DESEMBER 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
RHINITIS ALERGI
Pembimbing :
dr. Hasnah Makmur, Sp. THT-KL
Pembimbing,
i
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
DAFTAR GAMBAR
4
BAB I
PENDAHULUAN
besar disebabkan oleh faktor lingkungan paparan alergen pada individu yang
Rinitis alergi (AR) adalah penyakit inflamasi kronis dari lapisan mukosa
hidung yang disebabkan oleh respons hipersensitivitas tipe I pada paparan alergen
Alergen umum yang terlibat dalam rinitis alergi terutama protein dan
tungau, residu kecoa dan bulu binatang adalah alergen yang umumnya dapat
sedang.1
dapat mengganggu pekerjaan, sekolah, fungsi sehari-hari, pola tidur, dan kualitas
hidup.3
10% hingga 30% orang Amerika dan 20% hingga 25% orang Kanada. Prevalensi
AR adalah bagian dari proses inflamasi sistemik dan dikaitkan dengan gangguan
1
prevalensinya yang tinggi dan berdampak pada kualitas hidup, AR telah
Tujuh puluh persen pasien dengan penyakit alergi dijumpai di masa kanak-
kanak, dan 70% pasien dengan penyakit non-alergi dijumpai pada masa dewasa,
pada usia lebih dari 20 tahun. Rinitis non-alergi dominan pada wanita.3
2
BAB II
PEMBAHASAN
ANATOMI HIDUNG
Cavum nasi adalah rongga yang dimulai pada nostril (apertura nasalis
anterior= nares anterior) dan berakhir pada nares posterior (choanae).9 Terbagi
1. Septum nasi
Merupakan dinding medial dari cavum nasi yang dibentuk oleh vomer di
3
2. Dinding lateral
Permukaan tidak rata dan dibentuk oleh bagian inferior dari lamina
criroformis yaitu merupakan bagian sentral dari atap cavum nasi, dan dari sini
melanjutkan dari arah caudo-anterior sampai pada vestibulum nasi ke arah caudo-
paling anterior, facies medialis ossis maxillae dan lamina perpendicularis ossis
Hiatus maxillae terletak pada dinding ini, dan di sebelah cranialis dinding
lateral cavum nasi berhubungan dengan dinding medial cavum orbita yang
dibentuk oleh labirinthus ethmoidalis dan sebagian dari os lacrimale. Pada dinding
ini terdapat 3 penonjolan yang disebut conchae nasales. Conchae nasalis superior
adalah suatu lubang tersendiri. Sepertiga bagian cranialis membrana mucosa pada
sebelah caudal concha nasalis media terdapat meatus nasi medius dan meatus nasi
meatus nasi superior, dan ductus nasolacrimalis bermuara pada meatus nasi
inferior. Sinus paranasalis lainnya bermuara ke dalam meatus nasi medius. Daerah
4
peralihan yang berada diantara vestibulum nasi dan meatus nasi medius disebut
Atap dari cavum nasi dibentuk oleh lamina cribrosa ossis ethmoidalis di
bagian anterior dan oleh permukaan atero-inferior dari corpus ossis sphenoidalis.
3. Vaskularisasi Hidung
kuadran ini mendapat juga aliran dari r. Labialis superior (cabang dari
Aliran darah venous dari bagian anterior dibawa menuju ke vena facialis
Sedangkan pada septum nasi, mendapat suplai darah dari beberapa arteri,
yaitu: 10
5
c. Ramus labialis superior yang dipercabangkan oleh a. Facialis
kiesselbach), dan terletak di bagian anterior septum nasi, di dalam vestibulum nasi
dekat pada atrium dan di dekat meatus medius. Pembuluh darah vena berjalan
mengikuti arterinya.10
6
4. Innervasi Hidung
Cavum nasi pada bagain septum nasi mendapat persarafan daric abang n.
dimana:10
7
FISIOLOGI HIDUNG
fisiologis hidung dan sinus paranasal adalah fungsi respirasi, fungsi penghidu,
Fungsi Respirasi
anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah ke
arah nasofaring. Aliran udara di hidung ini berbentuk lengkungan atau arkus.
Udara yang dihirup akan mengalami humidifikasi oleh palut lendir. Pada
musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, sehingga terjadi sedikit penguapan
udara inspirasi oleh palut lendir, sedangkan pada musim dingin akan terjadi
sebaliknya.
Suhu udara yang melalui hidung diatur sehingga berkisar 37˚C. Fungsi
pengatur suhu ini dimungkinkan oleh banyaknya pembuluh darah di bawah epitel
Partikel debu, virus, bakteri dan jamur yang terhirup bersama udara akan
disaring di hidung oleh rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi, silia, palut lendir.
Debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan partikel-partikel yang besar
Fungsi Penghidu
Hidung juga bekerja sebagai indra penghidu dan pencecap dengan adanya
mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian
atas septum.
8
Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir
rasa manis yang berasal dari berbagai macam bahan, seperti perbedaan rasa manis,
strawberi, jeruk, pisang atau coklat. Juga untuk membedakan rasa asam yang
Fungsi Fonetik
Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan
bibir, dan palatum mole. Pada pembentukan konsonan nasal (m, n, ng) rongga
mulut tertutup dan hidung terbuka, palatum mole turun untuk aliran udara.6
Refleks Nasal
menyebabkan refleks bersin dan napas berhenti. Rangsangan bau tertentu akan
B. DEFINISI
Rinitis alergi adalah penyakit yang dimediasi oleh Ig E yang terjadi setelah
paparan alergen dalam atau luar ruangan, seperti tungau debu, serangga, bulu
9
Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun
2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal
dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh
IgE.6
C. ETIOLOGI7
beberapa alergen dan dapat mengalami rinitis alergi parenial dengan eksaserbasi
musiman.
mereka saat musim gugur. Keluarga pohon umum yang terkait dengan
rinitis alergi termasuk birch, oak, maple, cedar, zaitun, dan elm.
Bermuda, dan parrenial rye. Sejumlah rumput ini bersifat reaktif silang,
yang berarti bahwa mereka memiliki struktur antigenik yang sama (yaitu,
10
menonjol dari akhir musim semi hingga musim gugur tetapi dapat hadir
Serbuk sari gulma juga bervariasi secara geografis. Banyak gulma, seperti
besar Amerika Serikat, paling menonjol di akhir musim panas dan musim
gugur. Serbuk sari gulma lainnya hadir sepanjang tahun, terutama di iklim
yang lebih hangat. Gulma umum yang terkait dengan rinitis alergi
yellow dock, sheep sorrel, english plantain, lamb’s quarters, dan Russian
thistle.
tetapi juga bisa disebabkan oleh alergen luar yang ada sepanjang tahun.
Di iklim yang lebih hangat, serbuk sari rumput dapat hadir sepanjang
dan boneka.
11
d. Hewan peliharaan
dari rinitis alergi perenial. Anjing dan kucing merupakan hewan yang
menyebabkan alergi.
e. Hewan pengerat
serbuk sari, jamur, atau alergen dalam ruangan yang biasanya tidak tidak
paru-paru.
12
episodik ketika terpapar hewan tertentu, gejala harian saat di tempat kerja,
hari dan akhir pekan dengan sensitivitas yang parah karena sampai
D. PREVALENSI1
peningkatan tren rinitis di seluruh dunia dengan prevalensi rata-rata 8-15% pada
anak-anak, dengan prevalensi pada populasi umum mulai dari 10-40% di negara-
negara industri. Studi tentang riwayat alami rinitis pada anak-anak telah
menunjukkan prevalensi 2,8% pada usia 4 tahun dan 11,8% pada usia 18 tahun
untuk rinitis non-alergi dan 3,4% dan 27,3% untuk rinitis alergi. Prevalensi pada
orang dewasa sebanyak 9,6% untuk rinitis non-alergi dan 29,8% untuk rinitis
memperlihatkan gejala lebih sering dan pada usia yang lebih muda dibandingkan
dengan riwayat orang tua non-alergi. Rinitis alergi didominasi oleh laki-laki dan
rinitis non-alergi didominasi perempuan pada usia remaja dan dewasa. Anak-anak
dan orang dewasa dengan rinitis alergi berisiko tinggi berkembang menjadi asma.
E. PATOFISIOLOGI6
tahap sensitisasi dan diikuti dengan reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari 2 fase
yaitu Immediate Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC)
13
yang berlangsung sejak kontak dengan allergen sampai satu jam setelahnya dan
Late Phase Allergic Reaction Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL) yang
Pada kontak pertama dengan allergen atau tahap sensitasi, makrofag atau
monosit yang berperan sebagai sel penyaji (Antigen Presenting Cell/APC) akan
(Th 0). Kemudian sel penyaji akan melepas sitokin seperti interleuikin 1 (IL 1)
akan menghasilkan berbagai sitokin seperti IL-3, IL-4, IL-5 dan IL-13. IL-4 dan
IL-13 dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit B, sehingga sel
sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor IgE di permukaan
sel mastosit atau basofil (sel mediator) sehingga kedua sel ini menjadi aktif.
Proses ini disebut sensitisasi yang menghasilkan sel mediator yang tersensitisasi.
Bila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar dengan allergen yang sama maka
kedua rantai IgE akan mengikat allergen spesifik dan terjadi degranulasi
(pecahnya dinding sel) mastosit dan basophil dengan akibat terlepasnya mediator
14
(PGD2), leukotrin D4 (LT D4), leukotrin C4 (LT C4), bradikinin, Platelet
Actifating Factor (PAF) dan berbagai sitokin. (IL3, IL4, IL5, IL6, GM-CSF
Pada reaksi fase lambat, sel mastosit akan melepaskan molekul kemotaktif
yang akan menyebabkan akumulasi sel eosinophil dan netrofil di jaringan target.
Respon ini tidak berhenti disini saja, tapi gejala akan berlanjut dan mencapai
puncak 6-8 jam, setelah pemaparan. Pada reaksi ini, ditandai dengan penambahan
jenis dan jumlah sel inflamasi seperti eosinophil, limfosit, netrofil, basophil dan
mastosit di mukosa hidung serta peningkatan sitokin seperti IL3,IL4, IL5, dan
pada secret hidung. Timbulnya gejala hiperaktif atau hiperresponsif hidung adalah
Basic Protein (MBP), dan Eosinophilic Peroxidase (EPO). Pada fase ini selain
factor spesifik (allergen) iritasi oleh faktor non spesifik dapat memperberat gejala
15
seperti asap rokok bau yang merangsang, perubahan cuaca dan kelembaban udara
yang tinggi.
susu, sapi, telur, coklat, ikan laut, udang, kepiting dan kacang-kacangan.
16
3. Alergen injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya
2. Rinitis alergi perenial (sepanjang tahun). Gejala pada penyakit ini timbul
WHO Initiative ARIA (Allergic Rinitis anf its Impact on Asthma) tahun 2001,
hari/minggu.
sporadis yang biasanya tidak ditemui oleh lingkungan dalam dan luar
17
ruangan pasien yang biasa, seperti mengunjungi rumah dengan hewan
peliharaan.
H. GEJALA KLINIS7
Bersin
Rhinorrhea
Hidung tersumbat
Anosmia
Nyeri kepala
18
Nyeri telinga
Mata merah
Mata bengkak
Kelelahan
Mengantuk
Malaise
I. PENCEGAHAN3
sangat penting dalam pengelolaan proses penyakit. Penyakit yang ringan biasanya
Pedoman Rhinitis Alergi dan Dampaknya terhadap Asma (ARIA): Revisi 2010
rinitis alergi.
rinitis alergi :
19
Menghilangkan atau mengurangi pajanan terhadap alergen di tempat kerja
- Tutup jendela
- Gunakan AC
Kontrol jamur
Hewan peliharaan
J. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
1. Anamnesis
serangan bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari
atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini
20
merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan sendiri
histamin. Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan
disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). Sering kali gejala
2. Pemeriksaan Fisik
atau livid disertai adanya sekret encer yang banyak. Bila gejala
lain pada anak ialah terdapatnya bayangan gelap di daerah bawah mata
yang terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung. Gejala
ini disebut allergic shiner. Selain itu sering juga tampak anak
21
adenoid). Dinding posterior faring tampak granuler dan edema
3. Pemeriksaan penunjang
In vitro
test) sering menunjukkan nilai normal, kecuali bila tanda alergi pada
pasien lebih dari satu macam penyakit, misalnya selain rinitis alergi
untuk prediksi kemungkinan alergi pada bayi atau anak kecil dari suatu
sitologi hidung dari sekret hidung atau kerokan mukosa walaupun tidak
In vivo
22
Alergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan tes cukit kulit,
uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (Skin End-
Untuk alergi makanan, uji kulit yang akhir-akhir ini banyak dilakukan
namun sebagai baku emas dapat dilakukan dengan diet eliminasi dan
hidung gatal, rinore berair, dan blokade hidung), disertai dengan tes
serum.8
alergi meliputi: 7
23
Radiografi: Dapat membantu untuk mengevaluasi kemungkinan
kronis
K. DIAGNOSIS BANDING6
1. Rinitis Vasomotor
namun gejala yang dominan adalah hidung tersumbat, bergantian kiri dan
24
kanan, tergantung pada posisi pasien. Selain itu terdapat rinore yang
timbulnya gejala.
berupa edema mukosa hidung, konka berwarna gelap atau merah tua,
tetapi dapat pula pucat. Permukaan konka dapat licin atau berbenjol-
sedikit. Akan tetapi pada golongan rinore sekret yang ditemukan ialah
hidung, tapi jumlahnya sedikit. Tes cukit kulit biasanya negatif. Kadar
2. Rinitis Medikamentosa
menetap. Dapat dikatakan bahwa hal ini disebabkan oleh pemakaian obat
25
Tanda dan gejala yang biasanya dikeluhkan pasien berupa hidung
L. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan Japanese guidelines for allergic rhinitis 2020, terapi pada rinitis
alergi diantaranya : 8
dll.
- Farmakoterapi
26
1. Stabilitator sel mast (semprotan hidung, obat oral)
(tetes mata dan semprotan hidung) dan agen oral seperti tranilast,
Mereka memiliki efek ringan. Untuk mencapai efek klinis yang cukup
27
prometasin, siproheptadin. Untuk topikal biasa digunakan
azelastin.6
perenial.
28
otot polos vaskular mukosa hidung, meningkatkan efek pada
hidung sedang atau ringan dan gejala tipe sedang dengan keluhan
3. Inhibitor sitokin Th2: sitokin IPD produksi sitokin Th2, seperti IL-4
4. Steroid
29
a. Steroid semprotan hidung : Beclomethasone propionate,
lokal yang kuat dalam jumlah kecil, dan diserap dengan buruk
waktu 1-3 hari. Dapat terjadi sedikit iritasi hidung, rasa kering,
dan epistaksis.
Untuk pollinosis yang paling parah dapat diberikan 2-3 kali sehari
30
- Imunoterapi spesifik (konvensional, prosedur cepat, sublingual)
Sebagai catatan, sel mast lokal menurun, keseimbangan Th1 / Th2 diubah,
asma berat. Meskipun terapi ini tidak memiliki efek berbahaya pada
2) Implementasi
menyebar.
31
d) Sebelum meningkatkan konsentrasi larutan berair atau
pemberian.
serbuk sari cedar Jepang dan tungau debu. Indikasi SLIT saat ini
atau tungau debu oleh reaksi kulit atau IgE spesifik pada pasien
atau ulkus, atau jika terapi odonto berat diperlukan. Namun, jika
32
kehamilan terjadi saat terapi ini diberikan, imunoterapi alergen,
- Perawatan operatif
M. KOMPLIKASI6,7
2. Otitis media
4. Rinosinusitis
N. PROGNOSIS9
Diyakini bahwa prevalensi rinitis alergi memuncak pada masa remaja dan
peningkatan gejala, dengan 41,6% dari mereka bebas gejala. Pasien yang
gejalanya timbul pada usia yang lebih muda kemungkinan untuk mengalami
perbaikan tinggi. Tingkat keparahan rinitis alergi dapat bervariasi dari waktu
ke waktu dan tergantung pada berbagai faktor seperti lokasi dan musim.
33
Sekitar 50% pasien yang menerima imunoterapi alergi rumput mencatat
BAB III
PENUTUP
Rinitis alergi adalah penyakit yang dimediasi oleh Ig E yang terjadi setelah
paparan alergen dalam atau luar ruangan, seperti tungau debu, serangga, bulu
hewan, jamur, dan serbuk sari dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan
tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.
Rinitis alergi dan atopi secara umum disebabkan oleh interaksi dari pasien yang
secara genetik memiliki potensi alergi dengan lingkungan. Peran lingkungan pada
kejadian rinitis alergi sangat penting, ditinjau dari faktor alergen yang
mensensitisasi terjadinya penyakit ini. Pengobatan paling efektif dari rinitis alergi
pembedahan. Pasien dengan rinitis alergi tanpa komplikasi yang respon dengan
34
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Eifan AO, Durham SR. Pathogenesis of rhinitis. Clin Exp Allergy. 2016
PMC7733588.
PMCID: PMC7119310.
4. May JR, Dolen WK. Management of Allergic Rhinitis: A Review for the
Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Pathophysiology (medscape.com)
36
Japanese guidelines for allergic rhinitis 2020. Allergol Int. 2020
PMID: 32473790.
9. Akhouri S, House SA. Allergic Rhinitis. 2021 Mar 31. In: StatPearls
30844213.
10. Basri MI, Djayalangkara H, Lisal JI, dkk. 2016. Buku Ajar Biomedik 2.
Hasanuddin
37