Anda di halaman 1dari 26

BUKU AJAR

OSTEOMILITIS

Disusun :
Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II
Kelas Reguler XXI B

Oleh :
Ayu Fitriana PO.62.20.1.18.044
Fitri Handayani PO.62.20.1.18.052
Muhammad Faesal P. PO.62.20.1.18.062
Qunita Putri PO.62.20.1.18.069
Satriana PO.62.20.1.18.072

Dosen Pengampu
[Ns. Ester Inung Sylvia, M.Kep.,Sp.MB]

DIII KEPERAWATAN
POLTITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALANGKARAYA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan
Karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan Buku Ajar “Osteomilitis”. Penyusunan buku ajar ini
disusun untuk memenuhi tugas dari Bu Ns. Ester Inung Sylvia, M.Kep.,Sp.MB selaku Dosen
Keperawatan Medikal Bedah II di Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palangkaraya.
Selain itu tujuan dari penyusun makalah ini juga untuk menambah wawasan lebih dalam
mengenai Osteomilitis (salah satu gangguan Sistem Muskuloskeletal).

Kami menyadari bahwa buku ajar ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun agar buku ajar ini selanjutnya bisa
menjadi lebih baik lagi. Semoga buku ajar ini berguna untuk kita semua.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Palangkaraya, Februari 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................ii
Wassalamualaikum Wr.Wb.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................2
A. PENGERTIAN....................................................................................................................................2
B. ETIOLOGI..........................................................................................................................................2
C. KLASIFIKASI......................................................................................................................................3
D. PATOFISIOLOGI................................................................................................................................4
E. MANIFESTASI KLINIS........................................................................................................................4
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG............................................................................................................5
G. PENATALAKSANAAN........................................................................................................................6
H. KOMPLIKASI.....................................................................................................................................8
I. PENCEGAHAN..................................................................................................................................9
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................................................9
A. PENGKAJIAN....................................................................................................................................9
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN...........................................................................................................11
C. RENCANA KEPERAWATAN.............................................................................................................12
D. EVALUASI KEPERAWATAN.............................................................................................................15
Soal:...........................................................................................................................................................16
BAB III........................................................................................................................................................22
PENUTUP...................................................................................................................................................22
KESIMPULAN.........................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi tulang dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup
bahkan mengakibatkan hilangnya ekstermitas. Infeksi jaringan tulang disebut sebagai
osteomilitis. Ostomilitis hematogen akut adalah penyakit pada tulang yang sedang sembuh.
Osteomilitis yang tidak diterapi secara adekuat, akan berkembang menjadi osteomilitis kronik.
Osteomilitis lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena keterbatasan
asupan darah.osteomilitis kronik adalah akibat osteomilitis akut yang tidak ditangani dengan
baik. Osteomilitis sangat resisten terhadap pengobatan antibiotika. Hal ini disebabkan karena
sifat korteks tulang yang tidak memiliki pembluh darah. Infeksi tulang sangat sulit untuk
ditangani, bahkan tindakan drainase dan debridemen, serta pemberian antibiotika yang tepat
masih tidak cukup untuk menghilangkan penyakit.

Osteomielitis adalah peradangan pada tulang oleh infeksi mikroorganisme berupa


bakteri, mycobacterium, maupun jamur. Terbentuknya tulang mati (sequester) yang terpisah
dari aliran darah menyebabkan eliminasi infeksi sulit dilakukan walaupun berbagai antibiotika
baru yang poten .

Destruksi tulang yang terus berlanjut, diikuti terbentuknya pus, dan penyebaran infeksi
ke jaringan sekitarnya menyebabkan kerusakan luas yang membutuhkan tindakan bedah
agresif untuk membuang tulang mati dan jaringan lunak terinfeksi, pemasangan implant untuk
menyokong tulang, pengisian defek tulang (bone graft), penutupan luka dengan flap jaringan
lunak. Hal ini membutuhkan biaya tinggi, operasi multipel, kesabaran baik pasien maupun
dokter dan perawatan rumah sakit yang lama. Kegagalan tatalaksana dapat berakhir dengan
cacat permanen bahkan amputasi.

Deteksi dini, identifikasi mikroorganisme spesifik penyebab, eradikasi jaringan tulang


nekrotik secara dini dan pemberian antibiotika jangka panjang merupakan tatalaksana prinsip
untuk keberhasilan pengobatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Osteomilitis adalah infeksi tulang.infeksi tulang lebih sulit disembuhkan bila


dibandingkan dengan infeksi jaringan lunak, karena terbatasnya asupan darah, respons
jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(Smeltzer, 2002). Osteomilitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencangkup sum-
sum atau korteks tulang, dapat berupa eksogenus (infeksi yang masuk dari luar tubuh)
atau hematogenus (infeksi yang berasal dari dalam tubuh (Reeves,2001). Sementara
menurut Noer S (1996), osteomilitis adalah infeksi pada tulang yang biasanya
menyerang matafisis tulang panjang dan banyak terdapat pada anak-anak.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulakan bahwa osteomilitis adalah infeksi
tulang yang mencakup sum-sum atau korteks tulang, yang terjadi secara eksogen dan
hematogen, akut atau kronis dan biasanya menyerang metafisis tulang panjang.
Osteomielitis adalah penyakit peradangan tulang dan sumsumnya yang disebabkan
oleh infeksi mikroorganisme yaitu bakteri, mycobacterium, atau jamur - nekrosis tulang
steril, seperti avascular necrosis of the bone dan chronic multifocal reccurent
osteomyelitis adalah golongan penyakit yang berbeda - Selain tulang, infeksi dapat
meluas ke jaringan sekitarnya.
Osteomielitis kebanyakan terjadi pada satu lokasi / region tubuh, namun dapat
terjadi bersamaan pada lebih dari satu regio (multifokal), terutama pada pasien dengan
gangguan metabolik maupun sistem imun.

B. ETIOLOGI

Infeksi tulang dapat disebabkan oleh penyebaran hematogen dari fokus infeksi
ditempat lain (missal tonsil yang terinfeksi, gigi terinfeksi, infeksi saluran napas atas).
Osteomilitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat trauma yang
terdapat resistensi rendah. Infeksi dapat juga berhubungan dengan infeksi jaringan
lunak, missal ulkus decubitus atau ulkus vascular, atau kontaminsi langsung pada tulang
(missal fraktur terbuka, luka tembak, dan pembedahan tulang).
Staphylococcus merupakan penyebab 70%-80% Infeksi tulang. Organisme lain
meliputi Proteus, Pseudomonas, dan Escherichia coli. Pada anak-anak infeksi tulng
sering kali timbul sebagai komplikasi dari infeksi pada tempat-tempat lain seperti infeksi
faring (faringitis), telinga (otitis media) dan kulit (impertigo). Bakterinya (Staphylococcus
aureus, Streptococcus, Haemophylus influenza) berpindah melalui aliran darah menuju
metafisis tulang dekat lempeng pertumbunhan dimana darah mengalir melalui sinusoid.
Akibat perkembangan bakteri dan nekrosis jaringan, maka tempat peradangan yang
terbatas ini akan terasa nyeri dan nyeri tekan. Mikroorganisme yang menginfeksi tulang
akan membentuk koloni pada tulang perivascular, menimbulkan edema, infiltrasi seluler,
dan akumulasi produk-produk inflamasi yang akan merusak trabekula tulang dan
hilangnya matriks dan mineral tulang.
Mekanisme terjadinya infeksi berupa sebagai berikut:
1. Akibat trauma, fraktur terbuka, tusukan benda tajam ke tulang, maupun tindakan
operasi pemasangan implant dan prostesis pada tulang. Biasanya terjadi pada orang
dewasa dan mengenai tulang tibia-Operasi penggantian sendi di seluruh dunia terus
meningkat jumlahnya, sehingga osteomyelitis akibat prostesis akan lebih meningkat
pula jumlahnya. Saat ini, melalui teknik sterilitas dan pemberian antibiotik profilaksis
yang baik, angka infeksi pada penggantian sendi panggul yang dapat diterima
adalah kurang dari 1 %, sedangan untuk sendi yang lain, angkanya lebih tinggi dari
itu karena lokasinya yang lebih dekat dengan kulit.
2. Luka di kulit yang terinfeksi dan infeksinya menyebar langsung ke tulang di dekatnya
(selulitis, abses)
3. Gangguan dari kulit di sekitar tulang akibat kerusakan pembuluh darah dan saraf
(angiopathy dan neuropathy).Osteomielitis pada pasien dengan gangguan vaskuler
maupun neuropati didominasi oleh pasien diabetes mellitus, dimana luka pada kulit
kaki menjadi pintu masuk mikroorganisme untuk mencapai tulang. Luka mudah
timbul akibat gangguan mekanisme daya tahan tubuh, berkurangnya atau
memburuknya aliran darah perifer, dan penurunan sensibilitas kulit.1,2- waspada
dengan sumbatan arteri perifer, tindakan pembersihan osteomielitis saja tanpa
penanganan sumbatan akan memperburuk keadaan luka-
C. KLASIFIKASI

Kasifikasi osteomilitis dibagi menjadi dua macam yaitu osteomilitis primer dan
osteomilitis sekunder. Osteomilitis primer, penyebarannya secara hematogen dimana
mikroorganisme berasal dari fokus ditempat lain dan beredar melalui peredaran darah.
Osteomilitis sekunder (osteomilitis perkontinuitatum), terjadi akibat penyebaran kuman
dan sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

D. PATOFISIOLOGI

Osteomilitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi pada tiga bulan pertama (akut
fulminant-stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau
infeksi superfisial, infeksi awitan lambat terjadi antara 4-24 bulan setelah pembedahan
(stadium, 2) dan osteomilitis yag berlangsung lama yaitu 24 bulan atau lebih setelah
pembedahan (stadium 3).
Respon awal infeksi adalam inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema.
Dua atau tiga hari setelah pembedahan dapat terjadi thrombosis pada pembuluh darah
tersebut, yang menyebabkan iskemia dengan nekrosis tulang behubungan dengan
peningkatan tekanan jaringan dan medulla. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas
medularis dan kebawah periosternum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi
sekitar. Bila proses infeksi dapat dikontrol lebih awal, pembentukan abses tulang dapat
dicegah.
Biasanya abses dapat keluar secara spontan, namun ebih sering harus
dilakukan insisi dan drainase oleh ali bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya
membentuk daerah jaringan mati , namun seperti pada rongga abses pada umumnya,
jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Selin itu
rongga juga tidak dapat mengempis dan sembuh, seperti yang terjadi pada jaringan
lunak tetapi yang terjadi adalah pertumbuhan tulang baru (involukrum) yang mengeliling
sequstrum. Jadi meskipun terjadi pada proses penyembuhan, namun sequestrum
infeksius kronis yang ada akan tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang
hidup klien dan ini dinamakan osteomilis tipe kronik.
E. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis pada osteomilitis tergantung etiologi dan lokasi tulang yang
cedera, dapat berkembang secara progresif atau cepat. Infeksi hematogen akut, sering
terjadi dengan maifestasi klinis septicemia yaitu: menggigil, demam tinggi, denyut nadi
cepat, dan malaise umum, sedangkan gejala lokal yang terjadi berupa rasa nyeri, nyeri
tekan, bengkak, dan kesulitan menggerakkan anggota tubuh yang sakit (Smeltzer, 2002
dan Sjamsuhidajat, 1997). Klien menggambarkan nyeri konstan berdenyut, semakin
nyeri bila digerakkan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
Osteomilitis yang terjadi akibat penyebaran infeksi di sekitarnya atau
kontaminsasi, tidak akan ada gejala septicemia. Daerah terinfeksi membengkak, teraba
hangat, nyeri, dan nyeri tekan. Sementara osteomilitis kronik akan ditandai dengan pus
yag akan mengalir keluar, periode nyeri berulang, inflamasi dan pembengkakan.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah.
sel darah putih meningkat sampai 30.000 gr/dL disertai peningkatan laju endapan
darah.
2. Pemeriksaan titer antibody-antistaphylococcus.
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan
uji sensitivitas.
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan kultur feses dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri
Salmonella
4. Pemeriksaan biopsi tulang
5. Pemeriksaan ultrasound
Pemeriksaan ini untuk memperlihatkan adnya efusi pada sendi
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan foto polos dalam 10 hari pertama biasanya tidak ditemukan kelainan
radiologic, setalah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat
difuse.
Osteomielitis dapat terdeteksi melalui pemeriksaan x ray, dimana didapatkan
adanya destruksi tulang, reaksi periosteum, pembengkakan jaringan lunak, dan
pembentukan sequester. Pada kasus subakut bisa didapatkan adanya lesi berbatas
tegas, bulat, bersifat radiolusen berupa kavitas dengan diameter berukuran 1 – 2 cm.
Kavitas dapat dikelilingi oleh sklerosis (abses Brodie).
Namun perlu diingat, pada tahap awal infeksi, gambaran x-ray bisa terlihat
normal. Manifestasi tulang pada osteomielitis hematogenis akut didapatkan setelah 10
sampai 21 hari pasca infeksi sehingga diagnosis klinis pada kasus akut tidak boleh
didasarkan pada gambaran x ray. Osteomielitis hematogenik akut adalah diagnostik
klinis tanpa perlu menunggu manifestasi radiologi.
Ultrasonography berguna untuk melihat adanya edema periosteum dan kumpulan
cairan di permukaan tulang. Deteksi cairan di permukaan tulang dengan
ultrasonography pada pasien dengan nyeri tulang akut tanpa trauma mengarah ke
diagnosis osteomyelitis-
MRI merupakan modalitas pencitraan yang sangat baik untuk mendeteksi kondisi
infeksi awal, yaitu adanya edema pada metafisis tulang, pembengkakan jaringan lunak,
dan pembentukan pus. Pada kondisi infeksi awal, didapatkan abnormalitas pada
sumsum tulang berupa gambaran penurunan intensitas pada T1weighted image dan
peningkatan intensitas pada T2 weighted image.
CT scan baik untuk melihat ekstensi dari sequester, destruksi tulang, asal dari
sinus, sehingga berguna dalam persiapan tindakan bedah untuk memprediksi
seberapa banyak tulang sehat yang tersisa dan menentuka perlu tidaknya pemasangan
implant untuk memperkuat tulang post operasi, CT scan kurang baik untuk pemeriksaan
osteomielitis post pemasanangan prostesis dan implan karena gambaran yang kurang
jelas akibat mekanisme scattered. 2
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah radionuklir (bone scan), biasanya
ditujukan terutama untuk osteomielitis yang bersifat multifokal,dengan sensitivitas lebih
dari 98% dan spesifisitas mencapai lebih dari 70%. Pada pemeriksaan bone scan dapat
terlihat adanya peningkatan uptake yang biasanya dapat disimpulkan adanya inflamasi.
Peningkatan uptake ini tidak hanya terjadi pada proses inflamasi, namun dapat terjadi
juga pada lempeng epifisis sebagai lempeng pertumbuhan sehingga sukar untuk
membedakan proses inflamasi dan fisiologis dari epifisis itu sendiri.Pemeriksaan
radiolabeling pada leukosit lebih spesifik terhadap proses infeksi namun jarang
dilakukan. Bika peningkatan uptake terjadi radiolabel leukosit tapi hasil scan 99m bone
marrow scan negatif, dapat disimpulkan terjadi osteomielitis.
G. PENATALAKSANAAN

Prinsip dalam pelaksanaan osteomilitis , yaitu :


1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri
2. Pemberian cairan intravena dan kalau perlu transfuse darah
3. Istirahat lokal dengan pemasangan bidai atau traksi
4. Pemberian antibiotika secepatnya sesuai penyebab
5. Drainase bedah
6. Mengeluarkan pus sedini mungkin
7. Mengeradikasi jaringan nekrosis dan avascular
8. Mengisi ruangan kosong pada tulang yang sudah dbersihkan dari jaringan mati
9. Mempertahankan jaringan lunak dan kulit sekitar.
Tujuan terapi adalah untuk mengontrol dan menghentikan proses infeksi,
manajemen nyeri dan pencegahan komplikasi imobilitas. Tulang yang sakit harus
diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur.
lakukan rendaman salin hangat selama 20 menit bebrapa kali per hari untuk
meningkatkan aliran darah. Perawat harus terus mendorong klien untuk melakukan
ROM, latihan isotonic dan isometrik untuk menjaga kekuatan otot dan fleksibelitas sendi.
Juga perlu diajarkan teknik relaksasi, untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan
kenyamanan klien.
Pemberian antibiotic sesuai dosis, waktu dan order sangat penting untuk
mencapai kada antibiotic dalam darah yang adekuat. Antibotik parenteral harus
diberikan sesuai dosis untuk mencapai kadar antibiotic dalam darah yang adekuat.
Antibotikparenteral harus diberikan sesuai dosis yaitu selama enamminggu (Reevers,
2001). Sebelum pemberian antibiotic, sebaiknya dilakukan kultur daerah dan kultur
abses untuk mengetahui organisme penyebab. Bila infeksi tampak terkontrol, antibiotic
dapat diberikan per oral dan diberikan selama tiga bulan. Untuk meningktakan absorbs
antibiotic oral, jangan diminum bersama makanan.
Squestrektomi, dengan pengangkatan involukrum secukupnya dapat dilakukan.
Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi
proses penyembuhan permanen. Luka ditutup rapat atau dipasang tampon agar dapat
diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dpaat juga
dipasang drainase untuk mengontrol hematoma dan mengangkat debris. Irigasi
larutansalin normal dapat diberikan selama 7-8 hari.
H. KOMPLIKASI

Pada kasus akut, komplikasi yang sering ditemukan berupa suppurative arthritis,
sepsis, Pada anak, dapat terjadi gangguan pertumbuhan tulang bila infeksi mengenai
lempeng epifise dan fraktur patologis. Dapat terjadi abses paravertebral yang menekan
persarafan pada osteomielitis vertebral, dan dapat terjadi loosening implant.
Penanganan yang tepat merupakan kunci dalam pencegahan terjadinya
komplikasi, sedangkan keterlambatan penanganan dari osteomielitis kronis juga
meningkatkan risiko meluasnya kerusakan tulang dan merupakan sumber dari
septikemia berulang yang dapat menyebabkan infeksi ke bagian tubuh lain.–terapi
antibiotik spesifik sedini mungkin merupakan kunci untuk mencegah terjadinya
komplikasi dari osteomielitis
I. PENCEGAHAN

1. Penanganan infeksi lokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen


2. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang
3. Pemeriksaan klien secara teliti, perhatikan lingkungan pembedahan dan teknik
pembedahan
4. Penggunaan antibiotic profilaksis, untuk mencapai kadar jaringan yang memadai
saat pembedahandan selama 24-48 jam setelah operasi
5. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptic

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari beberapa sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
Pengkajian dilakukan terhadap adanya gejala akut, misal nyeri lokal,
pembengkakan, eritema dan deman, adanya pus. Perlu juga dikaji factor resiko, (misal:
lanisa, diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang), cedera, infeksi, atau riwayat
bedah ortopedi sebelumnya. Observasi klien jika terlihat selalu menghindari dari tekanan
di daerah yang sakit, dan tampak lemah akibat reaksi sistemik infeksi. Klien akan
mengalami peningkatan suhu mungkin minimal dan biasanya terjadi pada sore dan
malam hari.
Observasi nyeri, kemerahan, dan pembengkakan pada sendi yang terkena;
meningkat dengan adanya Gerakan menggigil, peningkatan suhu tubuh yang cepat,
diaphoresis, spasme otot disekitar sendi yang sakit, takikardia, sakit kepala, gelisah,
mudah tersinggung, kelemahan.
Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi:
1. Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri
pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa
lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Apakah klien terdapat pembengkakan,adanya nyeri dan demam.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.
d. Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.
e. Kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi : anoreksia, mual, muntah.
2) Pola eliminasi : adakah retensi urin dan konstipasi.
3) Pola aktivitas : pola kebiasaan
f. Pemeriksaan fisik
1) Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.
2) Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid
jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
3) Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada
osteomielitis akut)
4) Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya
cairan purulen.
5) Identisikasi peningkatan suhu tubuh
6) Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila
di palpasi.
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Berdasarkan pengkajian, diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada klien


osteomilitis adalah sebagai berikut:
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilitas, dan
keterbatasan beban berat badan
3. Risiko tinggi penyebaran infeksi: pembentukan abses tulang
4. Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan.
C. RENCANA KEPERAWATAN

Rencana asuhan keperawatan dibawah ini disusun dalam rangkaian diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan dan
kriteria hasil tindakan.

Diagnosa Tujuan/ Kriteria Hasil Rencana Keperawatan Rasional


Nyeri Setelah dilakukan tindakan 1. Imobilisasi daerah cedara dengan 1. untuk mengurangi spasme otot
berhubungan keperawatan diharapkan bidai, dan nyeri
dengan inflamasi Nyeri reda/berkurang dengan 2. Letakkan sendi dibagian atas atau 2. untuk menggerakkan sesuai
dan kriteria hasil : bawah yang sakit sedemikian rupa, dan rentang gerak yang ditoleransi
pembengkakan 1. Melaporkan nyeri dianjurkan klien. 3. agar luka tidak sakit
berkurang 3. Menangani luka dengan perlahan dan 4. mengurangi nyeri
2. Tidak mengalami nyeri hati-hati 5. untuk tidak terjadinya sakit
tekan di area infeksi 4. Tinggikan area yang sakit 6. untuk mengurangi rasa nyeri
3. Merasa nyaman bila 5. Pantau status neurovascular klien 7. mempercepat penyembuhan
bergerak 6. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
7. Berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi pengobatan

Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu aktivitas sehari-hari klien 1. Untuk membantu aktivitas
mobilitas fisik keperawatan diharapkan sesuai kebutuhan 2. Agar pergerakan klien tidak
berhubungan klien memperlihatkan 2. Anjurkan partisipasi klien dalam kaku
dengan nyeri, alat peningkatan mobilitas fisik kehidupan sehari-hari sesuai 3. Untuk mempermudah klien
imobilitas, dan dengan kriteria hasil : toleransi bergerak
keterbatasan 1. Berpartisipasi dalam 3. Ajarkan dan anjurkan penggunaan
beban berat aktivitas perawatan alat imobilisasi dan alat bantu
badan diri. dengan aman
2. Mempertahankan
fungsi penuh
ekstermitas yang
sehat.
3. Memperlihatkan
penggunaan alat
imobilitas dan alat
bantu dengan aman

Risiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tempat pemasangan 1. Untuk mengetahui
penyebaran keperawatan diharapkan infus dan kemungkinan flebitis kemungkinan flebitis atau tidak
infeksi: infeksi tidak terjadi dengan 2. Pantauan respom klien terhadap 2. Untuk mengetahui alergi obat
pembentukan kriteria hasil : terapi antibiotic atau tidak
abses tulang 1. Klien menggunakan 3. Pantau hasil pemeriksaan 3. Untuk mengetahui hasil apakah
antibiotic sesuai laboratorium terdapat masalah
resep 4. Tinggikan area infeksi 4. Untuk meminalisir terjadinya
2. Suhu badan normal 5. Kolaborasi dalam pemberian terapi infeksi dan mengurangi
3. Pembengkakan tidak pengobatan pergerekan pada bagian
ada 6. Siapkan pembedahan, bila terinfeksi
4. Pus tidak ada diperlukan 5. Untuk mempercepat
5. Angka leukosit dan penyembuhan
laju endapan darah 6. Agar infeksi tidak menyebar
kembali normal
6. Biarkan darah
negativea

Kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan penyakit, pengertian, 1. Untuk pasien mengetahui
pengetahuan keperawatan diharapkan penyebab, akibat dan cara tentang penyakit yang
mengenai klien mematuhi program pengobatannya. dialaminya
program pengobatan dengan kriteria 2. Diskusikan bersama keluarga 2. Agar keluraga mengerti betapa
pengobatan hasil : pentingnya pemberian dukungan pentingnya dukungan
1. Menggunakan kepada klien. 3. Agar proses terlaksana dengan
antibiotic sesuai 3. Anjurkan klien untuk mematuhi baik
resep program yang sudah dibuat secara
2. Mematuhi program bersama-sama
yang dibuat bersama
perawat
D. EVALUASI KEPERAWATAN

1. Penggunaan mobilitas dan persendian meningkat


2. Keikut sertaan dalam perawatan diri sendiri meningkat
3. Keikut sertaan dalam perawatan diri sendiri meningkat edema berkurang
4. Melaporkan bahwa tingkat nyeri dapat ditoleransi
5. Menunjukan lebih nyaman dan relaks
6. Waktu istirahat dan aktivitas seimbang
7. Memperlihatkan kemampuan untuk melakukan perawatan luka insisi
8. Mengungkapkan pengertian mengenai proses penyakit, kemungkinan komplikasi, dan
program rehabilitasi
9. Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan
Soal:

1. Tn. A yang berusia 60 tahun, datang ke RS Hikmah, Banten. Dengan keluhan sering keluar
darah disertai nanah pada dagu sebelah kanan dan sudah berlangsung selama 1
tahun.Tidak ada keluhan rasa nyeri pada daerah tersebut. Keadaan umum pasien, antara
lain demam (-), alergi (-), rinitis (-), asma (-), batuk (-), riwayat pembedahan sebelumnya (-),
merokok (+), edentulus rahang atas dan rahang bawah(+). Keadaanumum lainnya dari
pasien baik dengan kesadaran kompos mentis, tekanan darah 140/80 mmHg, Nadi
68x/menit, Pernapasan16x/menit, teratur, dengan suhu afebris. Pada pemeriksaan fisis,
pada daerah ekstraoral terdapat fistula dan pus yang keluar pada daerah dagu kanan.
Sedangkan pada pemeriksaan intraoral tampak adanya edentulus pada daerah mandibula
dan sisa akar gigi 43. Serta terdapat pus jika dilakukan penekanan.
Pemeriksaan radiologi sebagai berikut:

Berdasarkan pemeriksaan klinis dan radilogis diatas tindakan apa yang sangat perlu
dilaksanakan?
a. Pemberian antibiotika secepatnya sesuai penyebab
b. Squestrektomi
c. Mengeluarkan pus sedini mungkin
d. Istirahat lokal dengan pemasangan bidai atau traksi
e. Mempertahankan jaringan lunak dan kulit sekitar.
f. Pembahasan: (b. Squestrektomi)
Penyebab umum dari osteomielitis dental adalah adanya gangrene radiks .Tidak
tuntasnya pencabutan gigi sehingga masih ada sisa akar yang tertinggal di dalam
tulang rahang, selanjutnya akan memproduksi toksin yang akan merusak tulang di
sekitarnya sampai gigi dan tulang nekrotik di sekitar hilang. Buktilain
menyebutkan bahwa osteomielitis dengan gejala adanya inflamasi akibat
penggunaan antibiotic untuk kemoterapi secara intens mengalami peningkatan.
Oleh karena itu tindakan pembedahan Squestrektomi sangat diperlukan, agar
keadaan tidak memburuk

2. An.Y perempuan 5 tahun datang dengan keluhan benjolan pada sendi kaki kanan yang
disertai dengan nyeri, demam, dan kaki tidak dapat digerakkan. Keluhan muncul sejak
sembilan bulan yang lalu dan didiagnosa (TB) paru dan mendapat pengobatan tuberculosis
di RS Sardjito. Enam bulan Setelah menyelesaikan pengobatan tuberkulosis keluhan
bengkak dan nyeri hebat pada sendi masih menetap sehingga anak datang kembali ke RS
Sardjito. Dari pemeriksaan klinis, dijumpai anak dengan status gizi kurang, pembengkakan
pada sendi kaki kanan yang secara palpasi disertai panas, kemerahan, nyeri, dan
keterbatasan gerak. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan anemia hipokrom mikrositer
dan leukositosis dari Gambaran apusan darah tepi menunjukkan anemia hipokrom
mikrositer dengan gambaran infeksi. Gambaran radiologis didapatkan pelebaran sendi dan
penebalan jaringan lunak yang menunjukkan proses infeksi kronis, mengarah kepada
osteomielitis TB.

Berdasarkan kasus diatas, manakah yang merupakan diagnose keperawatan pada An.Y?

a. Risiko cedera berhubungan dengan rapuhnya tulang, kekuatan tulang yang berkurang
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilitas, dan keterbatasan
beban berat badan
c. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
d. Risiko tinggi penyebaran infeksi: pembentukan abses tulang
e. Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan.

Pembahasan : (c. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan)

Berdasarkan kasus diatas dapat kita simpulkan bahwa diagnose yang prioritas adalah
gangguan rasa aman dan nyeri (Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan
pembengkakan) dikarenakan pasien sudah mengalami pembengkakan dan kemerahan
disertai dengan rasa nyeri yang hebat.
3. Dari kasus pada soal no.02 tindakan medis apa yang diperlukan?
a. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri
b. Pemberian cairan intravena dan kalau perlu transfuse darah
c. Istirahat lokal dengan pemasangan bidai atau traksi
d. Pemberian antibiotika secepatnya sesuai penyebab
e. Drainase bedah

Pembahasan : (e. Drainase bedah)

Karena pada kasus tersebut sudah terjadi perlebaran sendi serta penyebaran
jaringan lunak yang menunjukan infeksi kronis, yang apabila dibiarkan akan semakin
sulit untuk disembuhkan maka perlu tindakan pembedahan pada daerah yang
mengalami infeksi tersebut.

4. Seorang wanita, berinisial Ny. A, berusia 26 tahun tanpa kelainan sistemik datang ke
poliklinik bedah mulut, dengan keluhan sakit gigi pada rahang bawah sebelah kanan
disertai adanya bisul sejak 6 bulan yang lalu. Berdasarkan anamnesis diketahui, awalnya
pasien mengeluh sakit gigi pada rahang bawah kanan dan terdapat pembengkakan gusi.
Pasien kemudian berobat ke dokter dan diberi obat lalu sakitnya hilang, namun terasa sakit
kembali setelah pengobatan berhenti. Karena keluhannya tidak kunjung membaik maka
pasien pergi berobat ke poli bedah mulut.
Berdasarkan kasus diatas manakah jawaban yang paling tepat dibawah ini?
a. sakit gigi d. Nyeri
b. kurang perawatan mulut e. Gusi bengkak
c. osteomielitis rahang

Pembahasan : ( c. Osteomielitis rahang)


karena pasien mengeluh sakit gigi pada rahang bawah kanan, dan terdapat
pembengkakan gusi. Karena pengertian dari osteomielitis adalah keadaan infeksi
yang terjadi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat terjadi pada tulang rahang
akibat infeksi kronis.

5. Ny. M berusia 30 tahun datang ke rumah sakit, dengan keluhan nyeri pada lukas bekas
operasi, dan keluhan tambahan keluar cairan dari luka bekas operasi. Pasien mengatakan 7
bulan yang lalu, pasien terjatuh dari motor, kaki kanan bengkak dan sulit digerakkan. Pasien
mengalami patah tulang kering kanan. Patahan tulang menonjol ke permukaan. Pasien
dibawa ke RS dan dilakukan operasi pemasangan pen pada tulang kering kanan.
Pada kasus diatas, diagnosa yang tepat adalah
a. osteomielitis d. Fraktur tulang
b. pembengkakan kaki e. leukosit
c. tumor colli

Pembahasan : ( a. Osteomielitis)
karena berdasarkan kasus diatas, luka bekas operasi pasien pada patah tulang kering
kaki kanan mengalami pembengkakan dan keluarnya cairan pada luka bekas operasi.

6. Seorang perempuan berinisial Ny.H berusia 20 tahun diduga menderita infeksi bakteri
patogenik dengan keluhan rubor, dolor, pyrexia dan sinus pada tungkai bawah. 2,5 tahun
yang lalu ada riwayat kecelakaan dengan fraktur terbuka pada tungkai bawah. Pada plain
foto didapatkan penebalan periosteum, bone resorption, sclerosis sekitar tulang,
involucrum. Ny. H didapatkan deformitas, scar tissue, sinus dengan discharge, seropurulent
dan ekskoriasi sekitar sinus. Ny.H mengeluh nyeri pada tungkai bawah yang mengalami
fraktur, skala nyeri 7, terasa senut – senut, panas, wajah menahan sakit, akral hangat, bibir
kering. Pemeriksaan TTV : TD = 130/90 mmHg ; S = 39 oC ; N = 100 x/menit ; RR = 22 x
/menit.
Dari kasus tersebut apa diagnosa yang paling mungkin diatas ?
a. anemia hipokrom mikrositer d. artritis septik
b. osteomielitis e. appendicitis acute
c. leukositosis

Pembahasan : (b. osteomyelitis)


Karena dari kasus diatas tersebut dengan diagnosa osteomilitis sesuai dengan
keluhan yang diderita Ny.H

7. Tn. Y berusia 25 tahun, terjadi kecelakaan lalu lintas, memakai sepeda motor. pasien
tersebut dibawa ke dukun tulang. 1 minggu kemudian pasien dibawa ke Rumah Sakit
Harapan Kita dibawa ke ruangan UGD dan ternyata mengalami patah tulang pada anterior
fibula terbuka 1/3 atas tibia grade 3A. Tindakan yang harus dilakukan adalah?
a. Pemberian antibiotic dan anti tetanus serum
b. Dilakukan pemeriksaan kultur dan resistensi test kuman di lukanya
c. Dilakukan debridement, fiksasi eksternal, antibiotik yang sesuai
d. Amputasi kaki yang terjadi patah tulang
e. Dilakukan imobilisasi dengan plaster cast

Pembahasan : (c.dilakukan debridement)


Fiksasi eksternal, antibiotik yang sesuai. Karena dilakukan debridement itu tersebut
ialah pengangkatan jaringan yang rusak dan mati sehingga luka menjadi bersih.
Sedangkan, fiksasi eksternal dapat digunakan apabila material Pin ataupun Plaster of
Paris tidak tersedia. Untuk pemberian antibiotic segera diberikan tanpa harus
menunggu hasil kultur

Soal kasus no 8-10


Seorang laki-laki berusia 30 tahun dilaporkan ke poli gigi di rumah sakit swasta di gianyar,
dengan keluhan rasa sakit yang lama, pembengkakan serta terdapat strain pada regio
submandibular dan submaseter selama 2 bulan setelah pencabutan gigi 46nya meluas ke
mandibula dari regio posterior dagu dan secara inferior ke batas bawah serta diperparah pada
saat makan. TTV : TD: 128/94 mmHg, N : 90 x/menit , S : 36C , RR : 22x/menit. Pasien terlihat
pucat dan lemah, yang juga diakibatkan oleh nutrisi yang buruk. Setelah itu dokter telah
mendiagnosa chronic suppurative osteomyelitis.

8. Pemeriksaan penunjang apakah yang perlu untuk kasus diatas


a. Radiografis
b. USG
c. EKG
d. MRI
e. CT-Scan
Pembahasaan: (a. Radografis)

 Pemeriksaan Radiografis dibutuhkan untuk indikasi indikasi gigi tertentu.


 USG adalah teknik menampilkan gambaran atau citra dari kondisi bagian dalam
tubuh.
 EKG biasa nya di butuhkan untuk mengetahui aktivitas listrik jantung.
 MRI untuk mengetahui lebih jelas ada nya tumor di tubuh

9. Jika di lakukan pembedahan, tulang apakah yang dikeluarkan?


a. Tulang sequestrum
b. Tulang mandibular
c. Tulang vomer
d. Tulang dental

Pembahasan: (a. Tulang sequestrum )

 Tulang sequestrum adalah tulang yang sudah mati dan terlihat secara makroskopi
 Tulang mandibular adalah tulang rahang bawah
 Tulang vomer adalah tulang lidah
 Tulang dental adalah tulang gigi
10. Diagnose keperawatan apakah yang cocok untuk kasus diatas?
a. Nyeri akut
b. Nyeri kronis
c. Gangguan rasa nyaman
d. Gangguan pola tidur
Pembahasan: (b. Nyeri kronis)
Diketahui bahwa tertera di kasus pasien mengalami nyeri yang cukup lama, dan yang
cocok untuk diagnose keperawatan adalah nyeri kronis
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Osteomielitis adalah peradangan pada tulang oleh infeksi mikroorganisme berupa


bakteri, mycobacterium, maupun jamur. Terbentuknya sequester, dan kemampuan
mikroorganisme untuk membentuk biofilm dan hidup secara intraselular memberi tantangan
dalam eradikasi infeksi. Deteksi dini dan pemberian antibiotika adekuat pada osteomielitis
hematogenik akut dapat memberi kesembuhan komplit tanpa tindakan pembedahan.
Tindakan pemberian antibiotika dini di emergensi, pembersihan dan irigasi luka
adekuat, dan stabilisasi tulang dapat menurunkan kejadian osteomielitis pasca trauma. Pada
osteomielitis kronis, sequester harus dieliminasi dengan tindakan bedah agresif. Defek tulang
yang terjadi dapat dilakukan implantasi dengan spacer antibiotic atau diisi dengan osteo
myocutaneous flap. Osteomelitis akibat pemasangan prostesis atau implan membutuhkan
pelepasan implan, pembersihan jaringan infeksi, temporary spacer, dan pemasangan implant
kembali pada operasi berikutnya.
Proses infeksi yang terus berlanjut dapat menyebabkan kerusakan tulang yang
semakin luas mengakibatkan morbiditas dan sepsis yang dapat berujung pada kematian.
Pada fase lanjut ini, tatalaksana membutuhkan biaya tinggi, dan defek tulang luas, cacat
permanen bahkan dapat berakhir pada amputasi. Oleh karenanya, deteksi dini, identifikasi
mikroorganisme penyebab, eradikasi jaringan tulang nekrotik, dan pemberian antibiotika
jangka panjang merupakan tatalaksana prinsip untuk keberhasilan pengobatan
DAFTAR PUSTAKA

Lukman, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:
Salemba Medika

Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal.t

file:///C:/Users/Windows10/Pictures/Diktat%20Osteomielitis.pdf

file:///F:/346-670-1-SM.pdf

file:///F:/885-2046-1-SM.pdf

file:///F:/BAB_I.pdf

https://id.scribd.com/doc/284911234/Makalah-Muskuloskeletal-Sistem-Pengkajian

Anda mungkin juga menyukai