Anda di halaman 1dari 13

MANAGEMENT PATIENT SAFETY

“KASUS KELALAIAN YANG TERJADI DI RUMAH SAKIT”

Nama Anggota Kelompok IV:


Dewi Yansyah PO.62.20.1.18.048
Fitri Handayani PO.62.20.1.18.052
Helda Firdayanti PO.62.20.1.18.0
Muhammad Faesal P. PO.62.20.1.18.0
Qunita Putri PO.62.20.1.18.069
Satriana PO.62.20.1.18.072
Tiara Eprili Bintang PO.62.20.1.18.076

DIII KEPERAWATAN
POLTITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALANGKARAYA
REGULER XXI B
2019
KATA PENGANTAR
Asslamualaikum Wr. Wb
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ini
dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Patient
Safety. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua.
Penulis membuat makalah ini dari kumpulan buku, dan internet sebagai pedoman membuat
makalah.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dosen Ns. Wijaya S.Kep. yang telah memberikan
tugas makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih perlu ditingkatkan lagi mutunya.
Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang membangun sangat diharapkan.

Palangka Raya, Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan langsung baik individu, keluarga dan masyarakat. Sebagai salah satu
tenaga profesi professional, keperawatan menjalankan dan melaksanakan kegiatan praktek
keperawatan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat
ditanggung jawabkan. Dimana ciri sebagai profesi adalah mempunyai body of knowledge
yang dapat diuji kebenarannya serta ilmunya dapat di implementasikan kepada masyarakat
langsung.
Dalam melakukan praktek keperawatan, perawat secara langsung behubungan dan
berinteraksi kepada penerima jasa layanan dan pada saat interaksi inilah sering terjadi
beberapa hal yang tidak di inginkan baik disengaja maupun tidak disengaja, kondisi
demikianlah yang menimbulkan konflik baik pada diri pelaku dan penerima praktek
keprawatan. Oleh karena itu keperawatan harus memiliki standar profesi aturan lainnya
yang di dsarai oleh ilmu pengetahuan yang dimilikinya, guna memberi perlindungan
kepada masyarakat. Dengan adanya standar praktek profesi keperawatan nilah dapat dilihat
apakah seorang perawat melakukan malpraktek, kelalaian atau bentuk pelanggaran praktek
keperawatan lainnya. Dalam makalah ini kelompok kami akan membahas mengenai
kelalaian dalam menjalani praktek keperawatan.
Kelalaian (Negligence) adalah salah satu bentuk pelanggaran praktek keperawatan
dimana perawat melakukan kegiatan prakteknya yang seharusnya mereka lakukan pada
tingkatannya lalai atau tidak mereka lakukan. Kelalaian ini berbeda dengan malpraktek.
malpraktek merupakan pelanggaran dari perawat yang melakukan kegiatan yang tidak
seharusnya mereka lakukan pada tingkatanya tetapi mereka lakukan. Kelalaian dapat
disebut sebagai bentuk pelanggaran etik ataupun bentuk pelanggaran hokum, tergantung
bagaimana masalah kelalaian itu dapat timbul, maka yang penting adalah bagaimana
menyelesaikan masalah kelalaian ini dengan memperhatikan dari berbagai sudut pandang,
baik etik, hukum, manusianya baik yang memberikan layanan maupun penerima layanan.
Peningkatan kualitas praktek keperawatan, adanya standar praktek keperawatan dan juga
meningkatkan kualitas sumber daya manusia keperawatan adalah hal penting.
Dengan berbagai latar belakang diatas maka kelompok membahas beberapa hal
yang berkaitan dengan kelalaian, jenis jenis kelalaian serta contoh kasus kelalaian,
disamping itu juga kelompok membahas bagaimana dampak dan bagaimana mencegah
serta melindung klien dari kelalaian praktek keperawatan.

B. Tujuan Penulisan
Makalah ini secara umum adalah mahasiswa dapat memahami kelalaian. Dalam
bidang keperawatan dilihat dari dimensi etik dan dimensi hokum. Dan secara khusus
mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian, kriteria dan unsur-unsur terjadinya
kelalaian, disamping itu juga dapat menjelaskan dampak yang terjadi dengan adanya
kelalaian serta bagaimana mencegah terjadinya kelalaian dalam praktek keperawatan.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Kelalaian
Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk dalam arti
malpraktek, artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur kelalaian. Kelalaian
adalah segala tindakan yang dilakukan dan dapat melanggar standar sehingga
mengakibatkan cidera/kerugian orang lain (Sampurno,2005).
Negiligence , dapat berupa Omission (kelalaian untuk melakukan sesuatu yang
seharusnya dilakukan) atau Comission (melakukan sesuatu secara tidak hati-hati). (Tonia,
1994).
Kelalaian (Negligence) adalah salah satu bentuk pelanggaran praktek keperawatan
dimana perawat melakukan kegiatan prakteknya yang seharusnya mereka lakukan pada
tingkatannya lalai atau tidak mereka lakukan. Kelalaian ini berbeda dengan malpraktek.
malpraktek merupakan pelanggaran dari perawat yang melakukan kegiatan yang tidak
seharusnya mereka lakukan pada tingkatanya tetapi mereka lakukan. Kelalaian ini berbeda
dengan malpraktek, malpraktek merupakan pelanggaran dari perawat yang melakukan
kegiatan yang tidak seharusnya mereka lakukan pada tingkatannya tetapi mereka lakukan.
Kelalaian dapat disebut sebagai bentuk pelanggaran etik ataupun bentuk
pelanggaran hukum, tergantung bagaimana maslaah kelalaian itu dapat timbul, maka yang
penting adalah bagaimana menyelesaikan masalah kelalaian ini dengan memperhatikan
dari berbagai sudut pandang, baik etik, hokum, manusianya baik yang memberikan layanan
maupun penerima layanan. Peningkatan kualitas praktek keperawatan, adanya standar
praktek keperawatan dan juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia keperawatan
adalah hal penting.
Dapat disimpulkan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu yang harusnya
ddilakukan pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau melakukan tindakan
dibawah standar yang telah ditentukan. Kelalaian praktek keprawatan adalah seorang
perawat tidak mempergunakan tingkat keteampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan
yang lazim dipergunakan ddalam merawat pasien atau orang yang terluka menurut ukuran
dilingkungan yang sama.
B. Jenis-jenis Kelalaian
Bentuk-bentuk dari kelalaian menurut sampurno (2005) sebagai berikut:
1. Malfeasance: yaitu melakukan tindakan yang melanggar hokum atau tidak tepat/ layak,
misalnnya: melakukan tindakan keperawatan tanpa indikasi yang tepat atau memadai.
2. Misfeasance : yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat tetapi dilakuka
dengan tidak tepat. Misalnya: melakuan tindakan keperawatan dengan menyalahi
prosedur.
3. Nonfeasance: adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang merupakan
kewajibanya, misal; pasien seharusnya dipasang pengaman tempat tidur tapi tidak
dilakukan.

2
Sampurno (2005), menyampaikan bahwa suatu perbuatan/sikap tenaga krja kesehatan
dianggap lalai, bila memenuhi empat unsurnya itu:
1. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan utuk melakukan tindakan atau untuk tidak
melakukan tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan kondisi tertentu.
2. Derelicotion of the duty atau penyimpangan kewajiban.
3. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai
kerugian akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan.
4. Direct cause atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam hal ini harus terdapat
hubungan sebab akibat antara penyimpangan kewajiban dengan kerugian yang
setidaknya menurunkan “ proximate cause”.
Beberapa situasi yang berpotesial menimbulkan tindakan kelalaian dalam keperawatan
diantarnya, yaittu :
1. Kesalahan pemberian obat : bentuk kelalaian yang sering terjadi. Hal ini dikarenakan
begitu banyaknya jumlah obat yang beredar metode pemberian yang bervariasi.
Kelalaian yang sering terjadi, diantarnya kegagalan membaca label obat, kesalahan
menghitung dosis obat, obat diberikan kepada pasien yang tidak tepat. Kesalahan
mempersiapkan konsentrasi atau kesalahan rute pemberian. Beberapa kesalahan
tersebut akan menimbulkan akibat yang fatal bahkan menimbulkan kematian.
2. Mengabaikan keluhan pasien termasuk perawat dalam melalaikan dalam melakukan
observasi dan memberi tinakan secara tepat. Padahal dapat saja keluhn pasien menjadi
data yang dapat dipergunakan dalam menentukan masalah pasien dengan tepat.
( Kozier, 1991 )
3. Kesalahan mengidentifikasi masalah klien : keungkinan terjadi pada situasi RS yang
cukup sibuk, sehingga kondisi pasien tidak dapat secara rinci diperhatikan. ( Kozier,
1991 )
4. Kelalaian di ruang operasi : sering ditemukan kasus adanya benda atau alat kesehatan
yang tertinggal ditubuh pasien saat operasi. Kelalaian ini juga kelalaian perawat,
dimana peran perawat dikamar operasi harusnya mampu mengobservasi jalannya
operasi, kerjasama yang baik dan terkontrol dapat menghindarkan kelalaian ini.
5. Timbulnya kasus Decubittus selama dalam perawatan : Kondisi ini muncul karena
kelalaian perawat, kondisi ini sering muncul karena asuhan keperawatan yang
dijalankan oleh perawat tidak dijalankan dengan baik dan juga pengetahuan perawat
terhadap asuhan keperawatan tidak optimal
6. Kelalaian terhadap keamanan dan keselamatan pasien : contoh yang sering ditemukan
adalah kejadian pasien jatuh yang sesungguhnya dapat dicegah jika perawat
memperhatikan keamanan tempat tidur pasien. Beberapa rumah sakit memiliki aturan
tertentu mengenai penggunaan alat – alat untuk mecegah hal ini.

3
KASUS :
Sejak 4 jam sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS) istri pasien mengatakan nahwa suaminya tidak
sadar dan tidak merespon terhadap panggilan. Sebelum mengalami penurunan kesadaran pasien
mengalami muntah darah sebanyak 2 kali berturut-turut dengan jumlah ½ aqua botol (± 300cc),
muntah berisi darah segar, bergumpal seperti jelly, bercampur makanan dan tidak berbuih. Muntah
di dahului rasa mual dan rasa perih pada ulu hati. 1 hari SMRS pasien mengalami BAB berwarna
hitam, BAB sebanyak 2 kali dalam sehari dengan konsistensi lembek dan berwarna seperti aspal,
jumlah ± gelas bombing. Darah segar pada BAB (-). 2 hari SMRS pasien mengeluhkan sesak nafas,
sesak terus menerus dan disertai batuk. Sesak tidak disertai nyeri dada dan sesak tidak dipengaruhi
aktivitas, posisi tubuh dan cuaca. Batuk (-). Demam (-). BAK (+) sebanyak 2 kali sebelum
penurunan kesadaran.

 Tn. A laki-laki usia 53 tahun, datang ke RSUD AA dengan keluhan lemas yang semakin
memberat 3 jam Sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS). Sejak 1 hari SMRS pasien mengeluh
lemah setelah minum obat yang diresepkan oleh dokter ketika pasien dirawat di Rumah Sakit.
Lemas disertai berkeringat banyak dan sesak nafas yang tidak berkurang dengan istirahat.
Selain itu timbul bercak kemerahan secara mendadak pada seluruh tubuh. Bercak tidak gatal,
tidak nyeri, permukaan datar dan kering. Demam (+) terus menerus. Mual (+).
PF : IMT 32,17 (obesitas II), TD : 80/60 mmHg. RR: 28x/menit. Suhu : 38,5 ºC, redup pada
basal paru kanan, ronki basah kasar pada basal paru kanan, asites (+), shiffing dullness(+),
undulasi (+), Ballolement (-/+), CVA (-/+), PP: Leukosit : 16.700/mm³, ureum 79 mg/dL,
keratin: 4,99 mg/dL.
Daftar masalah:
1. Syok Hipovelemik
2. Dispepsia
3. Chronic kidney disease
4. Fatty Liver
Diagnosa Kerja
- Syok Hipovelemik
Rencana Penatalaksanaan
Non- farmakologi:
1. Tirah baring
2. Diet makanan lunak rendah lemak
Farmakologi
- IVFD Ringer Laktat 20 tpm
- Nasal kanul O₂ 3 L
- Inj Ranitidin 1x 30 mg
- Paracetamol 3 x 500 mg
4
- Domperidon 3 x 10 mg
- Spironolakton
Pada saat klien mengalami syok hipovolemik berdasarkan perintah dokter atau berdasarkan resep
dokter tersebut perawat A melakukan tindakan pemberian obat seperti yang diresepkan diatas.
Ketika meng aplus obat yang seharusnya ranitidine perawat A tidak berhati hati dan tidak
memperhatikan dengan baik nama. Karena tidak berhati-hati dalam mengaplus obat tersebut dan
tidak memperhatikan 6 benar dalam pemberian obat. Perawat terebut memberikan obat tersebut
kepada pasien setelah memberikannya perawat tersebut baru menyadarai bahwa obat yang
diberikan tidak sesuai dengan resep yang diberikan dokter hanya saja bentuk sediannya yang sama.
Setelah 10 menit pemberian pasien mengalami kejang-kejang. Setelah kejadian tersebut dokter
segera melakukan tindakan.
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien di duga mengalami
syok hipovolemik. Hal ini di dasarkan atas keluhan lemas dan sesak nafas yang semakin memberat,
disertai keringat
ANALISA KASUS
Pada kasus diatas menunjukkan bahwa kelalaian perawat dalam hal ini tidak berhati-hati
dan tidak melaksanakan prosedur dengan benar. Bila melihat dari hubungan pearawat – pasien dan
juga tenaga kesehatan lain tergambar pada bentuk pelayanan praktek keperawtan , baik dari kode
etik dan standar praktek atau ilmu keperawatan . padda praktek keperawatan, perawat dituntut
untuk dapat bertanggung jawab baik etik, disiplin dan hukum. Dan prinsipnya dalam melakukan
praktek keperawatan , perawat harus memperhatikan beberapa hal yaitu : melakukan praktek
keperawatan dengan ketelitian dan kecermatan, sesuai standar praktek keperawatan , melakukan
kegiatan sesuai kompetensinyya, dan mempunyai upaya peningkatan kesejahteraan serta
kesembuhan pasien seebagai tujuan praktek
Kelalaian implikasinya dapat dilihat dari segi etik dan hukum , bila penyelesaiannya dari
segi etik maka penyelesaiannya diserahkan dan ditangani oleh profesinya sendiri dalam hal ini
dewan kode etik profesi yang ada diorganisasi profesi, dan bila penyelesaian dari segi hukum maka
harus dilihat apakah hal ini sebagi bentuk pelanggaran pidana atau perdata atau keduanya dan ini
membutuhkan pakar dalam bidang hukum atau pihak yang berkompeten dibidang hukum.
Bila dilihat dari bebeerapa teori diatas , maka kasus Tn. A merupakan kelainan dengan alasan,
sebagai berikut:
1. Kasus kelainan Tn.A terjadi karena perawat tidak melakukan tindakan keperawatan yang
merupakan kewajiban perawat terhadap pasien, dalam hal ini perawat tidak melakukan
tindakan keperawatan sesuai standar profesi keperawatan, dan bentuk kelalaian perawat ini
termasuk dalam bentuk nonfeasance.
Terhadap beberapa hal yang memungkinkan perawat tidak melakukan tindakan
keperawatan degan benar, diantaranya sebagai berikut:
a. Perawat tidak kompeten (tidak sesuai dengan kompetensinya)
b. Perawat tidak mengetahui SAK dan SOP
c. Perawat tidak memahami standar praktek keprawatan
d. Rencana keperawatan yang dibuat tidak lengkap

5
e. Supervise dari ketua tim, kepala ruangan atau perawat primer tidak dijalankan dengan
baik.
f. Tidak mempunyai tool evaluasi yang benar dalam supervise keperawatan
g. Kurangnya komunikasi perawat kepada pasien dan keluarga tentang segala sesuatu
yang berkaitan dengan perawatan pasien. Karena kerjasama pasien dan keluarga
merupakan hal yang penting.
h. Kurang atau ttidak melibatkan keluarga dalam merencanakan asuhan keperawatan.

2. Dampak – dampak kelalaian secara umum dapat dilihat baik sebagai pelanggaran etik dan
pelanggaran hukum, yang jelas mempunyai dampak bagi pelaku, penerima dan organisasi
profesi dan administrasi.
a. Terhadap pasien
1) Terjadinya kecelakaan atau injury dan dapat menimbulkan masalah keperawatan
baru.
2) Biaya rumah sakit bertambah akibat bertambahnya hari rawat
3) Kemungkinan terjadi komplikasi/munculnya masalah kesehatan/ keperawatan
lainnya
4) Terdapat pelanggaran hak dari pasien yaitu mendapatkan perawatan perawatan
sesuai dengan standar yang benar.
5) Pasien dalam hal ini keluarga pasien dapat menuntut pihak Rumah Sakit atau
perawat secara perorangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu KUHP.
b. Perawat sebagai individu/ pribadi
1) Perawat tidak dipercaya oleh pasien, keluarga dan juga pihak profesi sendiri, karena
telah melanggar prinsip-prinsip moral/etik keperawatan, anatara lain:
a) Beneficience, yaitu tidak melakukan hal yang sebaiknya dan merugikan pasien.
b) Veracity, yaitu tidak mengatakan kepada pasien tentang tindakan-tindakan
yang harus dilakukan oleh pasien dan keluarga untuk dapat mencegah pasien
jatuh dari tempat tidur.
c) Avoiding killing, yaitu perawat tidak menghargai kehidupan manusia, jatuhnya
pasien akan menambah penderitaan pasien dan keluarga.
d) Fidelity, yaitu perawat tidak setia pada komitmennya karena perawat tidak
mempunyai rasa “caring” terhadap pasien dan keluarga, yang seharusnya sifat
caring ini selalu menjadi dasar dari pemberian bantuan kepada pasien.
2) Perawatakan menghadapi tuntutan hokum dari keluarga pasien dan ganti rugi atas
kelalaiannya. Sesuai KUHP.
3) Terdapat unsur kelalaian dari perawat, maka perawat akan mendapat peringatan
baik dari atasannya (Kepala Ruangan-Direktur RS) dan juga organisasi profesinya.
c. Bagi Rumah Sakit
1) Kurangnya kepercayaan masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan RS.
2) Menurunnya kualitas keperawatan, dan kemungkinan melanggar visi misi Rumah
Sakit.
3) Kemungkinan RS dapat dituntut baik secara hokum pidana dan perdata karena
melakukan kelalaian terhadap pasien.

6
4) Standarisasi pelayanan Rumah Sakit akan dipertanyakan baik secara administrasi
dan procedural.
d. Bagi profesi
1) Kepercayaan masyarakat terhadap profesi keperawatan berkurang, karena
menganggap organisasi profesi tidak dapat menjamin kepada masyarakat bahwa
perawat yang melakukan asuhan keperawatan adalah perawat yang sudah
kompeten dan memenuhi standar keperawatan.
2) Masyrakat atau keluarga pasien akan mempertanyakan mutu dan standarisasi
perawat yang telh dihasilkan oleh pendidikan keperawatan.

C. Upaya Pencegahan dari Kelalaian


Hal yang perlu dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan bagi penerima
layanan asuhan keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Bagi profesi atau organisasi profesi keperawatan.
- Bagi perawat secara individu harus melakukan tindakan keperawatan/ praktek
keperawatan dengan kecermatan dan ketelitian tidak ceroboh.
- Perlunya standarisasi praktek keperawaatan yang dibuat oleh organisasi profesi
dengan jelas dan tegas.
- Perlunya suatu badan atau kondisi keperawatan yang menyeleksi perawat yang
belum bekerja pada pelayanan keperawatan dan melakukan praktek keperawatan.
- Membelakukan segala ketentuan/perundangan yang ada kepada perawat/praktisi
keperawatan sebelum memberikan praktek keperawatan sehingga dapat
dipertanggung jawabkan baik secara administrasi dan hokum. Misal: SIP
dikeluarkan dengan sudah melewati proses-proses tertentu.
b. Bagi Rumah Sakit dan Ruangan
- Hendaknya Rumah Sakitmelakukan uji kompetensi sesuai standarisasi yang telah
ditetapkan oleh profesi keperawatan
- Rumah Sakit dalam hal ini ruangan rawat melakukan uji kompetensi pada
bidangnya secara bertahap dan keseinambungan.
- Rumah Sakit/Ruang rawat dapat melakukan system regulasi keperawatan yang jelas
dan sesuai dengan standar, berupa registrasi, sertifikasi, lisensi bagi perawatnya.
- Perlunya pelatihan atau seminar secara periodic bagi semua perawat berkaita
dengan etik dan hukum dalam keperawatan.
- Ruangan rawat harus membuat SAK atau SOP yang jelas dan sesuai dengan standar
praktek keperawatan.
- Bidang keperawatan/ruangan dapat memberikan pembinaan kepada perawat yang
melakukan kelalaian.
- Ruangan dan RS bekerjasama dengan organisasi profesi dalam pembinaan dan
persiapan pembelaan hukum bila ada tuntutan dari keluarga.

Penyelesaian Kasus Tn.A dan kelalaia perawat diatas, harus memperhatikan


berbagai hal baik dari segi pasien dan keluarga, perawat secara perorangan, Rumah Sakit
sebagai institusi dan juga bagaimana pandangan dari organisasi profesi. Pasien dan

7
keluarga perlu dikaji dan dilakuka testimoi atas kejadian tersebut, bila dilihat dari kasus
Tn.A dan keluarga telah diberikan penjelasan oleh perawat sebelum, bila membutuhkan
sesuatu dapat memanggil perawat dengan menggunakan alat bantu yang ada. Ini
menunjukkan juga bentuk kelalaian atau ketidakdisplinan dari pasien dan keluarga atas
jatuhnya Tn.A.

Segi perawat secara perorangan, harus dilihat dahulu apakah perawat tersebut
kompeten dan sudah memiliki Surat ijin perawat, atau lainnya sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku, apa perawat tersebut memang kompeten dan telah
sesuai melakukan praktek asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke, seperti Tn.A
tapi bagaimanapun perawat dapat mempertanggung jawabkan semua bentuk kelalaian
sesuai aturan perundangan yang berlaku.

Bagi pihak Rumah Sakit, harus juga memberikan penjelasan apakah perawat yang
dipekerjakan di Rumah Sakit tersebut telah memenuhi syarat-syarat yang diperbolehkan
oleh profesi untuk mempekerjakan perawat tersebut. Apakah RS atau ruangan tempat
Tn.A dirawat mempunyai standar (SOP) yang jelas. Dan harus diperjelas bagaimana
hubungan perawat sebagai pemberi praktek asuhan keperawatan di dan kedudukan RS
terhadap perawat tersebut.

Bagi organisasi profesi juga harus diperhatikan beberapa hal yang memungkingkan
perawat melakukan kelalaian, organisasi apakah sudah mempunyai standar profesi yang
jelas dan telah diberlakukan bagi anggotanya, dan apakah profesi telah mempunyai aturan
hokum yang mengikat anggotanya sehingga dapat mempertanggung jawabkan tindakan
praktek keperawatannya dihadapan hokum, moral dan Etika keperawatan.

Keputusan atau tidaknya kelalaian/ malpraktek bukanlah penilaian atas akhir


pelayanan praktek keperawatan pada pasien, melaikan penilaian atas sikap dan tindakan
yang dilakukan atau yang tidak dilakukan oleh tenaga medis dibandingkan dengan standar
yang berlaku.

8
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kelalaian (Negligence) adalah salah satu bentuk pelanggaran praktek keperawatan
dimana perawat melakukan kegiatan prakteknya yang seharusnya mereka lakukan pada
tingkatannya lalai atau tidak mereka lakukan. Kelalaian ini berbeda dengan malpraktek.
malpraktek merupakan pelanggaran dari perawat yang melakukan kegiatan yang tidak
seharusnya mereka lakukan pada tingkatanya tetapi mereka lakukan. Kelalaian ini berbeda
dengan malpraktek, malpraktek merupakan pelanggaran dari perawat yang melakukan
kegiatan yang tidak seharusnya mereka lakukan pada tingkatannya tetapi mereka lakukan.
Dapat disimpulkan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu yang harusnya ddilakukan
pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau melakukan tindakan dibawah
standar yang telah ditentukan. Kelalaian praktek keprawatan adalah seorang perawat tidak
mempergunakan tingkat keteampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan yang lazim
dipergunakan ddalam merawat pasien atau orang yang terluka menurut ukuran
dilingkungan yang sama.
Bentuk-bentuk dari kelalaian menurut sampurno (2005) sebagai berikut:
4. Malfeasance: yaitu melakukan tindakan yang melanggar hokum atau tidak tepat/ layak,
misalnnya: melakukan tindakan keperawatan tanpa indikasi yang tepat atau memadai.
5. Misfeasance : yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat tetapi dilakuka
dengan tidak tepat. Misalnya: melakuan tindakan keperawatan dengan menyalahi
prosedur.
6. Nonfeasance: adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang merupakan
kewajibanya, misal; pasien seharusnya dipasang pengaman tempat tidur tapi tidak
dilakukan.

B. SARAN

9
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/37945876/Kasus_Kelalaian_Keperawatan

10

Anda mungkin juga menyukai