TERAPI OKSIGEN
Oleh:
Indriyati Januar Trisnawan 20360250
Ipan Ferrel Head 20360251
Irman Saputra 20360192
Muhammad Nizar Nugraha Kamil 20360204
Tangguh Wili Andyry 20360263
Refarat ini dibuat untuk melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di SMF
Ilmu Anestesi RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam
Pembimbing:
dr. Gloria G. Situmeang, Sp. An
KSMF ILMU ANESTESI
RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM
SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan refarat ini
guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di bagian SMF Ilmu Anestesi
Refarat ini bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam teori-teori yang
diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik SMF Ilmu Saraf RSUD Deli Serdang
Lubuk Pakam dan mengaplikasikannya untuk kepentingan klinis kepada pasien. Penulis
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun dari semua
pihak yang membaca telaah jurnal ini. Harapan penulis semoga telaah jurnal ini dapat
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Y
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.1 Definisi............................................................................................................13
2.3 Indikasi............................................................................................................14
2.4 Kontraindikasi.................................................................................................20
2.8 Keamanan.......................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Terapi oksigen adalah suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen
pada inspirasi, yang dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kadar oksigen inspirasi/
FiO2 (Orthobarik ), dan meningkatkan tekanan oksigen (Hiperbarik), tujuan dari terapi
oksigen ini adalah untuk meningkatkan konsentrasi O2 pada darah arteri sehingga masuk ke
jaringan untuk memfasilitasi metabolisme aerob, dan mempertahankan PaO2 > 60 mmHg
atau SaO2 > 90 %. Indikasi pemberian terapi oksigen ini adalah pasien hipoksia, oksigenasi
kurang sedangkan paru normal, oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal, oksigenasi
cukup, paru normal, sedangkan sirkulasi tidak normal, pasien yang membutuhkan
pemberian oksigen konsentrasi tinggi, dan pada pasien dengan tekanan partial
karbondioksida ( PaCO2 ) rendah. Tekhnik pemberian terapi oksigen ini bisa dengan sistem
aliran rendah seperti, kateter nasal, kanul nasal / kanul binasal / nasal prong, sungkup muka
sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing, dan sungkup muka dengan kantong
non rebreathing. Bisa juga dengan tekhnik aliran tinggi seperti, sungkup muka dengan
venturi / Masker Venturi (High flow low concentration), Bag and Mask / resuscitator
manual, dan Collar trakeostomi. Pemberian terapi oksigen dapat mengakibatkan kebakaran,
Anggapan bahwa oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi kehidupan
manusia agaknya memang benar. Tidak makan atau tidak minum mungkin masih akan
memberikan toleransi yang cukup panjang hingga sampai kepada keadaan fatal, tetapi
sebentar saja manusia tak mendapat oksigen maka akan langsung fatal akibatnya. Tak
4
hanya untuk bernafas dan memepertahankan kehidupan, oksigen juga sangat dibutuhkan
untuk metaboloisme tubuh. Oksigen malah bisa menjadis arana untuk mengatasi berbagai
macam penyakit.1 Oksigen pertama kali ditemukan oleh Yoseph Prietsley di Bristol Inggris
tahun 1775 dan dipakai dalam bidang kedokteran oleh Thomas Beddoes sejak awal tahun
1800. alvan Barach tahun 1920 mengenalkan terapi oksigen pasien hipoksemia dan terapi
oksigen jangka panjang pasien penyakit paru obstruktif kronik. Chemiack tahun 1967
melaporkan pemberian oksigen melalui kanula hidung dengan aliran lambat pasien
hiperkapnia dan memberikan hasil yang baik tanpa retensi CO2. 2 Oksigen (O2) merupakan
salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses metabolisme, untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini iperoleh
dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas. Penyampaian O2 ke
jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi system respirasi, kardiovaskuler dan keadaan
hematologis. Adanya kekurangan O2 ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses
lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan. Klien
dalam situasi demikian mengharapkan kompetensi sebagai dokter dalam mengenal keadaan
hipoksemia dengan segera untuk mengatasi masalah. 5 Sebelum membahas tentang terapi
oksigen, kita seharusnya harus mengetahui terlebih dahulu anatomi dan fisiologi sistem
pernapasan.
Hidung
5
Ketika proses pernafasan berlangsung, udara yang diinspirasi melalui rongga hidung
pelembaban.
Faring
Nasofaring terletak tepat di belakang cavum nasi , di bawah basis crania dan
posteriosuperior nasofaring.
b. Orofaring
masuk dari mulut dan udara masuk dari nasofaring dan paru.
Laring (tenggorok)
Saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara. Pada bagian pangkal ditutup
oleh sebuanh empang tenggorok yang disebut epiglottis, yang terdiri dari tulang-
6
tulanng rawan yang berfungsi ketika menelan makanan dengan menutup laring.
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula
tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas
esopagus.
2,5 cm. trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan
yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa
dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga
b. Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira
dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih
lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri
7
disebut bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih
cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah. Cabang utama bronchus
kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan kernudian
B. Fisiologi Respirasi
– Ventilasi pulmonal yaitu masuk dan keluarnya aliran udara antara atmosfir dan
alveoli paru yang terjadi melalui proses bernafas (inspirasi dan ekspirasi) sehingga
terjadi disfusi gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveoli dan kapiler pulmonal
serta ransport O2 & CO2 melalui darah ke dan dari sel jaringan.
– Mekanik pernafasan
Masuk dan keluarnya udara dari atmosfir ke dalam paru-paru dimungkinkan olen
8
adalah masuknya O2 dari atmosfir & CO2 ke dlm jalan nafas. Dalam inspirasi
pernafasan perut, otot difragma akan berkontraksi dan kubah difragma turun ( posisi
diafragma datar ), selanjutnya ruang otot intercostalis externa menarik dinding dada
agak keluar, sehingga volume paru-paru membesar, tekanan dalam paru-paru akan
menurun dan lebih rendah dari lingkungan luar sehingga udara dari luar akan masuk
atmosfir melalui jalan nafas. Apabila terjadi pernafasan perut, otot difragma naik
relaksasi. Akibatnya tekanan dan ruang di dalam dada mengecil sehingga dinding
dada masuk ke dalam udara keluar dari paru-paru karena tekanan paru-paru
meningkat.
a. Ventilasi
sebaliknya yaitu udara keluar dari paruparu. Udara yg masuk ke dalam alveoli
b. Difusi
Yaitu proses dimana terjadi pertukaran O2 dan CO2 pada pertemuan udara
karena permukaannya luas dan tipis. Pertukaran gas antara alveoli dan darah
terjadi secara difusi. Tekanan parsial O2 (PaO2) dalam alveolus lebih tinggi
dari pada dalam darah O2 dari alveolus ke dalam darah. Sebaliknya (PaCO2)
9
darah > (PaCO2) alveolus sehingga perpindahan gas tergantung pada luas
perlu ditrasport dari paru-paru ke jaringan dan CO2 harus ditransport kembali
jaringan , yaitu:
2) Jumlah eritrosit.
3) Exercise
Perfusi pulmonal
dalam eritrosit bergabung dgn Hb dalam plasma sbg O2 yg larut dlm plasma
(1,5%). CO2 dalam darah ditrasportasikan sebagai bikarbonat, alam eritosit sebagai
bergabung dengan Hb dan protein plasma. C02 larut dalam plasma sebesar 5 – 7 % ,
10
Volume tidal (TV) yaitu volume udara yang dihirup dan dihembuskan
ekhalasi maksimal.
- Kapasitas Paru
Kapasitas vital (VC), volume udara maksimal dari poin inspirasi maksimal.
ekspirasi normal.
Kapasitas total paru (TLC) volume udara dalam paru setelah inspirasi
maksimal.
- Pengaturan pernafasan
11
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Pelayanan di ICU, Dep.Kes. RI, 2005) Terapi oksigen adalah pemberian oksigen
dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang ditemukan dalam atmosfir
lingkungan. Pada ketinggian air laut konsentrasi oksigen dalam ruangan adalah 21
%, (Brunner & Suddarth,2001) Sejalan dengan hal tersebut diatas menurut Titin,
2007, Terapi oksigen adalah suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial
12
- Mencegah dan mengatasi hipoksemia / hipoksia serta mmempertahankan
2.3 Indikasi
Pasien hipoksia
13
Penurunan PCO2 darah arteri yang terjadi akan menimbulkan alkalosis
respiratorik.
lebih rendah dari tekanan ini cairan tubuh akan mendidih pada suhu tubuh.
Setiap
orang yang terpajan pada tekanan yang rendah akan lebih dahulu meninggal
saat hipoksia, sebelum gelembung uap air panas dari dalam tubuh
menimbulkan kematian.
- Gejala hipoksia saat bernafas udara biasa Gejala mental seperti irritabilitas,
Keadaan ini ditandai dengan sakit kepala, iritabilias, insomnia, sesak nafas,
- Aklimatisasi
laktat
terhadap hipoksia.
14
Penyakit penyebabnya secara kasar dibagi atas penyakit dengan kegagalan organ
pertukaran gas, penyakit seperti kelainan jantung kongenital dengan sebagian besar
darah dipindah dari sirkulasi vena kesisi arterial, serta penyakit dengan kegagalan
pada keadaan dengan peningkatan beban kerja pernafasan atau oleh berbagai
Hipoksia Anemik
mengalami kesulitan cukup besar sewaktu melakukan latihan fisik karena adanya
Hipoksia Stagnan
Hipoksia akibat sirkulasi lambat merupakan masalah bagi organ seperti ginjal dan
jantung saat terjadi syok. Hati dan mungkin jaringan otak mengalami kerusakan
akibat hipoksia stagnan pada gagal jantung kongestif. Pada keadaan normal, aliran
darah ke paru-paru sangat besar, dan dibutuhkan hipotensi jangka waktu lama untuk
menimbulkan kerusakan yang berarti. Namun, syok paru dapat terjadi pada kolaps
15
sirkulasi berkepanjangan,terutama didaerah paru yang letaknya lebih tinggi dari
jantung.
Hipoksia Histotoksik
Hipoksia yang disebabkan oleh hambatan proses oksidasi jaringan paling sering
mungkin beberapa enzim lainnya. Biru metilen atau nitrit digunakan untuk
Contoh :
16
Pasien yang teridentifikasi hipoksemia contohnya syok dan keracunan CO
oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah nilai
normal (nilai normal PaO285- 100 mmHg), SaO2 95%. Hipoksemia dibedakan
menjadiringan sedang dan berat berdasarkan nilai PaO2 dan SaO2. hipoksemia
ringan dinyatakan pada keadaan PaO2 60-79 mmHg dan SaO2 90-94%,
hipoksemia sedang PaO2 40-60 mmHg, SaO2 75%-89% dan hipoksemia berat
bila PaO2 kurang dari 40 mmHg dan SaO2kurang dari 75%. Umur juga
mempengaruhi nilai PaO2 dimana setiap penambahan umur satu tahun usia
diatas 60 tahun dan PaO2 80 mmHg maka terjadi penurunan PaO2 sebesar 1
hipoventilasi, pirau, gangguan difusi dan berada ditempat yang tingg. Keadaan
17
eritropoitin ginjal sehingga mengakibatkan eritrositosis dan terjadi peningkatan
gejala :
- Sianosis - Keracunan
- Hipovolemi - Asidosis
b. PaO2 antara 56-59 mmHg atau saturasi 89% disertai kor pulmonale,
Diberikan apabila hasil analisis gas darah saat latihan didapat nilai:
18
Pasien dengan keadaan klinik tidak stabil yang mendapat terapi oksigen
perlu dievaluasi gas darah (AGD) serta terapi untuk menentukan perlu
Kanul nasal / Kateter binasal / nasal prong : jika ada obstruksi nasal.
Kateter nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar tengkorak kepala,
Sungkup muka dengan kantong rebreathing : pada pasien dengan PaCO2 tinggi,
a. Kateter nasal.
g. Jelly.
h. Plester.
i. Gunting.
j. Sumber oksigen.
k. Humidifier.
19
l. Flow meter.
m. Aqua steril.
n. Selang oksigen.
4. Efisien,
Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan, bekerja
dengan memberikan oksigen pada frekuensi aliran kurang dari volume inspirasi
pasien, sisa volume ditarik dari udara ruangan. Karena oksigen ini bercampur
dengan udara ruangan, maka FiO2 aktual yang diberikan pada pasien tidak
dengan patokan volume tidal klien. Alat oksigen aliran rendah cocok untuk pasien
kali permenit.
20
Low flow low concentration :
a. Kateter nasal
b. Kanul nasal / kanul binasal / nasal prong. Low flow high concentration
a. Kateter Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara kontinyu
kateter ini meliputi insersi kateter oksigen ke dalam hidung sampai nasofaring.
berbicara, dan membersihkan mulut, murah dan nyaman serta dapat juga
yang lama.
Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 44%,
tehnik memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, nyeri saat
trauma,fiksasi kateter akan memberi tekanan pada nostril, maka kateter harus
diganti tiap 8 jam dan diinsersi kedalam nostril lain, dapat terjadi distensi
lambung, terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6
21
liter/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung,
Tahap kerja:
tindakan)
pemasangan nasal kateter adalah jalan nafas harus bebas untuk memudahkan
memasukkan kateter).
5. Atur posisi pasien dengan kepala ekstensi (jalan nafas lebih terbuka , pasien
7. Bila ujung kateter terlihat di belakang ovula, tarik kateter sehingga ujung
22
10. Beri pelicin atau jelly pada ujung nasal kateter (memudahkan dan mencegah
11. Gunakan plester untuk fiksasi kateter antara bibir atas dan lubang hidung
12. Observasi tanda iritasi lubang, pengeringan mukosa hidung, epistaksis, dan
efek samping).
13. Kateter diganti tiap 8 jam dan dimasukkan ke lubang hidung yang lain jika
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu dengan
aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal yaitu 24 %
Pada pemberian oksigen dengan nasal kanula jalan nafas harus paten, dapat digunakan
FiO2 estimation :
Flows FiO2
• 1 Liter /min : 24 %
• 2 Liter /min : 28 %
• 3 Liter /min : 32 %
• 4 Liter /min : 36 %
• 5 Liter /min : 40 %
23
• 6 Liter /min : 44 %
Formula : ( Flows x 4 ) + 20 % / 21 %
a. Keuntungan
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur,
makan, minum, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa nyaman.
Dapat digunakan pada pasien dengan pernafasan mulut, bila pasien bernapas
melalui mulut, menyebabkan udara masuk pada waktu inhalasi dan akan
b. Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen
berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul
hanya 1/1.5 cm, tidak dapat diberikan pada pasien dengan obstruksi nasal.
Kecepatan aliran lebih dari 4 liter/menit jarang digunakan, sebab pemberian flow
rate yang lebih dari 4 liter tidak akan menambah FiO2, bahkan hanya pemborosan
oksigen dan menyebabkan mukosa kering dan mengiritasi selaput lendir. Dapat
menyebabkan kerusakan kulit diatas telinga dan di hidung akibat pemasangan yang
terlalu ketat.
Carapemasangan :
Letakkan ujung kanul ke dalam lubang hidung dan atur lubang kanul yang
elastis sampai kanul benar-benar pas menempati hidung dan nyaman bagi
24
bagian atas. Klien akan tetap menjaga kanul pada tempatnya apabila kanul
Hubungkan kanul ke sumber oksigen dan atur kecepatan aliran sesuai yang
Periksa letak ujung kanul tiap 8 jam dan pertahankan humidifier terisi aqua
dan epistaksis. Tekanan pada telinga akibat selang kanul atau selang elastis
berkurangnya hipoksia)
liter/mnt dengan konsentrasi oksigen 40 – 60%. Masker ini kontra indikasi pada
25
pasien dengan retensi karbondioksida karena akan memperburuk retensi. Aliran O2
tidak boleh kurang dari 5 liter/menit untuk mendorong CO2 keluar dari masker.
FiO2 estimation :
Flows FiO2
• 5-6 Liter/min : 40 %
• 6-7 Liter/min : 50 %
• 7-8 Liter/min : 60 %
a. Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal,
b. Kerugian
memungkinkan untuk makan dan batuk.Bisa terjadi aspirasi bila pasien mntah.
Perlu pengikat wajah, dan apabila terlalu ketat menekan kulit dapat menyebabkan
rasa pobia ruang tertutup, pita elastik yang dapat disesuaikan tersedia untuk
terapi oksigen adalah jalan nafas harus bebas, jalan nafas yang bebas
26
o Atur posisi pasien (meningkatkan kenyamanan dan memudahkan
pemasangan).
nasal dan membran mukosa oral serta sekresi jalan nafas, menjamin
o Atur tali pengikat sungkup menutup rapat dan nyaman jika perlu dengan
o Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali
Rebreathing mask
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 35 – 60% dengan
sebagian tercampur dengan udara inspirasi, sesuai dengan aliran O2, kantong akan
terisi saat ekspirasi dan hampir menguncup waktu inspirasi. Sebelum dipasang ke
pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong dengan
sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir. Memasang kapas kering pada
daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit.
FiO2 estimation :
27
• 6 : 35 %
• 8 : 40 – 50 %
• 10 – 15 : 60 %
a. Keuntungan
b. Kerugian
terlipat atau terputar atau mengempes, apabila ini terjadi dan aliran yang rendah
Pasien tidak memungkinkan makan minum atau batuk dan menyekap, bisa terjadi
Caranya :
kebutuhan.
f. Isi O2 kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong dengan
kantong akan terisi waktu ekspirasi dan hampir kuncup waktu inspirasi
28
(mencegah kantong terlipat, menjaga kepatenan sungkup, mencegah
h. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali
satu atau lebih katup, sehingga dalam kantong konsentrasi oksigen menjadi tinggi.
Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup lubang
reservoir. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali
pengikat untuk mencegah iritasi kulit. Kantong tidak akan pernah kempes dengan
total. Perawat harus menjaga agar semua diafragma karet harus pada tempatnya dan
tanpa tongkat.
FiO2 estimation :
29
Flows ( lt/mt ) FiO2 ( % )
• 6 : 55 – 60
• 8 : 60 – 80
• 10 : 80 – 90
• 12 – 15 : 90
a. Keuntungan :
selaput lendir.
b. Kerugian :
terlipat atau terputar, menyekap, perlu segel pengikat, dan tidak memungkinkan
makan, minum atau batuk, bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah terutama pada
dan mulut).
ketepatan dosis).
30
e. Isi O2 kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong dengan
terputar).
f. Mengikat tali non rebreathing mask dibelakang kepala melewati bagian atas
g. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali
Memberikan aliran dengan frekuensi cukup tinggi untuk memberikan 2 atau 3 kali
volume inspirasi pasien. Alat ini cocok untuk pasien dengan pola nafas pendek dan
pasien dengan PPOK yang mengalami hipoksia karena ventilator. Suatu teknik
pemberian oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan,
sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi oksigen yang lebih tepat
dan teratur.
concentration).
Merupakan metode yang paling akurat dan dapat diandalkan untuk konsentrasi
yang tepat melalui cara non invasif. Masker dibuat sedemikian rupa sehingga
31
memungkinkan aliran udara ruangan bercampur dengan aliran oksigen yang
(menjebak udara seperti vakum), yang memberikan aliran udara yang tinggi
seperti PPOK yang terutama tergantung pada kendali hipoksia untuk bernafas,
FiO2 estimation
• Biru : 2 : 24
• Putih : 4 : 28
• Orange : 6 : 31
• Kuning : 8 : 35
• Merah : 10 : 40
• Hijau : 15 : 60
1) Keuntungan
32
• FiO2 tidak dipengaruhi oleh pola ventilasi, serta dapat diukur dengan
O2 analiser.
2) Kerugian
kedalam mata.
Caranya :
dengan kebutuhan.
33
e. Memasang venturi mask pada daerah lubang hidung dan mulut.
telinga.
g. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali
• Cardiac arrest
• Respiratory failure
juga memberikan jaminan visual bahwa aliran oksigen utuh dan kantong
34
Hal – hal yang harus diperhatikan :
paru.
kondisi akut.
aspirasi.
pemakaiannya, kabut harus terlihat pada ekshalasi akhir. Flow rate yang
35
direkomendasikan adalah 10 liter/menit dengan nebuliser set untuk menjaga
Konsentrasi 40% dengan aliran 10-15 L/mnt (Hudak & Gallo,1997), 8-12
liter/menit : 28%-100%.
a. Keuntungan
b. Kerugian
c. Collar trakeostomi
a. Keuntungan :
dengan trakeostomi.
trakeostomi.
b. Kerugian :
36
• Sekresi dan lapisan kulit sekitar stroma dapat menyebabkan iritasi dan
infeksi.
2.8 Keamanan
Untuk pasien :
- Selang atau kateter yang masuk ke dalam saluran napas harus steril.
b. Monitor dan dokumentasikan hasil analisa gas darah dan pulse oksimetri untuk
menilai keefektifan terapi oksigen. Therapy Oksigen berhasil jika : Nilai PaO2
terhadap iritasi.
yang lain.
e. Observasi dan catat posisi alat (kanula/masker, dll) yang tepat pada pasien.
f. Catat metode yang digunakan, berapa liter/ menit alirannya atau berapa FiO2
yang diberikan.
37
Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal ini dapat
terjadi bila oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terus-menerus selama 1-
2 hari. Kerusakan jaringan paru terjadi akibat terbentuknya metabolik oksigen yang
merangsang sel PMN dan H2O2 melepaskan enzim proteolotikdan enzim lisosom
yang dapat merusak alveoli. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi gas
karbondioksida dan atelektasis. Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja
pada hewan, namun juga pada bakteri, jamur, biakan sel hewam dan tanaman.
Apabila O2 80-100% diberikan kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran
jaringan paru.
Sejumlah bayi dengan sindroma gawat nafas yang diterapi dengan O2,
berat. Pemberian O2 100% pada tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya
iritasi trakeobronkial, tetapi juga kedutan otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa
Oksigen bukan zat pembakar tetapi dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh
38
karena itu klein dengan terapi pemberian oksigen harus menghindari : Merokok,
membuka alat listrik dalam area sumber oksigen, menghindari penggunaan listrik
tanpa“Ground”.
39
BAB III
KESIMPULAN
Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui
saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. Tujuan terapi oksigen ini
adalah untuk meningkatkan konsentrasi O2 pada darah arteri sehingga masuk ke jaringan
untuk memfasilitasi metabolisme aerob, mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 >
90 %. Indikasi terapi oksigen ini adalah untuk pasien hipoksia, oksigenasi kurang
sedangkan paru normal, oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal, oksigenasi cukup,
paru normal, sedangkan sirkulasi tidak normal, pasien yang membutuhkan pemberian
oksigen konsentrasi tinggi, pasien dengan tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 ) rendah.
Kontra indikasi pemakaian terapi oksigen ini adalah pemakaian kanul nasal/kateter
binasal/nasal prong : jika ada obstruksi nasal, pemakaian kateter nasofaringeal / kateter
nasal : jika ada fraktur dasar tengkorak kepala, trauma maksilofasial, dan obstruksi nasal,
pemakaian sungkup muka dengan kantong rebreathing : pada pasien dengan PaCO2 tinggi,
akan lebih meningkatkan kadar PaCO2 nya lagi. Komplikasi pemakaian terapi oksigen
yang terlalu lama dapat mengakibatkan keracunan oksigen, kerusakan jaringan paru terjadi
akibat terbentuknya metabolik oksigen yang merangsang sel PMN dan H2O2 melepaskan
enzim proteolotikdan enzim lisosom yang dapat merusak alveoli. Sedangkan resiko yang
Apabila O2 80- 100% diberikan kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran
tenggorokan dan batuk. Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan kerusakan jaringan
paru. Pemberian O2 100% pada tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya iritasi
40
trakeobronkial, tetapi juga kedutan otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa pening, kejang
dan koma.
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi bahasa Indonesia, vol.
8. EGC. Jakarta
2. Astowo. Pudjo. 2005. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi. FKUI. Jakarta.
3. Blogspot. 2009. The Human Respiratory System. Blog Spot.Com. (http://anatomi-
tubuhmanusiadanhewan. blogspot.com/2009/05/sistem-pernapasan-
padamanusia.html).
4. Ikawati, Z. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernapasan. PDF. Rohsiswatmo, R.
2010. Terapi Oksigen Pada Neonatus. Divisi Perinatologi Ilmu Kesehatan Anak
FKUI - RSCMk FKUI – RSCM. Jakarta.
5. Akhmad, I. 2004. Terapi Oksigen Dalam Asuhan Keperawatan. Program Studi Ilmu
Keperawatan FK USU Medan. Sumatera Utara.
6. Rogayah, R. 2009. The Principle Of Oxigen Therapy. Departemen Pulmonologi
Dan Respiratori FK UI. Jakarta.
7. Potter & Perry. 2002. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Volume 2. Edisi 4. EGC. Jakarta.
8. Astowo. Pudjo. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi. FKUI. Jakarta. 2005
9. Ganong, F. William. 2003. Fisiologi Kedokteran Edisi 20. EGC.Jakarta.
10. Latief, A. Said. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan
Terapi Intesif. Jakarta.
11. Widiastuti, N. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Respirasi. 2010. Program Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wiramedika PPNI. Bali.
42