“EFUSI PLEURA”
GARDENIA
RSUD DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA
Disusun Oleh:
Nama : Fitri Handayani
NIM : PO.62.20.1.18.052
Efusi plaura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak antara
permukaan visceral dan pariental. Merupakan proses penyakit primer yang yang jarang terjadi
tetapi merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Brunner and Suddarth, 2001)
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat pengumpulan cairan dalam rongga
pleura. Selain itu, dapat juga terjadi penumpukan pus atau darah. Efusi pleura merupakan suatu
gejala penyakit yang mengancam jiwa penderita
B. Etiologi
Kelebihan cairan pada rongga pleura sedikitnya disebabkan oleh satu dari empat mekanisme
dasar:
1. Peningkatan tekanan kapiler subpleural dan limfatik
2. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
3. Peningkatan tekanan negative intrspleural
4. Adanya inflamasi atau neoplastic pleura
C. Patofisologi
Pleura parietalis dan viseralis letaknya berhadapan satu sama lain dan hanya dipisahkan
oleh selaput tipis cairan serurosa.lapisan cairan ini memperlihatkan adanya keseimbangan
antara transudasi dari kapiler-kapiler pleura dan reabsorbsi oleh vena visceral dan parietal, dan
saluran getah bening.
Efusi pleura dapat berupa transudate atau eksudat. Transudate terjadi pada peningkatan
tekanan vena pulmonalis, misalnya pada payah jantung kongestif. Keseimbangan kekuatan
menyebabkan pengeluaran cairan dari pembuluh. Transudasi juga dapat terjadi pada
hipoproteinemia, seperti pada penyakit hati dan ginjal, atau penekanan tumor pada vena kava.
Penimbunan eksudat timbul sekunder dari peradangan atau keganasan pleura, dan akibat
peningkatan permeabelitas kapiler atau gangguan absorbs getah bening.
Jika efusi pleura mengandung nanah, disebut empyema. Empyema diakibatkan oleh
perluasan infeksi dari struktur yang berdekatan dan merupakan komlplikasi dari pneumonia,
abses paru-paru atau perforasi karsinoma ke dalam rongga pleura. Empyema yang tidak
ditangani dengan drainage yang baik dapat membahayakan dinding thoraks. Eksudat akibat
peradangan akan mengalami organisasi, dan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis
dan visceral. Ini disebut dengan fibrothoraks. Jika fibrotoraks luas maka dapat menimbulkan
hambatan mekanisme yang berat pada jaringan-jaringan yang terdapat dibawahnya.
D. Manifestasi Klinis
Tergantung pada penyakit dasarnya
1. Sesak nafas
2. Rasa berat pada dada
3. Bising jantung (pada payah jantung)
4. Lemas yang progresif
5. BB menurun (pada neoplasma)
6. Batuk yang kadang-kadang berdarah pada perokok ( Ca bronkus)
7. Demam subfebril (pada TB)
8. Demam menggigil (pada empyema)
9. Asites (pada sirosis hati)
10. Asites dengan tumoe dipelvis (pada sindrom meig)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Rongten foto thorak
2. Ultrasonografi (USG)
3. CT-Scan dada
4. Torakosentesism(aspirasi cairan fleura)
5. Biopsy pleura
6. Pemeriksaan tambahan (bronkoskopi, pleuroskopi)
F. Penatalaksanaan.
Tujuan umum:
- Untuk menemukan penyebab dasar
- Untuk mencegah penumpukan kembali cairan
- Menghilangkan ketidaknyamanan serta dyspnea
Pengobatan spesifik ditunjukan untuk penyebab dasar, misalnya : gagal jantung kongestif (CHF,
pneumonia, sirosis hepatitis
Tindakan yang dilakukan yaitu :
1. Torakosentesis
- untuk membuang cairan pleura
- mendapatkan specimen untuk analisis
- menghilangkan dyspnea
2. Pemasangan selang dada atau drainage
Hal ini dilakukan jika toraksentesis menimbulkan nyeri, penipisam protein dan elektrolit
3. obat-obatan
Antibiotic, jika agen penyebab adalah kuman atau bakteri
4. Penatalaksanaan cairan
5. Pemberian nitrogen mjstard atau tetrasiklin melalui selang dada.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru, gangguan muskuloskeletas, nyeri/ ansietas,
proses inflamasi
2. Resiko tinggi terhadap trauma / penghentian nafas b.d penyakit saat ini / proses cedera, istem
drainage dada, kurang pendidikan keamanan / pencegahan
3. Kurang pengetahuan kebutuhan (kurang belajar) mengenai kondisi, aturan pengobatan, dan
pemeriksaan diagnostic b.d kurang terpajan pada informasi
4. Bersihan jalan nafas b.d inflamasi trakeobronkial, pembentuk edema, peningkatan produksi sputum,
nyeri pleuratik.
5. Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolar kapiler (efek inflamasi), gangguan
kapatis pembawa oksigen
6. Nyeri akut b.d inflamasi parenkim paru, reaksi sekret terhadap sirkulasi toksin, batuk menetap
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1 Nyeri b/d agen Tujuan : 1. Pantau tingkat dan 1. Tingkat dan intensitas nyeri
pencedera fisik Setelah dilakukan intensitas nyeri merupakan data dasar yang
perawatan klien dibutuhkan perawat sebagai
melaporkan nyeri pedoman pengambilan
berkurang atau hilang intervensi, sehingga setiap
Kriteria Hasil : 2. Lakukan imobilisasi perubahan harus terus
- Skala nyeri 0-4 dengan bidai dipantau.
- Grimace (-) 2. Imobilisasi dapat membantu
- Gerakan melokalisir meringankan tugas tulang
nyeri (-) dalam mempertahankan
3. Tinggikan ekstrimitas postur tubuh sehingga tidak
yang nyeri terjadi kekakuan daerah
sekitar yang menyebabkan
nyeri.
3. Peninggian ekstrimitas dapat
4. Ajarkan teknik relaksasi membantu meningkatkan
(nafas dalam) aliran balik vena yang
menyebaban pembengkakan
berkurang sehingga
penekanan daerah cedera
menurun.
4. Teknik relaksasi (nafas dalam
) dapat membantu
menurunkan tingkat
ketegangan sehingga
5. Kolaborasi pemberian diharapkan tekanan otot-otot
analgesik sesuai program sekitar daerah cedera menurun
terapi 5. Analgesik berfungsi untuk
melakukan hambatan pada
sensor nyeri sehingga sensasi
nyeri pada klien berkurang.
3 Risiko Infeksi Setelah dilakukan 1. Pertahankan tirah baring 1. Agar gangguan mobilitas fisik
berhubungan perawatan, tidak terjadi dalam posisi yang di dapat berkurang
dengan perluasan infeksi pada programkan
prosedur klien 2. Tinggikan ekstremitas
pemasangan Kriteria hasil : yang sakit, instruksikan
alat invasif. - Tidak ada tanda-tanda klien / bantu dalam 2. Dapat meringankan masalah
infeksi latihan rentang gerak gangguan mobilitas fisik yang
- WBC Normal pada ekstremitas yang dialami klien
sakit dan tak sakit
3. Beri penyanggah pada
ekstremitas yang sakit
pada saat bergerak
4. Jelaskan pandangan dan
keterbatasan dalam
aktivitas
5. Berikan dorongan pada 3. Dapat meringankan masalah
klien untuk melakukan gangguan mobilitas yang
AKS dalam lingkup dialami klien
keterbatasan dan beri
bantuan sesuai
kebutuhan 4. Agar klien tidak banyak
6. Ubah posisi secara melakukan gerakan yang dapat
periodik membahayakan
7. Kolaborasi dengan
Fisioterapi / aoakulasi 5. Mengurangi terjadinya
terapi penyimpangan –
penyimpangan yang dapat
terjadi
6. Mengurangi gangguan
mobilitas fisik
7. Kolaborasi interprofesional
membantu proses perawatan
klien lebih efektif
DAFTAR PUSTAKA
Lynda Jual Carpenito-Moyet. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
Doenges, Marilyn E, dkk,. 2014. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
https://id.scribd.com/doc/270877927/Laporan-Pendahuluan-Crush-Injury. 30 November 2019
ttps://id.scribd.com/doc/295721334/Lp-Crush-Injury 30 Desember 19.
https: //id.scribd.com/document/216732331/patofisiologi-Crush-injury 1 Desember 2019
Lampiran
9: Format Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah
I. PENGKAJIAN
1.1 IDENTITAS
1.1.1 KLIEN±±
Nama : Tn. A
Umur : 43 Tahun
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Hubungan Keluarga : Anak
Alamat : Bukit Rawi
2.1 Keluhan utama : pasien mengatakan sesak nafas , dan juga muntah ketika makan
2.2.2 Riwayat penyakit sekarang (PQRST, upaya yang dilakukan dan terapi) :
Pasien mengatakan pada tanggal 05 Desember 2019, dirumah pasien mengeluh sesak
nafas dan juga mual-muntah. Selama 3 hari keluhan tersebut dibiarkan tanpa ada upaya
pengobatan. Lalu pada 07 Desember 2019 pasien dibawa ke RSJ. Kalawa Atei diberikan
therapi O₂ nasal kanul 4 L/menit. Lalu pasien dirujuk ke IGD RS Doris Sylvanus, di IGD
pasien mendapatkan penatalaksanaan yaitu mendapat O₂ nasal kanul 4 L/menit,
pemasangan inf.NaCl 0,9% + aminophilin 15 tpm, pemasangan NGT, melakukan EKG,
setelah itu klien dirawat inap di Ruang Gardenia dan saat pengkajian pasien masih dalam
perawatan.
Pasien mengatakan didalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit seperti ini, diabetes
melitus dan gagal jantung.
Genogram Keluarga 3 (Tiga) Generasi
Keterangan
2 = Laki-Laki
3 = Perempuan
= Tinggal Serumah
= Garis Keturunan
= Meninggal
III. OBSERVASI DAN PEMERIKSAN FISIK
RR : 25 x/mnt HR :- x/mnt
Normal Teratur
Cyanosis Tidak Teratur
Cheynestoke
Kusmaul
Lainnya, sebutkan :
b. Trakhea
Mukus Benda asing Peradangan
Lain-lain : Normal
d. Type pernapasan
Normal Orthopnea Chyne Stokes
Dyspnea Cusmaul
e. Bunyi napas
Vesikuler Ronchi Crecels
Wheezing Rales
Lokasi :
Keluhan lain: Tidak Ada
Batuk, sejak ( - ).............................................................
Berdarah, sejak .( - )...............................................
Sputum, sejak .( - )..................................................
3.3.2 PENGINDRAAN
a. Mata
Penglihatan:
Berkurang Kabur Ganda Buta
Gerakan bola mata: .................................
Visus: VOD
VOS
Sklera: Normal Ikterus Merah/hifema
Konjungtiva: Merah muda Pucat/anemis
Kornea: Bening Keruh
Alat bantu: ( - )
Nyeri: ( - )
Keluhan lain: ( - )
b. Telinga
Pendengaran : Normal Berkurang
Tinitus, sejak/saat: ( - )
Otalgia, sejak/saat: ( - )
Otorhae, sejak: ( - ) Warna: ..............
Keseimbangan: Normal Terganggu, sejak...............
Alat bantu dengar, sejak( - )
Membran timpani: Norrmal
c. Penghidu
Bentuk: Simetris Asimetris
Lesi, lokasi: ( - )
Patensi
Obstruksi, lokasi: ( - )
Nyeri tekan sinus ( - )
Cavum nasal, warna ................................. Integritas: ............................
Septum nasal: Deviasi Perporasi Perdarahan
Edema :
Palpebra Extremitas atas Ascites
Anasarka Extremitas bawah Tidak ada
Grade............................................
3.3.4 PERSYARAFAN
a. Tingkat kesadaran
Syaraf cranial VIII: (Auditorius): pasien dapat menjawab dengan benar dimana suara
petikan jari perawat kiri dan kanan.
Syaraf cranial IX : (Glosofaringeus): pasien dapat merasakan rasa asam.
Syaraf cranial X : Vagus): pada saat makan pasien dapat mengontrol proses
menelan.
Syaraf cranial XI : (Assesorius): pasien dapat menggerakkan leher dan bahu
Syaraf cranial XII : (Hipoglosus): pasien mampu mengeluarkan lidahnya
Fungsi motorik : Pada ekstermitas atas dan bawah dapat digerakkan dengan bebas
d. Status refleks
Refleks tendon bagian dalam : Pasien memberikan rangsangan saat di ketuk persendiannya
Refleks patologis : Pasien merasakan rangsangan saat disentuh bagian telapak kakinya
3.1.2 PERKEMIHAN
1. Produksi urine : 1500 cc/ hari
2. Warna : kuning pekat
3. Bau : khas amoniak
4. Pembedahan : Tidak ada
5. Masalah/ keluhan : Tidak ada
Oliguria Menetes Cystotomi
Poliuria Nyeri Inkontinensia
Disuria Panas Nokturia
Terpasang kateter Sering Hematuria
Retensio
3.1.3 PENCERNAAN
1. Mulut dan gigi : Gusi berlubang, gigi ada yang ompong, mulut tampak bersih,
tidak ada sariawan
6. Masalah/ keluhan :
muntah, sejak ±3 hari lalu malabsorbsi konstipasi
mual, sejak ±3 hari lalu diare obstipasi
feses berdarah, sejak....... tidak terasa wasir
melena haus lendir
sukar menelan colostomi
Obat pencahar : tidak ya, ……………..
Lavement : tidak ya, ……………..
2 Integumen
Kulit/integumen Rambut Kuku
1 Warna Kuning Kecoklatan Kusam Pucat
2 Turgor
Baik Baik Baik
3.3.7 REPRODUKSI
1. Laki-laki
a. Penis :
b. Scrotom :
c. Testes :
d. Lainnya, sebutkan :
2. Perempuan
a. Vagina : Tidak dikaji
b. Urethra : Tidak dikaji
c. Payudara : Tidak dikaji
d. Axilla : Tidak dikaji
e. Siklus haid : Tidak dikaji
f. Lainnya, sebutkan : Tidak dikaji
3.3.9.1 Persepsi terhadap kesehatan dan penyakit : Klien ingin segera cepat pulih dan jikalau penyakitnya semakin parah klien
mengatakan sudah siap menerima segala kemungkinan yang ada
1. Nutrisi - Metabolisme
a. Frekuensi
3 x 1 Hari Sering dengan sedikit porsi
b. Nafsu makan normal menurun
c. Jenis makanan Nasi, sayur, lauk Bubur, sayur, lauk
d. Jenis minuman Air putih Air putih
e. Jumlah makanan 1 porsi 1/5 porsi
f. Jumlah minuman
1000 cc/ hari 2000 cc/hari
Normal Saat haus
g. Kebiasaan minum
Pagi, siang, malam Tidak teratur
h. Kebiasaan makan
63 kg 59 kg
I Berat badan - -
j. Tinggi Badan Tidak Ada NLDM 1500 k
k. Diit Khusus
Kognitif : pasien mengeteahui keadaannya saat ini dan menyerahkan kesembuhannya kepada Tuhan serta
mengikut semua terapi dari dokter dan juga perawat
4.3.9.1 Persepsi diri/ konsep diri : sikap tehadap diri baik,pasien berserah kepada Tuhan untuk
kesembuhan penyakitnya
4.3.9.2 Peran/ berhubungan : pasien sebagai Ibu dan juga Istri. Pasien tampak koperatif,tidak ada
masalah dalam hubungannya dengan keluarganya maupun tenaga medis
: jika ada keluhan pasien langsung menyampaikan kepada
4.3.9.3 Koping - Toleransi stress
tenaga medis yang ada seperti perawat ataupun dokter
Berkomunikasi
Bahasa sehari-hari : bahasa indonesia dan Dayak
Berbicara
Normal Gagap Parau
Tidak dapat menyampaikan Dengan isyarat Aphasia
Hubungan dengan teman/ petugas kesehatan : kooperatif dan tiak ada masalah
(…………………………)
Inisial Pasien : Ny. U
No. Reg. : 05.23.39
ANALISA DATA
Data Fokus
Masalah Kemungkinan Penyebab
(Subjektif dan Objektif)
DO : pasien mengatakan nafsnya sesak Pola Nafas tidak Efektif Penurunan Ekspansi Paru
DS:
- Terpasang O₂ nasal kanul 4L/menit
- Bunyi jantung takikardia
- Bunyi pernafasan wheezing
- Frekuensi nafas (RR=29x/menit)
- Menggunakan otot bantu pernafasan
yaitu otot dada
- TTV :
TD : 140/90 mmHg N : 92x/menit
S : 35,2º C RR: 29x/menit
-
DS : -pasien mengatakan selalu muntah
ketika makanan masuk ke dalam perut. Defisit Nutrisi Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
DO :
- Hb : 8.9 g/dL
- BB pasienmenurun dari 63 kg ke 59
kg
- Limfosit 6%
- Makanan yang dihabisakan hanya ¼
porsi
Inisial Pasien : Ny. U
No. Reg. : 05.23.39
RENCANA KEPERAWATAN
Nomor Diagnosa Tujuan/ Kriteria
No. Tanggal Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan Hasil
1. 09/12/2019 D.0005 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Kaji faktor penyebab 1. Untuk mengetahui penyebab paru
1 x 7 jam diharapkan pola nafas dapat kembali 2. Kaji frekuensi pernafasan kolabs perlu pemasangan selang
efektif dengan kriteria hasil : 3. Observasi TTV dada yang tepat & untuk memilih
1. Menunjukkan pola nafas yang normal 4. Berikan O₂ nasal kanul sesuai tindakan terapeutik lainnya
dengan frekuensi (RR=16-24 x/menit) kebutuhan 2. Untuk mengetahui pola nafas
2. Bebas dyspnea 5. Berikan posisi senyaman mungkin pasien
3. Tidak kesulitan dalam bernafas seperti semifowler 3. Untuk mengetahui keadaan umum
6. Auskultasi bunyi nafas pasien
7. Kolaborasi dalam pemberian 4. Untuk memenuhu kebutuhan
therapi pengobatan oksigennya
5. Untuk memberikan rasa nyaman
6. Untuk mengetahui bunyi nafas
menurun/tidak
7. –
09/12/2019 D.0019 Setelah dilakukan tindakaan keperwatan selama 1. Monitor asupan makanan 1. Untuk mengetahui terpenuhi
2. 1 x 7 jam diharapkan nutrisi pasien kembali 2. Monitor BB tidaknya asupan makanan pasien
normal dengan kriteria hasil : 3. Monitor hasil pemeriksaan 2. Untuk mengetahui terjadi
1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat Laboratorium penurunan/ peningkatan BB
2. Nafsu makan meningkat 4. Kolaborasi dengan ahlis gizi dalam 3. Untuk mengetahui tercukupi
2 3. BB membaik (tidak menurun) pemberian diit tidaknya Hb, Serum albumin dll.
. 4. Hb kembali normal 5. Kolaborasi dengan dokter dala 4. Untuk memenuhi kebutuhan fizi
2 pemberian terapi dan diet klien
5. -
Inisial Pasien : Ny. U
No. Reg. : 05.23.39
PELAKSANAAN KEPERAWATAN (IMPLEMENTASI)
CATATAN PERKEMBANGAN
Paraf/Nama
Tanggal/Jam Nomor Diagnosa Catatan Perkembangan (S.O.A.P./
Perawat,mhs
Keperawatan S.O.A.P.I.E.R)
09/12/2019 D.0005 S : pasien masih mengatakan sesak
17.00 O :- frekuensi pernafasan (RR= 28x/menit)
1) Pasien tampak kesulitan bernafas
2) TTV
TD : 135/90 mmHg
S : 35,4º C
N : 93 x/menit
RR : 27 x/menit
A : pola nafas efektif belum teratasi
1) Kaji frekuensi pernafasan
2) Observasi TTV
3) Berikan O₂ nasal kanul sesuai kebutuhan
4) Auskultasi bunyi nafas
5) Kolaborasi dalam pemberian therapi pengobatan