PO.62.20.1.20.123
2022
1.Konsep Dasar
A.Pengertian
Irisan torakotomi dapat dilakukan di samping, di bawah lengan (axillary torakotomi); di bagian
depan, melalui dada (sternotomy median); miring dari belakang ke sisi (torakotomi posterolateral),
atau di bawah payudara (torakotomi anterolateral). Lokasi yang tepat yang dipotong tergantung
pada alasan untuk operasi. Dalam beberapa kasus, dokter dapat membuat irisan antara tulang rusuk
(disebut pendekatan interkostalis) untuk meminimalkan memotong
tulang, saraf, dan otot. Insisi dapat berkisar dari hanya di bawah 5 tahun (12,7 cm) sampai 10
dalam (25 cm). Dalam hal suatu torakotomi darurat, prosedur dilakukan tergantung pada jenis dan
luasnya cedera.
B.Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan
deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen
maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan dysplasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan dysplasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa
diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebrae.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi menyebabkan
obstruksi dan ulserasi bronkus dengan diiikuti dengan supurasi dibagian distal. Gejala-gejala yang
timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dyspneu, demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat
terdengar pada saat auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan dan biasanya menunjukan adanya metastase,
khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur-struktur terdekat seperti kelenjar
limfe, dinding esophagus, pericardium, otak, dan tulang rangka.
D.Pemeriksaan penunjang
6. Pa O2 normal / menurun.
9. Diagnosis fisik :
a) Bila pneumotoraks < 30% atau hematothorax ringan (300cc) terap simtomatik, observasi.
b) Bila pneumotoraks > 30% atau hematothorax sedang (300cc) drainase cavum pleura dengan WSD,
dainjurkan untuk melakukan drainase dengan continues suction unit.
c) Pada keadaan pneumothoraks yang residif lebih dari dua kali harus dipertimbangkan thorakotomi.
d) Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan melalui drain lebih dari 800 cc segera thorakotomi.
E. Penatalaksanaan medis
a. Kuratif
hidup klien.
b. Paliatif
d. Supotif
Menunjukaan pengobatan kuratif, paliiatif, dan terminal seperti pemberian nutrisi, transfusi darah dan
komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi (Padila, 2001 dan Doenges, 2000).
1. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengangkat semua jaringan
yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi pari-paru yang tidak terkena kanker.
a) Toraktomi eksplorasi
Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau thoraks khususnya karsinoma, untuk
melakukan biopsi.
b) Pneumonektomi(pengangkatanparu)
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan labektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiktesis bleb atau bula emfisematosa ; abses
paru, infeksi jamur, tumor jinak tuberkulois.
d) Resesisegmental
e) Resesi baji
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik atau penyakit peradangan yang terlokalisir.
Merupakan pengangkatan dari permukaan paru-paru berbentuk baji (potongan es).
f) Dekontikasi
2. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi
adjuvant/paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/penekanan terhadap
pembuluh darah bronkus.
3. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien tumor
paru sel kecil atau dengan metastasis luas serta untuk melen gkapi bedah atau terapi radiasi.
F.Terapi obat
-Ij.ceforazine 2x1
-Ij.oneprazol 2x1
2.Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Pada tahap ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa,
bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan Utama
Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak nafas, rasa berat pada dada,
nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan
bernafas serta batuk non produktif.
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda -tanda seperti batuk, sesak nafas,
nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya.
Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti TBC paru, pneumoni, gagal jantung,
trauma, asites dan sebagainya.Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor
predisposisi.
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit- penyakit yang disinyalir sebagai
penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
f. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku
pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap
pemeliharaan kesehatan.
3) Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol dan penggunaan obat-obatan bias
menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan
penekanan pada struktur abdomen.
7) Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan
umumnyalemah.
2.Diagnosa keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambata upaya nafas (kelemahan otot nafas) (D.0005)
b. Nyeri akut berhubungan denganagen pencedera fisiologis (inflamasi, iskemia, neoplasma) (D.0077)
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(D.0056)
e. Defisitnutrisiberhubungandengankurangnyaasupanmakanan(D.0019)
(D.0005)
nafas membaik.
2) Kriteria hasil
a) Dyspnea menurun
b) Penggunaan otot bantu nafas menurun c) Pemanjangan fase ekspirasi menurun d) Otopnea menurun
3) Intervensi
Observasi
b) Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing , ronchi kering)
Terapeutik
thrust jika curiga trauma sevikal) b) Posisikan semi-fowler atau fowler c) Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
Kolaborasi
perlu.
b. Nyeri akut berhubungan denganagen pencedera fisiologis ( inflamasi, iskemia, neoplasma) (D.0077)
menurun
2) Kriteria hasil :
3) Intervensi
Observasi
intensitas nyeri.
Terapeutik
durasi, frekuensi,
kualitas,
meredakan nyeri
Edukasi
Kolaborasi
pasien meingkat
2) Kriteria hasil
3) Intervensi
Observasi
Terapeutik
suara, kunjungan)
Edukasi
2) Kriteria hasil :
a) Mengigil menurun
c) Takikardia menurun
d) Takipnea menurun
3) Intervensi
Observasi
a) Identifikasi penyebab hipertermia (mis.dehidrasi, terpapar lingkungan panas, penggunaan incubator)
Terapeuik
a) Sediakan lingkungan yang dingin(atur suhu ruangan) b) Longgarkan atau lepas pakaian
Edukasi
2) Kriteria hasil
Observasi
Terapeutik
Kolaborasi
2) Kriteria hasil
mengingkat
3) Intervensi
Observasi
terapeutik
Daftar Pustaka
PPNI(2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria hasil Keperawatan,
Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.