Anda di halaman 1dari 7

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“MAKALAH SEDERHANA SIFILIS”


KELOMPOK 2

DISUSUN OLEH :
 Aprilya Yugasanty  M. Faesal Priyono
(PO.62.20.1.18.043) (PO.62.20.1.18.062)
 Ayu Fitriana  M. Sigit Ariyoyudanto
(PO.62.20.1.18.044) (PO.62.20.1.18.063)
 Boby  Qunita Putri
(PO.62.20.1.18.046) (PO.62.20.1.18.069)
 Feny Lora Situmorang  Satriana
(PO.62.20.1.18.051) (PO.62.20.1.18.072)
 Fitri Handayani  Yudis Tira Hasanah
(PO.62.20.1.18.052) (PO.62.20.1.18.080)
 Indah Tri Wahyanti  Yusvita Intarini
(PO.62.20.1.18.056) (PO.62.20.1.18.081)
 Lasminda Nora
(PO.62.20.1.18.059)

DIII KEPERAWATAN REGULER XXI-B


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
PALANGKA RAYA
TAHUN 2020
A. PENGERTIAN
Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh
bakteri Treponema pallidum. Sifilis bersifat kronik dan sistemik karena memiliki
masa laten, dapat menyerang hampir semua alat tubuh, menyerupai banyak
penyakit, dan ditularkan dari ibu ke janin. Pada umumnya penularan sifilis
melalui kontak langsung terjadi melalui hubungan seksual, hubungan seksual ini
bisa berbentuk seks vaginal, anal, maupun oral. Penyakit ini tidak dapat menular
karena meggunakan handuk secara bergantian dengan penderita sifilis, pegangan
pintu atau tempat duduk WC. Setiap orang yang aktif secara seksual bisa
terinfeksi melalui kontak langsung dengan lesi sifilis. Pada laki-laki, lesi dapat
terjadi terutama di alat kelamin eksternal, anus, atau dubur. Lesi juga dapat terjadi
pada bibir dan mulut. Gay atau laki-laki biseksual bisa terinfeksi sifilis selama
seks anal, oral, atau vaginal. Masa laten pada sifilis tidak menunjukkan gejala
klinis, namun pada pemeriksaan serologis menunjukkan hasil positif. Sifilis
memiliki dampak besar bagi kesehatan seksual, kesehatan reproduksi, dan
kehidupan sosial. Populasi berisiko tertular sifilis meningkat dengan adanya
perkembangan dibidang sosial, demografik, serta meningkatnya migrasi
penduduk.
Menurut laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis
6 Juni 2019, lebih dari satu juta orang di seluruh dunia terinfeksi penyakit menular
seksual setiap harinya. Berdasarkan data global WHO pada 2016, menunjukkan
bahwa di antara pria dan wanita berusia 15 hingga 49 tahun, ada 6,3 juta laporan
sifilis (WHO, 2016). Daerah yang mempunyai tingkat penularan sifilis tertinggi
ialah sub-Sahara Afrika, Amerika Serikat, dan Asia Tenggara. Beberapa studi
yang telah dilakukan di Afrika menunjukkan bahwa terdapat 30% seropositif
sifilis pada antenatal dan 50%-nya mengakibat kematian bayi pada sifilis
kongenital.
Perilaku seksual dapat dibagi menjadi perilaku seksual tidak berisiko dan
perilaku seksual berisiko. Perilaku seksual tidak berisiko memiliki makna perilaku
yang tidak merugikan diri sendiri, dilakukan kepada lawan jenis, dan diakui
masyarakat. Perilaku seksual berisiko diartikan sebagai perilaku seksual yang
cenderung merusak, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Perilaku seksual
berisiko adalah keterlibatan individu dalam melakukan aktivitas seks yang
memiliki risiko terpapar dengan darah, cairan sperma, dan cairan vagina yang
tercemar bakteri penyebab sifilis. Jumlah pasangan seksual yang banyak
merupakan salah satu perilaku seksual berisiko. Hal ini terjadi karena jumlah
pasangan seksual yang banyak sebanding dengan banyaknya jumlah hubungan
seksual yang dilakukan. Kurangnya pengetahuan individu tentang penggunaan
kondom juga dapat meningkatkan risiko infeksi. Kondom tidak memberikan
perlindungan 100%, namun bila digunakan dengan tepat dapat mengurangi risiko
infeksi. Selain itu, kemiskinan dan masalah sosial memaksa perempuan, kadang
juga laki-laki, berprofesi sebagai penjaja seks. Mereka menukarkan seks dengan
uang atau barang agar dapat bertahan hidup.
Faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya penyakit ini meliputi: faktor
pengetahuan, ekonomi, keturunan, dan urbanisasi. Pengetahuan yang kirang
tentang bahaya penyakit, mendorong remaja melakukan hubungan seksual diluar
nikah. Ekonomi yang rendah juga menjadi faktor yang berpengaruh timbulnya
penyakit ini, sebagian masyarakat melacurkan diri untuk mendapatkan uang
dengan mudah. Di kalangan remaja banyak terjadi kasus seperti ini, hal ini
disebabkan karena remaja memiliki banyak kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi
oleh orang tua. Faktor keturunan juga berpotensi dalam timbulnya penyakit sifilis.
Kemudian urbanisasi dari desa ke daerah kota, mengarah sikap remaja menjadi
lebih bebas, longgar akan batas-batas adat dan agama sehingga mudah melakukan
hubungan seks diluar nikah. Hal ini terbukti dengan banyaknya kasus remaja
hamil saat kuliah di luar kota. Perilaku seksual dapat dibagi menjadi perilaku
seksual tidak berisiko dan perilaku seksual berisiko.

B. Gejala Sifilis pada Remaja

Gejala dan tanda dari sifilis banyak dan berlainan, sebelum perkembangan
tes serologikal, diagnosis sulit dilakukan dan penyakit ini sering disebut "Peniru
Besar" karena sering dikira penyakit lainnya. Bila tidak terawat, sifilis dapat
menyebabkan efek serius seperti kerusakan sistem saraf, jantung, atau otak. Sifilis
yang tak terawat dapat berakibat fatal. Orang yang memiliki kemungkinan terkena
sifilis atau menemukan pasangan seks yang mungkin terkena sifilis dianjurkan
untuk segera menemui dokter secepat mungkin. Gejala sifilis tergantung dari
stadium/fasenya. Gejala akan timbul setelah 1-13 minggu setelah terinfeksi,
dengan rata-rata 3-4 minggu setelah infeksi. Gejalanya:
1. Stadium 1: luka yang tidak nyeri pada tempat yang terinfeksi. Luka tersebut
sering kali tidak menimbulkan gejala sehinga dihiraukan dan akan membaik
dalam waktu 3-12 minggu. Setelah itu, penderita akan tampak sehat secara
keseluruhan.
2. Stadium 2: Muncul ruam-ruam kulit dalam
waktu 6-12 minggu setelah infeksi. Meskipun
tidak diobati, ruam akan hilang dalam beberapa
minggu dan akan muncul kembali ruam yang
baru beberapa minggu kemudian. Pada stadium
ini, penderita akan mengalami gejala malaise,
mual, tidak nafsu makan, dan lain-lain.
3. Stadium 3: fase laten. Penderita memasuki fase tanpa gejala selama beberapa
tahun atau berpuluh-puluh tahun
4. Stadium 4: Sifilis ini sudah tidak menular tetapi gejalanya sangat bervariasi
tergantung organ yang terkena.
C. Pencegahan
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah seseorang agar tidak
tertular penyakit sifilis. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain:
1. Tidak berganti-ganti pasangan.
2. Berhubungan seksual yang aman: selektif memilih pasangan dan
pempratikkan ‘protective sex’.
3. Menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan transfusi
darah yang sudah terinfeksi.
4. Menggunakan kondom atau pengaman, terutama mereka yang berisiko
tinggi terkena seperti pekerja seks komersil.
5. Hindari menato tubuh Anda.
6. Menjaga kebersihan organ intim.

D. Pengobatan yang Dilakukan Terhadap Sifilis


Pengobatan sifilis sangat mudah dilakukan. Pengobatan umumnya adalah
dengan menggunakan antibiotik berupa suntikan penisilin. Jika tidak diobati,
sifilis bisa menjadi penyakit yang berbahaya dan bisa berujung kepada kematian.
Penderita sifilis yang sedang dalam masa pengobatan harus menghindari
hubungan seksual hingga infeksi dipastikan sudah sembuh total. Sifilis
mempunyai tingkatan gejala, yang terbagi menjadi 4 stadium.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh


bakteri Treponema pallidum. Sifilis bersifat kronik dan sistemik karena memiliki
masa laten, dapat menyerang hampir semua alat tubuh, menyerupai banyak
penyakit, dan ditularkan dari ibu ke janin. Pada umumnya penularan sifilis
melalui kontak langsung terjadi melalui hubungan seksual, hubungan seksual ini
bisa berbentuk seks vaginal, anal, maupun oral. Penyakit ini tidak dapat menular
karena meggunakan handuk secara bergantian dengan penderita sifilis, pegangan
pintu atau tempat duduk WC. Pengobatan penyakit sifilis dapat dilakukan dengan
cara penyuntikan antibiotik berupa suntikan penisilin.

B. Saran
Adapun saran dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Remaja sebagai agen perubahan diharapkan bisa menjadi penerus bangsa
yang bermartabat.
2. Pendidikan seksual sangat penting bagi remaja, agar mereka mengetahui
bahaya- bahaya yang akan terjadi karena seks bebas.
3. Orang tua berperan penting dalam mengontrol pertumbuhan remaja,
untuk itu diharapkan orang tua lebih memperhatikan pola perkembangan
pada diri putra-putrinya yang sudah memasuki masa remaja.
Daftar Pustaka

Siregar, R.S. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Edisi ke-2. Jakarta:
EGC.

Tim Media KIE, dan SeBAYA-PKBI JATIM.2009. Gaul dan Sehat Kenali Diri
dan Situasimu. Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

https://www.liputan6.com/global/read/3984691/who-lebih-dari-sejuta-orang-
terinfeksi-penyakit-menular-seksual-setiap-harinya

https://www.academia.edu/38070767/SIFILIS

Anda mungkin juga menyukai