crohn
(PC, Crohn’s Disease), dan bila sulit membedakan kedua hal tersebut, maka dimasukkan
dalam kategori lndeterminate Colitis.
Chron’s disease merupakan penyakit inflamasi kronis transmural pada saluran cerna
dengan etiologi yang tidak diketahui . Crohn’s disease dapat melibatkan setiap bagian
dari saluran cerna mulai dari mulut hingga anus tetapi paling sering menyerang usus
halus dan colon. Penyakit crohn (crohn’s disease) dapat melibatkan bagian manapun
daripada saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus, dan menyebabkan tiga pola
penyakit yaitu penyakit inflamasi, striktur, dan fistula. komplikasi anorektal seperti
fistula dan abses sering terjadi. Walaupun jarang terjadi, CD dapat melibatkan bagian
saluran pencernaan yang lebih proksimal, seperti mulut, lidah, esofagus, lambung dan
duodenum.
Adanya diare dan hematokezia, penyakit perianal, malabsorpsi dan rekuren penyakit
setelah operasi mengarahkan kecurigaan ke penyakit Crohn. Pada penyakit Crohn sering
ditemukan granuloma di mukosa dengan keterlibatan kurang dari 4 segmen. Lesi

dikelilingi mukosa yang tampak normal dan tidak tampak ulser aftosa, kecuali pada
pasien yang sebelumnya telah didiagnosis penyakit Crohn. Lesi dapat meliputi lesi
anorektal. Ulkus longitudinal, ulkus aftosa, fistula dan gambaran cobblestone. Ulkus
yang dalam, fisura, longitudinal, khas untuk penyakit Crohn, ulkus longitudinal
yang lebih kecil yang dipisahkan oleh edema atau mukosa yang tidak terlibat dapat
membentuk gambaran cobblestone.

Cobblestone appearance ulserasi mukosa, berselang seling dengan mukosa yang normal
(Danastri and Putra, 2013; Firmansyah
Kanker kolon atau usus besar merupakan kanker yang menyerang daerah usus besar.
Perkembangan kanker ini sangat lambat, sehingga sering diabaikan oleh penderita. Pada
stadium dini, sering sekali tidak ada keluhan dan tidak ada rasa sakit yang berat. Tanda
dan gejala pada pasien kanker kolon : a. Perut terasa nyeri, kembung, dan tegang b.
Kadang-kadang jika diraba terasa adanya tonjolan pada perut c. Nafsu makan menurun d.
Keluar darah dari dubur repository.unimus.ac.id e. Tanda-tanda adanya penyempitan dan
penyumbatan dari usus besar sampai dubur, seperti susah buang air besar.(Mangan, 2009)
89. An. Hodor, usia 4 tahun, dibawa ibunya ke UGD karena kejang pada tangan dan kaki selama
10 menit SMRS. Sesampainya di UGD, pasien sadar dan didapatkan frekuensi nadi
110x/menit, frekuensi nafas 24x/menit, suhu 39,5 dan BB 16 kg. Kemudian dilakukan
pemasangan akses intravena dan diberikan obat penurun panas. Tak lama kemudian pasien
kembali mengalami kejang kelojotan. Tatalaksana yang harus dilakukan oleh dokter
adalah...
a. Diazepam 8 mg IV bolus cepat
b. Diazepam supp 10 mg
c. Fenitoin 320 mg IV dalam NaCl 0.9% 
d. Diazepam 5 mg IV bolus pelan
e. Diazepam 10 mg IV bolus cepat
Pembahasan :
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5
tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38oC, dengan metode pengukuran suhu
apa pun) yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial.
Klasifikasi
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure )
2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure) 
1. Kejang demam sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit), bentuk kejang umum (tonik
dan atau klonik), serta tidak berulang dalam waktu 24 jam.
Keterangan:
1.Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejangdemam
2.Sebagian besar kejang demam sederhana berlangsung kurang dari 5menit dan berhenti sendiri.
2. Kejang demam kompleks
Kejang demam dengan salah satu ciri berikut:
1. Kejang lama (>15 menit)
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejangparsial3. Berulang atau 
lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam.
Pada umumnya kejang berlangsung singkat (rerata 4 menit) dan
pada waktu pasien datang, kejang sudah berhenti. Apabila saat pasien datang dalam keadaan
kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan kejangadalah diazepam intravena. Dosis
diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kgperlahan-lahan dengan kecepatan 2 mg/menit atau
dalam waktu 3-5 menit,dengan dosis maksimal 10 mg. Secara umum, penatalaksanaan kejang
akutmengikuti algoritma kejang pada umumnya.
Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan
Berat badan kurang dari 12 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 12 kg.
(Recommendations for the management of febrile seizures: Ad Hoc Task Force of
LICEGuidelines. Epilepsia. 1st edn, 2009)

90. seorang wanita gemuk berusia 46 tahun datang dengan keluhan nyeri hebat pada perut
sebelah kanan atas. Pada pf tanda Murphy (+), diagnosis?
a. perforasi ulkus lambung
b. kolesistitis akut
c. pielonefritis akut
d. pankreatitis akut  nyeri di punggung belakang
e. gastroduodenitis
Pembahasan :

Kolesistitis
Berdasarkan Tokyo Guideline 2018, untuk diagnosis dari kolesistitis adalah sebagai
berikut :

(Yokoe et al., 2018)

Radang kandung empedu (kolesistitis akut) adalah reaksi inflamasi akut dinding kandung
empedu yang disertai dengan keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan demam.
Umumnya kolesistitis akut disebabkan oleh adanya batu kandung empedu. Keluhan yang
agak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah nyeri abdomen kuadran kanan atas,
mual, muntah dan demam. Kadang-kadang rasa sakit dapat menjalar ke pundak atau
skapula kanan. Hal ini dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda. Berat ringannya
keluhan sangat bervariasi tergantung dari adanya kelainan inflamasi yang ringan sampai
dengan gangren atau perforasi kandung empedu. Nyeri tekan abdomen kuadran kanan
atas, kandung empedu teraba dan tanda Murphy positif pada pemeriksaan fisik
merupakan karakteristik kolesistitis akut. Tanda Murphy positif memiliki spesifitas 79%-
96% untuk kolesistitis akut.

(Pridady, 2006)
Pienolefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Pielonefritis akut adalah suatu proses infeksi dan peradangan yang biasanya
mulai di dalam pelvis ginjal tetapi meluas secara progresif ke dalam parenkim ginjal.
Infeksi tersebut dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, tetapi terutama dari basil
kolon yang berasal dari kontaminasi traktus urinarius dengan feses.(Ramadani E.S, 2017)
Pankreatitis akut merupakan inflamasi pankreas dengan onset tiba-tiba dan durasi kurang
dari 6 bulan. Etiologi paling sering adalah batu empedu dan konsumsi alkohol berlebih.
Pankreatitis akut dapat terjadi apabila faktor pemeliharaan hemostasis seluler tidak
seimbang. Gejala pankreatitis akut yang khas adalah keluhan nyeri yang hebat di
epigastrium. Sifat nyeri timbulnya mndadak dan terus menerus. Perasaan nyeri biasanya
berkurang bila penderita mengambil posisi menekukkan lutut ke dada atau
membungkukkan badan. b. Pemeriksaan fisik Terdapat kenaikan suhu sampai 39-400 C,
nadi cepat diatas 100x permenit, volume nadi menurun, tekanan darah menurun, kulit
dingin dan lembab. Bising usus biasanya normal, , tetapi pada 20% penderita dapat
menurun sampai menghilang. Pada kasus yang sangat berat terdapat perubahan warna
kulit yang menjadi pucat, kebiruan, atau kuning kecoklatan. Hal ini mungkin dapat
ditemui di daerah umbilicus Cullen’s sign, atau di daerah pinggang Turner’s sign . Dapat
juga terjadi ikterus yang mungkin disebabkan penekanan duktus koledokus oleh jaringan
pankreas yang edematous.(Nurman A, 1990)
91. Pasien datang karena terjatuh dengan posisi tangan menumpu badan. Pada pemeriksaan
radiologis didapatkan fraktur transversal radial, komplit, 2cm jarak proksimal garis sendi,
sebagian distal beranjak ke dorsal, angulasi ke radial, fraktur avulsi processus styloedius
ulna. Fraktur apakah di atas ?
a. Shaft fraktur
b. Rib fraktur
c. Fraktur galleizi
d. Fraktur montegia
e. Fraktur collez

Pembahasan :
Fraktur colles merupakan fraktur transversal dari radius bagian distal (tepat di atas
pergelangan tangan) dengan dorsal displacement dari fragmen fraktur bagian distal.
Manifestasi klinis yang biasa didapatkan berupa dinner-fork deformity (terdapat peninggian
pada lengan di bagian proksimal dari pergelangan tangan dan terdapat depresi pada lengan
di bagian distal pergelangan tangan). (Apley & Solomon, 2018).
Fraktur colles : Fraktur yang biasanya sering dijumpai pada umur ≥ 50 tahun dengan
tulang yang sudah osteoporosis. Fraktur ini terjadi pada tulang radius bagian distal yang
berjarak 1 inchi dari permukaan sendi radiocarpal dengan deformitas ke posterior.
(Sjamsuhidajat and Jong, 2017; Mughni et al., 2020)

Fraktur monteggia yaitu Fraktur dari corpus ulnaris disertai dengan dislokasi anterior dari
sendi radioulnar bagian proksimal. Biasanya sendi radiocapitellar juga ikut dislokasi atau
subluksasi. Deformitas pada tulang ulna sangat terlihat namun dislokasi dari caput radii
biasanya ditandai dengan pembengkakan. Tanda lain yang bisa didapatkan pada
pemeriksaan adalah rasa nyeri dan bengkak pada siku bagian lateral. Pergelangan tangan
dan tangan harus diperiksa untuk mencari tanda lesi pada nervus radialis. (Apley &
Solomon, 2018).
Fraktur montegia merupakan fraktur di sepertiga proximal ulna dengan dislokasi proximal
radioulnar joint.(Sjamsuhidajat and Jong, 2017; Mughni et al., 2020)

Fraktur galeazzi yaitu Fraktur dari 1/3 distal tulang radius disertai dengan dislokasi atau
subluksasi inferior dari sendi radioulnar. Terjadinya fraktur ini biasanya akibat trauma
langsung sisi lateral ketika jatuh. Manifestasi tersering adalah terdapat peninggian atau rasa
nyeri pada tulang ulna bagian distal. Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu melakukan
penekanan pada bagian distal tulang ulna (piano-key sign) atau dengan melakukan rotasi
pergelangan tangan. Selain itu, lakukan tes untuk mengetahui apakah terdapat lesi nervus
ulnaris. (Apley & Solomon, 2018)
Fraktur galleazi : Fraktur sepertiga distal radius dengan dislokasi radioulnar joint distal.
Fragmen distal angulasi ke dorsal. Fraktur ini biasanya terjadi karena trauma langsung pada
wrist, yang khususnya pada aspek dorsolateral atau akibat jatuh dengan outstreched hand
dan pronasi forearm.(Sjamsuhidajat and Jong, 2017; Mughni et al., 2020)

92. Laki-laki 35 tahun , datang dg keluhan BAB nyeri, dan kadang berdarah, psien kurang
makan buah dan sayur dan jika bab keras sering mengedan. Dari hasil pem fisik, anus tdk
ada kelainanan. Tatalaksananya :
a. Hemoroidektomi
b. Konservatif perbaiki pola hidup
c. …
d. …
e. …
Pembahasan :
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang
berasal dari plexus hemorrhoidalis. Di bawah atau di luar linea dentate pelebaran vena
yang berada di bawah kulit (subkutan) disebut hemoroid eksterna. Sedangkan di atas atau
di dalam linea dentate, pelebaran vena yang berada di bawah mukosa (submukosa) disebut
hemoroid interna. Biasanya struktur anatomis anal canal masih normal.
Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis yang
disebabkan oleh faktor faktor risiko/pencetus. Faktor risiko hemoroid antara lain faktor
mengedan pada buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah
(lebihbanyakmemakai jamban duduk, terlalu lama duduk dijamban sambil membaca,
merokok), peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor usus, tumor abdomen),
kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan perubahan hormonal), usia tua,
konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut yang berlebihan, hubungan seks peranal,
kurang minum air, kurang makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang olah raga/
imobilisasi.
Klasifikasi dan Derajat
Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid eksterna dan interna. Hemoroid
interna dibagi berdasarkan gambaran klinis atas:
 Derajat 1: Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar kanal anus.
Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
 Derajat 2: Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke
dalam anus secara spontan
 Derajat 3: Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan
bantuan dorongan Jari
 Derajat 4: Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untukmengalami
trombosis dan infark.
Diagnosis hemoroid ditegakkan berdasarkan anamnesis keluhan klinis dari hemoroid
berdasarkan klasifikasi hemoroid (derajat I sampai dengan derajat 4) dan pemeriksaan
anoskopi/kolonoskopi. Karena hemoroid dapat disebabkan adanya tumor di dalam abdomen
atau usus proksimal, agar lebih teliti sebaiknya selain memastikan diagnosis hemoroid,
dipastikan juga apakah di usus halus atau dikolon ada kelainan misal tumor atau kolitis. Untuk
memastikan kelainan di usus halus diperlukan pemeriksaan rontgen usus halus atau
enteroskopi. Sedangkan untuk memastikan kelainan di kolon diperlukan pemeriksaan rontgen
Barium enema atau kolonoskopi total.
Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari penatalaksanaan medis dan penatalaksaanaan bedah.
Penatalaksanaan medis terdiri dari nonfarmakologis, farmakologis, tindakan minimal
invasive. Penatalaksanaan medis hemoroid ditujukan untuk hemoroid interna derajat I sampai
dengan III atau semua derajat hemoroid yang ada kontraindikasi operasi atau pasien menolak
operasi. Sedangkan penatalaksanaan bedah ditujukan untuk hemoroid interna derajat IV dan
eksterna, atau semua derajat hemoroid yang tidak respon terhadap pengobatan medis.
Penatalaksanaan medis non farmakologis. Penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup,
perbaikan pola makan dan minum, perbaiki pola/cara defekasi. Memperbaiki defekasi
merupakan pengobatan yang selalu harus ada dalam setiap bentuk dan derajat hemoroid.
Perbaikan defekasi disebut bowel management program (BMP) yang terdiri dari diet, cairan,
serat tambahan, pelincin feses, dan perubahan perilaku buang air . Untuk memperbaiki
defikasi dianjurkan menggunakan posisi jongkok (squatting) sewaktu defrkasi. Pada posisi
jongkok temyata sudut anorektal pada orang menjadi lurus ke bawah sehingga hanya
diperlukan usaha yang lebih ringan untuk mendorong tinja ke bawah atau ke luar rekhrm.
Mengedan dan konstipasi akan meningkatkan tekanan vena hemoroid, dan akan memperparah
timbulnya hemoroid, dengan posisi jongkok ini tidak diperlukan mengedan lebih banyak.
Bersamaan dengan program BMP di atas, biasanyajuga dilakukan tindakan kebersihan lokal
dengan cara merendam anus dalam air selama 10- I 5 menit, 2-4 kali sehari. Dengan
perendaman ini maka eksudat yang lengket atau sisa tinja yang lengket dapat dibersihkan.
Eksudat atau sisa tinja yang lengket dapat menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan.
Pasien diusahakan tidak banyak duduk atau tidur, banyak bergerak, dan banyak jalan.Dengan
banyak bergerakpola defekasi menjadi membaik. Pasien diharuskan banyak minum 30-40
mVkgBBlhari untuk melembekkan tinja. Pasien harus banyak makan serat antara lain
buahbuahan, sayur-sayuran, cereal. dan suplementasi serat komersial bila kurang serat dalam
makanannya.
Yang paling baik dalam mencegah hermoroid yaitu mempertahankan tinja tetap lunak
sehingga mudah ke luar, di mana hal ini menurunkan tekanan dan pengedanan dan
mengosongkan usus sesegera mungkin setelah perasaan mau ke belakang timbul. Latihan
olahraga seperti berjalan, dan peningkatan konsumsi serat diet juga membantu mengurangi
konstipasi dan mengedan.
(Simadibrata K, 2011)
93. Pasien laki-laki usia 55 tahun, datang dengan keluhan mual dan muntah sejak 4 hari yang
lalu. BAB dan flatus terakhir 2 hari yang lalu. pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien
tampak lemah, TD 110/80, N : 112 RR : 24. Pada RT tampak kolaps rekti. Pada abdomen
tampak distensi, perkusi timpani bunyi usus, hipertimpani, boborigmi, metalic sound. Pada
pemeriksaan radiologi tampak air fluid level. Diagnosa adalah:
a. Kolitis
b. Gastroenteritis
c. -
d. Ileus paralitik
e. Ileus obstruksi
Pembahasan :
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen
saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya
sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus,
dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu
segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut. Sedangkan ileus
paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus gagal/ tidak mampu
melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya akibat kegagalan
neurogenik atau hilangnya peristaltik usus tanpa adanya obstruksi mekanik.
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual, muntah,
perut distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi). Mual muntah umumnya
terjadi pada obstruksi letak tinggi. Bila lokasi obstruksi di bagian distal maka
gejala yang dominan adalah nyeri abdomen. Distensi abdomen terjadi bila
obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal usus menjadi sangat dilatasi,
muntah adalah suatu tanda awal pada obstruksi letak tinggi atau proksimal. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak distensi, terdapat darm
contour (gambaran usus), dan darm steifung (gambaran gerakan usus), pada
auskultasi terdapat hiperperistaltik berlanjut dengan Borborygmus (bunyi usus
mengaum) menjadi bunyi metalik (klinken) / metallic sound. Pada tahap lanjut
dimana obstruksi terus berlanjut, peristaltik  akan melemah dan hilang. Pada
palpasi tidak terdapat nyeri tekan, defans muscular (-), kecuali jika ada peritonitis.
Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus, dan
terjadi distensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak
terjadi ketegangan dinding perut. pada ileus paralitik gambaran radiologi
ditemukan dilatasi usus yang menyeluruhdari gaster sampai rectum.(Indrayani,
2013; Sjamsuhidajat and Jong, 2017)
Pemeriksaan foto polos abdomen dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis
obstruksi usus pada lebih dari 60 % kasus . Dilakukan dengan dua posisi yaitu supine dan
tegak (atau lateral dekubitus bila pasien tidak bisa tegak) merupakan pemeriksaan awal
yang berguna untuk menentukan letak obstruksi dan mencari penyebabnya. Pada posisi
tegak atau lateral dekubitus dapat terlihat multiple air fluid levels dan stepladder pattern.
Stepladder patern dengan multiple air fluid levels dan tidak terlihat gas di dalam kolon
adalah tanda patognomonik Dapat ditemukan scalloped effect oleh karena udara dan
cairan yang berkumpul di kolon proksimal dari obstruksi. Pada tahap awal strangulasi,
sulit dibedakan dengan obstruksi simple, namun bila sudah mencapai tahap lanjut, maka
usus yang nekrotik akan kehilangan kontur mukosanya dan mengalami edema sehingga
tampak gambaran thumbprinted dan bentuk coffee bean. Untuk membedakan ileus
paralitik dengan ileus obstruksi, maka perlu diperhatikan derajat distensi intestinal,
jumlah cairan dan gas intralumen, dan pola distribusi air fluid-levels. Pada obstruksi
intestinal, akumulasi gas dan cairan lebih banyak sedangkan air fluidlevels lebih panjang
dan terlihat lebih jelas. Selain itu dapat ditemukan stepladder pattern. Apabila multiple air
fluid-levels terlihat sebagai pola string of beads, maka terdapat kecenderungan adanya
obstruksi parsial atau komplit derajat tinggi .
Gambar . Obstruksi usus halus(kiri) foto polos abdomen pasien dengan obstruksi
usus halus posisi supine .(kanan) foto dari pasien yang sama dengan posisi tegak,
menunjukkan adanya air-fluid levels.

(Summers RW, 2003) (Bielefeldt K and Bauer AJ, 2008)

Kolitis ulseratif adalah penyakit kronis dimana usus besar atau kolon mengalami
inflamasi dan ulserasi menghasilkan keadaan diare berdarah, nyeri perut, dan demam.
Tanda utama ialah perdarahan dari rektum dan diare bercampur darah, nanah, dan lendir.
Biasanya disertai tenesmus dan kadang inkontinensia alvi. Biasanya penderita mengalami
demam, mual, muntah, dan penurunan berat badan. Pada pemeriksaan perut kadang di
dapat nyeri tekan dan pada colok dubur mungkin terasa nyeri karena adanya fisura. Pada
rektosigmoidoskopi akan tampak gambaran radang, dan pemeriksaan laboratorium di
dapat adanya anemia, leukositosis, dan peninggian laju endap darah. Pemeriksaan
pencitraan kolon dapat terlihat kelainan mukosa dan hilangnya haustra. Pemeriksaan
radiologi dengan barium pada kolon membantu menentukan luas perubahan pada kolon
yang lebih proksimal, tetapi sebaiknya tidak dilakukan pada saat terjadi serangan akut,
karena dapat mempercepat terjadinya megakolontoksik dan perforasi.(Purnomo H, 2005)
Gastroenteritis adalah peradangan pada mukosa membran lambung dan usus halus yang
ditandai dengan gejala diare, mual, muntah dan demam ringan disertai hilangnya nafsu
makan dan rasa tidak enak di perut.
94. Seorang anak laki-laki umur 1 tahun datang dibawa ibunya dengan keluhan rewel karena
sakit pada buah zakar sebelah kanan yang membesar, semakin membesar saat anak
menangis. Suhu 38,9°c. Diagnosa?
a. Hernia Inguinalis
b. Hernia Inkarserata
c. Torsio testis dekstra
d. Nekrosis testis dekstra
e. Rupture testis dekstra
Pembahasan :
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly kongenital atau didapat. Berbagai factor
penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di anulus internus yang cukup
lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula factor
yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia
reponibel, keluhan satu-satunya adalah benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan, dan menghilang setelah berbaring.(Sjamsuhidajat and
Jong, 2017).
Daignosis :
 Pembesaran pada inguinal/skrotum yang hilang timbul, muncul pada saat pasien
mengejan atau menangis dan menghilangpada saat pasien istirahat.
 Timbul di tempat korda spermatika keluar dari rongga abdomen.
 Berbeda dengan hidrokel; hidrokel terang dengan transiluminasi dan biasanya tidak
melebar ke arah kanalis inguinalis.

 Terkadang dapat pula terjadi pada pasien perempuan.


Hernia adalah protrusi atau penonjolan suatu organ melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga yang bersangkutan. Disebut inkarserata apabila isinya terjepit oleh cincin
hernia sehingga isi kantung terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.
(A Mughni et al., 2020)
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam kantung hernia terjepit oleh
cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi dan strangulasi usus.
Bengkak yang menetap pada wilayah inguinal atau umbilikus disertai tanda peradangan
(merah, nyeri, panas, sembab).Terdapat tanda obstruksi usus (muntah hijau dan perut
kembung, tidakbisa defekasi).
Torsio Testis
 Pada torsio testis terjadi suplai darah arterial terhenti akibat adanya funiculus
spermaticus terpilin, terbentuk oklusi dan kehilangan suplai vaskuler. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Onset dari torsi adalah nyeri
tiba-tiba pada testis unilateral. Tidak ada tanda trauma dan dapat terjadi mual muntah.
Pada pemeriksaan fisik, terjadi hilangnya refleks kremaster pada testis (Sabiston et al.,
2012).
 Torsio testis
Torsio testis merupakan suatu kondisi emergensi ketika struktur spermatic cord memutar
atau melintir yang menyebabkan aliran darah ke testis tidak ada. Emergensi terjadi
karena testis akan atrofi akibat suplai darah tidak ada ke testis, akan atrofi dan terjadi
infark. Gejala yang sering ditemukan yaitu nyeri berat yang terjadi tiba-tiba, perubahan
ukuran testis, perubahan warna skrotum (merah atau merah kehitaman), mual, muntah.
Refleks kremaster menunjukkan hasil yang tidak normal. (Urologcy Care Foundation,
n.d.-a), (Oreoluwa, 2018)

95. Seorang laki-laki 35 tahun datng ke poli klinik setelah jatuh dari pohon dan badan menimpa
tangannya. Posisi tangan saat terjatuh menopang badan. Pada pemeriksaan ditemukan
tangan kanan tidak bisa di gerakkan, edem di sekitar pergelangan, nyeri dan tidak tampak
luka. Diagnosa pasien adalah?
a. Fraktur terbuka
b. Fraktur tertutup
c. Fraktur inkomplit
d. Fraktur multiple
Pembahasan :
Fraktur terbuka adalah fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan
dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka sangat berpotensi menjadi infeksi.
Klasifikasi fraktur terbuka menurut Gustillo: (Solomon, MD and Nayagam, 2010; Kim
and Leopold, 2012)

Tipe I : luka kecil, bersih. Terdapat sedikit kerusakan jaringan lunak dan tidak ada fraktur
kominutif (karena low energy fracture)

Tipe II : luka > 1 cm, tidak terdapat skin flap. Terdapat sedikit kerusakan jaringan lunak dan
penekanan atau fraktur kominutif (karena low to moderate energy fracture.)

Tipe III : Didapatkan laserasi, kerusakan kulit dan jaringan lunak yang luas, pada keadaan
yang parah dapat ditemukan gangguan pembuluh darah. Cidera disebabkan karena transfer
high-energy ke tulang dan jaringan lunak. Ddidapatkan kontaminasi. Kategori khusus untuk
luka tembak, fraktur terbuka karena farm injury dan segala fraktur terbuka dengan adanya
cedera vascular yang membutuhkan penanganan.

Tipe IIIA : Fraktur terbuka tipe III dengan tulang yang fraktur tertutup dengan jaringan
lunak yang adekuat meskipun terdapat laserasi.

Tipe IIIB : Fraktur terbuka tipe III dengan periosteal stripping yang luas tanpa adanya flap
dengan bone exposure. Biasanya dengan kontaminasi yang berat.

Tipe IIIC : Fraktur terbuka tipe III didapatkan cedera vascular yang perlu ditangani, tanpa
melihat dari cedera jaringan lunaknya.

Fraktur tertutup adalah fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang
tidak keluar melalui kulit.(Asrizal, 2014)
multiple fraktur adalah keadaan dimana terjadi hilangnya kontinuitas jaringan
tulang lebih dari satu garis yang disebabkan oleh tekanan eksternal yang di tandai
oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas dan gangguan fungsi pada area
fraktur.
Fraktur Inkomplit merupakan apabila tulang tidak terpisah seluruhnya dan
periosteum tetap intak
(Solomon, MD and Nayagam, 2010)
96. Anak usia 3 bulan dtg ke RS diantar ibunya dengan keluhan skrotum tidak sama, pd
anamnesis tidak ada riwayat trauma, pd PF ditemukan skrotum kiri tidak ada
Tindakan yang tepat dilakuakn pada pasein ini adalah?  undesensus testikulorum
a. Usia 0-3 bulan
b. Usia 3-6 bulan
c. Usia 6-1 tahun
d. Usia 1-2 tahun
e. > 2 tahun  menunggu turun
Pembahasan :
Kriptorkismus merupakan kelainan kongenital satu atau kedua testis tidak berada
pada posisi yang seharusnya di skrotum pada saat lahir dan tidak dapat
dipindahkan secara manual ke posisi seharusnya. Pada anak lelaki baru lahir
merupakan salah satu gangguan kelenjar endokrin dan gangguan genital yang
sering ditemukan.
Testis akan turun secara spontan pada usia 6 bulan kehidupan. Jika testis tetap
tidak turun dalam 6 bulan (sesuai koreksi usia kehamilan) maka testis tidak akan
turun secara spontan. Saat untuk koreksi orkhidopeksi adalah usia 6 bulan (sesuai
koreksi usia kehamilan), selain karena setelah usia 6 bulan kemungkinan testis
tidak akan turun spontan juga kemungkinan testis akan rusak jika berada diluar
skrotum.
Tatalaksana: Tidak diperlukan terapi hormonal untuk menurunkan testis. • Jika
tidak turun spontan dalam usia 6 bulan (sesuai koreksi umur kehamilan),
dilakukan tindakan operasi pada usia < 12 bulan. • Jika baru terdiagnosis
kriptorkimus setelah usia 6 bulan harus segera dirujuk ke spesialis bedah.(I
Wayan Bikin Suryawan, Niken Prita Yati and Jose RI Batubara, 2017)
DAFTAR PUSTAKA

Alzheimer's Association, 2016. 2016 Alzheimer's disease facts and figures. Alzheimer's &
Dementia, 12(4), pp.459-509.
Amaliah, R. (2020) ‘Diagnosis dan Tatalaksana Ruptur Diafragma pada Fase Akut dan Fase
Laten’, Jurnal Bedah Nasional, 4(1), pp. 26–36.
American College of Surgeons (2018) Advanced Trauma Life Support. 10th edn. Chicago:
American College of Surgeon.
American College of Surgeons Committee on Trauma (2018) ‘Advanced Trauma Life Support .
Resources for Optimal Care of the Injured Patient. Chicago.’
Amrizal (2015) ‘Hernia Inguinalis’. Padang: Syifa Medika, pp. 1–12.
Amrulloh, F.M. and Utami, N., 2016. Hubungan Konsumsi OAINS terhadap Gastritis. Jurnal
Majority, 5(5), pp.18-21.
Artati Muwaningrum, Murdadi Abdullah and Dadang Makmun (2016) ‘Pendekatan Diagnosis
dan Tatalaksana Tuberkulosis Intestinal’, 3(2), pp. 165–173.
Asrizal, R. A. (2014) ‘Closed Fracture 1/3 Middle Femur Dextra’, 2(3), pp. 94–100.
Association of Anaesthetists of Great Britain and Ireland (2010) ‘Blood transfusion and the
anaesthetist: management of massive haemorrhage.’, Anaesthesia.
Astuti, E., Saanin, S. and Edison, E., 2016. HUBUNGAN GLASGOW COMA SCALE
DENGAN GLASGOW OUTCOME SCALE BERDASARKAN LAMA WAKTU
TUNGGU OPERASI PADA PASIEN PERDARAHAN EPIDURAL. Majalah Kedokteran
Andalas, 39(2), pp.50-57.
Babb, A. and Carlson, W. O. (2006) ‘Vertebral compression fractures: treatment and
evaluation.’, South Dakota medicine : the journal of the South Dakota State Medical
Association, 59(8).
Bakta M, Wibawa I & Suega K,2016. Emergency in Internal Medicine : Innovation for Future.
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XXIV .Denpasar, PT.Percetakan Bali
Bell DJ, 2018. Evan’s Index. Radiopedia, dilihat 9 Juli 2020, <
https://radiopaedia.org/articles/evans-index-1>
Bielefeldt K and Bauer AJ (2008) Principle of Clinical Gastroenterology. Singapore.
Bignell C, F. M. U. (2011) ‘National guideline for the management of gonorrhea in adults’,
International Journal of STD & AIDS., 22, pp. 541–547.
Bimandama, M.A. and Kurniawaty, E., 2018. Benign Prostatic Hyperplasia dengan Retensi Urin
dan Vesicolithiasis. Jurnal Agromedicine, 5(02), pp.655-661.
Busti AJ 2015. Murphy Sign : Examination. Evidence-Based Medicine Consult, dilihat 9 Juli
2020, < https://www.ebmconsult.com/articles/physical-exam-murphys-sign>
CG, R. (2012) Benign Prostatic Hyperplasia: Etiology, pathophysiology, epidemiology, and
natural history. Dalam: Campbell’s urology. 10th edn. Edited by V. E. Walsh PC, Retik
AB and dan W. AJ. Philadelphia: WB Saunders Co.
Chin, J. H. (2014) ‘Tuberculous meningitis: Diagnostic and therapeutic challenges’, Neurology:
Clinical Practice, 4(3), pp. 199–205. doi: 10.1212/CPJ.0000000000000023.
Chung, K.M. and Chuang, S.S., 2011. Cullen and Grey Turner signs in idiopathic perirenal
hemorrhage. CMAJ, 183(16), pp.E1221-E1221.
Cimador, M., Castagnetti, M. and De Grazia, E. (2010) ‘Management of hydrocele in adolescent
patients’, Nature Reviews Urology. Nature Publishing Group, 7(7), pp. 379–385. doi:
10.1038/nrurol.2010.80.
Cunningham, F. G. et al. (2014) Williams Obstetri. 24th Editi. New York: Mc Graw Hill
Education.
Dawson-amoah, K. et al. (2018) ‘Dislocation of the Hip : A Review of Types , Causes , and
Treatment’, pp. 242–252. doi: 10.31486/toj.17.0079.
Delf, M. and Manning, T. (1996) Major Diagnosis Fisik. Edited by A. Dharma. Jakarta: EGC.
DeMaagd, G., PharmD and Philip, A. (2015) ‘Parkinson’s Disease and its Management’, 40. doi:
10.1136/bmj.308.6923.281.
Departemen Urologi RSCM-FKUI (2019) Pediatrik Urologi, RSCM.
Dwikora Novembri Utomo (2018) Cedera Tendon Achilles : Evaluasi, Diagnosis, dan
Tatalaksana Komprehensif. Edited by Ferdiansyah Mahyudin. Pusat Penerbitan dan
Percetakan Universitas Airlangga (AUP).
Egger, A. C. and Berkowitz, M. J. (2017) ‘Achilles tendon injuries.’ Current Reviews in
Musculoskeletal Medicine. doi: 10.1007/s12178-017-9386-7.
Epstein, N. and Hollingsworth, R. (2017) Nursing review of diagnosis and treatment of lumbar
degenerative spondylolisthesis, Surgical Neurology International. doi:
10.4103/sni.sni_276_17.
Estlin E and Lowis Stephen L (2005) Central Nervous System Tumours of Childhood. London:
Mac Keith Press.
Felipe, M. and Sá, S. De (2018) ‘Premature Ovarian Insufficiency and Bone Health Care: A
Concern of the Gynecologist’, pp. 38–41.
Findings, C. T., Jaffe, T. and Thompson, W. M. (2015) ‘Large-Bowel Obstruction in the Adult :
Classic Radiographic and’, 275(3), pp. 651–663.
Firmansyah, M. A, 2013. Perkembangan Terkini Diagnosis dan Penatalaksanaan Imflammatory
Bowel Disease. Cermin Dunia Kedokteran, vol 40 no.4, hh 247-248
Firmansyah, M. A, 2015. Diagnosis dan Tata Laksana Kolesistitis Akalkulus Akut. Medicinus,
Vol 28 no.2, hh 33-34
Gautam, D. (2019) ‘Herniated nucleus pulposus’. Medscape, p. 281. Available at:
emedicine.medscape.com Herniated.
Gillespie, C.W., Manhart, L.E., Lowens, M.S. and Golden, M.R., 2013. Asymptomatic urethritis
is common and is associated with characteristics that suggest sexually transmitted etiology.
Sexually transmitted diseases, 40(3), pp.271-274.
Ginanneschi, F., Mondelli, M., Piu, P. and Rossi, A., 2015. Pathophysiology of knee jerk reflex
abnormalities in L5 root injury. Functional neurology, 30(3), p.187.
Gomes, D., Pereira, M. and Bettencourt, A. F. (2013) ‘Osteomyelitis : an overview of
antimicrobial therapy’, 49.
Goyal, A. et al. (2006) ‘Oesophageal atresia and tracheo-oesophageal fistula’, Archives of
Disease in Childhood: Fetal and Neonatal Edition, 91(5), pp. 381–385. doi:
10.1136/adc.2005.086157.
Green, J. P. et al. (2013) ‘The 2012 Surviving Sepsis Campaign: Management of Severe Sepsis
and Septic Shock—An Update on the Guidelines for Initial Therapy’, Current Emergency
and Hospital Medicine Reports, 1(3), pp. 154–171. doi: 10.1007/s40138-013-0019-1.
Gwinnutt, C. L. and Driscoll, P. (2018) Advanced trauma life support. teenth, Anaesthesia.
teenth. United States Of America. doi: 10.1111/j.1365-2044.1993.tb07026.x.
Hamzah, Z. et al. (2020) Sistem Stomatognati. 1st edn. Yogyakarta: Deepublish.
Hanley, J. et al. (2017) ‘Guidelines for the management of acute joint bleeds and chronic
synovitis in haemophilia A United Kingdom Haemophilia Centre Doctors ’ Organisation
(UKHCDO) guideline’, pp. 1–10. doi: 10.1111/hae.13201.
Hardisman, H. (2013) ‘Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syok Hipovolemik: Update
dan Penyegar’, Jurnal Kesehatan Andalas, 2(3), p. 178. doi: 10.25077/jka.v2i3.167.
Harsono (2008) Buku Ajar Neurologi Klinik : Gangguan Peredaran Darah Otak. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Hatzenbuehler, J. and Pulling, T. J. (2011) ‘Diagnosis and Management of Osteomyelitisof
Osteomyelitis’, pp. 1027–1033.
Hopkin M, 2013. Chron Disease. Maryland, dilihat 8 Juli 2020.
I Wayan Bikin Suryawan, Niken Prita Yati and Jose RI Batubara (2017) Diagnosis dan Tata
Laksana Kriptorkismus. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Ikatan Ahli Urologi Indonesia (2007) ‘Pedoman penatalaksanaan batu saluran kemih di
Indonesia’.
Imran, J. B. and Eastman, A. L. (2017) ‘A pneumothorax (collapsed lung, dropped lung) is the
entry of air into the pleural space (the space between the lungs and chest wall)’, JAMA -
Journal of the American Medical Association, 318(10), p. 974.
Indrayani, M. N. (2013) ‘Diagnosis Dan Tata Laksana Ileus Obstruktif’, E-Journal Medika
Udayana, pp. 637–658.
Janković, S. and Radosavljević, V., 2007. Risk factors for bladder cancer. Tumori Journal, 93(1),
pp.4-12.
Kasper, D. et al. (2015) ‘Harrison’s Principles of Internal Medicine’, Harrison’s Principles of
Intern Medicine, p. 3985.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016) Panduan Penatalaksaan Kanker Kolorektal.
Kertia, N. (2016) ‘Osteomalasia’, in Buku Ajar lmu Penyakit Dalam Jilid III. 6th Editio. Jakarta:
EGC, pp. 3501–3504.
Kessler, S.K. and McGinnis, E., 2019. A practical guide to treatment of childhood absence
epilepsy. Pediatric Drugs, 21(1), pp.15-24.
Kim, P. H. and Leopold, S. S. (2012) ‘Gustilo-Anderson classification’, Clinical Orthopaedics
and Related Research, 470(11), pp. 3270–3274. doi: 10.1007/s11999-012-2376-6.
Kitrey, N. D. et al. (2016) ‘EAU Guidelines on Urological Trauma’, J. Summerton Guidelines
Associates: P-J.
Korompilias, A.V., Lykissas, M.G., Kostas-Agnantis, I.P., Vekris, M.D., Soucacos, P.N. and
Beris, A.E., 2013. Approach to radial nerve palsy caused by humerus shaft fracture: is
primary exploration necessary?. Injury, 44(3), pp.323-326.
Kothadia, J. P., Katz, S. and Ginzburg, L. (2015) ‘Chronic appendicitis: Uncommon cause of
chronic abdominal pain’, Therapeutic Advances in Gastroenterology, 8(3),
Krisna, D. M. and Maulana, A. (2017) ‘Hipospadia : Bagaimana Karakteristiknya Di
Indonesia?’, Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, 2(2), pp. 325–33.
Kusumajaya, C. (2018) ‘Diagnosis dan tatalaksana batu uretra’, Cdk-261, 45(2), pp. 95–97.
Lee, H. and Le, J. (2018) ‘PSAP 2018 Book 1 Urinary Tract Infections’, PSAP 2018 Book 1-
Infectious Diseases, (Sobel 2014), pp. 7–28.
Lee, K. M. et al. (2013) ‘Epidermal cyst on the sole’, Archives of Plastic Surgery, 40(4), pp.
475–476. doi: 10.5999/aps.2013.40.4.475.
Li, Y.-Z. (2015) ‘Conventional radiological strategy of common gastrointestinal neoplasms’,
World Journal of Radiology, 7(1), p. 7. doi: 10.4329/wjr.v7.i1.7.
Lockwood, W. (2018) Orthopedic Trauma.
Lumbantobing S.M (2014) Berbahasa dalam Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental.
Lynn S. Bickley, M. (2012) Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. 8th
edn. Edited by D. Linda Dwijatanti, D. Andita Novrianti, and D. Sherli Karolina. Jakarta.
Magazi, D. S. and Manyane, D. M. (2015) ‘Tension type headaches: A review’, South African
Family Practice, 57(1), pp. 23–28. doi: 10.4102/safp.v57i1.4222.
Mangan, N. (2009) ‘Cancer Colon’.
Manual of Medicine, 2018. Management of a foreign body. Grepmed, dilihat 8 Juli 2020.
Marko, J. et al. (2017) ‘Testicular seminoma and its mimics’, Radiographics, 37(4), pp. 1085–
1098.
Marshall, R. A., Weaver, M. J. and Harris, M. B. (2017) ‘Traumatic Hip Dislocation : What the
Orthopedic Surgeon Wants to’, (6), pp. 2181–2201.
Matthew J. Snyder, Marjorie Guthrie and Staphem Cagle (2018) ‘Acute Appendicitis: Efficient
Diagnosis and Management’, American Family Physician, 98(1), pp. 25–33.
Matthew Lombardi, A. C. C. (2020) Hemarthrosis. StatPearls.
Medison, I, 2018. Benda Asing Saluran Nafas. Spesialis Paru, Universitas Andalas.
Menkes John H (2006) Child Neurology 17 th ed. 17th edn. Edited by L. Williams and Witkins.
Philadelphia.
Menteri Kesehatan RI (2019) Peraturan Mentri Kesehatan RI No HK. 01.07/ Menkes /555/ 2019.
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Luka Bakar.
Michno A, Nowak A, K. K. R. (2018) ‘Review of contemporary knowledge of osteomyelitis
diagnosis.’, World Sci News, 92(2), pp. 272–82.
Moore, K. L. (2014) Clinically Oriented Anatomy. 7th Ed. Baltimore: Lippincott Williams &
Wilkins.
Moore, K. L., Dalley, A. F. and Agur, A. M. R. (2014) Moore Clinically Oriented Anatomy. 7th
edn, Journal of Chemical Information and Modeling. 7th edn. Philadelphia: Wolters
Kluwers.
Mughni, A. et al. (2020) Buku Ajar Kepaniteraan Bedah Senior Bedah. 1st edn. Semarang: CV.
Wicaksana Pustaka.
Mughni, A. et al. (2020) Buku Ajar Kepaniteraan Bedah Senior Bedah. 2nd edn. Semarang: CV.
Wicaksana Pustaka.
Murad-Regadas, S.M. and Pinto, R.A., 2016, March. Treatment of rectal prolapse. In Seminars
in Colon and Rectal Surgery (Vol. 27, No. 1, pp. 33-39). WB Saunders.
Nasrulloh, M. H., Jurnalis, Y. D. and Sayoeti, Y. (2019) ‘Hipertrophic Pyloric Stenosis’, Journal
Fk Unand, 8(4), pp. 279–284.
Neumann, M. V and Strohm, P. C. (2015) ‘Management of Femoral Shaft Fractures’, pp. 22–32.
Nurman A (1990) Pankreatitis akut dalam gastroenterologi hepatologi,. Jakarta: CV Infomedik.
O, S. et al. (2005) ‘Imaging of Acute Small-Bowel Obstruction’, (October), pp. 1036–1044.
Ohle, R., O'Reilly, F., O'Brien, K.K., Fahey, T. and Dimitrov, B.D., 2011. The Alvarado score
for predicting acute appendicitis: a systematic review. BMC medicine, 9(1), p.139.
Ong, P.A., Muis, A., Rambe, A.S., Widjojo, F.S. and Laksmidewi, A.A., 2015. Panduan Praktik
Klinik Diagnosis dan Penatalaksanaan Demensia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia.
Oreoluwa (2018) Testicular Torsion.
Paick, S. and Choi, W. S. (2019) ‘Varicocele and testicular pain: A review’, World Journal of
Men?s Health, 37(1), pp. 4–11,
Parfenov, V. A. and Golovacheva, V. A. (2019) ‘Diagnosis and treatment of acute low back
pain’, Terapevticheskii Arkhiv, 91(8), pp. 155–159.
Parikh, D. (2018) ‘Empyema thoracis’, Tips and Tricks in Thoracic Surgery, pp. 75–84.
Parsons JK (2010) ‘Benign Prostatic Hyperplasia and Male Lower Urinary Tract Symptoms:
Epidemiology and Risk Factors.’, Curr Bladder Dysfunct Rep., 5, pp. 212–18.
Pascoe S & Lynch J, 2007. Management of Hypovolaemic Shock in the Trauma Patient.
Australia, NSW Institute of Trauma and Injury Management.
Pearl L.P, Emsellem A and Helen (2014) The Central Nervous System : Brain and Cord dalam
Neurologic a primer on localization.
Pearle S and Margaret (2009) Urolithiasis Medical and Surgical Management. USA: Informa
healthcare.
Pereira-Franchi, E. P. L., Barreira, M. R. N., Costa, N. D. S. L. M. D., Fortaleza, C. M. C. B., &
Cunha, M. D. L. R. D. S. D, 2017. Prevalence of and risk factors associated with the
presence of Staphylococcus aureus in the chronic wounds of patients treated in primary
health care settings in Brazil. Revista da Sociedade Brasileira de Medicina Tropical, 50(6),
833-838.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia 2016. (2016) ‘Panduan Praktik Klinis Neurologi’,
Perdossi, p. 150.
Poonai, N., Poonai, C., Lim, R. and Lynch, T., 2013. Pediatric ovarian torsion: case series and
review of the literature. Canadian Journal of Surgery, 56(2), p.103.
Pradip R Patel (2010) Lecture Note Radiology . 3rd edn. London: Wiley - Backwell.
Pridady (2006) ‘Kolesistitis’, in Sudoyo, A. W. et al. (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
I. Jilid 1. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, pp. 477–8.
Punarbawa, I. W. A., & Suarjaya, P. P,2018. Identifikasi Awal dan Bantuan Hidup Dasar Pada
Pneumotoraks.
Purnomo Basuki (2014) Dasar Dasar Urologi. 3rd edn. Malang: Sagung seto.
Purnomo H (2005) Kolitis Ulseratif. FK UII Bagian Ilmu Penyakit Dalam.
Purnomo, B. B. (2003) Dasar-Dasar Urologi. Kelainan Penis dan Uretra.
Purnomo, B. B. (2003) Dasar-Dasar Urologi. Reaksi biokimia di dalam otot korpus kavernosum
pada saat ereksi dan detumesensi. 2nd edn. jakarta: CV. Sagung Seto.
Ramadani E.S (2017) ‘Hubungan Nitrit Urin Dengan Jumlah Leukosit Urin Pada Suspek Infeksi
Saluran Kemih’, Doctoral dissertation Universitas Muhammadiyah Semarang.
Rascovsky, K., Hodges, J.R., Knopman, D., Mendez, M.F., Kramer, J.H., Neuhaus, J., Van
Swieten, J.C., Seelaar, H., Dopper, E.G., Onyike, C.U. and Hillis, A.E., 2011. Sensitivity
of revised diagnostic criteria for the behavioural variant of frontotemporal dementia. Brain,
134(9), pp.2456-2477.
Rasyid, N., Kusuma, G. W. and Atmoko, W. (2018) Panduan Penatalaksanaan Klinis Batu
Saluran Kemih, Ikatan Ahli Urologi ndonesia (IAUI). doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.
Recommendations for the management of febrile seizures: Ad Hoc Task Force of LICE
Guidelines. Epilepsia. 1st edn (2009).
Chris E. et al. (2014) ‘Evaluation and Treatment of Functional Constipation in’, 58(2), pp. 258–
274.
Richards, J.B. and Wilcox, S.R., 2014. Diagnosis and management of shock in the emergency
department. Emergency medicine practice, 16(3), pp.1-22.
Riwanto, I. (2017) ‘Usus Halus, Apendiks, Kolon, dan Anorektum’, in Sjamsuhidajat, R. et al.
(eds) Buku Ajar Ilmu Bedah. 4th edn. Jakarta: EGC, pp. 753–830.
Sabiston et al. (2012) Sabiston Textbook of Surgery : The Biological Basis of Modern Surgical
Practice. 20th edn. Edited by E. Saunders. Philadelphia.
Samartzis, D. et al. (2015) ‘Intramedullary Spinal Cord Tumors : Part I — Epidemiology ,
Pathophysiology , and Diagnosis’, Global Spine Journal, 5(5), pp. 425–435.
Sander, MA, 2018. ‘Ruptur Lien Akibat Trauma Abdomen: Bagaimana Pendekatan Diagnosis
Dan Penatalaksanaannya.’ Ejournal MM, Vol 14, hh 16-17.
Schwartz BF (2007) ‘Urinary Stone Disease The Practical Guide to Medical and Surgical
Management’, in Stone of the Urethra, Prostate, Seminal Vesicle, Bladder, and Encrusted
Foreign Bodies dalam Stoller. New Jersey: Humana Press.
Schwartz et al. (2011) Schwartz’s Principles of Surgery. 10th edn. New York: Mc.Graw Hill.
doi: 10.1201/b13375-8.
Sembiring, L.P., 2017. Konstipasi pada Kehamilan. Jurnal Ilmu Kedokteran, 9(1), pp.7-10.
Setiyohadi, B. (2016) ‘Pendekatan Diagnosis Osteoporosis’, in Buku Ajar lmu Penyakit Dalam
Jilid III. 6th Editio. Jakarta: EGC, pp. 3454–3467.
Sharp, V. J., Kieran, K. and Arlen, A. M. (2013) ‘Testicular torsion: Diagnosis, evaluation, and
management’, American Family Physician, 88(12), pp. 835–840.
Sigumonrong Y, Ardy S, Rodjani A, Tarmono, Duarsa GWK, Daryanto B, Wahyudi I, Siregar S,
Renaldo J, 2016.’Guideline Urologi Anak di Indonesia.’ Edisi 2, Ikatan Ahli Urologi
Indonesia.
Simadibrata K, M. (2011) ‘Hemoroid’, in Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta:
Interna Publishing, p. 92.
Sivakumar, G. (2009) ‘Wound Healing in Diabetes’, Diabetic Foot: Surgical Principles and
Practices, (January), pp. 103–103. doi: 10.5005/jp/books/10203_22.
Sjamsuhidajat, R. et al. (2007) Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong: Sistem Organ dan
Tindak Bedahnya. 3rd edn. Jakarta: EGC.
Snyder, M.J., Guthrie, M. and Cagle, S.D., 2018. Acute appendicitis: efficient diagnosis and
management. American family physician, 98(1), pp.25-33.
Solomon, L., MD, D. W. and Nayagam, S. (2010) ‘Apley’s system of orthopaedics and
fractures’, (Ninth Edition).
Standl, T. et al. (2018) ‘Nomenklatur, Definition und Differenzierung der Schockformen’,
Deutsches Arzteblatt International, 115(45), pp. 757–767. doi: 10.3238/arztebl.2018.0757.
Stevanovic, M. V and Sharpe, F. (2016) ‘Compartment Syndrome and Volkmann Ischemic
Contracture.’
Stewart, R. M. et al. (2018) Advanced Trauma Life Support. 10th Editi, The Comittee on
Trauma. 10th Editi. Chicago: American College of Surgeons. doi: 10.1111/j.1365-
2044.1993.tb07026.x.
Sudarsono, D.F., 2015. Diagnosis dan penanganan hemoroid. Jurnal Majority, 4(6), pp.31-34.
Sue, A. I. (2018) ‘Analisis Citra BNO IVP ( Buickhnier Overzicht Intra Venous Pyelography )
dengan Computer Radiografi di Rumah Sakit Umum H . Adam Malik Medan’, USU
Digital Library.
Sugiana, I. G. et al. (2019) ‘Diagnosis dan Tatalaksana Akalasia Pada Anak Diagnosis and
Management of Achalasia in Children’, Medulla, 9, pp. 198–204.
Sugita, Y. and Tanikaze, S. (2000) ‘Phimosis in Children’, Japanese Journal of Clinical Urology,
54(11), pp. 853–855. doi: 10.5402/2012/707329.
Sulaiman, A., Akbar, H.N., Lesmana, L.A. and Noer, H.M.S., 2007. Buku ajar ilmu penyakit
hati. Pertama., Jakarta, Penerbit Jaya Abadi, pp.314-363.
Sumarno, Garna H and Hadinegoro SR (no date) ‘Amebiasis’, in UKK PP IDAI (ed.) Buku Ajar
Infeksi dan Peny. Tropis. 1st edn. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia 2003.
Summers RW (2003) Approach to the patient with ileus and obstruction. 14th edn. Edited by L.
Williams and Wilkins. Philadelphia.
Suprijono, M. A. (2009) ‘Hemorrhoid’, Sultan Agung, XLIV(118), pp. 23–38.
Surya, P. A. I. L. and Dharmajaya, I. M. (2012) ‘Symptoms And Diagnosis Of Hirschsprung ’ S
Disease’.
Sutisna, C. S. and Viola, V. (2020) ‘Malrotasi dengan Volvulus Midgut dan Ileus Obstruktif
Total pada Bayi Usia 2 bulan’, 47(1), pp. 45–47.
Tanto, C. et al. (2014) Kapita Selekta Kedokteran. IV. Jakarta: Media Aesculapius.
Tenner, S., Baillie, J., DeWitt, J. and Vege, S.S., 2013. American College of Gastroenterology
Guideline: Management of Acute Pancreatitis (Retracted article. See vol. 109, pg. 302,
2014). Am Jour Of Gastroenterology, 108(9), pp.1400-1415.
The Committe on Trauma and American College of Surgeons (2018) ‘Shock’, in ATLS
Advanced Trauma Life Support. 10th edn. Chicago: American College of Surgeons.
Tjahjodjati et al. (2017) Panduan Penatalaksanaan Klinis Pembesaran Prostat Jinak (Benign
Prostatic Hyperplasia/BPH). 3rd edn. Edited by D. H. Harahap et al. jakarta: Ikatan Ahli
Urologi Indonesia (IAUI).
Tovar, J. A. (2012) ‘Congenital Diaphragmatic Hernia’, Orphanet Journal of Rare Diseases.
BioMed Central Ltd, 7(1), p. 1. doi: 10.1186/1750-1172-7-1.
Trojian, T., Lishnak, T. and Heiman, D. (2009) ‘Epididymitis and Orchitis: An Overview.’,
American Family Physician. Farmington.
Vahdatpour, C., Collins, D. and Goldberg, S. (2019) ‘Cardiogenic Shock’, Journal of the
American Heart Association, 8(8), pp. 1–12.
Varacallo, M. and Pizzutillo, P. (2018) ‘Osteopenia’. StatPearls Publishing LLC. This.
Wahyudi SS, 2016. ‘Kegawatdaruratan dibidang Urologi dan Tatalaksana di Fasilitas Tingkat I.’
Digital Repository Universitas Jember, hh 2-3.
White JM JR, O'Brien DP III,2001. Prostate Examination. In: Walker HK, Hall WD, Hurst JW,
editors. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory Examinations. 3rd
edition. Boston: Butterworths; 1990. Chapter 190,
Widjajahakim, G. and Christina, S., 2009. Kehamilan Ektopik Terganggu di Abdomen. Jurnal
Kedokteran Meditek.
World Health Organization (2010) ‘Action against worms’, (14).
Wu, S. C. et al. (2007) ‘Foot ulcers in the diabetic patient, prevention and treatment’, Vascular
Health and Risk Management, 3(1), pp. 65–76.
Wullur, C., & Rasman, M. (2014). Penatalaksanaan Aspirasi Benda Asing pada Pasien Pediatrik.
Majalah Anestesia dan Critical Care, 32(3).
Yastı, A. Ç. et al. (2015) ‘Guideline and treatment algorithm for burn injuries’, Ulusal Travma ve
Acil Cerrahi Dergisi, 21(2), pp. 79–89. doi: 10.5505/tjtes.2015.88261.
Yokoe, M. et al. (2018) ‘Tokyo Guidelines 2018: Diagnostic Criteria and Severity Grading of
Acute Cholecystitis’, Journal of Hepato-Biliary-Pancreatic Sciences, 25(1), pp. 41–54. doi:
10.1002/jhbp.515.
Young, A. and Wray, A. (2020) ‘Urethritis’, in StatPearls.Treasure Island: StatPearls Publishing.
Yudha, A.K., 2014. Penanganan Pasien Dengan Kanker Prostat. Jurnal Medula, 2(03), pp.15-20.
Zimmerman, B. and Hubbard, J.B., 2019. Anatomy, Deep Tendon Reflexes (Stretch Reflexes).
In StatPearls. StatPearls Publishing.

Anda mungkin juga menyukai