Anda di halaman 1dari 29

ASKEP KEPERAWATAN GAWAT DARURAT FLAIL CHEST

DISUSUN OLEH :
1. Fadilla Mulyaningrum A11801746
2. Habib Yusuf Bachtiar A11801759
3. Hanif Nurcahyo A11801760
4. Hasna Veranita D.P A11801762
5. Heddianty Roffikoh S A11801763
6. Hollin Sulistyorini A11801764
7. Ilham Bacthiar A11801768
8. Inka Putri B A11801772
9. Isnaeni Ayuningsih A11801775
10.Isnaeni Nur Afifah A1181776
11.Kholifatun Nurrowinahyu A11801779
12.Khusnul Dwi Haryani A11801780
13.Laras Ageng S A11801785
14.Linda Ernati A11801786
15.Lisa Irfa Nurrohmah A11801787
16.Maya Imaniar B A11801789

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG


2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah- Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Asuhan Keperawatan yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN FLAIL CHEST” dengan baik dan tepat pada
waktunya.

Adapun penyusunan tugas ini untuk memenuhi tugas mata kuliah


Keperawatan Kegawatdaruratan. Dengan segala kerendahan hati kami selaku
penyusun tugas ini menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karea itu, kami senatiasa mengharapkan kritik dan saran yang akan datang.
Semoga segala yang tertulis di dalam tugas ini bermanfaat bagi dunia
pendidikan.

Gombong, 02 September 2020

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................4
1. Latar Belakang..........................................................................4
2. Rumusan Masalah....................................................................5
3. Tujuan Penulisan......................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................6
1. Laporan Pendahuluan...............................................................6
A. Pengertian.....................................................................6
B. Batasan Karakteristik....................................................6
C. Faktor yang Berhubungan............................................7
D. Seven Jump..................................................................7
2. Asuhan Keperawatan Flail Chest..............................................13
BAB III PENUTUP................................................................................28
KESIMPULAN......................................................................................28
SARAN.................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................29

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Dada merupakan organ besar yang membuka bagian dari tubuh yang
sangat mudah terkena tumbukan luka. Karena dada merupakan tempat jantung,
paru dan pembuluh darah besar. Trauma dada sering menyebabkan gangguan
ancaman kehidupan. Luka pada rongga thorak dan isinya dapat membatasi
kemampuan jantung untuk memompa darah atau kemampuan paru untuk
pertukaran udara dan osigen darah. Bahaya utama berhubungan dengan luka
dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ.
Parahnya, luka dada dapat meluas dari benjolan yang relatif kecil dan goresan
yang dapat mengancurkan atau terjadi trauma penetrasi.
Dan salah satu dari penyebab trauma dada yang sering dijumpai yaitu flail
chest, meskipun jarang terjadi namun prevalensi flail chest antara pasien dengan
cedera dinding dada diperkirakan antara 5% dan 13%.  Diagnosis dari flail chest
didirikan paling mudahdengan mengamati gerakan paradoksal dari segmen yang
terkena dampak bencana secara spontan yang mana tulang iga patah pada 2
tempat pada lebih dari 2 iga sehingga ada satu segmen dinding dada ada yang
tidak ikut pada pernafasan akibatnya pada ekspirasi segmen akan menonjol
keluar dan pada inspirasi justru masuk kedalam yang dikenal dengan pernafasan
paradoksal.

Flail Chest.terjadi ketika segmen dinding dada tidak lagi mempunyai


kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena
fraktur iga multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis
fraktur. Adanya semen flail chest (segmen mengambang) menyebabkan
gangguan pada pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru di
bawahnya terjadi sesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan
menyebabkan hipoksia yang serius. Kesulitan utama pada kelainan Flail Chest
yaitu trauma pada parenkim paru yang mungkin terjadi (kontusio paru).
Walaupun ketidak-stabilan dinding dada menimbulkan gerakan paradoksal dari
dinding dada pada inspirasi dan ekspirasi, defek ini sendiri saja tidak akan
menyebabkan hipoksia. Penyebab timbulnya hipoksia pada penderita ini
terutama disebabkan nyeri yang mengakibatkan gerakan dinding dada yang
tertahan dan trauma jaringan parunya.

4
2. Rumusan Masalah
Untuk mendapatkan gambaran umum tentang pelaksanaan dalam
Asuhan keperawatan pada pasien Tn.L dengan kasus flail chest secara
rinci dengan menggunakan proses keperawatan.
3. Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan yang diperoleh dalam mempelajari system
integument adalah:
a) Mengetahui Laporan pendahuluan flail chest
b) Mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan flail chest
c) Mengetahui factor pengkajian pada flail chest
d) Mengetahui askep flail chest

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Laporan Pendauluan
A. Pengertian
Ketidakefektifan pola nafas adalah inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak
memberikan ventilasi adekuat. (buku diagnosis keperawatan edisi 10 tahun
2015-2017)
Ketidakefektifan pola nafas adalah ventilasi atau pertukaran udara inspirasi
dan atau ekspirasi tidak adekuat. (santoso,budi 2006)
Ketidakefektifan pola nafas adalah pola napas adalah inspirasi dan/atau
ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat (Wilkinson, 2006).
Pola Nafas tidak efektif adaah Inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberi
ventilsi adekuat.(NANDA,2018-2020).
Ketidakefektifan pola nafas adalah Keadaan ketika seorang individu
mengalami kehilangan ventilasi yang aktual atau potensial yang berhubungan
dengan perubahan pola pernapasan. Ketidakefektifan pola nafas adalah kondisi
seseorang yang mengalami masalah pada paru-parunya dan mengganggu
pernafasan nya.

B. Batasan Karakteristik
1. Pola nafas abnormal
2. Perubahan ekskursi dada
3. Bradipnew
4. Penurunan tekanan ekspirasi
5. Penurunan tekanan inspirasi
6. Penurunan ventilasi semenit
7. Penurunan kapasitas vital
8. Dispnea
9. Peningkatan diameter anterior-posterior
10. Pernapasan cuping hidung
11. Ortopnea
12. Fase ekspirasi memanjang
13. Pernapasan bibir
14. Takipnea
15. Penggunan otot bantu pernapasan
16. Penggunaan posisi tiga titik.

6
C. Faktor yang Berhubugan
1. Ansietas
2. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
3. Keletihan
4. Hiperventilasi
5. Obesitas
6. Nyeri
7. Keletihan otot pernafasan
D. SEVEN JUMP
STEP 1
1. Hematopneumotorak ( Hemopneumothorax adalah kombinasi dari dua
kondisi medis yaitu pneumotoraks dan hemotoraks. Pneumotoraks, yang
juga dikenal sebagai paru-paru yang kolaps, terjadi ketika ada udara di
luar paru-paru, di ruang antara paru-paru dan rongga dada )
2. Emfisema scubitis ( Emfisema Subkutis (ES) adalah ter-dapatnya udara
bebas di bawah jaringan subkutis. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh
komplikasi dari berbagai penyakit seperti asma serangan akut, infeksi
gan-gren, ekstraksi gigi atau komplikasi saat memasang thorax tube. )
3. Pernapasan Paradoksal (Proses bernapas melibatkan gerakan otot
diafragma yang menekan ke bawah untuk membuat paru-paru
mengembang sehingga memungkinkan udara dari luar terhirup masuk ke
dalam).
STEP 2
1. penanganan pernapasan paradoksal adalah?
2. Penolongan pertama pada hematopneumotorak?
3. Penolongan pertama jika terjadi emfisema subkutis?
4. Pemeriksaan pernafasan paradoksal
5. Bagaimana penanganan pada tulang iga yang patah?
6. Resiko dari adanya hemathorax
7. Apa Yang menyebabkan terjadinya pernafasan paradoksal?
8. Bagaimana cara mengurangi rasa nyeri pada pasien tersebut?
9. Mengapa bisa terjadi emfisema subcutis?
10. Karakteristik pernafasan paradoksal
11. Apa pertolongan pertama terhadap pasien pada saat dilokasi kejadian?
12. Patah tulang iga/rusuk dpt berdampak ke paru". Lalu pengobatan apa yg
dilakukan utk kasus tersebut?
13. Apa pemeriksaan penunjang pada pasien tersebut?
14. Komplikasi yang bisa terjadi pada kasus tersebut?
15. Apa tanda dan gejala Emfisema Scubitis pada kasus tsb?
16. Apa tanda dan gejala hematopneumotorak pada kasus tsb?
17. Bagaimana cara pengobatan pasien dengan kasus pernafasan
paradoksal.

7
STEP 3
1. Cara menangani pernapasan paradoksal :
 menjaga pola makan yang baik dengan nutrisi seimbang
 menjaga berat badan yang sehat dan ideal
 mengurangi minuman beralkohol dan merokok
 memperkuat otot-otot tubuh
2. hal pertama yang harus dilakukan tim medis adalah melakukan needle
thoracocentesis. Itu adalah tindakan memasukkan jarum bernomor besar,
sekitar 14 atau 16, ke bagian dada, tepatnya pada interkostal dua lurus
dari mid klavikula. Hal tersebut dilakukan supaya udara yang terjebak di
dalam rongga dada bisa keluar.Dengan begitu, udara itu tidak lagi
menekan paru-paru dan organ di dada lainnya. Aliran darah bisa segera
kembali normal.
3. Cara mengatasi emfisema subkutis dengan menginsisi sampai lapisan
sub kutan daerah yang dirasa terdapat emfisema, kemudian diurut-urut ke
arah lubang insisi. Kalau perlu pasang thorak drain.
4. fluoroskopi,tes fungsi paru,tekanan inspirasi statis maksimal (MIP),sniff
nasal inspiratory pressure ("tes mengendus"),rontgen dada,lektromiografi
diafragma,computer tomography (CT Scan),magnetic resonance
imaging (MRI).
5. pemberian obat pereda nyeri.
 Tujuannya adalah agar penderita tetap bisa bernapas, batuk, dan
menggerakkan tubuh dengan lebih nyaman. Apabila rasa nyeri akibat
patah tulang rusuk tidak segera diredakan, dapat terjadi sesak napas.
 Cara lain yang bisa digunakan untuk meringankan nyeri akibat patah
tulang rusuk adalah dengan membebat dada. Hanya saja, pembebatan
tidak boleh terlalu kencang.
 Jika benar2 patah perlu dilakukan operasi untuk memperbaiki tulang yang
patah dan kerusakan pada organ dalam.
6. Resiko dari adanya hemothorax bisa mengakibatkan kesulitan bernapas,
infeksi saluran pernapasan, penyumbatan cairan pleura di rongga dada,
pleuritis hingga fibro sis paru.
7. Pada dasarnya gangguan pernapasan paradoksal disebabkan oleh
kelainan otot diagframa dan merupakan jenis gangguan yang sulit untuk
dikenali.Meski begitu, ada beberapa gangguan kesehatan yang bisa
menyebabkan kondisi ini. Kondisi-kondisi tersebut biasanya dapat
diketahui setelah menjalani diagnosis untuk mencari tahu penyebab
sesak napas.Beberapa kondisi yang bisa menjadi penyebab pernapasan
paradoksal
8. Untuk mengurangi bengkak dan rasa sakit, kompres dada secara teratur.
Gunakan es batu atau makanan beku yang dibungkus dengan handuk
dan tempelkan di daerah dada/ dg cara lain yaitu membebat dada.
9. biasanya disebabkan oleh komplikasi dari berbagai penyakit seperti asma
serangan akut, infeksi gan-gren, ekstraksi gigi atau komplikasi saat
memasang thorax tube. )
10. Karakteristik pernafasan paradoksal : Tachypnea, dipnea.
11. Pertolongan pertama : memposisikan pasien semifowler untuk
mengurangi rasa sesak.

8
12. Pengobatan awal untuk tulang rusuk patah adalah dengan pemberian
obat pereda nyeri. Tujuannya adalah agar penderita tetap bisa bernapas,
batuk, dan menggerakkan tubuh dengan lebih nyaman. Apabila rasa nyeri
akibat patah tulang rusuk tidak segera diredakan, dapat terjadi sesak
napas.Untuk orang dewasa, ada 3 pilihan obat pereda nyeri yang bisa
dikonsumsi, yaitu paracetamol, ibuprofen, dan aspirin. Namun, untuk
anak-anak, pemberian obat pereda nyeri harus dikonsultasikan dulu
dengan dokter, sebab ada beberapa obat pereda nyeri yang tidak boleh
dikonsumsi oleh anak-anak di bawah usia tertentu.Cara lain yang bisa
digunakan untuk meringankan nyeri akibat patah tulang rusuk adalah
dengan membebat dada. Hanya saja, pembebatan tidak boleh terlalu
kencang karena dapat menghambat paru-paru untuk mengembang dan
meningkatkan risiko terjadinya pneumonia.
13. Pemeriksaan penunjang : X-ray, AGD, EKG, darah lengkap.
14. Komplikasi yang bisa terjadi pada kasus tersebut yaitu rubture lien Dan
rubture jantudng.
15. TANDA DAN GEJALA emfisema subkutis, yaitu:
 Kondisi paru-paru yang kolaps atau pneumothorax (biasanya disertai
patah tulang iga).
 Patah tulang wajah.
 Cedera benda tumpul.
16. tanda gejala hematopneumuthorax sesuai kasus : sesak nafas, nadi
cepat, TD turun, patah tulang thorax
17. Pemberian oksigenasi yang adekuat, pemberian analgesia untuk
mengurangi nyeri dan resusitasi cairan.

9
STEP 4
Trauma tajam/tumpul pada
thorax

Costa lebih kearah lateral (dalam)

Nyeri Fraktur (Flail chest)

Menusuk jaringan dibawahnya

Ketidakmampuan paru-paru Kebutuhan O2 pada


mengembang maksimal jaringan menurun
(((9(asimetris)

Pernafasan Gangguan Perfusi


Jaringan

O2 & CO2 tidak bertukar

Gangguan Pola Nafas

STEP 5
1. Bagimana Pertolongan dan Penaalaksanaan Ketika terjadi Flail Chest
atau patah tulang iga?
2. Bagaimana penanganan hematopnemuthorax?
3. penanganan emfisema subcutis adalah ?
4. Etiologi hemapneumothorax
5. Bagaimana melakukan pemeriksaan pada seperti kasus flail chest
6. Manifestasi klinis fail chest

STEP 7
1. Setelah tidak ditemukan lagi sumber perdarahan dan hemodinamik stabil
pasien segera disiapkan operasi darurat. Pasien diintubasi, simultan
dengan pemasangan check tube, nafas kendali dengan ventilasi mekanik.
Dilakukan diagnostic peritoneal lavage (DPL), hasil negatif dan tidak
dilanjutkan dengan laparotomi. Selanjutnya dilakukan pembersihan pada
fraktur terbuka humerus dan unkle. Setelah dipastikan tidak ada

10
perdarahan yang berlanjut Dan hemodinamik stabil, dari kamar operasi
pasien dilakukan CT scan kepala dan abdomen, didapatkan edema
cerebri ringan tanpa lesi, laserasi hepar segmen 6 tanpa disertai
perdarahan, laserasi ginjal kanan berat, serta fraktur processus
transversus vertebra lumbal.
2. pada trauma thoraks perlu dipikirkan juga syok berasal dari trauma di
organ intratorakal, pemasangan intubasi diperlukan untuk mengontrol
airway. dilihat juga peningkatan jvp guna membedakan dengan tension
pneumothorax dan tamponade jantung. lihat retraksi interkostal dan
supraklavikular dapat menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
evaluasi banyak dan persebaran luka (abrasi, emfisema subkutis,
krepitasi dan adanya fraktur Costae). jangan lupa juga penilaian terhadap
daerah thorax posterior.
3. Bahan yang diperlukan dalam penatalaksanaan emfisema subkutis:
Larutan desinfektan, lidokain 2 ampul dan IV kateter nomor 14.
pemasangan dua buah IV kateter nomor 14, pada garis linea mid
clavicula kiri dan kanan di ruang intercosta 2. teknik pemasangan adalah
dengan cara, kulit tempat yang akan kita pasang dilakukan desinfektan,
kemudian dilakukan anestesi lokal. pemasangan IV kateter dengan cara
menginsersikan dengan sudut 45 sedalam lebih kurang 0,5 - 1 cm
4. Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul 65%
dan trauma tajam 34.9 % (Ekpe & Eyo, 2014). Penyebab trauma toraks
tersering adalah kecelakaan kendaraan bermotor (63-78%) (Saaiq, et al.,
2010). Dalam trauma akibat kecelakaan, ada lima jenis benturan (impact)
yang berbeda, yaitu depan, samping, belakang, berputar, dan terguling.
Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat yang
lengkap karena setiap orang memiliki pola trauma yang berbeda.
Penyebab trauma toraks oleh karena trauma tajam dibedakan menjadi 3
berdasarkan tingkatenerginya, yaitu berenergi rendah seperti trauma
tusuk, berenergi sedang seperti tembakan pistol, dan berenergi tinggi
seperti pada tembakan senjata militer. Penyebab trauma toraks yang
lain.adalah adanya tekanan yang berlebihan pada paru - paru yang bisa
menyebabkan Pneumotoraks seperti pada aktivitas menyelam (Saaiq, et
al., 2010).
Trauma toraks dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang kosta dan

11
sternum, rongga pleura saluran nafas intratoraks dan parenkim paru.
Kerusakan ini dapat terjadi tunggal ataupun kombinasi tergantung dari
mekanisme cedera (Gallagher, 2014).
5. Manajemen awal untuk pasien trauma toraks tidak berbeda dengan
pasien trauma lainnya dan meliputi ABCDE, yaitu A: airway patency with
care of cervical spine, B: Breathing adequacy. C: Circulatory support, D:
Disability assennent, dan E: Exposure without causing hypothermia
Pemeriksuan primary survey dan pemeriksaan dada secara
keseluruhan harus dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
dan menangani kondisi yang uengancam nyawa dengan segera, seperti
obstruksi jalan napas, tension Pneumotoruks. • pneuomotoraks terbuka
yang masif. hemotoraks masif, tamponade perikardial, dan flail chest
yang besar. Begitu kondisi kondisi yang mengancam nyawa sudah
ditangani, maka pemeriksuan sekunder dari kepala hingga kaki yang lebih
mendetail disertai secondary chest xurvey harus dilakukan. Pemeriksaan
ini akan fokus untuk medeteksi kondisi - kondisi berikut: kontusio
pulmonum, kontusi miokardial, disrupsi aortal, ruptur diafragma traumatik,
disrupsi trakeobronkial, dan disrupsi esofageal
Aprnea, syok berat, dan ventilasi yang inadekuat merupakan
indikasi untuk intubusi endotrakeal darurat. Resusitasi cairan intravena
merupakan terapi utama dalam menangani syok hemorhagik. Manajemen
nyeri yang efektif merupakan sulah satu hal yang sangat penting pada
pasien trauma toraks. Ventilator harus digunakan padu pusien dengan
hipoksemia, hiperkarbia, dan takipnea berat atau ancaman gagal napas.
Ventilator juga diindikasikan pada pasien dengan kontusio paru berat,
hemotoraks atau pemumotoruks, dun flail chest yang disertai dengan
gangguan hemodinamik
Pasien dengan tanda klinis tension Pneumotoraks harus segera
menjalani dekompresi dengan torakosentesis jarum dilanjutkan dengan
torakostomi tube. Foto toraks harus dihindari pada pasien pasien ini
karena diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan pemeriksaan x- ray
hanya akan menunda pelaksanaan tindakun medis yang harus segera
dilakukan. Luka menghisap pada. dada harus segern dioklusi untuk
mencegah berkemhangnya tension Pneumetoraks terbuka. Tindakan

12
lainnya seperti torakostomi tube, torakotomi, dan intervensi lainnya
dilakukan sesuai dengan kondisi pasien
6. Biasanya karena ada pembengkakan jaringan lunak di sekitar dan
terbatasnya gerak pengembangan dinding dada, deformitas, dan gerakan
paradoksal flail chest yang ada akan tertutupi. Pada mulanya, penderita
mampu mengadakan kompensasi terhadap pengurangan cadangan
respirasinya. Namun bila terjadi penimbunan secret-sekret dan
penurunan daya pengembangan paru-paru akan terjadi anoksia berat,
hiperkapnea, dan akhirnya kolaps.

2. Asuhan Keperawatan Flail Chest

PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


Kasus
Laki laki 23 tahun seorang pekerja bangunan terjatuh dari lantai 3
dengan posisi terlantang. Pasien dibawa ke IGD. Hasil pengkajian
didapatkan nilai GCS E3M5V5, TD 110/70 mmHg, Nadi 97x/menit,
Pernafasan 27x/menit dan Suhu 370C, pernafasan paradoksal. Hasil
pemeriksaan thoraks X-Ray dengan hasil hematopneumathoraks, patah
tulang iga ke 3 hingga 6 dextra, serta emfisema subcutis.
I. BIODATA PASIEN

Nama : Tn. S

Umur : 23 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh

Alamat : Kebumen

Tanggal Masuk RS : 02 September 2020

Tanggal Pengkajian : 02 September 2020

13
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama : Ny. Y

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Umur : 40 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Hubungan : Ibu kandung

Alamat : Kebumen

PENGKAJIAN

1. Keluhan Utama : Pasien datang ke RS dengan kecelakaan


jatuh dari lantai 3 saat bekerja, pasien mengalami penurunan kesadaran dan
terdapat pernafasan paradoksal
2. Riwayat Kesehatan Sekarang : Klien datang ke IGD PKU Muhammadiyah
Gombong tanggal 02 September pada pukul 09.00 WIB dating dengan rekan
kerja karena kecelakaan jatuh dari lantai 3. Keadaan pasien mengalami
penurunan kesadaran, terdapat pernafasan paradoksal. Hasil pemeriksaan
GCS E3M5V5, TD 110/70 mmHg, Nadi 97x/menit, Pernafasan 27x/menit dan
Suhu 370C, Hasil pemeriksaan thoraks X-Ray dengan hasil
hematopneumathoraks, patah tulang iga ke 3 hingga 6 dextra, serta
emfisema subcutis.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu : Rekan kerja mengatakan pasien sudah
beberapa bulan bekerja tetapi belum pernah mengalami kecelakaan sperti ini,
dan tidak memiliki Riwayat penyakit.
4. Riwayar Kesehatan Keluarga : Keluarga pasien mengatakan tidak
mempunyai penyakit keturunan
5. Pengkajian nyeri

P : Pasien mengatakan nyeri di dada sangat berat

Q : Pasien mengatakan nyeri seperti ditekan sakit sekali

R : Pasien mengatakan nyeri di bagian dada khususnya sebelah kanan

14
S : Skala nyeri 8
T : Pasien mengatakan nyeri terus menerus

II. PRIMARY SURVEY


1. Airways : Stidor
2. Breathing
Irama nafas : Tidak Teratur
Suara nafas : Ronchi
Penggunaan otot bantu nafas : Retraksi dada
Jenis nafas : Pernafasan dada
Frekuensi nafas : 27 x/menit
3. Circulation
Akral : Hangat Pucat : Ya
Sianosis : Tidak CRT : >2 detik
Tekanan darah : 110 / 70 mmHg Nadi : 97 x/menit
Perdarahan : Ya
Adanya riwayat kehilangan cairan dalam jumlah besa r: -
Kelembaban kulit : Kering
Turgor : Kurang
Resiko dekubitus : Tidak
4. Disability
Tingkat kesadaran : Apatis
Nilai GCS : E3 V5 M5 Total: 13
Pupil : Isokhor
Respon Cahaya :+
Penilaian Ekstremitas : Sensorik: Ya Motorik: Ya
5. Exposure
Pengkajian Nyeri
Onset:Nyeri terasa setelah jatuh dari lantai 3, di bagian dada, nyeri
terus – menerus, nyeri bertambah parah ketika bergerak dan
bernapas.
Provokatif/Paliatif : Nyeri terjadi akibat terjatuh
Qualitas : Nyeri terasa seperti teriris pisau
Regio/ Radiation : Nyeri terasa dibagian dada kanan, terpusat
Scale/ Severity :9

15
Time : nyeri akut
Apakah ada nyeri : Ada
Skor nyeri VRS :8
Luka : Tidak
Resiko Dekubitus : Tidak
Fahrenheit
Suhu Axila : 370C
Berat : - Kg
Suhu Rectal :-
Pemeriksaan Penunjang
EKG :-
GDA :-
Radiologi : Fraktur tulang iga ke 3 hingga ke 6 dextra,
hematopneumothoraks, emfisemasubcutis.
Laboratorium :-

III. SECONDARY SURVEY

1. Keadaan Umum : Penurunan kesadaran dan Sesak


2. Kesadaran : Sopor
a. Tekanan Darah 110/70 mmHg
b. Nadi 97x permenit
c. Respirasi 27x permenit
d. Suhu 37oC
3. Kepala : mesosepal

1. Rambut: Rambut kaku berwarna hitam


2. Mata : Konjungtiva anemis, sklera anikterik
3. Hidung : Normal
a. Inspeksi : Tidak ada sekret
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan di daerah sinus.
4. Telinga : Normal
a. Inspeksi : Simetris, tidak ada serumen
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
5. Mulut

16
a. Inspeksi : Lidah bersih, gigi tidak ada caries, mukosa bibir
tidak ada stomatitis
4. Leher

a. Inspeksi : Tidak ada benjolan


b. Palpasi : Tidak ada nyeri
5. Dada

1. Paru – paru
a. Inspeksi : Bentuk tidak simetris, terdapat jejas dan bengkak,
pergerakan dinding tidak simetris, terdapat pernafasan
paradoksal
b. Palpasi : Terdapat nyeri tekan, dan pemengkakan
c. Perkusi : Mendekur
d. Auskultasi : terdengar bunyi tambahan ronki, frekuensi nafas
27x/menit
2. Jantung
a. Inspeksi : Tampak ictuscordis
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi : Terdengar bunyi sonor
d. Auskultasi : Terdengar suara jantung Reguler
6. Abdomen

a. Inspeksi : Tidak ada benjolan


b. Palpasi : Tidak ada nyeri, turgor kulit elastis
c. Perkusi : berbunyi tympani
d. Auskultasi : 3 – 15 peristaltik usus
7. Genetalia :Keadaan bersih, tidak terpasang kateter

8. Ekstremitas

Ekstermitas atas : tangan kanan terpasang infus asering 7tpm

Ekstermitas bawah : terdapat edema.

17
IV. ANALISA DATA

No. Hari/tan Data Fokus Problem Etiologi Diagnosa


ggal Keperawa
tan
1. Rabu,02/ DS: Ketidakefek deformita Gangguan
09/2020 tifan Pola s tulang pola nafas
- Penolong
pukul Nafas dada berhubung
mengatakan
09:30 an dengan
pasien jatuh dari
WIB deformitas
lantai 3
tulang
- Penolong dada
mengatakan
pasien bernafas
cepat (sesak)

DO:

-Pasien bernafas
dengan terengah-
engah

-Tampak ada
otot-otot bantu
pernapasan

- RR 27x/menit

- TD : 110/70
mmHg

- Suhu :37ºC

- Nadi :97x/menit

- Hasil rontgen :
fraktur costa ke 3
hingga ke 6
dextra

Dan

18
hematopneumoth
oraks

2. Rabu,02/ DS : Gangguan sumbata Gangguan


09/2020 perfusi n dan perfusi
- Penolong
pukul jaringan suplai jaringan
mengatakan
09:30 oksigen b.d
pasien bernafas
WIB turun Sumbatan
cepat (sesak)
dalam dan suplai
DO : jaringan oksigen
-TTV turun
TD = 110/70 dalam
mmHg jaringan
HR = 97x/menit
RR = 27
S. = 37° C
-Pernafasan
paradoksal
-Hasil foto
Thoraks X-Ray =
hematopneumoth
oraks, patah
tulang iga ke 3 - 6
dextra, serta
emfisema
subcutis

3. Rabu,02/ DS: Nyeri akut Agen Nyeri akut


09/2020 Cedera b.d Agen
-P:Klien Cedera
pukul Fisik Fisik
mengeluh nyeri
09:30
pada dada
WIB
sebelah kanan
karena terdapat
fraktur costa 3-6

19
dextra

-Q: Nyeri seperti


tertimpa benda
berat

-R: Nyeri di dada


sebelah kanan
dan tidak
menyebar

-S: Skala nyeri 8

-T:Nyeri
berlangsung terus
menerus

DO :

Terdapat
perdarahan di
dada sebelah
kanan

-Wajah klien
tampak tegang
dan pucat

-Klien tampak
kesakitan
menahan nyeri

- RR 27x/menit

- TD : 110/70
mmHg

- Suhu :37ºC

- Nadi :97x/menit

-Hasil Rontgen :
fraktur costa ke 3

20
hingga ke 6
dextra

dan
hematopneumoth
oraks

V. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pola nafas b.d deformitas tulang dada
2. Gangguan perfusi jaringan b.d sumbatan dan suplai oksigen turun
dalam jaringan
3. Nyeri akut b.d Agen Cedera Fisik

VI. Intervensi Keperawatan

NO Hari/ Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI) Rasional T


Tangg T
al D
1. Rabu, Setelah dilakukan Manajemen 1. Untuk
02/09/ tindakan keperawatan Jalan Napas menge
2020 diharapkan masalah (01011) tahui
pukul gangguan pola nafas 1. Monitor pola pola
10.00 dapat teratasi dengan napas. napas
WIB kriteria hasil : 2. Monitor pasien
bunyi napas. 2. Untuk
Pola Napas (01004) 3. Pertahankan Menge
Indikator A T kepatenan tahui
Penggunaan 2 4 jalan napas. bunyi
otot bantu 4. Berikan napas
napas oksigen pasien
Pemanjangan 2 4 3. Agar
fase ekspirasi jalan
Frekuensi 2 napas
npas 4 pasien
Kedalaman 2 4 tidk
napas menga
lami
Keterangan : hamba
1. Menurun tan
2. Cukup menurun atau
3. Sedang ganng
4. Cukup meningkat uan
5. Meningkat 4. Meme
nuhi
kebutu
han
oksige

21
nasi
pasien
2. Rabu, Setelah dilakukan Terapi Oksigen 1. Mening
02/09/ tindakan keperawatan (01026) katkan
2020 diharapkan masalah 1. Monitor konsen
pukul gangguan perfusi efektifitas trasi
10.00 jaringan dapat teratasi terapi oksige
WIB dengan kriteria hasil : oksigen. n dan
2. Bersihkan dapat
Tingkat Cedera (14136) : secret pada mempe
Indikator A T mulut, rbaiki
Kejadian 2 4 hidung, dan hipoks
cedera trakea. emia
Pendarahan 2 4 3. Pertahankan jaringa
Ekspresi 2 kepatenan n.
wajah 4 jalan napas. 2. Agar
kesakitan 4. Siapkan dan memud
Frekuensi 2 4 atur ahkan
napas peralatan jalan
pemberian napas.
Keterangan : oksigen. 3.
1. Menurun 5. Berikan 4. Mening
2. Cukup menurun oksigen katkan
3. Sedang tambahan. oksige
4. Cukup meningkat n ke
5. Meningkat paru
untuk
kebutu
han
sirkula
si.
3. Rabu, Setelah dilakukan Manajemen 1. Menget
02/09/ tindakan keperawatan Nyeri (03120) ahui
2020 diharapkan masalah 1. Identifikasi lokasi,
pukul nyeri akut dapat teratasi lokasi, karakte
10.00 dengan kriteria hasil : karakteristik, ristik,
WIB durasi, durasi,
Kontrol Nyeri (06063) : frekuensi, frekuen
Indikator A T kualitas, dan si,
Melaporkan 2 4 intensitas kualita
nyeri terkontrol nyeri. s, dan
Kemampuan 2 4 2. Identifikasi intensit
mengenali skala nyeri. as
onset nyeri 3. Identifikasi nyeri.
Kemampuan 2 factor yang 2. Menget
mengenali 4 memperberat ahui
penyebab nyeri dan skala
Kemampuan 2 4 memperinga nyeri.
menggunakan n nyeri. 3. Menget
Teknik non- 4. Berikan ahui
farmakologis. Teknik non- factor
Keluhan nyeri 2 4 farmakologis yang

22
untuk mempe
mengurangi rberat
rasa nyeri. dan
mempe
ringan
nyeri.
4. Membe
rikan
Teknik
non-
farmak
ologis
untuk
mengu
rangi
nyeri.

VII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Hari/t DX.Kep Implementasi Evaluasi T


angga T
l D
1. Rabu, Gangguan pola 1) Memonito S:
02/09/ nafas r pola
 Keluarga
nafas
2020 berhubungan pasien mengataka
pukul dengan 2) Memonito
n pasien
10.00 deformitas
r bunyi
nafas masih
WIB tulang dada pasien
merasa
3) Memberik
an sesak
terapioksi
gen  Keluarga
pasien
mengatkan
gerakan
dinding
dada
masih
tidak stabil
O:
 Klien

23
Tampak
Sesak
 RR :
27x/menit
A : Masalah
belum teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
- Pemberian
oksigen
- Memonito
r pola
nafas

2. Rabu, Gangguan 1) Memonitor S:


02/09/ perfusi jaringan pemberian
 Klien
terapi oksigen
2020 b.d Sumbatan 2) Membersihka masih
pukul dan suplai n secret pada
mengeluhk
10.30 oksigen turun
mulut, hidung
dan trakea an pusing
WIB dalam jaringan 3) Menyiapkan
dan sakit
dan mengatur
peralatan kepala
pemberian
oksigen  Klien
4) Memberikante mengataka
rapioksigenta
mbahan n sudah
merasa
tenang dan
sakitnya
jarang
O:
 Tingkat
kesadaran
pasien

24
belum
stabil
 GCS 13
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Lanjutkan
Intervensi
- Berikan
oksigen
tambahan
Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
3. Rabu, Nyeri akut b.d 1) Menanyakan S:
02/09/ Agen Cedera terkait lokasi,
- P : Klien
durasi,
2020 Fisik frekuensi masih
pukul kualitas serta
mengeluh
11.00
intensitas
nyeri pasien nyeri pada
WIB 2) Menanyakan
dada
skala nyeri
pasien sebelah
3) Menanyakan
kanan
factor yang
memperparah karena
dan
terdapat
meringankan
nyeri fraktur
4) Mengajarkan
costa 3-6
Teknik
relaksasi dextra
nafas dalam/
relaksasi - Q : Nyeri
distraksi seperti
disayat-
sayat
- R : Nyeri
di dada

25
sebelah
kanan dan
tidak
menyebar
- S : Skala
nyeri 5
- T : Nyeri
berlangsun
g setiap 5
menit
sekali
O:
- Klien
tampak
tegang dan
pucat
- Klien
tampak
kesakitan
menahan
nyeri
- RR
25x/menit
- TD :
110/60
mmHg
- Suhu :
370C
- Nadi :
92x/menit
A : Masalah
belum teratasi

26
P : Lanjutkan
intervensi
- Berikan
Analgesik
- Kontrol
skala nyeri
secara
berkala
- Berikan
teknik non
farmaklogi
untuk
menguran
gi nyeri

BAB III

PENUTUP

27
KESIMPULAN
Flail Chest adalah area thoraks yang melayang (flail) oleh sebab adanya
fraktur iga multipel berturutan = 3 iga. Dan memiliki garis fraktur = 2 (segmented)
pada tiap iganya. Akibatnya adalah terbentuk area "flail" yang akan bergerak
paradoksal dari gerakan mekanik pernafasan dinding dada. Area tersebut akan
bergerak masuk saat inspirasi dan bergerak keluar ekspirasi

Flail Chest terjadi ketika segmen dinding dada tidak lagi mempunyai
kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada. Kesulitan utama yaitu kontusio
paru yang menyertai. Hipoksia terutama karena nyeri dan trauma jaringan
parunya. Terapi awal yaitu ventilasi yang adekuat dan cairan O2.Terapi definitif
ditujukan pada pengembangan paru, oksigenasi, cairan yang cukup serta
analgesia. Tekanan oksigen arterial dan kinerja pernapasan penilaiannya
menentukan kapan diberi intubasi dan ventilasi.

SARAN
Dalam pembahasan teori dan asuhan keperawatan tentang flail chest,
diharapkan mahasiswa mampu memahami, mengetahui, dan menjelaskan
tentang asuhan keperawatan flail chest beserta pengaplikasian dalam dunia
keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

28
PPNI, T.p. (2018-2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI, T. p. (2016-2017). Standar Diagnosis Keperwatan Indonesia. Jakarata
Selatan: Dewan Pengurus Pusat.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakata Selatan :
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Savitri, S. H. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS PADA GANGGUAN SISTEM
PERNAFASAN EFUSI PLEURA SEBELUM PEMASANGAN WSD DI BANGSAL
DAHLIARS PROF DR MARGONO SOEKARJOPURWOKERTO. STIKES
Muhammadiyah Gombong , 88-89.
T.Heather, H. (20188-2020). NANDA International nursig diadnoses :definitions
and cllassificaton. Jakarta: Buku kedokteran EGC.

29

Anda mungkin juga menyukai