Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT DENGAN TRAUMA THORAX

DosenPembimbing :Didit Damayanti., S. Kep., Ns, M.Kep.

Disusun Oleh:

Khoirun Nisa’ Nur Cahyani

201901045

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA KEDIRI


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
Tahun 2022
1. KONSEP DASAR TRAUMA THORAX

1.1 Definisi

Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga


thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun
isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda
tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma
thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul
merupakan luka atau cedera yangmengenai rongga thorax yang
disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan
kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu(Brunner & Suddarth,
2002).

Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan


oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada,
pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda
tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system
pernafasan.

Kecelakaan tabrakan mobil, terjatuh dari sepeda motor adalah


mekanisme yang paling umum dari trauma tumpul dada. Mekanisme
yang paling umum untuk trauma tembus dada termasuk luka tembak dan
luka tusuk(Brunnar& Suddart, 2001)

1.2 Anatomi Fisiologi

Struktur thoraks yang menyerupai sangkar atau tulang-tulang dada,


terdiri atas 12 verthebra thorakalis, 12 pasang tulang iga (costae), dan
sternum. Tulang iga dan sternum membentuk susunan sangkar dan
menyokong rongga thoraks. Ruang antara tulang-tulang iga disebut ruang
interkostalis. Diafragma adalah otot yang memisahkan rongga toraks dari
abdomen dan digunakan selama inspirasi.

1) Dinding dada. Tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang
membentuk dinding dada adalah tulang iga, columna vertebralis
torakalis,sternum, tulang clavicula dan scapula. Jaringan lunak yang
membentuk dinding dada adalah otot serta pembuluh darah.

2) Dasar dada. Dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus


frenikus. Diafragma mempunyai lubang untuk jalan Aorta, Vana
Cava Inferior serta esofagus.

3) Isi rongga toraks. Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru.
Rongga ini dibatasi oleh pleura visceralis dan parietalis. Rongga
Mediastinum dan isinya terletak di tengah dada.

Dada berisi organ vital paru dan jantung. Pernafasan berlansung


dengan bantuan gerak dinding dada. Jaringan paru dibentuk oleh jutaan
alveolus yang mengembang dan mengempis tergantung mengembang
dan mengecilnya rongga dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot
pernafasan, yaitu m.intercostalis dan diafragma, yang menyebabkan
rongga dada membesar dan paru-paru mengembang sehingga udara
terhisap ke alveolus melalui trakea dan bronkus.

Sebaliknya bila m.intercostalis melemas, dinding dada mengecil


kembali dan udara terdorong keluar. Sementara itu, karena tekanan intra
abdomen, diafragma akan naik ketika m.intercostalis akan tidak
berkontraksi. Ketiga faktor ini, yaitu kelenturan dinding toraks,
kekenyalan jaringan paru, dan tekanan intra abdomen, menyebabkan
ekspirasi jika otot intracostal dan diafragma kendur dan tidak
mempertahankan keadaan inspirasi. Dengan demikian ekspirasi
merupakan kegiatan pasif (Sjamsuhidat, 2012)

1.3 Etiologi

1. Tamponade jantung: disebabkan luka tusuk dada yang tembus


kemediastinum/daerah jantung.

2. Hematotoraks: disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam,


traumatik atau spontan.
3. Pneumothoraks: spontan (bula yang pecah), trauma (penyedotan luka
rongga dada), iatrogenik (pleural tap, biopsi paru-paru, insersi CVP,
ventilasi dengan tekanan positif).

1.4 Manifestasi Klinis

a. Tamponade jantung

1) Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan


menembus jantung.

2) Gelisah

3) Pucat dan keringat dingin.

4) Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).

5) Pekak jantung melebar.

6) Bunyi jantung melemah.

7) Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure.

8) ECG terdapat low voltage seluruh lead.

9) Perikardiosentesis keluar darah.

b. Hematotoraks

1) Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD.

2) Gangguan pernapasan.

c. Pneumothoraks

1) Nyeri dada mendadak dan sesak napas.

2) Gagal pernapasan dengan sianosis.

3) Kolaps sirkulasi.
1.5 Patofisiologi

Dada merupakan organ besar yang membuka bagian dari tubuh yang
sangat mudah terkena tumbukan luka. Karena dada merupakan tempat
jantung, paru dan pembuluhdarah besar. Trauma dada sering
menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka pada rongga thorak
dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk memompadarah
atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan osigen darah. Bahaya
utama berhubungan dengan luka dada biasanya berupa perdarahan dalam
dan tusukan terhadap organ. Luka dada dapat meluas dari benjolan yang
relatif kecil dan goresan yang dapat menghancurkan atau terjadi trauma
penetrasi. Luka dada dapat berupa penetrasi ataunon penetrasi
( tumpuln ). Luka dada penetrasi mungkin disebabkan oleh luka
dadayang terbuka, memberi keempatan bagi udara atmosfir masuk ke
dalam permukaan pleura dan mengganggua mekanisme ventilasi normal.
Luka dada penetrasi dapatmenjadi kerusakan serius bagi paru, kantung
dan struktur thorak lain.

1.6 Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah untuk mengevaluasi kondisi pasien dan


melakukan resusitasi agresif. Sebuah jalan nafas segera ditetapkan
dengan dukungan oksigen dan pada beberapa kasus, dukungan ventilator.
Tetapkan kembali volume cairan, memulihkan seal pleura dalam dada,
dan mengalirkanc airan intrapleura serta darah. Untuk memulihkan dan
mempertahankan fungsi jantung paru, jalan nafas yang adekuat dibuatdan
dilakukan ventilasi. Tindakan ini termasuk stabilisasi dan menstabilkan
kembali intregitas dinding dada, menyumbat setiap lubang pada dada
(pneumotoraks terbuka), dan mengalirkan atau membuang setiap udara
atau udara atau cairan dari dalam toraks untuk menghilangkan
pneumothoraks/hemothoraks dan tamponade jantung.

1.7 Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada trauma toraks ialah:


1) fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.

2) Paru-paru: hemopneumothoraks - emfisema pembedahan.

3) Jantung: tamponade jantung, ruptur jantung, ruptur otot papilar, ruptur


klep jantung.

4) Pembuluh darah besar: hematothoraks.

5) Esofagus: mediastinitis.

6) Diafragma: herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal.

1.8 Pemeriksaan Penunjang

1) Rongten dada

2) HSD

3) Urinalisis

4) Elektrolit dan osmilalitas

5) Saturasi oksigen

6) Gas Darah Arteri

7) EKG

8) CT scan bila perlu

1.9 Konsep Asuhan Keperawatan

1) Pengkajian

Pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian perlu dikaji


biodata pasien dan data data untuk menunjang diagnosa. Data tersebut
harus seakurat akuratnya, meliputi data umum, data dasar,
pemeriksaan primer, pemeriksaan sekunder, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik serta terapi yang di berikan.

a) Data umum terdiri dari nama, gender, usia, agama, suku, pekerjaan,
ruang, nomor registrasi, status, pendidikan terakhir, golongan
darah, tanggal MRS, tanggal pengkajian serta diagnosa medis.

b) Data dasar
Dalam data dasar yang dikaji berupa keluhan utama, alasan masuk
rumah sakit, riwayat penyakit sekarang, serta riwayat penyakit
kesehatan dahulu.

c) Pemeriksaan primer

Dalam pemeriksaan primer yang dikaji berupa ABCDE (Airway,


Breathing, Circulation, Disability, Exposure).

d) Pemeriksaan sekunder

Dalam pemeriksaan sekunder yang dikaji berupa AMPLE (Alergi,


Medikasi, Pertinent medical history, Last meal, Event)

e) Pemeriksaan fisik

Dalam pemeriksaan fisik yang dikaji yaitu tingkat kesadaran,


pemeriksaan diagnostik serta terapi yang diberikan.

2) Diagnosa Keperawatan

a. Pola Nafas Tidak Efektif

b. Gangguan Integritas Kulit

c. Nyeri Akut

d. Ansietas

e. Risiko Infeksi

f. Gangguan Mobilitas fisik

3) Rencana Tindakan

Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan

Pola Napas Pola Napas (L.01004) Manajemen Jalan Napas (1.01011)


Tidak Efektif
(D.0005) Setelah dilakukan Observasi
tindakan selama 1x24
jam, maka pola napas - Monitor pola napas (frekuensi,
membaik dengan kedalaman, usaha napas)
kriteria hasil:
- Monitor bunyi napas tambahan
- Dispnea (gurgling, mengi, wheezing, ronkhi)
menurun
- Monitor sputum (jumlah, warna,
- Penggunaan bau)
otot bantu
napas menurun Teraupetik

- Pernapasan - Pertahankan kepatenan jalan napas


cuping hidung
- Posisikan semi fowler/fowler
menurun
- Berikan minum hangat
- Frekuensi napas
membaik - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Kedalaman - Lakukan penghisapan lendir kurang
napas membaik dari 15 detik
- Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forcep McGill
- Berikan oksigen
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

Gangguan Integritas Kulit dan Perawatan Integritas Kulit (1.11353)


Integritas Jaringan (L.14125)
Kulit Observasi
(D.0129) Setelah dilakukan
tindakan selama 1x24 - Identifikasi penyebab gangguan
jam, maka integritas integritas kulit mis. Perubahan
kulit dan jaringan sirkulasi, perubahan status nutrisi,
meningkat dengan penurunan kelembaban, suhu
kriteria hasil: lingkungan ekstrem, penurunan
mobilitas)
- Kerusakan
jaringsn dan Teraupetik
lapisan kulit - Gunakan produk berbahan
menurun petrolium atau minyak pada kulit
kering
- Kemerahan
menurun - Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik pada
- Nyeri menurun kulit sensitif
- Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering
Edukasi
- Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya

Nyeri Akut Tingkat Nyeri (L. Manajemen Nyeri (1.08238)


(D. 0077) 08066)
Observasi
Setelah dilakukan
tindakan selama 1x24 - Identifikasi lokasi, karakteristik,
jam, maka tingkat nyeri durasi, frekeunsi, kualitas, intensitas
menurun dengan nyeri
kriteria hasil:
- Identifikasi skala nyeri
- Keluhan nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada
menurun
kualitas hidup
- Meringis
Teraupetik
menurun
- Berikan teknik nonfarmakologis
- Gelisah
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
menurun
Terapi pijat)
- Frekuensi nadi
- Pertimbangkan jenis dan sumber
membaik
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

Ansietas Tingkat Ansietas Terapi Relaksasi (1.09326)


(D.0080) (L.09093)
Observasi
Setelah dilakukan
tindakan selama 1x24 - Identifikasi teknik relaksasi yang
jam, maka tingkat pernah efektif digunakan
ansietas menurun
- Monitor respon terhadap terapi
dengan kriteria hasil:
relaksasi
- Verbalisasi
Teraupetik
krbingungan
menurun - Ciptakan lingkungan tenang tanpa
gangguan
- Verbalisasi
khawatir Edukasi
menurun
- Jelaskan secara rinci intervensi
- Gelisah yang digunakan
menurun
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Tegang
menurun - Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
- Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi

Risiko Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi (1.14539)


Infeksi (L.14137)
(D.0142) Observasi
Setelah dilakukan
tindakan selama 1x24 - Monitor tanda dan gejala infeksi
jam, maka tingkat lokal dan sistematik
infeksi menurun
Teraupetik
dengan kriteria hasil:
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
- Demam
kontak dengan pasien dan
menurun
lingkungan pasien
- Kemerahan
Edukasi
menurun
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Nyeri menurun
- Ajarkan cara memeriksa kondisi
- Bengkak
luka atau luka operasi
menurun
Kolaborasi
- Kadar sel darah
putih membaik - Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu

Gangguan Mobilitas Fisik Dukungan Mobilisasi (1.05173)


Mobilitas (L.05042)
Fisik Observasi
(D.0054) Setelah dilakukan
tindakan selama 1x24 - Identifikasi adanya keluhan fisik
jam, maka mobilitas
- Monitor keadaan umum selama
fisik meningkat dengan
melakukan mobilisasi
kriteria hasil:
Teraupetik
- Pergerakan
ekstremitas - Fasilitasi aktivitas mobilisasi
meningkat dengan alat bantu
- Kekuatan otot - Fasilitasi melakukan pergerakan
meningkat
Edukasi
- ROM
meningkat - Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan

4) Implementasi

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan


asuhan keperawatan kedalam bentuk tindakan guna membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus
dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan
komunikasi yang efektif, kemampuan melakukan teknik psikomotor,
kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan
memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan
kemampuan evaluasi. (Asmadi, 2012)

5) Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil
akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan.
Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan
tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus
proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali
kedalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (Reassessment).
Secara umum, evaluasi ditujukan untuk :
a. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
b. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau
belum.

Anda mungkin juga menyukai