Anda di halaman 1dari 8

Resume kelompok tutorial

“TULANG RUSUKKU”

Dosen Pengampu : Listyana Natalia , S.Kep., Ns, MSN


Kelas : A13.3
Kelompok 1:
Elrubeonhudan Senduei Bara Pa (15130201)
Melianus Ratuanik (16130035)
Febriani Melison Wijaya (16130091)
Karolina Chaterina Karmezach (16130092)
Susan Umbu Tanda (16130093)
Denny Kurnianto (16130094)
Dita Fitriyani Indri Astuti (16130095)
Melati Styowati (16130098)
Winda Handayanti (16130097)
Viona Febe Layan (16130099)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2019
TULANG RUSUKKU
Seorang laki-laki usia 34 tahun mengalami kecelakaan mobil tunggal dibawa ke IGD.
Pasien di perkirakan mengantuk sehingga lepas kendali dan menabrak pembatas tol, pasien
tidak mengunakan sabuk pengaman. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan GCS :2; M: 3; V=3,
jejas pada area midsternalis pengembangan paru kanan tertingal , tipe pernafasan paradoksal.
Saat auskultasi suara nafas tidak seimbang, bunyi ekspirasi pada paru kanan lebih lama
menghilang. TD: 90/60 mmHg, N: 112x/m, spO275%; RR:28x/m, perkusi tidak dapat
dilakukan, devisiasi trakea kearah kiri, dan terdapat distensi vena jugularis sinistra. Hasil AGD
Ph 7,35; PCO2 50 mmHg, PO2 75 mmHg, BE -3 HCO3 28 mEq/L. Hasil Rontgen ditemukan
hematopneumathoraks dextra dan fail chest costae 3 dan 4 dextra.

A. KATA SULIT
1. Jejas
2. Devisiasi trakea
3. Midsternalis
4. Hematopneumotoraks
5. Distensi
6. Paradoksal
7. Fail chest

Jawab
1. -tanda kebiruan (Melianus Ratuanik)
-tergores atau ada tanda luka pada kulit (Dita fitriani indri astuti)

2. -tekanan intra torak yang tidak merata dalam rongga dada


(Dita fitriani indri astuti)
-menjauhi paru yang mengalami distensi pneumotoraks (Febriani Melison
Wijaya)
-posisi trakea bergeser dari posisi awal (El)
3. -garis yang melewati titik tengah sternum (Denny Kurnianto)
4. -bergumpalnya darah pada rongga (Melati setyowati)
-adanhya udara dan darah dalam rongga sehingga menyebabkan paru tertekan
(Viona Febe Layan)
-ada darah diruang yang sama (Karolina Chaterina Karmezach)
-kombinasi dari 2 kondisi medis pneumotoraks dan hematoraks
(Febriani Melison Wijaya)
5. -peningkatan (Denny Kurnianto)
6. -diafragma mengembang keatas saat menarik nafas (Susan Umbu Tanda)
-otot diantara paru-paru dan jantung yang berfungsi untuk mengerakan udara
yang masuk dan keluar saat bernafas (Karolina Chaterina Karmezach)
7. -ganguan pergerakan dada (EL)
-patahnya tulang rusuk Melianus Ratuanik)
-fraktur iga multiple, berurutan lebih dari 3 iga dan memiliki garis fraktur
(Febriani Melison Wijaya)

B. RUMUSAN MASALAH
Penanganan kegawatdaruratan pada pasien hematopneumotoraks dan fail chest.

C. PERTANYAAN
1. Apa yang menyebabkan pasien mengalami distensi vena jugularis sinistra?
2. Mengapa saat diauskultasi suara nafas tidak seimbang?
3. Mengapa di kasus perkusi tidak dilakukan?
4. Dampak jika pasien tidak ditangani?
5. Focus utama yang harus ditangani di kasus apa?
6. Mengapa biasa terjadi pernafasan paradoksal?
7. Mengapa bunyi ekspirasi pada paru kanan lebih lama menghilang?

Jawab
1. -Peningkatan sisi jantung sebelah kanan (Melianus Ratuanik)
-adanya benturan (Susan Umbu Tanda)
-tanda klasik dari gagal jantung (Febriani M Wijaya)
2. -cairan pada paru (Dita Fitriani)
-udara (El)

Karena adanya fraktur iga tulang rangka akibat kecelakaan yang


menyebabkan terjadinya kerusakan otot pernafasan/laserasi pembuluh udara
yang menyebabkan rongga pleura terisi udara dan juga darah karena fraktur
tulang yang mengakibatkan tekanan udara meningkat yang mendorong paru
terdesak kemudian kolaps terjadinya penurunan kapasitas yang menyebabkan
ketidakseimbangan ventilasi/perfusi sehingga hasil saat diauskultasi suara nafas
tidak seimbang. (William, Lippincott & Wilkins 2012)

3. -adanya jejas pada area midsternalis (Melati Setyowati)


-adanya distensi (Karolina C Karmezach)
-terjadinya fail chest (Melianus Ratuanik)
4. -sesak, kematian, mengalami trauma (El)
-empiema, infeksi (pneumonia) shol hemotoraks (febriani Wijaya)
-perdarahan

Menurut Williams, Lippincott & Wilkins, 2012 Komplikasi Hemotoraks


yaitu :
1) Pergesaran mediastinum
2) Gangguan ventilasi
3) Kolaps paru
4) Henti kardiopulmoner
5) Pneumotoraks
6) Empyema
5. -penanganan hemapneumotoraks dan pembersihan jalan nafas
(Karolina C Karmezach)
6. -cairan darah, udara dan fail chest (Viona F Layan)
-diafragma meningkat (Denny Kurnianto)
-karena paru terisi dengan cairan akibat trauma (Febriani M Wijaya)

Adanya trauma kompresi anteroposterior dari rongga thorax yang


menyebabkan lengkung iga akan lebih melengkung lagi kearah lateral
sehingga terjadinya fraktur iga multiple segmental (Flail chest) adanya
segmen yang mengambang sehingga mengganggu pergerakan dinding dada
yang menyebabkan terjadinya gerakan nafas paradoksal. (Wijaya & Putri
2013)
7. karena terjadi fail chest korpal 3: A dekstra (Febriani M. W)
D. Learing objektif

1. Defenisi hemopneumatoraks?
2. Pengkajian awal primary dan sekundari assessment ABCDE?
3. Termasuk dalam triase apa?
4. Apa kesimpulan dari kasus ini?
5. Diagnosa keperawatan?

Jawab:
1. -Hemapneumathoraks adalah masalah yang biasa ditemui dalam praktik
medis dan paling sering terkait dengan trauma dada terbuka atau tertutup
atau prosedur invasif dada.
-Hemapneumathoraks udara simultan di rongga pleura terlepas dari
penyebabnya dan akumulasi darah.

2. Primary dan Secondary Survey


Primary Survei:
a. Airway (A) : memeriksa ada atau tidaknya subatan jalan nafas
b. Breathing (B) : mengkaji pernafasan untuk menilai kepatenan jalan
nafas dan keadekuatan pernafasan pada pasien
c. Circulation (C) : mengkaji sirkulasi adakah tanda-tanda terjadi shock
d. Disability (D): mengkaji kesadaran dengan instrumen GCS dan pada
pasien hematopneumothorax mengalami somnolen atau penurunan
kesadaran.
e. Exposure (E)
Secondary Assesment
f. F: Full set of vital sign; suhu tubuh, nadi, RR, Blood pressure, saturasi
oksigen
g. G : Give Comfort Measure : mengkaji nyeri (PQRST)
h. H: History (allergy, medication, past medical history, last meal eaten,
event leading to illness/injury

Penatalaksanaan:

a. Airway (A), Intervensi :


- Kaji kepatenan jalan nafas
- Pastikan jalan nafas terbuka
- Lindungi tulang belakang dari gerakan yang berisiko
- Gunakan alat bantu mempatenkan jalan nafas
 Chin lift/jaw thrust
 Lakukan suction
 Oropharyngeal airway/ nasopharyngeal airway. Laryngeal
Mask Airway
 Lakukan intubasi

b. Breathing (B), Intervensi:


- Look, listen feel
 Inspeksi adakah tanda-tanda syanosis, penetrating injury, flail
chest, sucking chest woundx, dan penggunaan otot bantu
pernafasan
 Palpasi adakah pergesaran trakea, fraktur ruling iga,
subcutaneous emphyema
 Auskultasi untuk mendengar suara abnormal dada
- Pemberian Oksigenasi
 Pemberian terapi oksigen
 Bag-valve Masker
 Intubasi (endotrakea atau nasal ) jika diindikasi
c. Circulation (C), Intervensi ;
- Cek nadi dan lakukan CPR jika diperlukan
- Kontrol perdarahan dengan pemberian penekanan secara langsung
- Palpasi nadi radial
- Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia
- Pasang cardiac monitor
- Pasang IV canula
d. Disability, Intervensi;
- Cek tingkat kesadaran AVPU atau GCS
- Cek GDA
e. Exposure, Intervensi :
– Jaga privasi dan cegah cidera seminimal

Secondary Assesment
f. F: Full set of vital sign; suhu tubuh, nadi, RR, Blood pressure, saturasi
oksigen
g. G : Give Comfort Measure : mengkaji nyeri (PQRST)
h. H: History (allergy, medication, past medical history, last meal eaten,
event leading to illness/injury

3. Triase merah pasien cedera yang memerlukan penilaian cepat serta


tindakan medik dan transport segera untuk tetap hidup misalnya gagal nafas,
cedera toraks abdominal, cedera kepala atau maksilo cidera- fasial berat,
syok atau pendarahan berat, luka bakar berat)
-Triase kuning,karna sesuai dengan jurnal yang saya dapatkan dia
merupakan kasus gawat tapi tidak darurat. Dimana setelah di tangani lebih
awal bias di liat keadaan kemudia bias di rawat jawat atau rawat nginap.

4. Dalam melakukan Asuhan Keperawatan Gawat Darurat perlu tindakan yang


cepat dan tepat dengan berlandaskan dengan teori yang telah dipahami
sehingga dalam kasus ini yaitu kasus dengan masalah
Hematopneumothoraks dapat dilakukan dengan penanganan pertama pre
hosspital dengan menggunakan prinsip aman penolong, aman lingkungan
dan aman pasien/korban. Di IGD perlu dilakukan pengkajian premary
survay yaitu ABCDE dan secondary Survey yaitu head to toe dan
didapatkan hasil pengkajian sehingga langsung diberikan penanganan
segera, karena pada kasus, terdapat penumpukan darah dan udara dalam
rongga pleura yang dapat menyebabkan paru dapat koleps sehingga perlu
dilakukan WSD dan juga pengeluaran udara selain itu diberikan oksigen.
Dan tidak lupa dikaji respon pasien. Jika telah stabil maka dapat
dipindahkan ke ruang perawatan dan tidak lupa didokumentasikan.

Interprestasi AGD:

Komponen Nilai normal Satuan


pH 7,35 - 7,45
PaCO2 34 - 45 mmHg
PaO2 80 – 100 mmHg
HCO3 22 – 26 mEq/L
Base Excess (BE) -2 s.d +2 Mmol/L
Saturasi O2 (SaO2) 95-100 %

Gangguan Asam PH pCO2 HCO3


Basa
Asidosis    Jika
Respiratorik terkompensasi
Alkalosis    Jika
Respiratorik terkompensasi
Asidosis   Jika 
metabolik terkompensasi
Alkalosis   Jika 
Metabolik terkompensasi

5. Diagnose keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d deformitas dinding dada
2. Hambatan pertukaran gas
3. Resiko trauma atau penghentian nafas b.d proses cedera
Daftar pustaka

Ardiyani, V.M., Andri,M.T., dan Eko,R. 2015. Analisis Peran Perawat


Triase Terhadap Waiting Time dan Length of Stay Pada Ruang Triage di
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit dr.Saiful Anwar Malang. Jurnal CARE3
(1): 39-50.Astuti, E. 2016.
Farhan AR, Calcarina FRW, Bhisrowo YP. 2015 Aplikasi Klinis
Analisis Gas Darah Pendekatan Stewart Pada Periode Perioperatif. Vol 3, No
1
Mila gustia dan Melva manurung. Hubungan ketepatan penilaian
Triase dengan tingkat keberhasilan penanganan pasien cedera kepala di IGD
RSU HKBP Balige Kabupaten Toba Simosir. Jurnal jumantik Vol.3 No.2
November 2018.
Sudjito. 2007. Gawat Darurat. Bandung: Remaja Karya.
William, Lippincot dan Wilkins. 2008. Occupational Therapy for
Physical Dysfunction. USA: Phyladelphia.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2,
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai