Anda di halaman 1dari 13

CRS FRAKTUR IGA

ALDI HARRY RAMDANI


AZKIA AL JUNDIAH
NADIAH N IKHSANI
KETERANGAN UMUM

Nama : Tn. Adar


Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal Masuk RS : 06 April 2017
Ruangan : Kana 2.1
RIWAYAT PENYAKIT

Anamnesis
KU: Sesak Nafas
Tiga hari SMRS. Saat sedang membawa kayu jati menggunakan motor di daerah pamempeuk, tiba-tiba motor
pasien tergelincir dan terjatuh, dengan dada kiri pasien membentur kayu jati. Riwayat trauma di bagian tubuh lain (-).
Riwayat pingsan (-), muntah (-), Perdarahan telinga (-), hidung (-), mulut (-). Kemudian pasien mengeluh sesak nafas.
Sesak dirasakan terus menerus dan semakin bertambah berat. Sesak tidak berkurang dengan perubahan posisi
maupun istirahat. Sesak tidak dipengaruhi oleh aktivitas maupun cuaca.
Karena keluhan nya pasien berobat ke RSUD Pamempeuk, kemudian dirujuk ke RSUD Garut, dilakukan
pemasangan CTT kiri menggunakan selang NGT kemudian dirujuk ke RSHS.
Status Present

Status Generalis
Kesadaran : CM
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,7 0C
Konjungtiva anemis (-/-), sklera icteric (-/-)

Status Lokalis
a/r Thorax : B/G simetris,VBS kanan = kiri, Rh (-/-), wh (-/-)
WSD kiri : undulasi (+), air bubble (-), produksi (-)

a/r Abdomen : datar lembut, BU (+) NT (-) NL (-) DM (-)


FOTO KLINIS
FOTO POLOS DADA
RSHS, 06-04-2017 Post CTT
Pre CTT
FOTO THORAX
08/04/17
11/04/2017
DIAGNOSIS

Hematothorax sinistra ec trauma tumpul thorax sinistra yang telah dilakukan re CTT sinistra POD 10 + fraktur
tertutup costae 6-7 aspek posterior thorax sinistra, fraktur tertutup costae 6 aspek lateral thorax sinistra
TATALAKSANA
Observasi tanda vital
O2 3 L/menit nasal kanul
Diet biasa nasi 1500 Kkal/hari
IVFD RL : D5 = 1500 cc/24 jam
Monitoring WSD/24 jam
Th/
Cefotaxime 3x1gr
Tramadol 2 x 100mg

Chest physiotherapy
GV
Rontgen thorax ulang senin
R/ Clipping costae Selasa 18/04/2017 persiapan post op HCU
PEMBAHASAN

Definisi : fraktur iga adalah adanya diskontinuitas pada satu atau lebih tulang iga.
Etiologi : fraktur iga merupakan cedera toraks yang paling sering disebabkan oleh trauma tumpul dinding dada,
seperti pukulan, kontusio, atau penggilasan. Penyebab lain yang cukup sering adalah kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
ketinggian, atau metastasis kanker.
Patofisiologi : fraktur iga dapat menyebabkan gangguan ventilasi melalui berbagai cara, antara lain:
- Nyeri dapat menyebabkan gangguan saat bernapas, atelektasis, sampai pneumonia
- Fragmen fraktur dapat melakukan penetrasi sehingga menyebabkan hemotoraks atau pneumotoraks.
Manifestasi Klinis : pasien biasanya mengeluhkan nyeri saat inspirasi serta kesulitan saat bernapas. Apabila terdapat
insufiensi napas dapat terlihat sianosis, takipnea, adanya retraksi, serta penggunaan otot bantu napas pada pasien.
Diagnosis
- Anamnesis : mekanisme trauma perlu ditanyakan jika dicurigai disebabkan oleh trauma. Selain itu, tanyakan juga mengenai
penyebab non-trauma, seperti batuk hebat. Keluhan yang disebutkan pada bagian manifestasi klinis sebelumnya juga perlu
dicari, seperti nyeri pada saat inspirasi atau kesulitan bernapas.
- Pemeriksaan Fisis :
- Inspeksi : tampak jejas luka, gerak pernapasan terbatas.
- Palpasi : krepitasi, nyeri tekan pada tulang iga yang fraktur, adanya deformitas.
- Perkusi dan auskultasi : perubahan posisi trakea dan jantung (pergeseran mediastinum) dapat ditemukan pada pneumotoraks tension
yang menyertai fraktur iga.
Lokasi fraktur biasa terletak pada sudut posterior karena tempat ini merupakan lokasi terlemah (locus minoris) dari tulang iga.
Pada iga pertama, locus minoris terletak pada sulkus arteri subklavia. Apabila dicurigai fraktur pada sudut posterior, periksa
kemungkinan adanya cedera organ intra-abdomen (jejas pada abdomen dan sudut kostovertebra). Fraktur iga posterior 9-11
memiliki kemungkinan cedera intra-abdomen yang paling besar.
- Pemeriksaan penunjang : Roentgen toraks dapat dilakukan untuk menyingkirkan cedera toraks lain
Tata Laksana : bergantung pada jumlah dan lokasi fraktur iga. Fraktur iga 11 dan 12 berhubungan dengan cedera
organ abdomen di dalamnya seperti limpa, hati, dan diafragma. Prinsip pengobatan fraktur iga adalah pemberian
analgetik dan relaksan otot. Pada cedera yang lebih hebat dengan keterlibatan gangguan pernapasan, dibutuhkan
perawatan di rumah sakit untuk pemantauan status pernapasan. Pada cedera ringan dan sedang, dapat diberikan
analgetik opioid peroral, intravena, atau intramuskular. Sementara pada cedera yang lebih berat, dapat dilakukan
analgesik epidural atau blok saraf interkostal.
Flail chest : fraktur iga multiple dapat menyebabkan ketidakstabilan dinding dada sehingga terjadi pergerakan
paradoks segmen dinding dada selama proses inspirasi dan ekspirasi yang disebut flail chest. Biasanya kelainan
tersebut disebabkan oleh fraktur lebih dari dua tulang iga dengan lebih dari satu garis fraktur pada iga yang sama.
Manifestasi klinis : dapat dijumpai pernapasan paradoks, yaitu pada saat inspirasi, segmen yang bergerak bebas tersebut akan
tertarik ke dalam rongga dada. Rongga pleura tidak dapat mengembang sepenuhnya sehingga pertukaran gas di alveolus tidak
efektif. Apabila hal ini dibiarkan, maka akan terjadi anoksia berat, hiperkapnea, dan kolaps paru.
Tata laksana : tujuan terapi adalah ventilasi adekuat, salah satunya dengan pemberian analgesik pada penanganan awal.
Stabilisasi dinding dada dilakukan dengan alat fiksasi, seperti pin dan plat. Intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik dengan
tekanan positif terkadang dilakukan pada kelainan paru dengan takipnea, hipoksia, dan hiperkarbia.

Anda mungkin juga menyukai