DOSEN PENGAMPU :
Vanny Mokalu, S.Kep.Ns
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul RESUTASI
JANTUNG DAN PARU ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah MANAJEMEN GADAR, PRE HOSPITAL PERAWATAN
KRITIS. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
resutasi jantung dan paru bagi para pembaca dan juga bagi pemakalah.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Vanny Mokalu, S.Kep.Ns selaku
dosen mata kuliah MANAJEMEN GADAR, PRE HOSPITAL PERAWATAN KRITIS
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan pendidikan yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.Latar Belakang.............................................................................................................1
2.Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
A.Resusitasi Jantung Paru...............................................................................................3
B.Suction.........................................................................................................................9
C.Oksigenasi...................................................................................................................13
BAB III PENUTUP.......................................................................................................17
1.Kesimpulan..................................................................................................................17
2.Saran............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah metode untuk mengembalikan fungsi perna
pasan dan sirkulasi pada pasien yang mengalami henti napas dan henti jantung yang tida
k diharapkan mati pada saat itu. Metode ini merupakan kombinasi pernapasan buatan da
n bantuan sirkulasi yang bertujuan mencukupi kebutuhan oksigen otak dan substrat lain
sementara jantung dan paru tidak berfungsi.
1
sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh, kebutuhan oksigen dalam tubuh harus
dipenuhi karena apabila kebutuhan dalam tubuh berkurang, maka terjadi kerusakan pada
jaringan otak. Dan apabila hal tersebut terjadi berlangsung lama akan mengakibatkan
kematian.
B. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Resusitasi Jantung Paru
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah upaya mengembalikan fungsi nafas dan
atau sirkulasi yang berhenti oleh berbagai sebab dan boleh membantu memulihkan
kembali kedua-dua fungsi jantung dan paru ke keadaan normal.
a. Tujuan
b. Peralatan
c. Persiapan Pasien.
3
Baju bagian atas pasien di buka.
d. Cara Resusitasi
Membuka mulut korban dengan 2 jari, lihat apakah ada benda asing, lidah yang
drop atau darah. Kemudian taruh tangan penolong diatas jidat dan bawah dagu korban
dan dongakkan kepalanya, hiperfleksi – (Head tilt chin lift), kalau kita curiga ada
fraktur servikal maka pakai model jaw trust.
Kalau tidak ada napas – berikan mouth to mouth ventilation dengan cara tutup
hidung korban dan berikan napas dua kali dengan jarak antaranya 5 detik, lakukan
sampai terlihat rongga dada pasien ekspansi/naik. Ingat posisi pasien masih hiperfleksi
(head till chin lift). Setelah itu kita periksa denyut nadi di arteri karotis sebelah kanan –
kiri dekat jakun ( 2- 3 jari) selama 10 detik – rasakan. Kalau ada denyut nadi, korban
hanya henti napas maka lanjutkan Pulmonary Recusitation dengan berikan napas mulut
ke mulut sampai 1 menit (berarti 12 kali), sampai napas OK (satu siklus).
Kalau denyut nadi tidak ada maka lakukan kompresi jantung (CPR-cardiac
pulmonary resucitation) dengan letakkan ujung telapak tangan di kunci dengan telapak
tangan yang lain di tulang dada (sternum) bisa sejajar/segaris antara putting payudara
atau 3 jari diatas tulang muda di bawah sternum (prosessus xypoid), letakkan kedua
bahu anda sejajar dan lakukan kompresi jantung.
4
Kalau ada DC shock atau Automated External Defibrillator (AED), bisa
diberikan kejut jantung sebanyak 200 joule, namun pada VF/VT. Sedangkan kalau henti
jantung pukul saja rongga dada dengan model cardiac thumb.
e. Dokumentasi
Melakukan RJP yang baik bukan jaminan penderita akan selamat, tetapi ada hal-hal
yang dapat dipantau untuk menentukan keberhasilan tindakan maupun pemulihan
sistem pada korban diantaranya:
Saat melakukan pijatan jantung luar suruh seseorang menilai nadi karotis, bila
ada denyut maka berarti tekanan kita cukup baik.
Gerakan dada terlihat naik turun dengan baik pada saat memberikan bantuan
pernafasan.
Reaksi pupil / manik mata mungkin akan kembali normal.
Warna kulit korban akan berangsur-angsur membaik.
Korban mungkin akan menunjukkan refleks menelan dan bergerak.
Nadi akan berdenyut kembali.
Keputusan untuk Mengakhiri Upaya Resusitasi Dalam keadaan darurat, resusitasi dapat
diakhiri bila terdapat salah satu dari berikut ini:
5
Petunjuk terjadinya kematian otak adalah pasien tidak sadar, tidak ada
pernapasan spontan dan refleks muntah, serta terdapat dilatasi pupil yang menetap
selama 15-30 menit atau lebih, kecuali pada pasien hipotermik, di bawah efek
barbiturat, atau dalam anestesi umum
Mati jantung ditandai oleh tidak adanya aktivitas listrik jantung (asistol) selama
paling sedikit 30 menit walaupun dilakukan upaya RJP dan terapi obat yang optimal.
Tanda kematian jantung adalah titik akhir yang lebih baik untuk membuat keputusan
mengakhiri upaya resusitasi.
Indikasi Resusitasi
1. Henti napas (apnu)
Henti napas dapat disebabkan oleh sumbatan jalan napas atau akibat depresi
pernapasan, baik di sentral maupun perifer. Bila terjadi henti napas primer, jantung
dapat terus memompa darah selama beberapa menit selama ada sisa oksigen di dalam
paru yang beredar ke otak dan organ vital lain. Penanganan dini pada pasien dengan
henti napas atau sumbatan jalan napas dapat mencegah henti jantung.
6
misalnya jatuhnya dasar lidah, hipertrofi tonsil, dsb. Bunyi lengking (crowing) yang
menandakan laringospasme; bunyi kumur (gargling) yang menandakan adanya benda
asing berupa cairan; dan bunyi bengek (wheezing) yang menandakan terdapat sumbatan
jalan. napas bawah setelah bronkiolus respiratorius. Dapat juga disertai retraksi.
Gejala akibat sumbatan jalan napas yang segera dapat diketahui dari keadaan klinis:
Bila terjadi henti jantung primer, oksigen tidak beredar dan oksigen yang tersisa
dalam organ vital akan habis dalam beberapa detik. Henti jantung dapat disebabkan oleh
faktor intrinsik atau ekstrinsik. Faktor intrinsik berupa penyakit kardiovaskular seperti
asistol, fibrilasi ventrikel, dan disosiasi elektromekanik. Faktor ekstrinsik adalah
kekurangan oksigen akut (henti napas sentral/perifer, sumbatan jalan napas, dan inhalasi
asap); kelebihan dosis obat (digitalis, kuinidin, antidepresan trisiklik, propoksifen,
adrenalin, dan isoprenalin); gangguan asam basal elektrolit (hipo/hiperkalemia,
hipo/hipermagnesia, hiperkalsemia, dan asidosis); kecelakaan (syok listrik, tenggelam,
dan cedera kilat petir); refleks vagal; anestesi dan pembedahan; terapi dan tindakan
diagnostik medis; dan syok (hipovolemik, neurogenik, toksik, dan anafilaktik).
Tanda-tanda henti jantung adalah sebagai berikut:
7
o Tidak teraba denyut arteri besar, yaitu arteri femoralis dan karotis pada orang
dewasa atau brakialis pada bayi dan anak kecil. Tanda ini muncul segera setelah
henti jantung.
1) Kematian normal yang biasa terjadi pada penyakit akut atau kronis yang berat.
Pada keadaan ini denyut jantung dan nadi berhenti pertama kali pada suatu saat.
2) Stadium terminal suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan lagi.
3) Bila hampir dapat dipastikan bahwa fungsi serebral tidak akan pulih, yaitu
setelah ½ – 1 jam terbukti tidak ada nadi pada normotermia tanpa RJP
Fraktur iga dan sternum sering terjadi terutama pada orang tua, RJP
tetapditeruskan walaupun terasa ada fraktur iga. Fraktur mungkin terjadi bila posisi
tangan salah.
a. Pneumothorax.
b. Hemothorax.
c. Kontusio paru.
d. Laserasi hati dan limpa, posisi tangan yang terlalu rendah akan menekan procesus
xipoideus ke arah hepar/limpa.
e. Emboli lemak.
f. Muntah dan aspirasi.
g. Distensi lambung.
8
B. Suction
a) Tujuan
b) Mempertahankan kepatenan jalan nafas
c) Membebaskan jalan nafas dari secret/ lendir yang menumpuk
d) Mendapatkan sampel / karet untuk tujuan diagnose
2. Prinsip
Tekhnik steril, agar mikroorganisme tidak mudah masuk ke faring, trakeal dan bronki.
3. Komplikasi
a. Hipoksia
b. Trauma jaringan
c. Meningkatkan resiko infeksi
d. Stimulasi vagal dan bronkospasm
4. Kriteria
9
5. Indikasi
a. Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersihkan sekret
dengan mengeluarkan atau menelan.
b. Ada atau tidaknya secret yang menyumbat jalan nafas, dengan ditandai terdengar
suara pada jalan nafas, hasil auskultasi yaitu ditemukannya suara crakels atau
ronchi, kelelahan pada pasien. Nadi dan laju pernafasan meningkat,
ditemukannya mucus pada alat bantu nafas.
c. Klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan pembuangan secret
oral.
1) Persiapan
A. Lingkungan
a. Penjelasan pada kleuarga
b. Pasang skerem/ tabir
c. Pencahayaan yang baik
B. Klien
a. Penjelasan terhadap tindakan yang akan dilakukan
b. Atur posisi klien :
1) Klien sadar : posisi semi fowler kepala miring ke satu sisi (oral suction) dan
posisi fowler dengan leher ekstensi (nasal suction).
2) Klien tidak sadar : baringkan klien dengan posisi lateral menghadap
pelaksana tindakan (oral/nasal suction).
2) Alat-alat
10
h. Tong spatel k/p
C. Pelaksanaan
A. Fase Orientasi
1. Suction Orofaringeal
Digunakan saat klien mampu batuk efektif tetapi tidak mampu mengeluarkan
sekresi dengan mencairkan sputum atau menelannya. Prosedur digunakan setelah klien
batuk.
11
2. Suction ETT
1. Kaji adanya tanda dan gejala yang mengindikasikan gejala adanya sekresi jalan
nafas bagian atas
2. Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan
3. Persiapkan alat dan bahan
4. Tutup pintu atau tarik gorden
5. Berikan pasien posisi yang benar
6. Tempatkan handuk di atas bantal atau di bawah dagu klien
7. Pilih tipe tekanan pengisap yang tepat untuk klien. Misalnya tekanan 110-150
mmHg untuk dewasa, 95-110 mmHg untuk anak-anak, dan 50-95 untuk bayi.
8. Cuci tangan
3. Suction tracheostomy
1. Nyalakan peralatan pengisap dan atur regulator vakum pada tekanan negative
yang sesuai
2. Jika diindikasikan tingkatkan oksigen tambahan sampai 100% atau sesuai
program dokter
3. Gunakan peralatan pengisap dengan membuka bungkusan dengan tetap menjaga
kesterilan pengisap tersebut.
4. Buka pelumas. Tekan dalam bungkusan kateter steril yang terbuka tersebut tanpa
menyentuh bungkusannya.
5. Kenakan masker dan pelindung mata
6. Kenakan sarung tangan steril pada kedua tangan atau kenakan sarung tangan
bersih pada tangan tidak dominan dan sarung tangan steril pada tangan dominan.
7. Angkat kateter pengisap dengan tangan dominan tanpa menyentuh permukaaan
yang tidak steril. Angkat selang penghubung dengan tangan tidak dominan.
Masukkan kateter ke dalam selang
8. Periksa apakah peralatan berfungi dengan baik dengan mengisap sejumlah
normal saline dari Waskom
12
9. Lumasi 6-8 cm kateter distal dengna pelumas larut air
10. Angkat peralatan pemberian oksigen, jika terpasang dengan tangan tidak
dominan. Tanpa melakukan pengisapan, dengan perlahan tetapi cepat, insersikan
kateter dengan ibu jari dan jari telunjuk dominan ke dalam hidung dengan
gerakan sedikit mirimg ke arah bawah atau melalui mulut saat klien menghirup
nafas
11. Lakukan pengisapan secara intermitten sampai selam 10 detik dengan
meletakkan dan mengangkat ibu jari tidak dominan dari lubang ventilasi kateter
sambil memutarnya ke dalam dan keluar di antara ibu jari dan jari telunjuk
dominan.
12. Bilas kateter dengan selang penghubung dengan normal saline sampai bersih.
B. Fase Terminasi
1. Evaluasi terhadap tindakan yanmg telah dilakukan
2. Rencana tindak lanjut
3. Kontrak yang akan datang
C. Evaluasi dari hasil yang diharapkan setelah melakukan tindakan
C. Oksigenasi
1. Kebutuhan Oksigenasi
13
kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi
tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan
secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka
kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari
terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-
biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada
kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.
3. Proses Oksigenasi
a. Ventilasi
14
b. Difusi Gas
c. Transfortasi Gas
d. Jenis Pernapasan
a) Pernapasan Eksternal
b) Pernapasan Internal
Respirasi (Pernapasan atau ventilasi) sebagai suatu siklus inspirasi dan ekspirasi.
Frekuensi pernapasan orang dewasa normal berkisar 12 - 16 kali permenit yang
mengangkut kurang lebih 5 liter udara masuk dan keluar paru. Volume yang lebih
rendah dari kisaran normal seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru. Volume dan
kapasitas paru diukur dengan alat berupa spirometer atau spirometri, sedang hasil
rekamannya disebut dengan spirogram. Udara yang keluar dan masuk saluran
pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi sebanyak 500 ml disebut dengan volume tidal,
sedang volume tidal pada tiap orang sangat bervariasi tergantung pada saat
pengukurannya. Rata-rata orang dewasa 70% (350 ml) dari volume tidal secara nyata
dapat masuk sampai ke bronkiolus, duktus alveolus, kantong alveoli dan alveoli yang
aktif dalam proses pertukaran gas. Sedang sisanya sebanyak 30% (150 ml) menetap di
ruang rugi (anatomic dead space).Volume total udara yang ditukarkan dalam satu menit
disebut dengan minute volume of respiration (MVR) atau juga biasa disebut menit
vantilasi. MVR ini didapatkan dari hasil kali antara volume tidal dan frekuensi
pernapasan normal permenit. Rata-rata MVR dari 500 ml volume tidal sebanyak 12 kali
pernapasan permenit adalah 6000 ml/menit.
7. Gangguan Oksigenasi
15
Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari
adanya gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun
fisiologis dari organ-organ respirasi. Permasalahan dalam pemenuhan tersebut dapat
disebabkan adanya gangguan pada sistem tubuh lain, misalnya sistem kardiovaskuler.
8. Masalah Keperawatan Berkaitan dengan kebutuhan oksigen
9. Pemberian oksigen
Prosedur Kerja :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
c. Cek flowmeter dan humidifier
d. Hidupkan tabung oksigen
e. Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi pasien.
6. Berikan oksigen melalui kanula atau masker.
f. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga, setelah itu
berikan lubrikan dan masukkan.
g. Catat pemberian dan lakukan observasi.
h. Cuci tangan
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
CPR / RJP-Resusitasi Jantung Paru pada orang dewasa terbaru dengan 30 kompresi .
(http://nurse-stock.blogspot.com/2007/08/cpr-rjp-resusitasi-jantung-paru-pada.html).
(Online: 16-02-2014)
CPR / RJP-Resusitasi Jantung Paru pada orang dewasa terbaru dengan 30 kompresi.
(http://ery2.wordpress.com/2008/03/19/cpr-rjp-resusitasi-jantung-paru-pada-orang-
dewasa-terbaru-dengan-30-kompresi/). (Online: 16-02-2014)
Alkatri J, dkk, Resusitasi Jantung Paru, dalam Buku Ajar Ilmu PenyakitDalam, Editor
Soeparman, Jilid I, ed. Ke-2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,hal : 281, 1987.
Soerianata S, Resusitasi Jantung Paru, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Kardiologi,
Editor Lyli Ismudiat R, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, hal :106, 1998.
Sunatrio DR, Resusitasi Jantung Paru, Editor MuchtaruddinMansyur, IDI, Jakarta, hal :
193.Siahaan O, Resusitasi Jantung Paru Otak, Cermin Dunia Kedokteran, EdisiK husus,
No. 80, hal : 137-129, 1992
18