Dosen Pengampu:
Ns. I Putu Artha Wijaya, S.Kep., M.Kep
Oleh:
Alia Santika Sari
(2230095) / IIIC
B. Etiologi
Pleuritis disebabkan oleh cidera (trauma atau mekanis, seperti
torakotomi) pada dinding dada, atau menginhalasi iritan (misalnya, asbestos)
yang menghasilkan inflamasi.
1) Virus dan mikoplasma
Jenis-jenis virusnya adalah: ECHO virus, Coxsackie group,
Rickettsia dan mikroplasma.
2) Bakteri piogenik
Bakteri yang sering ditemukan adalah: aerob dan anaerob. Bakteri-
bakteri aerob meliputi Streptucocus pneumonia, Streptococus mileri,
Stafilococus aureus, Hemofilus spp. E.koli. Klebsiela, Pseudomonas
spp. Bakteri-bakteri anaerob meliputi Bakteroides spp.
Peptostreptococus, Fusobakterium.
3) Tuberkulosa
Selain komplikasi tuberkulosa, dapat juga disebabkan oleh
robeknya rongga pleura atau melalui aliran getah bening.
4) Fungi
Pleuritis karena fungi amat jarang. Biasanya terjadi karena
penjalaran infeksi fungi dari jaringan paru-paru. Jenis fungsi penyebab
Pleuritis adalah aktinomikosis, koksidioidomikosis, aspergillus,
kriptokokus, histoplasmosis, blastomikosis dan lain-lain.
5) Parasit.
Parasit yang menginvasi ke dalam rongga pleura hanyalah amoeba
dalam bentuk tropozoit.
C. Klasifikasi
1) Pleuritis kering (fibrosa)
Peradangan pada pleura tanpa atau hanya sedikit pengeluaran cairan.
2) Pleuritis basah (setofirosa)
Terjadinya penimbunan cairan dibuang pleura disebut juga pleura
efusi cairan yang berisi di pleyra dapat berupa:
- exudate
- transudate
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis
Selain bunya ciutan saat pleura saling bergesekan, nyeri dada
merupakan tanda khas pleuritis:
1) Awitan nyeri mendadak yang tajam seperti tertusuk, yang
memburuk saat dinding dada bergerak sewaktu mengambil nafas
dalam, batuk, bersin.
2) Nyeri mereda dengan menahan nafas.
3) Nyeri dapat menjalar ke abdomen atas, leher, atau bahu.
4) Nyeri menurun saat cairan terakumulasi karena lapisan pleura tidak
lagi bergesekan.
G. Penatalaksanaan
Tujuan tindakan ini untuk menemukan kondisi utama yang
meyebabkan pleuritis dan untuk meredakan nyeri dengan diatasinya
penyakit dasar (pnemounia dan infeksi) peradangan pleuritis biasanya
menghilang. Penatalaksanaan Medis. Tujuan pengobatan adalah untuk
menemukan kondisi dasar yang menyebabkan pleurisi, dan untuk
menghilangkan nyeri. Dengan diatasinya penyakit dasar (pneumonia,
infeksi), inflamasi pleuritis biasanya menghilang. Pada waktu yang sama,
penting artinya untuk memantau tanda-tanda dan gejala-gejala efusi pleural,
seperti sesak napas, nyeri, dan penurunan ekskursi dinding dada.
Analgesik yang diresepkan dan aplikator topikal panas atau dingin
akan memberikan peredaan simptomatik. Indometasin, obat anti-inflamasi
nonsteroidal, dapat memberikan peredaan nyeri sambil memungkinkan
pasien rahan gejala batuk secara efektif. Jika nyerinya sangat hebat,
diberikan blok interkostal prokain.
Adapun obat – obat yang dapat digunakan pada penderita dengan
masalah pleuritis sebagai berikut:
1. Analgesic
2. Antibiotic
3. Antidiuretic
4. Pemasangan wsd untuk mengeluarkan cairan
8) Data penunjang
a. Foto thorax dada, dan lateral
b. CT scan/MRI
c. Bronchoscope
d. Sitologi: TTB,biopsy kelenjar getah bening leher. (Taqiyyah &
Mohamad, 2013)(KADEK DIKA SASMAYA DEWI, 2018)
B. Diagnosis Keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif
2) Gangguan pertukaran gas
3) Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
(keengganan untuk makan)
4) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
5) Intoleransi aktifitas
C. Intervensi
NO Standar diagnosis Standar Luaran Standar Intervensi
keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Pola nafas tidak efektif Dalam Standar Luaran Manajemen jalan nafas
(SDKI, 2016 D.0005) Keperawatan Indonesia
(SLKI), luaran utama Observasi:
Definisi : untuk diagnosis pola a) Monitor pola
Inspirasi dan/atau nafas tidak efektif nafas
ekspirasi yang tidak adalah: b) Monitor bunyi
memberikan ventilasi nafas
adekuat “ekspirasi ventilasi c) Monitor adanya
adekuat membaik” sputum
Penyebab fisiologis: Terapeutik:
dengan kriteria hasil a) Pertahankan
1) Depresi pusat yaitu kepatenan jalan
nafas
pernapasan a) Ventilasi b) Posisikan semi
2) Hambatan semenit fowler
meningkat c) Lakukan
upaya napas b) Kapasitas vital fisioterapi dada
(mis. nyeri saat meningkat d) Berikan oksigen
bernapas, c) Tekanan Edukasi:
ekspirasi a) Anjurkan
kelemahan otot meningkat asupan cairan
pernapasan) d) Dispnea 2000 ml/hari
menurun b) Ajarkan teknik
batuk efektif
3) Deformitas e) Penggunaan otot
bantu nafas
dinding dada. menurun
4) Deformitas f) Pernafasan
cuping hidung
tulang dada. menurun
5) Gangguan
neuromuskular.
6) Gangguan
neurologis (mis
elektroensefalog
ram [EEG]
positif, cedera
kepala ganguan
kejang).
7) maturitas
neurologis.
8) Penurunan
energi.
9) Obesitas.
10) Posisi tubuh
yang
menghambat
ekspansi paru.
11) Sindrom
hipoventilasi.
12) Kerusakan
inervasi
diafragma
(kerusakan saraf
CS ke atas).
13) Cedera pada
medula spinalis.
14) Efek agen
farmakologis.
15) Kecemasan.
2 Gangguan pertukaran Dalam Standar Luaran Pemantauan Respirasi
gas Keperawatan Indonesia
(SDKI, 2016 D0003) (SLKI), luaran utama Observasi:
untuk 1) Monitor pola
Definisi: diagnosis Gangguan nafas
Kelebihan atau pertukaran gas adalah: 2) Monitor saturasi
kekurangan oksigenasi oksigen
dan atau eleminasi “Pola Napas Membaik” 3) Monitor nilai
karbondioksida pada AGD
membran alveolus- dengan kriteria hasil 4) Berikan oksigen
kapiler. yaitu 5) Jelaskan tujuan
dan prosedur
Penyebab fisiologis: 1) Dispnea pemantauan
1) Ketidakseimban menurun Teraupetik:
gan ventilasi- 2) Penggunaan otot
perfusi. bantu napas 1) Atur interval
2) Perubahan menurun pemantauan
membran 3) Frekuensi nafas respirasi sesuai
alveolus-kapiler membaik (12- kondisi pasien
20x/menit) 2) Dokumentasika
4) Gelisah n hasil
menurun 5. pemantauan
Napas cuoing
hidung menurun Edukasi:
1) Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
2) Informasikan
hasil
pemantauan,
jika perlu
1) Porsi makanan
yang di habiskan
cukup
meningkat
2) Kekuatan otot
menelan
meningkat
3) Porsi makanan
yang di habiskan
cukup
meningkat
4) Kekuatan otot
menelan
meningkat
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah berkesinambungan dan interaktif dengan
komponen lain dari proses keperawatan. Selama implementasi, perawat
mengkaji kembali pasien, modifikasi rencana asuhan, dan menuliskan
kembali hasil yang diharapkan sesuai kebutuhan. Untuk implementasi yang
efektif, perawat harus berpengetahuan banyak tentang tipe-tipe intervensi,
proses implementasi dan metode implementasi. Ada tiga fase implementasi
keperawatan yaitu :
a) Fase persiapan, meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi
rencana, pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan
rencana, persiapan pasien dan lingkungan.
b) Fase operasional, merupakan puncak implementasi dengan
berorientasi dengn tujuan. Implementasi apat dilakukan dengan
intervensi indeoenden, dependen atau interdependen
c) Fase terminasi, merupakan terminasi perawat dengan pasien setelah
implementasi dilakukan (potter and pery, 2005)
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus – menerus dilakukan
untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana
rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan
rencana keperawatan (Manurung, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Yuli Hermawan, Erna Achadiyah, & Puji Susanti. (2011). Laporan
Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan “Pleuritis.”
Claudia Ayu Aulia Oktaviana, S. K. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Ny. L Dengan
Diagnosa Medis Efusi Pleura Di Ruang Igd Rumkital Dr Ramelan Surabaya Oleh :
Claudia Ayu Aulia Oktaviana, S.Kep. Nim.203.0020 Program Studi Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya 2021.
Kadek Dika Sasmaya Dewi. (2018). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Pneumonia Dengan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Di Ruang Oleg Rsud
Mangusada Badung. 626, 2–5.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan (Ist ed). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia