Disusun Oleh :
8. ICS 4-5
9. AGD Tes untuk mengukur kadar oksigen, karbondioksida,
dan tingkat asam basa (pH didalam darah)
10. HC03 Hasil proses pelarutan dan salah satu pembentuk
karbon dioksida yang berada di perairan selain dalam
bentuk gas karbon dioksida (CO2).
11. PaCO2 Ukuran tekanan CO2 yang larut dalam darah
STEP 2
1. Apa yang menyebabkan terjadinya pernapasan paradosal?
2. Apa yang menyebabkan pernapasan pasien meningkat ?
3. Apa yang menyebabkan terjadinya emfisema subcutis pada pasien ?
4. Tindakan apa yang paling utama dilakukan padaa pasien yang mengalami
pernapasan paradosal tersebut?
5. Apa tanda dari pernafasan paradoksal?
6. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan AGD ?
7. Apakah komplikasi yang ditimbulkan dari hematopneumotoraks?
8. Bagaimana penanganan pada tulang rusuk yang patah dan menusuk paru?
9. Bagaimana cara menangani pasien yang saat ekspirasi terdapat bagian yang
menonjol di bagian kanan bawah.?
10. Berapakah nilai normal AGD ?
11. Apakah pasien kondisi gawat darurat dengan disertai nyeri langsung diberikan
terapi farmakologi berupa obat pereda rasa nyeri sebelum dilakukan tindakan?
12. Apa yang harus dilakukan jika PaCO2 menurun drastis?
STEP 3
✓ obstruksi jalan
obstruksi jalan nafas
nafas
A jalan nafas paten
stridor, gargling,
paradoksal
snoring
SpO2< 80% ✓ SpO2 80 – 94 % SpO2> 94 %
B RR >30 x/m atau
✓ RR 26 – 30 x/m RR 14 – 26 x/m
<14 x/m
Nadi > 130 x/m Nadi 121 – 130 x/m ✓ Nadi 60 – 120 x/m
C TD Sistolik < 80 TD Sistolik 80 – 90 TD Sistolik > 90
✓
mmHg mmHg mmHg
D GCS ≤ 8 ✓ GCS 9 – 13 GCS 14 – 15
Suhu > 40oC atau < Suhu 37,5-40oC/32-
✓ Suhu 36,5 – 37,5oC
36oC 36,5oC
VAS = 7 – 10 VAS = 4 – 6 VAS = 1 – 3
E ✓
(berat) (sedang) (ringan)
EKG : mengancam EKG : resiko
EKG : resiko tinggi
nyawa rendah-normal
Merah Kuning Hijau
Triase
Hitam (meninggal)
Petugas Triase
Catatan :
FORM PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Riwayat alergi :-
PRIMARY SURVEY
Airways
• tidak paten
• lain-lain :
Breathing
• Irama nafas : tidak teratur
• Suara nafas : paradosal
• Pola nafas : takipnea
• Penggunaan otot bantu nafas : retraksi dada / cuping hidung
• Jenis nafas : pernafasan perut
• Frekuensi nafas : 27 x/menit
Circulation
• Akral : dingin pucat : ya
• Sianosis :tidak CRT >2 detik
• Tekanandarah :110 x/m nadi : teraba 97x/mnt / tidak teraba
• Perdarahan : tidak lokasi :-
• Riwayat kehilangan cairan dalam jumlah besar : -
• Kelembaban kulit : lembab
• Turgor kulit : baik
• Luas luka bakar : - % grade : - produksi urin : - cc
• Risiko decubitus : tidak / ya, lakukan pengkajian decubitus lebih lanjut
Disability
• Tingkat kesadaran : Apatis
• Nilai GCS : E3 V5 M5 Total : 13
• Pupil : isokhor / miosis / midriasis : diameter: 1 / 2 / 3 / 4 mm
• Respon cahaya :+
• Penilaian ekstremitas : sensori : ya / tidak
motoric : ya / tidak
Exposure
Pengkajian nyeri
• Onset : Setelah jatuh dari lantai 3
• Provokatif/paliatif : Nyeri tekan di bagian thoraks
• Qualitas : Nyeri hebat
• Region/radiation : Thoraks
• Scale/severity :8
• Time : Hilang timbul
• Apakah ada nyeri : ya, skor nyeri
VRS : 8 ( Nyeri berat)
Lokasi nyeri : Thoraks
VAS : worst pain possible
VRS :
VAS :
• Luka : tidak
• Resiko decubitus : Tidak
Fahrenheit
• Suhuaxila :- Suhu rectal :- Berat badan :-
Pemeriksaan penunjang
• EKG :-
• GDA :-
• Radiologi : Foto Thoraks X Ray dengan hasil hematopneumotoraks, pada tulang iga ke 3
hingga ke 6 dekstra serta emfisema subcutis
.
Item Hasil Nilai Normal Interpretasi
ANALISA GAS
DARAH
Pemeriksaan fisik
• Kapala : Kepala pasien tampak simetris, tidak terdapat jejas didaerah kepala
• Dada :
Paru-Paru
Inspeksi : Napas pasien paradoksal
Palpasi : Tidak simetris, ada nyeri tekan
Perkusi : hipersonor
Auskulltasi : Terdapat bunyi akibat adanya udara, emfisema subcutis
Jantung
Inpeksi : Asimetris
Palpasi : Nadi teraba
Perkusi : Sl daan SII
Auskultasi : terdengar bunyi lup dup
• Perut
Inspeksi : Simetris, ada jejas
Auskultasi : Terdengar suara peristaltik, bising usus 15 x/menit
Palpasi : Simetris, ada nyeri tekan
Perkusi : Simetris, ada sedikit nyeri tekan
• Ekstremitas atas : Kedua tangan dapat digerakkan namun agak sedikit berkurang
• Ekstremitas bawah : Kedua kaki dapat digerakkan namun agak sedikit berkurang
Tanggal/jam :
No Nama obat Dosis Indikasi
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No
SKLI Intervensi Rasional
Dx
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas 1. untuk mengetahui
keperawatan selama 1x24 jam Observasi keparahan pola nafas
masalah pola nafas tidak efektif 1. Monitor pola yang terjadi.
dapat teratasi dengan kriteria hasil napas 2. Untuk
Pola Napas : Terapeutik Mempertahankan
1. − Dispnea menurun 2. Pertahankan kepatenan jalan napas
− Penggunaan otot bantu kepatenan jalan 3. membantu
nafas menurun napas pengembangan paru-
− Kedalaman nafas 3. Posisikan semi paru dengan baik.
membaik fowler 4. Untuk mengurangi
− Frekuensi nafas membaik 4. Berikan oksigen rasa sesak
2. Setelah dilakukan Tindakan Manajemen nyeri
1) Memantau
keperawatan selama 1 x 24 jam (I.08238)
keefektifan obat
maka tingkat nyeri menurun.
dan kemajuan
(L.08066) Observasi
penyembuhannya
1. Keluhan nyeri menurun
1) Identifikasi
2. Tekanan darah membaik 2) Untuk
lokasi,
mengetahui apa
karakteristik,
saja faktor yang
durasi, frekuensi,
memperberat dan
kualitas,
memperingan
intensitas nyeri
nyeri
2) Identifikasi faktor
yang
3) Untuk
memperberat dan
mengetahui
memperingan
tingkat
nyeri.
ketidaknyamanan
3) Identifikasi
yang dirasakan
responnyeri non
pasien
verbal
4) Monitor efek 4) Untuk
samping mengetahui efek
penggunan samping dari
analgetik pemberian
analgetik
Terapeutik 5) Lingkungan bias
1) Control
menjadi pemicu
lingkungan yang
peningkatan pada
memperberat rasa
nyeri
nyeri.
6) Untuk
2) Fasilitasi istirahat
mengurangi rasa
dan tidur
nyeri
Edukasi
7) Membatu
1) Jelaskan mengurangi factor
penyebab, periode pemicu nyeri
dan pemicu nyeri
8) Untuk
mengurangi rasa
nyeri
2) Anjurkan 9) Untuk
menggunakan memberikan obat
analgetic secara analgetic
tepat
Kolaborasi
1) Kolaborasi
pemberian
analgetik, bila
perlu
DAFTAR PUSTAKA
Edwar, P. P. M., Airlangga, P. S., Salinding, A., Semedi, B. P., Sylvaranto, T., &
Rahardjo, E. Kesulitan “Weaning” pada Kasus Flail Chest Akibat Fraktur
Sternum yang Tidak Teridentifikasi. JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia),
10(1), 42-50
Permana, M. A., Sudiar, N. K., & Dewi, A. I. (2020). Emfisema Subkutis dan Simple
Pneumothoraks Akibat Tenggelam; Case Reportdari Rumah Sakit Tipe D.
MEDULA, 388-393.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1.Jakarta;DPP PPNI.