Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

Y DENGAN MASALAH KEBUTUHAN


DASAR OKSIGENASI PADA PASIEN KIDNEY CRONICK DEASES DI
RUANGAN RAWAT INAP MELATI RSUD DR. BEN MBOI RUTENG

OLEH :
KELOMPOK 1

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2021/2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan Pada Ny.Y Dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi Di


Ruangan Rawat Inap Melati Rsud Ben Mboi Ruteng, ini telah disetujui pada tanggal,
2021

Menyetujui,
Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Ns. Bonavantura N. Nggarang, M.Kes Ns. Anastasia Skolastika Awet, S.Kep


NIP. NIP.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
berkat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA NY. Y DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI PADA
PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE STAGE V DI RUANGAN MELATI RSUD
BEM MBOI”.

Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan-kekurangan, Hal ini karena terbatasnya kemampuan penulis, baik
dalam pengumpulan materi tentang “Gangguan Oksigenasi” maupun dari pengetahuan dan
pengalaman. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun, Penulis
terima dengan senang hati .

Penulis sangat berharap semoga laporan pendahuluan sederhana ini dapat berguna
bagi pengetahuan kami sendiri maupun para pembaca.

Ruteng , Oktober 2021

PENULIS
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..............................................................................................7
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN.............................................................10
A. Definisi............................................................................................................10
B. Anatomi Fisiologi ...........................................................................................59
C. Etiologi ...........................................................................................................60
D. Patofisiologi dan Patoflowdiagram.................................................................61
E. Manifestasi Klinis............................................................................................62
F. Pemeriksaan Diagnostik .................................................................................60
G. Komplikasi .....................................................................................................61
H. Penatalaksanaan .............................................................................................62
BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN .........................67
A. Pengkajian ......................................................................................................67
B. Pemeriksaan Penunjang...................................................................................67
C. Analisa Data ...................................................................................................68
D. Diagnosa Keperawatan...................................................................................61
E. Rencana Keperawatan ....................................................................................62
F. Implementasi Keperawatan ............................................................................60
G. Evaluasi ..........................................................................................................61
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................1
BAB V PENUTUP...............................................................................................10
A. Kesimpulan.....................................................................................................10
B. Saran ...............................................................................................................59
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam system (kimia atau
fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Pemberian O2 Binasal merupakan
pemberian oksigen melalui hidung dengan kanula ganda. Oksigenasi adalah
memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21% pada tekanan 1 atmosfer
sehingga konsentarasi oksigen meningkat dalam tubuh (Rosdal & Kowalski, 2020).
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan
fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk
aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak
mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat
diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. Dalam keadaan biasa manusia
membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap
menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan kelangsungan metabolisme sel.
Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Terapi oksigen merupakan
salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi yang bertujuan
untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah serta menurunkan
upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium (Rosdal & Kowalski,
2020).
Beberapa metode pemberian oksigen :

 Low Flow Oxygen System. Hanya menyediakan sebagian dari udara


inspirasi total pasien. Pada umumnya sistem ini lebih nyaman untuk pasien
tetapi pemberiannya bervariasi menurut pola pernafasan pasien.
 High Flow Oxygen System. Menyediakan udara inspirasi total untuk pasien.
Pemberian oksigen dilakukan dengan konsisten, teratur, teliti dan tidak
bervariasi dengan pola pernafasan pasien (Andarmoyo, 2012).
B. Anatomi Fisiologis

1. Saluran Pernafasan Bagian Atas


a. Hidung, terdiri atas saluran dalam lubang hidung yang mengandung kelenjar
sebaseus dan ditutupi oleh rambut yang kasar. Bagian ini bermuara ke
rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir dan mengandung pembuluh
darah. Udara yang masuk melalui hidung akan disaring oleh rambut yang
ada di dalam vestibulum, kemudian udara tersebut akan dihangatkan dan
dilembabkan.
b. Faring, merupakan pipa berotot yang terletak dari dasar tengkorak sampai
dengan esofagus. Berdasarkan letaknya, faring dibagi menjadi tiga yaitu
nasofaring (belakang hidung), orofaring (belakang mulut), dan laringofaring
(belakang laring).
c. Laring, merupakan saluran pernafasan setelah faring. Laring terdiri atas
bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran dengan
dua lamina yang bersambung di garis tengah.
d. Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring saat
proses menelan.
2. Saluran Pernafasan Bagian Bawah
a. Trakhea (batang tenggorokan), merupakan kelanjutan dari laring sampai
kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima. Trakhea memiliki panjang
kurang lebih 9 cm dan tersusun atas 16-20 lingkaran tak lengkap yang
berupa cincin. Trakhea dilapisi oleh selaput lendir dan terdapat epitelium
bersilia yang bisa mengeluarkan debu atau benda asing.
b. Bronkus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang menjadi
bronkus kanan dan kiri. Bronkus bagian kanan lebih pendek dan lebar
daripada bagian kiri. Bronkus kanan memiliki tiga lobus, yaitu lobus atas,
lobus tengah dan lobus bawah. Sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari
bagian kanan dengan dua lobus, yaitu lobus atas dan bawah.
c. Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronkus.
3. Paru-paru

Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem pernafasan. Paru-paru


terletak di dalam rongga toraks setinggi tulang selangka sampai dengan
diafragma. Paru-paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura
parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairan pleura yang berisi
cairan surfaktan.

Paru-paru sebagai alat pernafasan utama terdiri atas dua bagian, yaitu
paru-paru kanan dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung
beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut
apeks. Paru-paru memiliki jaringan yang bersifat elastis, berpori, serta berfungsi
sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.

a. Ventilasi Paru

Ventilasi paru dicapai melalui kerja pernapasan: inspirasi


(inhalasi) saat udara mengalir ke paru dan ekspirasi (ekshalasi) saat
udara mengalir keluar dari paru. Keadekuatan ventilasi tergantung pada
beberapa faktor :

 Kebersihan jalan napas.


 Keutuhan sistem saraf pusat dan pusat pernapasan.
 Keutuhan kemampuan rongga toraks untuk mengembang dan
berkontraksi.
 Keadekuatan komplias dan rekoil paru.
b. Volume Paru

Volume paru normal diukur melalui pemeriksaan fungsi


pulmonar. Spirometri mengukur volume udara yang memasuki atau yang
meninggalkan paru-paru. Variasi seperti kehamilan, latihan fisik,
obesitas, atau kondisi paru yang obstruktif dan restriktif. Jumlah
surfaktan, tingkat kompliansi, dan kekuatan otot pernapasan
mempengaruhi tekanan dan volume di dalam paru-paru.
c. Alveoli

Alveoli mentransfer oksigen dan karbondioksida ke dan dari


darah melalui membran alveolar. Kantung udara yang kecil ini
mengembang selama inspirasi, secara besar meningkatkan area
permukaan di atas sehingga terjadi pertukaran gas (Rosdal & Kowalski,
2014).

C. Etiologi
1. Lingkungan

Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya vasodilatasi


pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke kulit. Hal tersebut
mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit. Respon demikian
menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan oksigen pun meningkat.
Sebaliknya pada lingkungan yang dingin, pembuluh darah mengalami konstriksi
dan penurunan tekanan darah sehingga menurunkan kerja jantung dan
kebutuhan oksigen.

Pengaruh lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan oleh ketinggian


tempat. Apabila seseorang berada pada tempat yang tinggi, misalnya pada
ketinggian 3000 meter diatas permukaan laut, maka tekanan oksigen alveoli
berkurang sehingga kandungan oksigen dalam paru-paru sedikit. Semakin tinggi
suatu tempat maka makin sedikit kandungan oksigennya, sehingga seseorang
yang berada pada tempat yang tinggi akan mengalami kekurangan oksigen.

Selain itu, kadar oksigen di udara juga dipengaruhi oleh polusi udara. Udara
yang dihirup pada lingkungan yang mengalami polusi udara memiliki
konsentrasi oksigen rendah. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan oksigen
dalam tubuh tidak terpenuhi secara optimal. Respon tubuh terhadap lingkungan
polusi udara diantaranya mata perih, sakit kepala, pusing, batuk dan merasa
tercekik.

2. Latihan

Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung


dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.

3. Emosi

Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga


kebutuhan oksigen meningkat.

4. Gaya Hidup

Kebiasaan merokok akan memengaruhi status oksigenasi seseorang sebab


merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah arteri.
Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan vasokontriksi
pembuluh darah perifer dan pembuluh darah darah koroner. Akibatnya, suplai
darah ke jaringan menurun.

5. Status Kesehatan

Pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi


dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara adekuat.
Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit
pernapasan dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen
tubuh.

6. Saraf Otonom
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat
mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat
ketika terjadi rangsangan baik oleh simpatis maupun parasimpatis. Ujung saraf
dapat mengeluarkan neurotransmiter (simpatis mengeluarkan noradrenalin yang
berpengaruh pada bronkhodilatasi, sedangkan parasimpatis mengeluarkan
asetilkolin yang berpengaruh pada bronkhokonstriksi) karena terdapat reseptor
adrenergik dan reseptor kolinergik pada saluran pernafasan.

7. Hormonal dan Obat

Semua hormon termasuk derivat katekolamin yang dapat melebarkan saluran


pernafasan. Obat yang tergolong parasimpatis, seperti sulfa atropin dan ekstrak
belladona, dapat melebarkan saluran nafas. Sedangkan obat yang menghambat
adrenergik tipe beta (khususnya beta-2), seperti obat yang tergolong penyakat
beta nonselektif, dapat mempersempit saluran nafas (bronkhokontriksi).

8. Alergi pada Saluran Nafas

Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara lain debu, bulu
binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. Hal-hal
tersebut dapat menyebabkan bersin apabila ada rangsangan di daerah nasal,
batuk apabila rangsangannya di saluran nafas bagian atas, bronkhokontriksi
terjadi pada asma bronkhiale, dan rhinitis jika rangsangannya terletak di saluran
nafas bagian bawah.

9. Faktor Perkembangan

Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan


oksigenasi karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring dengan usia
perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur, yaitu adanya
kecenderungan kekurangan pembentukan surfaktan. Setelah anak tumbuh
dewasa, kemampuan kematangan organ juga berkembang seiring bertambahnya
usia.

10. Usia

Perubahan yang terjadi karena penuaan yang memengaruhi sistem


pernapasan lansia menjadi sangat penting jika sistem mengalami gangguan
akibat perubahan seperti infeksi, stres fisik atau emosional, pembedahan,
anestesi, atau prosedur lain. Perubahan-perubahan tersebut adalah:

 Dinding nada dan jalan napas menjadi lebih kaku dan kurang elastis.
 Jumlah pertukaran udara menurun.
 Refleks batuk dan kerja silia berkurang.
 Membran mukosa menjadi lebih kering dan lebih rapuh.
 Terjadi penurunan kekuatan otot dan daya tahan.
 Apabila terjadi osteoporosis, keadekuatan ekspansi paru dapat menurun.
 Terjadi penurunan efesiensi sistem imun.
 Penyakit refluks gastroesofagus lebih sering terjadi pada lansia dan
meningkatkan risiko aspirasi. Aspirasi isi lambung ke dalam paru sering
kali menyebabkan bronkospasme dengan menimbulkan respon
inflamasi.
11. Gaya Hidup

Olahraga fisik atau aktivitas fisik meningkatkan frekuensi dan kedalaman


pernapasan dan oleh karena itu juga meningkatkan suplai oksigen di dalam
tubuh. Sebaliknya, orang yang banyak duduk, kurang memiliki ekspansi
alveolar dan pola napas dalam seperti yang dimiliki oleh orang yang melakukan
akvitas secara teratur dan mereka tidak mampu berespons secara efektif
terhadap stresor pernapasan.

12. Stres

Apabila stres dan stresor dihadapi, baik respon psikologis maupun


fisiologis dapat memengaruhi oksigenasi. Beberapa orang dapat mengalami
hiperventilasi sebagai respon terhadap stres. Apabila ini terjadi, PO2 arteri
meningkat dan PCO2 menurun. Akibatnya, orang dapat mengalami berkunang-
kunang dan bebas serta kesemutan pada jari tangan, jari kaki, dan di sekitar
mulut (Hidayat & Uliyah, 2015).

D. Patofisiologi dan Patoflowdiagram

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.


Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari
dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak
dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai
benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran
oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi,
maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload,
preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
(Hidayat & Uliyah, 2015).
E. Manifestasi Klinis

 Sesak

 Bunyi nafas tambahan (ronchi, wheezing, stridor)

 Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan

 Batuk tidak ada atau tidak efektif

 Batuk disertai dahak

 Penggunaan otot tambahan pernapasan

 Sianosis

 Kesulitan untuk bersuara

 Penurunan bunyi nafas

 Dispnea

 Takhipnea

 Ortopnea

 Sputum

 Penurunan ekspansi paru

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Metode morfologis
 Radiologi
Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil
terhadap jalannya sinar X sehingga memberi bayangan yang sangat
memancar. Bagian padat udara akan memberikan udara bayangan yang
lebih padat karena sulit ditembus sinar X. benda yang padat memberi
kesan warna lebih putih dari bagian berbentuk udara.
 Bronkoskopi

Merupakan teknik yang memungkinkan visualisasi langsung trachea dan


cabang utamanya. Biasanya digunakan untuk memastikan karsinoma
bronkogenik, atau untuk membuang benda asing. Setelah tindakan ini
pasien tidak boleh makan atau minum selama 2 -3 jam sampai timbul
reflex muntah. Jika tidak, pasien mungkin akan mengalami aspirasi ke
dalam cabang trakeobronkeal.

 Pemeriksaan Biopsi

Manfaat biopsy paru-paru terutama berkaitan dengan penyakit paru yang


bersifat menyebar yang tidak dapat didiagnosis dengan cara lain.

 Pemeriksaan Sputum

Bersifat mikroskopik dan penting untuk mendiagnosis etiologi berbagai


penyakit pernapasan. Dapat digunakan untuk menjelaskan organisme
penyebab penyakit berbagai pneumonia, bacterial, tuberkulosa, serta
jamur. Pemeriksaan sitologi eksploitatif pada sputum membantu proses
diagnosis karsinoma paru. Waktu yang baik untuk pengumpulan sputum
adalah pagi hari bangun tidur karena sekresi abnormal bronkus
cenderung berkumpul waktu tidur.

2. Metode fisiologis
Tes fungsi paru menggunakan spirometer akan menghasilkan :
 Volume Alun Napas (Tidal Volume – TV), yaitu volume udara yang
keluar masuk paru pada keadaan istirahat (±500ml)
 Volume Cadangan Inspirasi (Inspiration Reserve Volume – IRV), yaitu
volume udara yang masih dapat masuk paru pada inspirasi maksimal
setelah inspirasi secara biasa. L = ±3300ml, P= ±1900ml.
 Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspirasi Reserve Volume – ERV), yaitu
jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari paru melalui
kontraksi otot ekspirasi setelah ekspirasi biasa. L = ±1000ml, P =
±700ml.
 Volume Residu (Residu Volume – RV), yaitu udara yang masih tersisa
dalam paru setelah ekspirasi maksimal. L = ± 1200 ml, P = ± 1100ml.
Kapasitas pulmonal sebagai hasil penjumlahan dua jenis volume atau
lebih dalam satu kesatuan.
 Kapasitas Inspirasi (Inspirasi Capacity – IC), yaitu jumlah udara yang
dapat dimasukkan ke dalam paru setelah akhir ekspirasi biasa (IC = IRV
+ TV).
 Kapasitas Residu Fungsional (Fungtional Residual Capacity – FRC),
yaitu jumlah udara paru pada akhir respirasi biasa (FRC = ERV + RV).
 Kapasitas Vital (Vital Capacity – VC), yaitu volume udara maksimal
yang dapat masuk dan keluar paru selama satu siklus pernapasan yaitu
setelah inspirasi dan ekspirasi maksimal (VC = IRV + TV + ERV).
 Kapasitas Paru – Paru Total (Total Lung Capacity – TLC), yaitu jumlah
udara maksimal yang masih ada di paru – paru (TLC = VC + RV). L = ±
6000ml, P= ± 4200ml.
 Ruang Rugi (Anatomical Dead Space), yaitu area disepanjang saluran
napas yang tidak terlibat proses pertukaran gas (±150ml). L = ±500ml.
 Frekuensi napas (f), yaitu jumlah pernapasan yang dilakukan permenit
(±15 x/menit). Secara umum, volume dan kapasitas paru akan menurun
bila seseorang berbaring dan meningkat saat berdiri. Menurun karena isi
perut menekan ke atas atau ke diafragma, sedangkan volume udara paru
meningkat sehingga ruangan yang diisi udara berkurang.
 Analisis Gas Darah (Analysis Blood Gasses – ABGs). Sampel darah
yang digunakan adalah arteri radialis.
G. Komplikasi
1. Hipoksemia
Merupakan keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah
arteri atau saturasi arteri dibawah normal. Keadaan hipoksemia tubuh akan
melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan pernapasan, meningkatkan
stroke volume, vasodilatasi pembuluh darah, dan peningkatan nadi. Tanda dan
gejala hipoksemia diantaranya sesak napas, frekuensi napas cepat, nadi dan
dangkal serta sianosis.
2. Hipoksia
Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya
pemenuhan kebutuhan oksigen pada tinggi seluler. Hipoksia dapat terjadi
setelah 4-6 menit ventilasi berhenti spontan. Penyebab lain hipoksia antara lain :
 Menurun hemoglobin
 Berkurangnya konsentrasi oksigen
 Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen
 Menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah seperti pada
pneumonia.
 Menurunnya perfusi jaringan seperti syok; dan
 Kerusakan atau gangguan ventilasi
H. Penatalaksanaan
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
a. Pembersihan jalan nafas
b. Latihan batuk efektif
c. Pemberian terapi nebulizer atau Suctioning
d. Jalan nafas buatan
2. Pola Nafas Tidak Efektif
a. Atur posisi pasien (semi fowler)
b. Pemberian oksigen
c. Teknik bernafas dan relaksasi
3. Gangguan Pertukaran Gas
a. Atur posisi pasien (posisi fowler)
b. Pemberian oksigen
c. Suctioning

I. Asuhan Keperawatan Teori


1. Pengkajian
a. Identitas klien
Identitas klien yang perlu dikaji meliputi nama, jenis kelamin,tanggal lahir,
nomor register, usia, agama, alamat, status perkawinan, pekerjaan, dan
tanggal masuk rumah sakit.
b. Identitas penanggung jawab

Identitas penanggungjawab yang perlu dikaji meliputi nama, umur,


pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan klien.

c. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigen dan
karbondioksida antara lain batuk, peningkatan produksi sputum, dispnea,
hemoptisis, wheezing, stridor, dan chest pain.

2) Riwayat penyakit sekarang

adanya sesak napas yang akan menggangu proses tidur, kesulitan makan
karena sesak napas, sesak napas saat beraktivitas serta munculnya rasa
cemas karena sesak napas.

3) Riwayat kesehatan dahulu

Tingkat kesehatan klien dimasa lalu juga menentukan ada atau tidaknya
masalah oksigenasi. Pada seseorang yang sehat, sistem kardiovaskuler
dan pernapasan secara normal menyediakan oksigen bagi kebutuhan
tubuh. Pada penyakit kardiovaskuler, hal ini sering kali berdampak
terhadap pengangkutan oksigen ke sel tubuh, sedangkan penyakit sistem
pernapasan dapat mempengaruhi oksigenasi dalam darah.

d. Pengkajian pola gordon

1. Persepsi terhadap kesehatan : adanya tindakan penatalaksanaan


kesehatan di RS akan menimbulkan perubahan terhadap
pemeliharaan kesehatan.

2. Pola aktivitas dan latihan : pola aktivitas perlu dikaji karena pada
klien dengan oksigenasi mengalami keletihan, dan kelemahan dalam
melakukan
aktivitas karena adanya dispnea yang dialami.
3. Pola istirahat dan tidur : gangguan yang terjadi pada pasien dengan
oksigenasi salah satunya adalah gangguan pertukaran gas, karena
pasien terlalu sering menghirup udara yang tidak bersih sehingga
mengakibatkan dyspnea.

4. Pola nutrisi-metabolik : adanya penurunan nafsu makan yang disertai


adanya mual muntah pada pasien dengan oksigenasi akan
mempengaruhi asupan nutrisi pada tubuh yang berakibat adanya
penurunan BB dan
penurunan massa otot.

5. Pola eliminasi : pada pola eliminasi perlu dikaji adanya perubahan


ataupun gangguan pada kebiasaan BAB dan BAK sebelum dan
selama dirawat.

6. Pola kebersihan diri : mandi, oral Hygiene, cuci rambut dan


berpakaian.

7. Pola hubungan dengan orang lain : akibat dari proses inflamasi


tersebut secara langsung akan mempengaruhi hubungan baik
intrapersonal maupun interpersonal.

8. Pola persepsi dan konsep diri : akan terjadi perubahan jika pasien
tidak memahami cara yang efektif untuk mengatasi masalah
kesehatannya dan konsep diri yang meliputi (body Image, identitas
diri, peran diri,
ideal diri dan harga diri).

9. Pola reproduksi dan seksual : Pada pola reproduksi dan seksual pada
pasien yang sudah menikah akan mengalami perubahan.
10. Pola mekanisme koping: Masalah timbul jika pasien tidak efektif
dalam mengatasi masalah kesehatannya, termasuk dalam
memutuskan untuk menjalani pengobatan yang intensif.

11. Pola nilai dan kepercayaan: Adanya kecemasan dalam sisi spiritual
akan menyebabkan masalah yang baru yang ditimbulkan akibat dari
ketakutan akan kematian dan akan mengganggu kebiasaan
ibadahnya.

e. Pemeriksaan fisik

Hasil pemeriksaan fisik yang biasa ditemukan terkait pasien dengan


gangguan oksigenasi adalah :

1) Keadaan umum :

Pasien gelisah karena sesak napas.

2) Tingkat kesadaran :

Composmentis sampai terjadi penurunan kesadaran.

3) Tanda – tanda vital :

 Tekanan darah : terjadinya hipotensi atau hipertensi.

 Pernapasan : Takipnea.

 Nadi : Takikardia.

 Suhu : terjadinya hipotermia atau hipertermia.

4) Kepala : normachepal.
5) Mata :

Konjungtiva anemis (karena anemia), konjungtiva sianosis (karena


hipoksemia), konjungtiva terdapat pethecial (karena emboli lemak atau
endokarditis), kondisi sklera tergantung dengan kondisi hati yang baik
atau tidak.

6) Mulut dan bibir : membran mukosa sianosis, bibir kering, bernapas


dengan mengerutkan mulut.

7) Hidung : bernapas dengan menggunakan cuping hidung.

8) Leher : ada distensi bendungan pada vena jugularis, bisa terjadi


pembesaran kelenjar getah bening.

9) Kulit :

Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer),


sianosis secara umum (hipoksemia), penurunan turgor (dehidrasi),
edema periorbital.

10) Thoraks

Paru – paru :

 Inspeksi : Retraksi dinding dada (karena peningkatan aktivitas


pernapasan, dispnes, atau obstruksi jalan napas), pergerakan tidak
simetris antara dada kiri dan dada kanan.

 Palpasi : Taktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara


atau suara melewati saluran atau rongga pernapasan).

 Perkusi : Bunyi perkusi bisa resona, hiperresonan, dullness.


 Auskultasi : Suara napas bisa normal (vesikuler, bronkovesikuler,
bronchial) atau tidak normal (crackles,ronkhi,wheezing, friction
rub).

Jantung :

 Inspeksi : Adanya ketidaksimetrisan pada dada, adanya jaringan


parut pada dada, iktus kordis terlihat.

 Palpasi : Takikardia, iktus kordis teraba kuat dan tidak teratur


serta cepat.

 Perkusi : Bunyi jantung pekak, batas jantung mengalami


pergeseran yang menunjukkan adanya hipertrofi jantung.

 Auskultasi : Bunyi jantung irregular dan cepat,adanya bunyi


jantung S3 atau S4.

11) Abdomen :

 Inspeksi : Perut klien tampak edema, ada perubahan warna kulit,


kulit tampak kering.

 Auskultasi : Bising usus dalam batas normal.

 Palpasi : Adanya distensi abdomen, terdapat hepatomegali dan


splenomegali.

 Perkusi : Bunyi pekak karena adanya asites

12) Genitalia dan anus :


Akan mengalami masalah dalam proses eliminasi (BAB dan BAK)
sehingga pasien harus dipasang kateter.

13) Ekstremitas :

Jari dan kuku sianosis, CRT > 2 detik,


akral teraba dingin, edema pada tungkai, ada clubbing finger.

2. Diagnosa Keperawatan
 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan obstruksi jalan napas

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Hasil yang Intervensi


Keperawatan diharapkan

Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. monitor pola napas,


napas tidak asuhan irama, kedalaman,
efektif keperawatan dan usaha napas.
berhubungan selama 3 x 24 jam, 2. perhatikan gerakan
dengan obstruksi diharapkan, dan kesimetrisan,
jalan napas. bersihan jalan menggunakan otot
napas menjadi bantu, dan adanya
efektif, dengan retraksi otot
kriteria hasil : intercostal.
 TTV dalam 3. monitor bunyi napas.
rentang 4. monitor tanda – tanda
normal. vital.
 sesak 5. auskultasi bunyi
napas, catat
berkurang peningkatan ventilasi.
 mampu 6. monitor saturasi
mengeluarkan oksigen
sputum. 7. monitor kemampuan
 suara napas pasien dalam batuk
bersih efektif.
 tidak ada 8. memberikan
sianosis dan bronkodilator.
dispnea. 9. keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction.
BAB II

ASUHAN KEPERWATAN PADA NY.Y DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI


PADA PASIEN KIDNEY CRONICK DISEASE DI RUANGAN RAWAT INAP
MELATI RSUD DR. BEN MBOI RUTENG

Pengkajian diambil : 29 September 2021

Tanggal MRS : 19 September 2021

Diagnosa Masuk : Kidney Cronick Deases Grade V

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. Y. N
Usia : 51Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Suku : Manggarai
Agama : Katolik
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Tuke
Penanggung Jawab : Tn. P
B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama : Pasien mengatakan merasa lemah selama 1 minggu ini, sulit
makan dan minum, hanya 2-3 suap saja.1 minggu ini sulit berjalan tangan dan kaki
bengkak, pasien sesak, batuk dan pilek, mual dan nyeri ulu hati.
2. Keluhan saat pengkajian : Ny. Y Mengatakan mengeluh sesak saat bernafas
3. Riwayat penyakit sekarang : Pasien dengan riwayat DM Tipe 2 sejak 4 tahun
yang lalu keluarga pasien mengatakan pasien jarang mengontrol kesehatan dengan
memeriksa gula darah dan ataupun suntik karena sebelumnya pasien sering di
suntik insulin . Pasien dibawakan kerumah sakit karena naiknya gula darah tangan
dan kaki bengkak, pasien merasa lemah untuk beraktifitas.
4. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien mengatakan sudah menderita penyakit
diabetes mellitus tipe 2 sejak 4 tahun lalu.
C. Pengkajian Pola Gordon
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Sebelum Sakit : Pasien mengatakan penyakit yang dideritannya hanya penyakit
ringan, sehingga pasien berpikir lama – kelamaan akan senbuh sendiri membuat
pasien malah untuk memeriksa gula darah secara teratur dan terapi insulin tidak
diberikan secara terarur.
Saat sakit : Pasien mengatkan merasa lemah karena dalam seminggu harus 2 x
cuci darah. keluarga pasien juga mengatakan pasien sulit untuk mobilisasi di tempat
tidur karena merasa sesak, mudah lelah, dan pasien merasa nyeri ulu hati dan merasa
mual dan muntah.
2. Pola nutrisi dan metabolic
Sebelum sakit : Pasien selama 1 minggu sulit makan dan minum hanya 2-3, suap
makan saja, pasien merasa mual dan nyeri ulu hati.
Saat sakit :Selama perawatan pasien terpasang selang NGT dan menerima
makan minum melalui selang NGT. Pasien masih mengeluh mual dan nyeri ulu hati,
dan pasien terpasang infuse RL.
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit :pasien mengatakan BAB 1 kali dengan kosistensi keras, warna
coklat, dan pasien mengatakan selalu merasa ingin BAK
Saat sakit : pasien memakai pampers, konsistensi BAB cair dan warna
kecoklatan, terpasang katetar, dan urin warna kuning.
4. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : pasien mengatakan aktivitas yang dilakukannya, hanya bisa
melakukan aktivitas yang ringan seperti menyapu rumah karena pasien mudah
merasa lelah.
Saat sakit : Pasien mengeluh sesak kalau berjalan Selama perawatan aktivitas
pasien terbatas, pasien hanya terbaring ditempat tidur,dalam pemenuhan ADL
dibantu oleh keluarga.
5. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidur siang ± 2 jam dan tidur malam 4-6 jam
mulai dari pukul 21.00 malam dan ketika bangun pasien merasa cukup untuk
istirahat.
Saat sakit : selama perawatan pasien mengatakan tidur kurang cukup, sering
terbangun karena merasakan sedikit sesak dan nyeri ulu hati.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Sebelum sakit : pasien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya dan pasien tidak
merasa malu dengan penyakitnya, pasien merupakan ibu rumah tangga dan
berhubungan baik dengan tetangganya
Saat sakit : pasien mengatakan lebih tenang setelah dirawat dan ingin lekas
senbuh,segera pulang kerumah dan berkumpul dengan keluarganya, dan pasien tidak
merasa malu dengan penyakitnya dan pasien selalu optimis untuk sembuh.
7. Pola sensori dan kognitif
Sebelum sakit :pasien mengatakan tidak mengalami gangguan
penglihatan,pendengaran, berbicara dan meningat.
Saat sakit : Selama perawatan pasien mengatakan nyeri ulu hati
8. Pola reproduksi seksual
Sebelum sakit :Pasien berjenis kelamin perempuan berumur 51tahun, pasien sudah
menopause, pasien selalu membersihkan area genital.
Saat sakit :Pasien menggunakan pampers, keluarga pasien selalu
membersihkan area genital, dan tidak terdapat lesi ataupun kemerahan.
9. Pola penanggulangan stress
Sebelum sakit : Pasien mengatakan lebih sering mengambil keputusan sendiri.
Saat sakit :Selama Perawatan pasien mengatakan dalam mengambil keputusan
berbicara dengan keluarganya. Pasien mengatakan agar sabar dalam merawatnya
hingga sembuh dan bisa pulang .
10. Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit :Pasien mengatakan tidak terlalu sering berdoa dan yang jarang ke
gereja
Saat sakit :Selama perawatan pasien mengatakan selalu berdoa supaya diberi
kesembuhan dan yakin bahwa Allah akan menyembuhkan sakitnya.
11. Pola persepsi dan konsep diri
Sebelum sakit :Pasien mengatakan berhubungan baik dengan siapa saja
Saat sakit :Selama perawatan pasien terlihat berhubungan baik dengan
kesehatan maupun pasien yang satu kamar dengannya.

D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Sedang, Compos mentis
Eye :4
Motoric : 6
Verbal : 5
TOTAL : 15
2. Tingkat kesadaran : compos mentis
3. Tanda –tanda vital :
TD : 98/61 MmH Suhu : 36,2 celcius
Nadi : 95 x/menit Sp02 : 96 %
4. Pengukuran antropometri
BB : 46 kg
TB : 145 cm
5. Pengukuran balance cairan
IWL : 46 kg x 10 cc/24 jam = 460 cc/24 jam
Total : 19,17 = 19 cc/jam
6. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bulat, terdapat rambut uban, penyebaran rambut rata,
tidak terdapat lesi dan massa pada kepala, konjungtiva anemis kulit dan bibir tampak
pucat.
Mata : klien tampak anemis pada saat pemeriksaan konjungtiva
Hidung : Pasien tidak tampak pernapasan cuping hidung, ataupun
penggunaan otot bantu pernapasan,Tidak ada polip hidung atau masa di hidung
Mulut : Tampak bersih, tidak ada karies giigi.
7. Leher dan tenggorokan
Inspeksi : Tidak tampak pembesaran kelenjar tidoid, tidak terdapat lesi, JVP <
3 cm
Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak teraba pembesaran
kelenjar tiroid
8. Paru dan jantung
a. Paru – paru
Inspeksi : Bentuk dada tampak simetris kiri dan kanandan tidak
menggunkanan otot bantu pernapasan , retaraksi dada sama, tidak terdapat lesi
Palpasi : Vokal vermitus kiri dan kanan memiliki getaran yang sama
Auskultasi : Terdengar bunyi napas tambahan dilapang paru ( ronkhi)
Perkusi : Bunyi redup
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak/terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS IV dan tidak ada pembesaran
Perkusi : Suara pekak pada batas kanan atas : ICS II linea sternalis kanan, Batas kiri
bawah ICS IV linea midclavikularis kiri.
Auskultasi : Terdengar suara regular (Lupdup)( Terdengar bunyi jantung 1 dan
Bunyi jantung 2, dan tidak adanya bunyi jantung tambahan ).
9. Abdomen
Inspeksi : Tampak simetris
Auskultasi : Bising usus (+) , frekuensi 13 x/Menit
Palpasi : Tidak teraba ada masa di 4 kuadran , dan tidak teraba adanya
pembesaran hepar dan pasien merasa nyeri pada ulu hati kuadran kanan atas
Perkusi : Suara tympani
10. Genital : Pasien terpasang kateter dan menggunakan pempers, bagian anus
tampak bersih
11. Ekstremitas : Tampak edema pada tangan dan kaki, akral teraba dingin, CRT < 3
detik Kekuatan otot : Ekstremitas atas mampu menahan tegak dan mampu
melawan tekanan, ekstremitas bawah mampu menahan tekanan tapi tidak mampu
melawan tekanan. Pada ekstremitas kiri atas (+) untuk pemasangan HD
12. Kulit : Turgor kulit tidak elastis, tidak terdapat lesi.
c. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


GDA 381 Mg/dl <120 mg/dl
Urea S 228,9 Mg/dl 10-50 mg%
Creatinin 5,1 Mg/dl 0,6-1,1 mg%
Uric acid 7,7 Mg/dl 3,4-7,0 mg%
Glucosa 2 jam pp 375 Mg/dl s/d 120 mg/dl
Glucose N 355 Mg/dl 70-120 mg/dl
Hemoglobin 8,8 G/dl 8,0-17,9 g/dl

2. Terapi

Obat Golongan Indikasi Efek Samping


Omeprazole Penghambat - Refluks - Nyeri
pompa proton gastroesogafu perut,
s sakit
- Ulkus kepala
peptikum rendahnya
- Sindrom kadar
Zollinger- kalium,
Ellison gangguan
- Keparahan pencernaa
saluran cerna n,
atas. kekuranga
n vitamin.
B12.
Levofloxacin Antibiotik - Penyakit - Diare ,
akibat infeksi sembelit,
bakteri, mual dan
seperti muntah,
pneumonia, pusing,
infeksi sakit
saluran kepala,
kencing dan perubahan
infeksi kulit. volume
dann
warna
cairan,
kesemutan
, dada
terasa
nyeri dan
halusinasi.
Nebu-ventolin Agonis Bronkospasme pada Tremor pada
adrenoreseptor asma bronchial, tangan, kaki
beta-2 bronchitis kronis, dan kardial, palpitasi,
emfisema. sakit kepala,
gangguan
gastrointestinal
dan gangguan
tidur.
Asam Folat Suplemen Anemia Mual, kehilangan
(Vit B) vitamin megaloblastic serta nafsu makan,
mencegah terjadinya kembung, rasa
catat tabung saraf pahit dimulut,
pada janin. gangguan tidur,
dan perubahan
mood.
Novorapid Insulin Rapid Untuk penyakit DM Hipoglikemia,
Acting dan reaksi
anafilaksis.
Levemir Insulin Long Untuk penyakit DM Hipoglikemia dan
Acting reaksi pada
tempat injeksi,
reaksi anafilaksis.

Analisa Data

No Data Masalah Etiologi

1 Ds : Bersihan jalan napas Hipersekresi jalan


- Ny. Y mengatakan tidak efektif napas
seperti banyak dahak
yang ada dalam
kerongkongan tapi
susah untuk
dikeluarkan dan
terasa lengket di
tenggorokan.
- Ny. Y mengatakan
susah untuk batuk
- Ny. Y mengatakan
sesak napas.
Do :
- Keadaan umum :
baik
- Kesadaran : compos
mentis. GCS : 15
- TTV : Td = 98/61
mmhg, N :95
x/menit, S : 36,2 ,
RR : 18 x/menit,
Spo2 : 96 %
- Ny. Y tampak
berusaha untuk
batuk
- Terdengar bunyi
ronkhi disemua
lapang paru pada
saat auskultasi
- Terdengar redup
pada saat diperkusi
- Klien tampak pucat
- Pasien kesulitan
berbicara karena
tampak lemah
Diagnosa keperawatan
Nama klien : Ny. Y
Usai : 51 Tahun
Unit/ kamar : Ruang Melati/ kelas 3 wanita

No/ Diagnosa Hasil yang Intervensi Rasional


Tgl keperawatan (DS diharapkan
dan DO) (SMART)
29/09 Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Mengetahui
/2021 nafas tidak efektif tindakan pola napas perubahan
berhubungan keperawatan 3x24 (frekuensi, pada tubuh
dengan hipersekresi jam diharapkan kedalaman, pasien.
jalan nafas ditandai masalah bersihan usaha
dengan: jalan napas teratasi napas)
- Ny. Y dengan kriteria 2. Monitor 2. Mengetahui
mengatakan hasil : bunyi napas apakah ada
seperti 1. Klien mampu tambahan peningkatan
banyak mendomonstra secret.
dahak yang sikan batuk
ada dalam efektif dan 3. Monitor 3. Mengetahui
kerongkong suara nafas sputum ada tidaknya
an tapi yang bersih, infeksi atau
susah untuk tidak ada obstruksi
dikeluarkan sianosis dan pada saluran
. dyspnea pernapasan.
- Ny. Y (mampu 4. Posisikan 4. Mempertaha
mengatakan mengeluarkan semi fowler nkan
susah untuk sputum, atau fowler. kepatenan
batuk mampu jalan napas.
- Ny. Y bernafas 5. Anjurkan 5. Membantu
mengatakan dengan mudah. minum mengencerk
sesak napas. 2. Klien mampu hangat an dahak.
Do : menunjukkan 6. Lakukan
- Keadaan jalan nafas fisioterapi 6. Mengeluark
umum : baik yang paten dada. an sekresi
- Kesadaran : (klien tidak 7. Berikan bronkus .
compos merasa oksigen 7. Memberika
mentis. tercekik, irama sesuai.kebut n tambahan
GCS : 15 napas, uhan. oksigen saat
TTV : frekuensi tubuh dalam
- Td = 98/61 pernapasan kondisi
mmhg, dalam rentang oksigen
- N :95 normal, tidak 8. Ajarkan minimal.
x/menit, S : ada suara teknik batuk 8. Membebask
36,2 , napas efektif. an jalan
- RR : 18 abnormal). napas dari
x/menit, 3. Klien mampu akumulasi
Spo2 : 96 % mengidentifika 9. Kolaborasi sekret
- Ny. Y si dan pemberian 9. Mengeluark
tampak mencegah bronkodilat an secret.
berusaha faktor yang or,
untuk batuk dapat ekspektoran,
- Terdengar menghambat mukolitik.
bunyi jalan napas.
ronkhi
disemua
lapang paru
pada saat
auskultasi
- Terdengar
redup pada
saat
diperkusi
- Klien
tampak
pucat

Implementasi keperawatan
Nama klien : Ny. Y
Usia : 51 Tahun

Tanggal Waktu DP Implementasi Nama perawat


Ke

29/09/2021 08:30 1 1. Melakukan TTV Tim Dinas Pagi


08:30 2. Memonitor pola napas Tim Dinas Siang
(frekuensi, kedalaman, usaha Tim Dinas Malam
napas).
09:00 3. Memonitor bunyi napas
tambahan
09:00 4. Memonitor sputum
09:00 5. Mengatur Posisi klien semi
fowler atau fowler untuk
memaksimalkan ventilasi
12:00 6. Menganjurkan minum hangat
ataupun menyajikan makanan
hangat
13:30 7. Kolaborasi pemberian
bronkodilator ( Ventolin )
8. Lakukan fisioterapi dada.
9. Memberikan Obat
14.30 10. Memonitor TTV
15.15 11. KIE Keluarga Mengatur Posisi
klien semi fowler atau fowler.
17.00 12. Menganjurkan minum hangat
18.00 dan menyediakan makanan
hangat
18.00 13. Memberikan Obat
18:35 14. Memonitor TTV
22.00 15. Memberikan obat
06.00 16. Memberikan obat

Unit/ Kamar : Ruang melati / kelas 3 wanita


Evaluasi Keperawatan
Nama klien : Ny. Y
Usai : 51 Tahun
Unit/ kamar : Ruang Melati/ kelas 3 wanita
TGL / DIAGNOSA KPERAWATAN NAMA
WAKTU SOAP PERAWAT

29/09/2021 S: - Ny. Y mengatakan sekalipun merasa Tim Dinas Pagi


lelah tetapi merasa segar setelah di Tim Dinas Siang
uap Tim Dinas Malam
- Ny. Y mengatakan tidak merasa
sesak lagi.

O : Keadaan umum : baik


- Kesadaran : compos mentis. GCS :
15
- TTV : Td = 130/70 mmhg, N :96
menit, S : 36,5 RR : 18 x/menit,
Spo2 : 95 %
- Bunyi Napas masih ronchi (+)
- Sputum (+)
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi :
1. Melakukan TTV
2. Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas).
3. Memonitor bunyi napas tambahan
4. Mengatur Posisi klien semi fowler
atau fowler untuk memaksimalkan
ventilasi
5. Menganjurkan minum hangat
ataupun makanan hangat
6. Lakukan fisioterapi dada.
7. Memberikan Obat

Implementasi keperawatan
Nama klien : Ny. Y
Usia : 51 Tahun
Tanggal Waktu DP Implementasi Nama perawat
Ke

30/09/2021 08:30 1 1. Melakukan TTV Tim Dinas Pagi


08:30 2. Monitor pola napas (frekuensi, Tim Dinas Siang
kedalaman, usaha napas). Tim Dinas Malam
09:00 3. Memonitor bunyi napas
tambahan
09:00 4. Mengatur Posisi klien semi
fowler atau fowler untuk
memaksimalkan ventilasi
12:00 5. Menganjurkan minum hangat
ataupun menyajikan makanan
hangat
13:30 6. Lakukan fisioterapi dada.
7. Memberikan Obat
14.30 8. Melakukan TTV
15.15 9. Mengatur Posisi klien semi
fowler atau fowler.
17.00 10. Menganjurkan minum hangat
18.00 11. Memberikan Obat

Evaluasi Keperawatan
Nama klien : Ny. Y
Usai : 51 Tahun
Unit/ kamar : Ruang Melati/ kelas 3 wanita
TGL / DIAGNOSA KPERAWATAN NAMA
WAKTU SOAP PERAWAT

30/09/2021 S: Tim Dinas Pagi


- Ny. Y mengatakan tidak merasa Tim Dinas Siang
sesak lagi.tapi masih merasakan Tim Dinas Malam
sputum sedikit-sedikit menegtal di
tenggorokan.

O : Keadaan umum : baik


- Kesadaran : compos mentis. GCS :
15
- TTV : Td =125/80 mmhg, N :80
menit, S :36,5 , RR : 19 x/menit,
Spo2 : 95 %
- Bunyi Napas masih ronchi (+)
- Sputum (+)
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi :
8. Melakukan TTV
9. Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas).
10. Memonitor bunyi napas tambahan
11. Mengatur Posisi klien semi fowler
atau fowler untuk memaksimalkan
ventilasi
12. Menganjurkan minum hangat
ataupun makanan hangat
13. Lakukan fisioterapi dada.
14. Memberikan Obat

Implementasi keperawatan
Nama klien : Ny. Y
Usia : 51 Tahun

Tanggal Waktu DP Implementasi Nama perawat


Ke
01/10/2021 08:30 1 1. Melakukan TTV Tim Dinas Pagi
08:30 2. Monitor pola napas (frekuensi, Tim Dinas Siang
kedalaman, usaha napas). Tim Dinas Malam
09:00 3. Memonitor bunyi napas
tambahan
09:00 4. Memonitor sputum
5. Mengatur Posisi klien semi
fowler atau fowler untuk
12:00 memaksimalkan ventilasi
6. Menganjurkan minum hangat
ataupun menyajikan makanan
13:30 hangat
7. Lakukan fisioterapi dada.
14.30 8. Memberikan Obat
15.15 9. Melakukan TTV
10. Mengatur Posisi klien semi
17.00 fowler atau fowler.
18.00 11. Menganjurkan minum hangat
12. Memberikan Obat

Evaluasi Keperawatan
Nama klien : Ny. Y
Usai : 51 Tahun
Unit/ kamar : Ruang Melati/ kelas 3 wanita
TGL / DIAGNOSA KPERAWATAN NAMA
WAKTU SOAP PERAWAT

01/10/2021 S: -Ny. S Mengatakan Ketika batuk Ny. S Tim Dinas Pagi


Bisa Mengeluarkan sputum Tim Dinas Siang
- Ny. Y mengatakan tidak merasa sesak Tim Dinas Malam
lagi.

O : Keadaan umum : baik


- Kesadaran : compos mentis. GCS :
15
- TTV : Td = 106/66 mmhg, N : 98
x menit, S :, RR :17 x/menit, Spo2 :
95%
- Bunyi Napas masih ronchi (+)
- Sputum (-)
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi :
1. Melakukan TTV
2. Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas).
3. Memonitor bunyi napas tambahan
4. Mengatur Posisi klien semi fowler
atau fowler untuk memaksimalkan
ventilasi
5. Menganjurkan minum hangat
ataupun makanan hangat
6. dilakukan fisioterapi dada.
7. Memberikan Obat
BAB III
PEMBAHASAN

Hasil pengkajian terkait dengan masalah pemenuhan kebutuhan dasar manusia


khususnya masalah oksigenasi adalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan hipersekresi jalan nafas yang ditandai dengan pasien mengatakan seperti banyak
dahak yang ada dalam kerongkongan tapi susah untuk dikeluarkan dan terasa lengket di
tenggorokan, susah untuk batuk, sehingga pasien merasa sesak napas. Selain itu dari data
objektif didapatkan keadaan umum : baik, kesadaran : compos mentis. GCS : 15.TTV : Td
= 98/61 mmhg, N :95 x/menit, S : 36,2 , RR : 18 x/menit, Spo2 : 96 %, pasien tampak
berusaha untuk batuk,saat melakukan auskultasi paru terdengar bunyi ronkhi disemua
lapang paru, terdengar redup pada saat diperkusi,klien tampak pucat, pasien kesulitan
berbicara karena tampak lemah. Hal ini sesuai dengan pengertian yang diberikan oleh
SDKI bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan sekret atau
obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten, dengan batasan
karakteristik, dimana untuk mengangkat masalah bersihan jalan nafas tidak efektif data
mayornya adalah: batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, ronkhi, dan
data minornya: gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, pola
napas berubah.
Salah satu intervensi yang sudah dilakukan adalah latihan batuk efektif dan
pemberian posisi semi fowler. Batuk efektif dapat membantu pengeluaran sekret karena
refleks yang dihasilkan membuat jalan nafas terbuka dengan cara menyingkirkan sekresi
lendir yang menumpuk di jalan nafas (Tombo,2020). Latihan batuk efektif dapat membantu
pasien agar tidak menggunakan banyak tenaga untuk mengeluarkan sekret.
Penelitian penerapan yang dilakukan oleh Tahir, Imalia, dan Muhsinah (2019)
menyebutkan bahwa latihan batuk efektif dapat membantu mengatasi masalah bersihan
jalan nafas sehingga jalan nafas menjadi paten. Kepatenan jalan napas yang terdiri dari
empat kriteria hasil yaitu frekuensi napas dalam batas normal, irama napas normal, tidak
ada suara napas tambahan, dan kemampuan mengeluarkan sputum. Sedangkan pada
penelitian yang dilakukan oleh Ridhania pada tahun 2016 mengatakan bahwa posisi
semifowler dapat memaksimalkan ekspansi paru dan memaksimalkan ventilasi area
atelektasis sehingga dapat meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas besar dan sekret
mudah untuk dikeluarkan.
Pada hari terakhir intervensi didapatkan hasil bahwa Terapi Batuk Efektif dan Posisi
semi fowler sangat bermanfaat untuk Ny. Y di tandai dengan Ny produksi sputum
berkurang, dan Ny. Tampak bisa batuk dengan mengeluarkan sputum dan Ny. Y tidak
tampak sesak, ini membuktikan keefetikfan latihan batuk efektif dan posisi semifowler.
Menurut kami latihan batuk efektif dan posisi semi fowler ini dapat diterapkan pada pasien-
pasien dengan masalah oksigenasi khususnya bersihan jalan nafas tidak efektif..

Anda mungkin juga menyukai