Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

KASUS FLAIL CHEST

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat 2

Disusun Oleh :

1. Rahmat Prasetyo Utomo (A12020003)


2. Ahmad Yoga Muzaqi (A12020006)
3. Aizah Cahyaningrum (A12020007)
4. Alfina Eka Prima (A12020008)
5. Amanda Bintang Mediana (A12020012)
6. Ameliatun Nur Rohmah (A12020014)
7. Anggi Ibnu Masulin (A12020017)
8. Ani Halimah (A12020019)
9. Anisya Febriana (A12020025)
10. Arif Pandu Juliansyah (A12020027)
11. Bangkit Prayogo Hidayatullah (A12020031)
12. Dewi Arimbi Hanggono Raras (A12020034)
13. Elsa Suryani (A12020041)
14. Farach Aini Fauzia (A12020046)
15. Febri Maysarohaeni (A12020047)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Flail Chest


Flail chest adalah istilah medis yang menggambarkan beberapa patah tulang
rusuk,ketika tulang rusuk yang patah atau dislokasi di lebih dari satu tempat dan tidak
ada lagi sepenuhnya terhubung ke tulang rusuk lainnya. Flail chest adalah suatu
keadaan apabila dua iga berdekatan atau lebih mengalami fraktur pada dua tempat
atau lebih. Bila fraktur terjadi pada dua sisi maka stabilitas dinding dada lebih besar
dan kurang mengancam ventilasi daripada bila terjadi pada satu sisi. Flail Chest
adalah area toraks yang "melayang" (flail) oleh sebab adanya fraktur iga multipel
berturutan (3 iga), dan memiliki garis fraktur = 2 (segmented) pada tiap iganya.
Akibatnya adalah terbentuknya area "flail" yang akan bergerak paradoksal (kebalikan)
dari gerakan mekanik pernapasan dinding dada. Area tersebut akan bergerak masuk
saat inspirasi dan bergerak keluar pada ekspirasi.
B. Etiologi
Flail Chest berkaitan dengan trauma thorak, yang dapat disebabkan oleh:.
1. Trauma Tumpul
Penyebab trauma tumpul yang sering mengakibatkan adanya fraktur costa antara
lain: Kecelakaan lalulintas, kecelakaan pada pejalan kaki, jatuh dari ketinggian,
atau jatuh pada lantai yang keras atau akibat perkelahian.
2. Truma Tembus
Penyebab trauma tembus yang sering menimbulkan fraktur costa: Luka tusuk dan
luka tembak.
3. Disebabkan bukan trauma
Yang dapat mengakibatkan fraktur costa adalah terutama akibat gerakan yang
menimbulkan putaran rongga dada secara berlebihan atau oleh karena adanya
gerakan yang berlebihan dan stress fraktur,seperti pada gerakan olahraga: Lempar
martil, soft ball, tennis, golf.
C. Patofisiologi
Patofisiologi Flail chest, adanya pertahanan pada dua segmen koste atau lebih akan
mengganggu keseimbangan dalam pernafasan. Bila segmen thorak mengembang
bebas, maka akan terdorong bebas ke dalam oleh tekanan atmosfer biasa yang
mengurangi kemampuan paru untuk berekspansi pada saat inspirasi. Akibatnya
oksigen yang masuk dalam paru akan mengalami penurunan, jika hal ini terjadi,
selanjutnya peredaran oksigen dalam darah akan menurun, pada saat ekspirasi,
tekanan paru yang meningkat akan mendorong udara keluar paru, tapi segmen hasil
yang telah kehilangan integrasinya akan menonjol keluar sehingga kesanggupan
sangkar toraks mendorong udara keluar dari paru akan berkurang. Hal ini juga
disebabkan karena sebagian karbondioksida pada paru yang tidak mengalami trauma,
masuk kedalam paru yang menonjol pada daerah flail chest.
Karbon dioksidapun terakumulasi pada bagian yang fraktur dan volume udara
ekspirasi berkurang. Terakumulasinya karbondioksida pada paru mengakibatkan suatu
keadaan asidosis respiratori. Pada pasien flail chest,pada saat inspirasi, paru-paru akan
menggencet jantung, membatasi pompa hjantung sehingga CO menurun dan aliran
darah ke seluruh tubuh menjadi berkurang.
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang biasanya tampak untuk menegakkan diagnosa flail Chest
adalah:
1. Tampak adanya gerakan paradoksal segmen yang mengambang, yaitu pada saat
inspirasi ke dalam, sedangkan pada saat ekspirasi keluar. Keadaan ini tidak akan
tampak pada klien yang menggunakan ventilator
2. Sesak nafas
3. Takikardi
4. Sianosis
5. Akral dingin
6. Wajah pucat
7. Nyeri hebat di bagian dada karena terputusnya integritas jaringan parenkim paru
E. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari flail chest yaitu:
1. Iga: fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada
2. Pleura, paru-paru, bronchi: hemopneumothoraks, empisema
3. Jantung: tamponade jantung, rupture jantung, rupture otot papilar, ruptur klep
jantung
4. Pembuluh darah besar: hematothoraks
5. Esofagu: mediastinitis
6. Diafragma: herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal
7. Gagal napas yang disebabkan oleh adanya ineffective air movement (Tidak
efektifnya pertukaran gas), yang seringkali diperberat oleh edema/kontusio paru,
dan nyeri
F. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan yang dibutuhkan adalah:
1. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun, Pa Co2 kadang kadang
menurun, Pa 02 menurun, Saturasi O2 menurun
2. Hemoglobin mungkin menurun
3. Rontgen Standar - Rontgen thorak anteroposterior dan lateral dapat menunjukkan
jumlah dan tipe costae yang mengalami fraktur, Pada pemeriksaan foto thorak
pada pasien dewasa dengan trauma tumpul thoraks, adanya gambaran
hematothoraks, pneumotoraks, dan kontusio pulmo menunjukkan hubungan yang
kuat dengan gambaran fraktur kosta.
4. EKG
5. Monitor laju nafas
6. Pulse Oksimetri
G. Penatalaksanaan
 Penatalaksanaan Konservatif
1. Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri di dada
2. Pemasangan plak/plester yang menahan fraktur costae bergerak keluar
3. Jika perlu antibiotika
4. Fisiotherapy
 Penatalaksanaan Operatif / invasif
1. Pemasangan Water Seal Drainage (WSD)
2. Prmasangan alat bantu nafas
3. Chest tube
4. Aspirasi (thoracosintesis)
5. Operasi (bedah thoraxis)
6. Tindakan untuk menstabilkan dada: Miringkan pasien pada arah daerah yang
terkena. Gunakan bantal pasien pada daerah dada yang terkena
7. Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir positif, didasarkan
pada kriteria: ejala contusio paru, Syok atau cedera kepala berat, Fraktur
delapan atau lebih tulang iga, Umur diatas 65 tahun, Riwayat penyakit paru-
paru kronis
8. Oksigen tambahan

SKENARIO KASUS
Laki-laki 23 tahun seorang pekerja bangunan terjatuh dari lantai 3 dengan posisi
terlentang. Pasien dibawa ke IGD. hasil pengkajian didapatkan nilai GCS E3M5V5, TD
110/70 mmHg, frekuensi nadi 97 x/menit, laju pernapasan 27x/menit dan suhu 37°C,
pernapasan paradoksal, Hasil pemeriksaan foto Thoraks X- Ray dengan hasil
hematopneumothoraks, patah tulang iga ke 3 hingga ke 6 dextra, serta emfisema
subcutis. Pasien mengeluh kesakitan saat bernapas, pada saat ekspirasi terdapat bagian yang
menonjol dibagian kanan (ICS 4-5), hasil AGD didapatkan pH 7.1, HCO3 35 mEq/L,
dan PaCO2 45 mmHg.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama : Tn. T
Usia : 23 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Pekerja bangunan
Agama : Islam
Alamat : Kruwed, Selokerto
Tanggal masuk RS : 17 September 2022
Tanggal pengkajian : 17 September 2022
2. Penanggung jawab
Nama : Ny. S
Usia : 40 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Kruwed, Selokerto
Hubungan dengan klien : Ibu
3. Pengkajian primer
a. Airway : Stidor
b. Breathing : Irama nafas tidak teratur, suara nafas ronchi, penggunaan otot bantu
nafas retraksi dada, jenis nafas pernafasan dada, frekuensi nafas 27 x/ menit
c. Circulation : Akral hangat, tidak sianosis, pucat, CRT > 2 detik, tekanan darah
110/70 mmHg, nadi 97 x/menit, ada perdarahan , kulit kering, turgor kurang
d. Disability : Tingkat kesadaran apatis, GCS E3M5V5, pupil isokhor, penilaian
ekstremitas sensorik : ya motorik : ya
e. Exposure :-

4. Pengkajian sekunder
a. Riwayat kesehatan utama
Klien datang ke RS dengan kecelakaan jatuh dari lantai 3 saat bekerja, klien
mengalami penurunan kesadaran dan terdapat pernafasan paradoksal

b. Pengkajian nyeri
P : Klien mengatakan nyeri di dada sangat berat
Q : Klien mengatakan nyeri seperti ditekan
R : Klien mengatakan nyeri pada dada sebelah kanan
S : Klien mengatakan kualitas nyeri pada skala 8
T : Klien mengatakan nyeri dirasakan secara terus menerus
5. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
N : 97 x/menit
RR : 27 x/menit
S : 37°C
6. Pengkajian Head to toe
Kepala : Kepala pasien tampak berbentuk mesosephal, simetris, rambut
hitam
Muka : Muka pasien tampak simetris, warna sama dengan bagian tubuh
lain
Mata : Mata pasien tampak simetris kanan kiri, konjungtiva anemis, sklera
anikterik
Hidung : Hidung pasien tampak normal, simetris, tidak polip,bersih
Telinga : Telinga pasien tampah simestris, tidak ada nyeri tekan
Leher :I : Tidak ada benjolan
Pa : Tidak ada nyeri
Dada :
1. Paru – paru
I : Bentuk tidak simetris, terdapat jejas dan bengkak, pergerakan
dinding tidak simetris, terdapat pernafasan paradoksal
Pa : Terdapat nyeri tekan dan pembengkakan
A : Terdengar bunyi tambahan ronki, frekuensi nafas 27 x/menit
2. Jantung
I : Tampak ictus cordis
Pa : Tidak ada nyeri tekan
Pe : Terdengar bunyi sonor
A : Terdengar suara jantung reguler

Abdomen :I : Tidak ada benjolan


Pa : Tidak teraba adanya massa
Pe : Berbunyi tympani
A : Terdengar bising usus
Ekstremitas
Ekstremitas atas : Tangan kanan terpasang infus asering 7 tpm
Ekstremitas bawah : Terdapat edema

B. ANALISA DATA
Hari/tanggal Data fokus Proble Etiologi Diagnosa
m
Sabtu, 17 DS Pola Hiperventilasi Pola Nafas
September - Penolong mengatakan Nafas Tidak Efektif
2022 pasien jatuh dari lantai 3 Tidak b.d
- Penolong mengatakan Efektif Hiperventilasi
pasien bernafas cepat/
sesak

DO
- Pasien bernafas
dengan terengah - engah
- Terlihat otot bantu
pernafasan
- TD : 110/70 mmHg
N : 97 x/menit
RR : 27 x/menit
S : 37°C
- Hasil Rontgen : fractur
costa ke 3 sampai 6
dextra dan
hematopneumothoraks
Sabtu, 17 DS : Nyeri Agen cedera Nyeri akut b.d
September P : Pasien mengeluh Akut fisik (jatuh agen cedera
2022 nyeri pada dada sebelah dari lantai 3) fisik
kanan karena terdapat (jatuh dari
fraktur costa 3-6 dextra lantai 3)
Q : Nyeri seperti
ditekan
R : Nyeri di dada
sebelah kanan dan tidak
menyebar
S : skala nyeri 8
T : Nyeri berlangsung
terus menerus
DO :
Terdapat perdarahan di
dada sebelah kanan
Klien tampak kesakitan
menahan nyeri
TD : 110/70 mmHg
N : 97 x/menit
RR : 27 x/menit
S : 37°C
Hasil Rontgen : fractur
costa ke 3 sampai 6
dextra dan
hematopneumothoraks

Prioritas Diagnosa Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi

2. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (jatuh dari lantai 3)

C. INTERVENSI
Hari/Tanggal Diagnosa SLKI SIKI
Sabtu, 17 Pola Nafas Pola Napas (L. Pemantauan Respirasi
September Tidak Efektif b.d 01004) (I. 01014)
2022 hiperventilasi Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan  Monitor frekuensi,
1x24 jam diharapkan irama, kedalaman,
pola nafas pasien dan upaya napas
membaik dengan  Monitor pola napas
Kriteria Hasil : (seperti bradipnea,
- Dispnea menurun takipnea,
- Penggunaan otot hiperventilasi,
bantu napas menurun Kussmaul, Cheyne-
- Pemanjangan fase
ekspirasi menurun Stokes, Biot, ataksik0
- frekuensi napas  Monitor kemampuan
membaik batuk efektif
- kedalaman napas  Monitor adanya
membaik produksi sputum
 Monitor adanya
sumbatan jalan napas
 Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
 Auskultasi bunyi
napas
 Monitor saturasi
oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-ray
toraks
Terapeutik
 Atur interval waktu
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
Senin 12 Nyeri akut b.d Tingkat Nyeri (L. Manajemen Nyeri (I.
September agen cedera fisik 08066) 08238)
2022 (jatuh dari lantai Setelah dilakukan Observasi
3) tindakan keperawatan  lokasi, karakteristik,
1x24 jam pasien durasi, frekuensi,
dapat berkurang rasa kualitas, intensitas
nyeri yang dialami nyeri
dengan kriteria hasil :  Identifikasi skala
a) Keluhan nyeri nyeri
menurun  Identifikasi respon
b) Gelisah nyeri non verbal
menurun  Identifikasi faktor
c) Kesulitan yang memperberat
tidur menurun dan memperingan
d) Perasaan nyeri
takut mengalami  Identifikasi
cidera berulang pengetahuan dan
menurun keyakinan tentang
e) Ketegangan nyeri
otot menurun  Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
 Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
 Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
 Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan
tidur
 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

D. IMPLEMENTASI

Hari/tanggal Diagnosa Implementasi Respon

Sabtu, 17 September Pola Nafas Tidak Pemantauan 1.Pasien kooperatif


2022 Efektif b.d respirasi 2.Pasien mampu
hiperventilasi 1. Memantau pola melakukan anjuran
pernafasan dari perawat dengan
2. Mengkaji tanda- baik
tanda vital 3.Pasien mampu
3. Mengatur posisi menerima penjelasan
klien senyaman dari perawat dengan
mungkin baik
4. Melakukan 4.Perawat dan dokter
kolaborasi dapat bekerja sama
dengan dg baik untuk
pemberian pemberian analgetik
therapi obat

Sabtu, 17 September Nyeri akut b.d agen Manajemen Nyeri 1.Pasien kooperatif
1. Identifikasi lokasi,
2022 pencedera fisik 2. Pasien mampu
karakteristik, durasi,
melakukan anjuran
frekuensi, kualitas,
dari perawat dengan
intensitas nyeri
baik
Identifikasi skala
3. Pasien mampu
nyeri
2. Identifikasi faktor menerima
yang memperberat penjelasan dari

dan memperingan perawat dengan

nyeri baik
3. Jelaskan 4.Perawat dan
penyebab, periode, dokter dapat
dan pemicu nyeri bekerja sama dg
4. Kolaborasi baik untuk
pemberian analgetik pemberian analgetik

E. EVALUASI

Hari/Tanggal Dx Catatan Perkembangan


Sabtu, 17 Pola Nafas Tidak S: Klien mengatakan sesak
September 2022 Efektif b.d Klien mengatakan Nyeri saat bernafas
hiperventilasi O: Terlihat kesakitan saat bernafas
Nafas dangkal dan cepat
RR : 27x/menit
A: Masalah belum teratasi
P: Melanjutkan intervensi
1. Memantau pola pernafasan
2. Mengkaji tanda-tanda vital
3. Mengatur posisi klien senyaman
mungkin
4. Melakukan kolaborasi dengan
pemberian therapi obat
Sabtu, 17 Nyeri akut b.d agen S: klien mengatakan nyeri di dada sangat
September 2022 pencedera fisik berat
Klien mengatakan seperti ditekan
Klien mengatakan skala nyerinya pada
skala 8
klien mengatakan nyeri dirasakan secara
terus menerus
O : Klien tampak kesakitan menahan nyeri
Tampak patah tulang iga ke 3 hingga
ke 6 dextra
Pada saat ekspirasi terdapat bagian
yang menonjol dibagian kanan (ICS 4-5)
A: Masalah belum teratasi
P: Melanjutkan intervensi
1. Memanajemen nyeri
2. Mengkaji tanda-tanda vital
3. Mengatur posisi klien senyaman
mungkin
4. Melakukan kaborasi dengan
pemberian therapi obat

Anda mungkin juga menyukai