Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN SEVEN JUMP KASUS FLAIL CHEST

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan GAwat Darurat 2

Disusun Oleh :

1. Wiwi Ichda Asyfia 1 ( A12020121 )


2. Sefina Hasna ( A12020104 )
3. Zirly Nurul Syafana ( A12020123 )
4. Aji Riangintoro ( A12020026 )
5. Muhammad Rifai Al Farizi ( A12020136 )
6. Umi Sarifatul Hidayah ( A12020118 )
7. Syaif Al Islam ( A12020142 )
8. Rosa Agustina ( A12020101 )
9. Sri Lestari Ambar Wati ( A12020110 )
10. Adityo Nurbagus Rizky HAryono ( A12020125 )
11. Safitri Nur Azizah ( A12020102 )
12. Shelina Shinta Dewi ( A12020107 )
13. Siti Rimadani ( A12020104 )

PROGRAM STUDY KEPERAWATAN SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2022
KASUS
Laki-laki 23 tahum seorang pekerja bangunan terjatuh dari lantai 3 dengan posisi
terlentang. Pasien di bawa IGD. Hasil pengkajian didapatkan nilai GCS E3M5V5, TD
110/70 mmHg, frekuensi nadi 97 x/menit, dan suhu 37 oC, pernapasan paradoksal. Hasil
pemeriksaan foto Thoraks X-Ray dengan hasil hematopneumotoraks, patah tulang iga ke 3
hingga 6 deksta, serta emfisema subcutis. Pasien mengeluh kesakitan saat bernapas, pada
saat ekspirasi terdapat bagian yang menonjol dibagian kanan ( ICS 4-5 ). Hasil AGD
didapatkan PH 7.1 ,HCO3 35 mWq/L dan PaCO2 45 mmHg.
STEP 1
1. Pernapasan paradoksal Gangguan pernafasan yang diakibatkan oleh
kelainan fungsi kontraksi otot diafragma.
2. X-ray Foto dada yang menunjukkan jantung, paru2, saluran
pernafasan, pembuluh darah dan nodus limfa
3. Hematopneumothorax Adanya darah dan udara di rongga pleura akibat
trauma dinding dada, trauma tumpul maupun trauma
tajam
4. GCS E3M5V5 Apatis
5. Dextra Kanan
6. emfisema subcutis
7. ekspirasi Proses mengeluarkan udara hasil pernapasan

8. ICS 4-5
9. AGD Tes untuk mengukur kadar oksigen, karbondioksida,
dan tingkat asam basa (pH didalam darah)
10. HC03 Hasil proses pelarutan dan salah satu pembentuk
karbon dioksida yang berada di perairan selain dalam
bentuk gas karbon dioksida (CO2).
11. PaCO2 Ukuran tekanan CO2 yang larut dalam darah
STEP 2
1. Apa yang menyebabkan terjadinya pernapasan paradosal?
2. Apa yang menyebabkan pernapasan pasien meningkat ?
3. Apa yang menyebabkan terjadinya emfisema subcutis pada pasien ?
4. Tindakan apa yang paling utama dilakukan padaa pasien yang mengalami
pernapasan paradosal tersebut?
5. Apa tanda dari pernafasan paradoksal?
6. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan AGD ?
7. Apakah komplikasi yang ditimbulkan dari hematopneumotoraks?
8. Bagaimana penanganan pada tulang rusuk yang patah dan menusuk paru?
9. Bagaimana cara menangani pasien yang saat ekspirasi terdapat bagian yang
menonjol di bagian kanan bawah.?
10. Berapakah nilai normal AGD ?
11. Apakah pasien kondisi gawat darurat dengan disertai nyeri langsung diberikan
terapi farmakologi berupa obat pereda rasa nyeri sebelum dilakukan tindakan?
12. Apa yang harus dilakukan jika PaCO2 menurun drastis?
STEP 3

1. Mekanisme Pernapasan Paradoksal Paradoxical breathing terjadi karena diafragma


bergerak secara tidak normal. Diafragma merupakan otot besar yang terletak di bawah
paru-paru dan jantung. Otot ini berperan membantu memudahkan udara masuk dan
keluar ketika bernapas.
2. Pernapasan pasien meningkat karena ada tulang rusuk yang patah
3. Emfisema subkutis pada pasien disebabkan karena pasien mengalami
hematopneumotoraks dan patah tulang iga pada pasien.
4. Segera pindahkan penderita ke tempat yang aman dan biarkan ia beristirahat,bantu
penderita menempatkan posisi tubuhnya senyaman mungkin, baik dengan duduk,
berdiri, atau berbaring.
Longgarkan pakaian penderita dan jangan memberikan makanan atau minuman apa
pun, dan bantu penderita untuk mengonsumsi obat-obat pribadi mereka, misalnya obat
pereda asma.
5. Sesak nafas, atau dispnea, rasa kantuk yang berlebihan, juga dikenal sebagai hipersomnia
Kelelahan,Sering terbangun di malam hari,Performa olahraga yang buruk dan Bernafas cepat
(takipnea)
6. Prosedur pemeriksaan AGD, dapat dilakukan dengan cara melakukan pengambilan darah dari
pembuluh darah arteri radialis dengan kemiringan jarum 60-90°. Diperlukan ketelitian dan
keahlian dalam mengambil AGD
7. Komplikasi tersebut bisa mengakibatkan kesulitan bernapas, infeksi saluran pernapasan,
penyumbatan cairan pleura di rongga dada, pleuritis hingga fibrosis paru.
(Risa) Jika dibiarkan, penderita bisa mengalami komplikasi berupa: Edema paru, yaitu
terkumpulnya cairan di kantong paru-paru. Pneumomediastinum, yaitu terkumpulnya udara di
tengah-tengah dada. Empiema, yaitu terkumpulnya nanah di rongga pleura.
8. Umumnya, patah tulang rusuk dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi, bila tulang rusuk
benar-benar patah dan ujung patahannya menusuk organ dalam, dapat terjadi komplikasi berupa
pneumothorax (timbunan udara di rongga dada) dan hemothorax (penimbunan darah di rongga
dada). Jika seperti ini, perlu dilakukan operasi untuk memperbaiki tulang yang patah dan
kerusakan pada organ dalam. Selain itu, operasi juga diperlukan bila satu tulang rusuk patah di
dua tempat, sehingga ada satu ruas tulang yang terlepas dan “mengambang”. Kondisi ini disebut
flail chest
9. dengan cara terapi oksigen,terapi obat,kemoterapi, dan imunoterapi.
10. Hasil analisis gas darah (AGD) dikatakan normal jika: pH darah: 7,38–7,42. Tingkat
penyerapan oksigen (SaO2): 94–100% Tekanan parsial oksigen (PaO2): 75–100 mmHg.
11. pada kondisi pasien gadar dengan nyeri. Maka yang tindakan yang perlu dilakukan yaitu
mengatasi penyebab nyerinya terlebih dahulu sebelum diberikan terapi farmakologi berupa obat
nyeri.
12. Jika PaCO2 menurun drastis maka yang dapat dilakukan adalah mengatur pernapasan, pastikan
klien menerima/oksigen terpenuhi, pemberian obat tergantung penyakit yang diderita klien,
pemberian elektrolit.
STEP 4

Pasien Jatuh Dari Lantai 3

Terkumpulnya udara di Kelainan Otot Diafragma


rongga pleura Trauma tumpul akibat
benturan

Nyeri bagian dada


Hematopneumotoraks
Nyeri

Sesak Napas Nyeri Akut


Patah Tulang IGA

Pola Napas Tidak


Emfisema Subcutis Efektif

Gangguan Pertukaran Gas


STEP 5
1. Mahasiswa mengetahui pengertian flail chest
2. Mahasiswa mengetahui etiologi flail chest
3. Mahasiswa mengetahui cedera flail chest tanda/gejala yang menyertainya
4. Mahasiswa mengetahui komplikasi pada Flail Chest
5. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada flail chest
6. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan kegawat daruratan berdasarkan
kasus flail chest
STEP 6
1. Flail chest merupakan suatu kondisi patah tulang iga dari 2 segmen dalam 1 iga
dan terjadi pada lebih dari 2 iga, sehingga dinding dada tidak memiliki hubungan
dengan keseluruhan dinding dada karena bagian dari tulang dada yang tidak
berkaitan dengan tulang iga secara keseluruhan. Flail chest ini disebabkan trauma
tumpul yang dapat mengganggu kelangsungna struktur dinding dada, biasanya
segmen flail ini terjadi ketika dua atau lebih dan tidak melekat pada sangkar
thoraks, dan menghasilkan segmen dinding dada yang mengambang bebas.
2. Flail chest berhubungan dengan trauma thorax. Biasanya sering disebabkan oleh
trauma tumpul pada thorax. Misalnya, akibat kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh
dari ketinggian, tindak kekerasan atau terbentur dengan energi yang besar.
3. Tanda dan gejala pada flail chest yaitu Rasa nyeri yang hebat dibagian dada,
terutama ketika bernapas, batuk, menekuk atau memutar tubu, serta menekan
tulang dada dan disekitar tulangterjadinya cedera. Pembengkakan atau terasa
lembut disekitar tulang rusuk yang mengalami cedera. Terkadang ada memar
dikulit sekitar tulang yang patah, terdengar suara retakan saat tulang patah.
4. Komplikasi pada Flail Chest
a. Aorta robek : ujung patahan tulang rusuk yang tajam disalah satu dari tiga
tulang rusuk pertama atau bagian atas dapat merobek aorta atau pembuluh
darah lain disekitarnya.
b. Hipoksia : Patah tulang rusuk juga dapat menyebabkan pengidapan sulit
bernapas.
c. Pneumonia : Pada seseorang dengan kondisi patah tulang rusuk biasanya akan
mengalami kesulitan bernapas dan batuk.
d. Deformitas pada dinding : Kelainan struktural dada yang dapat berkisar dari
ringan hingga berat.
5. Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada kasus Flail Chest yaitu pemeriksaan thoraks
( pemeriksaan fisik paru dan jantung ) sedangkan pemeriksaan penunjang pada
Flail chest yaitu Rontgen Thoraks anteroposterior dan lateral dapat menentukan
jumlah dan tipe costae yang fraktur
FORM PENGKAJIAN TRIASE

Tanggal : Jam : WIB No RM :

Alasan datang :Pasien jatuh dari lantai Nama : Tn A


3
Usia : 23 tahun
Cara masuk : IGD
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status Psikologis : Takut

melukai diri sendiri


PRE-HOSPITAL (jika ada)
Keadaan Pre Hospital : AVPU : ; TD : 110/70 mmHg ; Nadi : 97 x/menit
o
Pernafasan : 27 x/menit ; Suhu : C ; SpO2 : %
Tindakan Pre Hospital : RJP Oksigen IVFD
NGT Suction Bidai
DC Hecting Obat :
Lainnya :

✓ obstruksi jalan
obstruksi jalan nafas
nafas
A jalan nafas paten
stridor, gargling,
paradoksal
snoring
SpO2< 80% ✓ SpO2 80 – 94 % SpO2> 94 %
B RR >30 x/m atau
✓ RR 26 – 30 x/m RR 14 – 26 x/m
<14 x/m
Nadi > 130 x/m Nadi 121 – 130 x/m ✓ Nadi 60 – 120 x/m
C TD Sistolik < 80 TD Sistolik 80 – 90 TD Sistolik > 90

mmHg mmHg mmHg
D GCS ≤ 8 ✓ GCS 9 – 13 GCS 14 – 15
Suhu > 40oC atau < Suhu 37,5-40oC/32-
✓ Suhu 36,5 – 37,5oC
36oC 36,5oC
VAS = 7 – 10 VAS = 4 – 6 VAS = 1 – 3
E ✓
(berat) (sedang) (ringan)
EKG : mengancam EKG : resiko
EKG : resiko tinggi
nyawa rendah-normal
Merah Kuning Hijau
Triase
Hitam (meninggal)

Petugas Triase

Catatan :
FORM PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Tanggal : Jam : WIB No RM :


Keluhan utama : Jatuh dari lantai 3 Nama : Tn A
Anamnesa : Pasien datang ke IGD dengan hasil Usia : 23 Tahun
Hasil pemeriksaan GCS E3M5V5 dan pasien Jenis Kelamin : Laki-laki

mengeluh sesak napas

Riwayat alergi :-

Riwayat penyakit dahulu :-

Riwayat penyakit keluarga :-

PRIMARY SURVEY

Airways
• tidak paten
• lain-lain :

Breathing
• Irama nafas : tidak teratur
• Suara nafas : paradosal
• Pola nafas : takipnea
• Penggunaan otot bantu nafas : retraksi dada / cuping hidung
• Jenis nafas : pernafasan perut
• Frekuensi nafas : 27 x/menit

Circulation
• Akral : dingin pucat : ya
• Sianosis :tidak CRT >2 detik
• Tekanandarah :110 x/m nadi : teraba 97x/mnt / tidak teraba
• Perdarahan : tidak lokasi :-
• Riwayat kehilangan cairan dalam jumlah besar : -
• Kelembaban kulit : lembab
• Turgor kulit : baik
• Luas luka bakar : - % grade : - produksi urin : - cc
• Risiko decubitus : tidak / ya, lakukan pengkajian decubitus lebih lanjut

Disability
• Tingkat kesadaran : Apatis
• Nilai GCS : E3 V5 M5 Total : 13
• Pupil : isokhor / miosis / midriasis : diameter: 1 / 2 / 3 / 4 mm
• Respon cahaya :+
• Penilaian ekstremitas : sensori : ya / tidak
motoric : ya / tidak

Exposure
Pengkajian nyeri
• Onset : Setelah jatuh dari lantai 3
• Provokatif/paliatif : Nyeri tekan di bagian thoraks
• Qualitas : Nyeri hebat
• Region/radiation : Thoraks
• Scale/severity :8
• Time : Hilang timbul
• Apakah ada nyeri : ya, skor nyeri
VRS : 8 ( Nyeri berat)
Lokasi nyeri : Thoraks
VAS : worst pain possible
VRS :

VAS :
• Luka : tidak
• Resiko decubitus : Tidak
Fahrenheit
• Suhuaxila :- Suhu rectal :- Berat badan :-

Pemeriksaan penunjang

• EKG :-

• GDA :-

• Radiologi : Foto Thoraks X Ray dengan hasil hematopneumotoraks, pada tulang iga ke 3
hingga ke 6 dekstra serta emfisema subcutis

• Laboratorium (tanggal : 18 September 2022 )

.
Item Hasil Nilai Normal Interpretasi

ANALISA GAS
DARAH

PH 7.1 7,38-7,42 Rendah

HCO3 35 mEq/L 22-28 mEql/L Tinggi

45 mmHg 38-42 mmHg Tinggi


PaCO2
SECONDARY SURVEY

Pemeriksaan fisik

• Kapala : Kepala pasien tampak simetris, tidak terdapat jejas didaerah kepala

• Leher : Tidak ada benjolan

• Dada :
Paru-Paru
Inspeksi : Napas pasien paradoksal
Palpasi : Tidak simetris, ada nyeri tekan
Perkusi : hipersonor
Auskulltasi : Terdapat bunyi akibat adanya udara, emfisema subcutis
Jantung
Inpeksi : Asimetris
Palpasi : Nadi teraba
Perkusi : Sl daan SII
Auskultasi : terdengar bunyi lup dup

• Perut
Inspeksi : Simetris, ada jejas
Auskultasi : Terdengar suara peristaltik, bising usus 15 x/menit
Palpasi : Simetris, ada nyeri tekan
Perkusi : Simetris, ada sedikit nyeri tekan

• Ekstremitas atas : Kedua tangan dapat digerakkan namun agak sedikit berkurang

• Ekstremitas bawah : Kedua kaki dapat digerakkan namun agak sedikit berkurang

• Genitalia : Terpasang kateter


PROGRAM TERAPI

Tanggal/jam :
No Nama obat Dosis Indikasi
ANALISA DATA

No Data fokus Etiologi Mekanisme Problem


1) Ds : Pasien mengatakan Pola Napas Deformitas Pola napas
kesakitan saat bernapas tidak efektif tulang dada tidak efektif
Do : b.d
− Pasien terlihat saat deformitas
ekspirasi dada bagian tulang dada
kanan menonjol
− Pasien tampak sesak
napas
− Hasil X Ray
menunjukkan
hemopneumotoraks,
patah tulang ke 3
sampai 6 dekstra
− Terlihat adanya
emfisema subcutis
− Hasil AGD 7,1
− paCO2 45 mmHg
2) Ds : Nyeri Akut Agen Nyeri akut b.d
Pasien mengatakan sakit saat Pancedera agen
bernafas Fisiologis pancedera
Do : fiisologis
− Pasien terlihat ketika
ekspirasi dada bagian
kanan menonjol (ICS
4-5)
− Pasien nampak
meringis
− Pasien terlihat bernafas
paradoksal
− Hasil X Ray
menunjukkan
hematopneumothoraks,
patah tulang ke 3
sampai ke 6 dextra
− Terlihat adanya
emfisema subscutis
− Pengkajian nyeri
P: Patah tulang ke3-6 dekstra
Q : Seperti ditekan
R : Di iga ke 3- 6 dekstra
S:8
T : Hilang timbul serta ketika
pindah posisi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan deformitas tulang dada


2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pancedera fiisologis
INTERVENSI KEPERAWATAN

No
SKLI Intervensi Rasional
Dx
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas 1. untuk mengetahui
keperawatan selama 1x24 jam Observasi keparahan pola nafas
masalah pola nafas tidak efektif 1. Monitor pola yang terjadi.
dapat teratasi dengan kriteria hasil napas 2. Untuk
Pola Napas : Terapeutik Mempertahankan
1. − Dispnea menurun 2. Pertahankan kepatenan jalan napas
− Penggunaan otot bantu kepatenan jalan 3. membantu
nafas menurun napas pengembangan paru-
− Kedalaman nafas 3. Posisikan semi paru dengan baik.
membaik fowler 4. Untuk mengurangi
− Frekuensi nafas membaik 4. Berikan oksigen rasa sesak
2. Setelah dilakukan Tindakan Manajemen nyeri
1) Memantau
keperawatan selama 1 x 24 jam (I.08238)
keefektifan obat
maka tingkat nyeri menurun.
dan kemajuan
(L.08066) Observasi
penyembuhannya
1. Keluhan nyeri menurun
1) Identifikasi
2. Tekanan darah membaik 2) Untuk
lokasi,
mengetahui apa
karakteristik,
saja faktor yang
durasi, frekuensi,
memperberat dan
kualitas,
memperingan
intensitas nyeri
nyeri
2) Identifikasi faktor
yang
3) Untuk
memperberat dan
mengetahui
memperingan
tingkat
nyeri.
ketidaknyamanan
3) Identifikasi
yang dirasakan
responnyeri non
pasien
verbal
4) Monitor efek 4) Untuk
samping mengetahui efek
penggunan samping dari
analgetik pemberian
analgetik
Terapeutik 5) Lingkungan bias
1) Control
menjadi pemicu
lingkungan yang
peningkatan pada
memperberat rasa
nyeri
nyeri.
6) Untuk
2) Fasilitasi istirahat
mengurangi rasa
dan tidur
nyeri

Edukasi
7) Membatu
1) Jelaskan mengurangi factor
penyebab, periode pemicu nyeri
dan pemicu nyeri
8) Untuk
mengurangi rasa
nyeri
2) Anjurkan 9) Untuk
menggunakan memberikan obat
analgetic secara analgetic
tepat

Kolaborasi
1) Kolaborasi
pemberian
analgetik, bila
perlu
DAFTAR PUSTAKA

Andria, K., Parmana, I. M., & Samsu, Z. (2020). Pulsatile Bidirectional


Cavopulmonary Shunt on Adult Ebstein Anomaly: Perioperative Management.
Jurnal Anestesiologi Indonesia, 42-57.

Ariosta, Indranila, Indrayani. Prediksi Nilai Analisa Gas Darah Arteri.

Edwar, P. P. M., Airlangga, P. S., Salinding, A., Semedi, B. P., Sylvaranto, T., &
Rahardjo, E. Kesulitan “Weaning” pada Kasus Flail Chest Akibat Fraktur
Sternum yang Tidak Teridentifikasi. JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia),
10(1), 42-50

Permana, M. A., Sudiar, N. K., & Dewi, A. I. (2020). Emfisema Subkutis dan Simple
Pneumothoraks Akibat Tenggelam; Case Reportdari Rumah Sakit Tipe D.
MEDULA, 388-393.

Sibuea, D. A. (2019). Thoracic Trauma Severity Score (TTSS) Sebagai Prediktor


Outcome Pasien dengan Trauma Tumpul Toraks Di RSUP H. Adam Malik
Medan.

PPNI. 2016.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator


Diagnostik,Edisi 1.Jakarta;DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia;Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1.Jakarta;DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1.Jakarta;DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai