Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEDOKTERAN ISLAM

“HUKUM BAYI TABUNG DAN KLONING MANUSIA”

Disusun Oleh:

Wa Ode Alsarima Markuta 10542057514


Galuh Liestianto Putra 10542058714
Mutmainnah Dwi Saputri 105421100116
Muh. Zulfahmi 105421100216
Haeras Asapa 105421100916
Endah Rahayu 105421102016
Junaidi Lainadi 105421103916
Indah Sakinah Syam 105421104216

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019

1
Bayi Tabung

A. Pengertian bayi tabung

Assisted Reproductive Technology atau yang populer dengan teknologi bayi

tabung merupakan aplikasi teknologi dalam bidang reproduksi manusia. Bayi tabung

dalam bahasa kedokteran disebut In Vitro Fertilization (IVF). In Vitro berasal dari bahasa

Latin yang berarti di dalam sedangkan Fertilization adalah Bahasa Inggris yang memiliki

arti pembuahan. Jadi, bayi tabung adalah suatu upaya untuk memperoleh kehamilan

dengan jalan mempertemukan sel sperma dan sel telur sehingga terjadi pembuahan dalam

suatu wadah atau cawan petri (semacam mangkuk kaca berukuran kecil) khusus yang hal

ini dilakukan oleh petugas medis. Mungkin karena proses pembuahan tersebut terjadi di

cawan kaca (seolah seperti tabung), akhirnya masyarakat mengenalnya sebagai

pengertian bayi tabung. Bayi tabung merupakan suatu teknologi reproduksi berupa teknik

pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita. Prosesnya terdiri dari mengendalikan

proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh

sel sperma dalam sebuah medium cair. Awal berkembangnya teknik ini bermula dari

ditemukannya teknik pengawetan sperma. Sperma bisa bertahan hidup lama bila

dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan dalam cairan nitrogen pada temperatur -321

derajat Fahrenheit.

B. Sejarah bayi tabung

Tonggak sejarah bayi tabung diukir Profesor Robert Edwards di Inggris pada 25

Juli 1978. Beliau seorang dokter yang pada hari itu berhasil melahirkan Louise Brown,

bayi tabung pertama di dunia hasil eksperimen Edwards dan rekannya, Patrick Steptoe.

2
Atas prestasi tersebut, Senin 4 Oktober, di Stockholm, Swedia, Edwards dinyatakan

sebagai peraih Nobel pada kategori kesehatan. “Prestasi Edwards telah membuka mata

dunia bahwa ketidaksuburan atau kemandulan bisa diatasi. Sekitar 4 juta bayi telah

dilahirkan dengan program bayi tabung itu. Hari ini, visi seorang Robert Edwards

menjadi nyata dan membawa kebahagiaan kepada seluruh pasangan tidak subur di

dunia." Begitulah bunyi pernyataan resmi komite penyeleksi hadiah Nobel. Edwards

sekarang berumur 85 tahun. Dia adalah profesor emeritus di University of Cambridge.

Sejak dekade 1950-an, dia sudah meneliti berbagai hal soal reproduksi manusia. Buah

penelitian tersebut melahirkan in-vitro fertilization, nama resmi teknik bayi tabung.

Lewat teknik itu, sel telur diambil, lalu dibuahi di luar tubuh perempuan. Setelah

pembuahan, sel tersebut ditanamkan kembali ke Rahim.

Kesuksesan perdana program bayi tabung yang dilakukan secara konvensional/In

Vitro Fertilization (IVF) dengan lahirnya Louise Brown membuat program ini semakin

diminati oleh negara-negara di dunia. Di Indonesia, sejarah bayi tabung yang pertama

dilakukan di RSAB Harapan Kita, Jakarta, pada tahun 1987. Program bayi tabung

tersebut akhirnya melahirkan bayi tabung pertama di Indonesia, yakni Nugroho Karyanto

pada tahun 1988. Baru setelah itu mulai banyak bermunculan kelahiran bayi tabung di

Indonesia. Bahkan jumlahnya sudah mencapai 300 anak.

C. Tujuan bayi tabung

Program ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri yang tidak mungkin

memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopi istrinya mengalami kerusakan

permanen, atau jika pasangan suami istri memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang

3
menyebabkan tidak dimungkinkan untuk memperoleh keturunan. Dalam kasus khusus,

program ini digunakan oleh wanita lajang yang ingin memperoleh keturunan tanpa harus

mempunyai suami atau pasangan.

D. Macam-macam proses bayi tabung

a. Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan Suami-Istri

Teknik bayi tabung memisahkan persetubuhan suami istri dari pembuahan bakal

anak. Dengan teknik tersebut, pembuahan dapat dilakukan tanpa persetubuhan.

Dengan demikian teknik kedokteran telah mengatur dan menguasai hukum alam yang

terdapat dalam tubuh manusia pria dan wanita. Dengan pemisahan antara

persetubuhan dan pembuahan ini, maka bisa muncul banyak kemungkinan lain yang

menjadi akibat dari kemajuan ilmu kedokteran dibidang pro-kreasi manusia.

b. Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak

Ada kemungkinan bahwa benih dari suami istri tidak bisa dipindahkan ke dalam

rahim sang istri, oleh karena ada gangguan kesehatan atau alasan-alasan lain. Dalam

kasus ini, maka diperlukan seorang wanita lain yang disewa untuk mengandung anak

bagi pasangan tadi. Dalam perjanjian sewa rahim ini ditentukan banyak persyaratan

untuk melindungi kepentingan semua pihak yang terkait. Wanita yang rahimnya

disewa biasanya meminta imbalan uang yang sangat besar. Suami istri bisa memilih

wanita sewaan yang masih muda, sehat dan punya kebiasaan hidup yang sehat dan

baik.

c. Sel Telur atau Sperma dari Seorang Donor

4
Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri mandul; dalam arti

bahwa sel telur istri atau sperma suami tidak mengandung benih untuk pembuahan.

Itu berarti bahwa benih yang mandul itu harus dicarikan penggantinya melalui

seorang donor. Masalah ini akan menjadi lebih sulit karena sudah masuk unsur baru,

yaitu benih dari orang lain. Pertama, apakah pembuahan yang dilakukan antara sel

telur istri dan sel sperma dari orang lain sebagai pendonor itu perlu diketahui atau

disembunyikan identitasnya. Kalau wanita tahu orangnya, mungkin ada bahaya untuk

mencari hubungan pribadi dengan orang itu. Ketiga, apakah pria pendonor itu perlu

tahu kepada siapa benihnya telah didonorkan. Masih banyak masalah lain lagi yang

bisa muncul.

d. Munculnya Bank Sperma

Praktik bayi tabung membuka peluang pula bagi didirikannya bank - bank

sperma. Pasangan yang mandul bisa mencari benih yang subur dari bank -bank

tersebut. Bahkan orang bisa menjual belikan benih - benih itu dengan harga yang

sangat mahal misalnya karena benih dari seorang pemenang Nobel di bidang

kedokteran, matematika, dan lain-lain. Praktek bank sperma adalah akibat lebih jauh

dari teknik bayi tabung. Kini bank sperma malah menyimpannya dan

memperdagangkannya seolah-olah benih manusia itu suatu benda ekonomis.

Hukum bayi tabung pada manusia harus diklasifikasikan persoalannya secara

jelas. Bila dilakukan dengan sperma atau ovum suami istri sendiri, baik dengan cara

mengambil sperma suami kemudian disuntikkan ke dalam vagina, tuba palupi atau

uterus isteri, maupun dengan cara pembuahannya di luar rahim, kemudia n buahnya

(vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri; maka hal ini dibolehkan, asal keadaan

5
suami istri tersebut benar-benar memerlukan proses inseminasi buatan untuk

membantu pasangan suami istri tersebut memperoleh keturunan. Hal ini sesuai

dengan kaidah ‘al hajatu tanzilu manzilah al dharurat’ (hajat atau kebutuhan yang

sangat mendesak diperlakukan seperti keadaan darurat).

E. Cara pembuatan bayi tabung

a. Proses bayi tabung sendiri diawali dengan konsultasi dan seleksi pasien, dimana baik

suami dan istri akan diperiksa sampai dengan ada indikasi untuk mengikuti program

bayi tabung. Jika memang diindikasikan, baru bisa masuk dan mengikuti program

bayi tabung.

b. Melakukan stimulasi atau merangsang indung telur untuk memastikan banyaknya sel

telur. Secara alami sel telur memang hanya ada satu, namun dalam program bayi

tabung, perlu lebih dari satu sel telur untuk memperoleh embrio.

c. Proses bayi tabung yang ke tiga adalah pemantauan pertumbuhan folikel atau cairan

berisi sel telur di dalam indung telur melalui ultrasonografi. Pemantauan

pertumbuhan folikel ini bertujuan untuk melihat apakah sel telur sudah cukup matang

untuk dipanen atau belum. Baru kemudian mematangkan sel telur, dengan cara

menyuntikan obat agar siap dipanen.

d. Sel telur diambil untuk di proses di laboratorium. Pada hari yang sama, akan

dilakukan pengambilan sperma suami. Jika tidak ada masalah, pengambilan

dilakukan dengan cara bermasturbasi. Namun bila ditemukan kendala, maka akan

dilakukan operasi pengambilan sperma melalui buah zakar.

6
e. Pembuahan atau fertilisasi di dalam media kultur di laboratorium, sehingga

menghasilkan embrio. Baru setelah embrio terbentuk, akan dilakukan proses transfer

embrio kembali ke dalam rahim agar terjadi kehamilan. Jika ada sisa embrio lebih,

maka akan disimpan untuk proses kehamilan berikutnya.

f. Proses terakhir adalah fase luteal untuk mempertahankan dinding Rahim dengan

memberikan Progesterone. Biasanya dokter akan memberi obat selama 15 hari

pertama untuk mempertahankan dinding rahim ibu agar terjadi kehamilan. Setelah itu,

dilakukan pemeriksaan apakah telah terjadi kehamilan atau belum, baik dengan

pemeriksaan darah maupun USG.

F. Dampak melakukan bayi tabung

a. Dampak Negatif

 Terjadinya stimulasi indung telur yang berlebihan memungkinkan terjadinya

penumpukan cairan di rongga perut dan memberikan beberapa keluhan, seperti

rasa kembung, mual, muntah, dan hilangnya selera makan.

 Saat pengambilan sel telur dengan jarum menimbulkan risiko terjadinya

perdarahan, infeksi, dan kemungkinan jarum mengenai kandung kemih, usus,

dan pembuluh darah. Dengan persiapan yang baik dan panduan teknologi

ultrasonografi, keadaan tersebut umumnya dapat dihindari.

 Risiko kehamilan kembar lebih dari 2 (dua) akan meningkat dengan banyaknya

embrio yang dipindahkan ke dalam rahim. Hal ini akan memberikan risiko akan

persalinan prematur yang memerlukan perawatan lama. Dengan

7
mempertimbangkan usia istri dan pembatasan jumlah embrio yang akan

dipindahkan ke dalam rahim dapat mengurangi risiko tersebut.

 Risiko akan keguguran dan kehamilan di luar kandungan. Melalui pemberian

hormon dan pemindahan embrio dengan panduan ultrasonografi, keadaan

tersebut diharapkan tidak terjadi.

 Risiko lain yang timbul dapat berupa biaya yang dikeluarkan, kelelahan fisik,

dan stres emosional dalam menyikapi antara harapan dan kenyataan yang terjadi

selama mengikuti bayi tabung

b. Dampak Positif

 Memberi harapan kepada pasangan pasutri yang lambat punya anak atau

mandul.

 Membantu orang lain yang mengidap penyakit.

 Mampu mengatasi permasalahan tidak kunjung memiliki anak bagi penderita

kelainan organ reproduksi ataupun lainnya

 Memberikan harapan bagi kesejahteraan umat manusia.

 Menghindari penyakit (seperti penyakit menurun/genetis, sehingga untuk

kedepan akan terlahir manusia yang sehat dan bebas dari penyakit keturunan.

 Menuntut manusia untuk menciptakan sesuatu yang baru.

 Tidak perlu melakukan hubungan suami istri berulang kali untuk mendapatkan

anak, melainkan hanya cukup memberikan sel telur dari sang wanita dan sperma

dari sang pria

8
G. Hukum bayi tabung menurut Islam

Jika hendak mengkaji masalah bayi tabung dari segi hukum Islam, maka harus

dikaji dengan memakai metode ijtihad lajim dipakai oleh para ahli ijtihad, agar ijtihadnya

sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa Al-Qur’an dan Sunah yang menjadi pegangan

umat Islam. Sudah tentu ulama yang melaksanakan ijtihad tentang masalah ini,

memerlukan informasi yang cukup tentang teknik dan proses terjadinya bayi tabung dari

cendekiawan Muslim yang ahli dalam bidang studi yang relevan dengan masalah ini,

misalnya ahli kedokteran dan ahli biologi. Dengan pengkajian secara multidisipliner ini,

dapat ditemukan hukumnya yang proporsional dan mendasar.

Bayi tabung / inseminasi buatan apabila dilakukan dengan sel sperma dan ovum

suami istri sendiri dan tidak ditransfer embrionya ke dalam rahim wanita lain termasuk

istrinya sendiri yang lain (bagi suami yang berpoligami), maka Islam membenarkan, baik

dengan cara mengambil sperma suami, kemudian disuntikkan ke dalam vagina atau

uterus istri, maupun dengan cara pembuahan dilakukan diluar rahim, kemudian buahnya

(vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri, asal keadaan kondisi suami istri yang

bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh anak,

karena dengan cara pembuahan alami, suami istri tidak berhasil memperoleh anak. Hal

ini sesuai dengan hukum Fiqih Islam.

Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlukan seperti dalam keadaan

terpaksa (emergency). Padahal keadaan darurat/terpaksa itu membolehkan melakukan

hal-hal terlarang.

Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor sperma

dan /atau ovum, maka diharamkan, dan hukumnya sama dengan zina (prostitusi). Dan

9
sebagai akibat hukumnya, anak hasil inseminasi tersebut tidak sah dan nasabnya hanya

berhubungan dengan ibu yang melahirkannya. Menurut hemat penulis, dalil-dalil syar’i

yang dapat menjadi landasan hukum untuk mengharamkan inseminasi buatan dengan

donor, ialah sebagai berikut :

1. Al-Qur’an

Surat Al-Isra ayat 70 :

“Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di

daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami

lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang

telah Kami ciptakan”.

Surat At-Tin ayat 4 : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk

yang sebaik-baiknya”.

Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai

makhluk yang mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk

Tuhan lainnya. Dan Tuhan sendiri berkenan memuliakan manusia, maka sudah

seharusnya manusia bisa menghormati martabatnya sendiri dan juga menghormati

martabat sesama manusia. Sebaliknya inseminasi buatan dengan donor itu pada

hakikatnya merendahkan harkat manusia (human dignity) sejajar dengan hewan yang

diinseminasi.

2. Hadits Nabi

“Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari akhir menyiramkan

airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina istriorang lain)’’.

10
(Hadits riwayat Abu Daud, Al-Tirmidzi, dan Hadits ini dipandang sahih oleh Ibnu

Hibban)

3. Hasil Ijtihad Para Ulama’

a. Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Dalam fatwanya menyatakan bahwa bayi tabung dengan sperma dan ovum

dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya mubah (boleh). Sebab, ini termasuk

ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama. Namun, para ulama melarang

penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-istri yang dititipkan di

rahim perempuan lain. "Itu hukumnya haram," papar MUI dalam fatwanya. Apa

pasal? Para ulama menegaskan, di kemudian hari hal itu akan menimbulkan

masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan. Para ulama MUI dalam

fatwanya juga memutuskan, bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami

yang telah meninggal dunia hukumnya haram. "Sebab, hal ini akan menimbulkan

masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam

hal kewarisan," tulis fatwa itu. Lalu bagaimana dengan proses bayi tabung yang

sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang sah? MUI dalam

fatwanya secara tegas menyatakan hal tersebut hukumnya haram. Alasannya,

statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis di luar penikahan

yang sah alias zina

b. Nahdlatul Ulama (NU)

Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalah ini

dalam forum Munas Alim Ulama di Kaliurang, Yogyakarta pada 1981. Ada tiga

keputusan yang ditetapkan ulama NU terkait masalah bayi tabung.

11
Pertama, apabila mani yang ditabung dan dimasukan ke dalam rahim

wanita tersebut ternyata bukan mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung

hukumnya haram. Hal itu didasarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu

Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada dosa yang lebih besar setelah

syirik dalam pandangan Allah SWT, dibandingkan perbuatan seorang lelaki yang

meletakkan spermanya (berzina) di dalam rahim perempuan yang tidak halal

baginya”.

Kedua, apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi

cara mengeluarkannya tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram. “Mani

muhtaram adalah mani yang keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak dilarang

oleh syara”, papar ulama NU dalam fatwa itu. Terkait mani yang dikeluarkan

secara muhtaram, para ulama NU mengutip dasar hukum dari Kifayatul Akhyar

II/113. "Seandainya seorang lelaki berusaha mengeluarkan spermanya (dengan

beronani) dengan tangan istrinya, maka hal tersebut diperbolehkan, karena istri

memang tempat atau wahana yang diperbolehkan untuk bersenang-senang”

Ketiga, apabila mani yang ditabung itu mani suamiistri dan cara mengeluarkannya

termasuk muhtaram, serta dimasukan ke dalam rahim istri sendiri, maka hukum

bayi tabung menjadi mubah (boleh).

c. Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah

Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah juga telah menetapkan

fatwa terkait boleh tidak nya menitipkan sperma suami-istri di rahim istri kedua.

Dalam fatwanya, Majelis Tarjih dan Tajdid mengungkapkan, berdasarkan ijitihad

jama'i yang dilakukan para ahli fikih dari berbagai pelosok dunia Islam, termasuk

12
dari Indonesia yang diwakili Muhammadiyah, hukum inseminasi buatan seperti

itu termasuk yang dilarang. “Hal itu disebut dalam ketetapan yang keempat dari

sidang periode ke tiga dari Majmaul Fiqhil Islamy dengan judul Athfaalul

Anaabib (Bayi Tabung),” papar fatwa Majelis Tarjih PP Muhammadiyah.

Rumusannya, “cara kelima inseminasi itu dilakukan di luar kandungan antara dua

biji suami-istri, kemudian ditanamkan pada rahim istri yang lain (dari suami itu).

hal itu dilarang menurut hukum Syara”.

d. Lembaga Fiqh Islam OKI (Organisasi Konferensi Islam)

Lembaga Fiqh Islam OKI (Organisasi Konferensi Islam) mengadakan

sidang di Amman pada tahun 1986untuk membahas beberapa teknik inseminasi

buatan / bayi tabung, dan mengharamkan bayi tabung dengan sperma dan/atau

ovum donor.

13
Cloning Manusia

A. Pengertian Kloning Gen

Secara etimologi, kloning berasal dari kata “clone” yang diturunkan dari yunani

“klon”, artinya potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman. Kata ini

dipergunakan dalam dua pengertian, yaitu sebagai berikut.

1. Klon sel yang artinya menduplikasi sejumlah sel dari sebuah sel yang memiliki sifat-

sifat genetiknya identik.

2. Klon gen atau molekuler artinya sekelompok salinan gen yang bersifat identik yang

direplikasi dari satu gen dimasukkan dalam sel inang.

Sedangkan secara terminologis, kloning adalah proses pembuatan sejumlah besar

selatau molekul yang seluruhnya identik dengan sel atau molekul asalnya. Kloning dalam

bidang genetika merupakan replikasi segmen DNA tanpa melalui proses seksual. Itulah

sebabnya, kloning juga dikenal dengan istilah rekombinasi DNA. Rekombinasi DNA

membuka peluang baru dalam terobosan teknologi untuk mengubah fungsi dan perilaku

makhluk hidup sesuai dengan keinginan dan kebutuhan manusia.

Oleh karena itu, kloning sel adalah teknik untuk menghasilkan salinan makhluk

hidup dengan menggunakan bahan genetik dari sel makhluk itu sendiri. Metode kloning

berbeda dengan pembuahan biasa, karena sel telur tidak lagi memerlukan sel sperma

untuk pembuahannya. Secara sederhana dapat disebutkan bahwa bayi “klon” dibuat

dengan mempersiapkan sel telur yang sudah diambil intinya kemudian digabungkan

dengan sel donor yang merupakan sel dewasa dari suatu organ tubuh. Hasil gabungan

14
tersebut kemudian ditanamkan ke dalam rahim dan dibiarkan berkembang dalam rahim

sampai lahir.

B. Sejarah perkembangan Kloning Gen

Kloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang sama

dengan induknya pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan, maupun

manusia. Kloning pada tanaman melalui kultur sel mula-mula dilakukan pada tanaman

wortel. Dalam hal ini sel akar wortel dikultur, dan tiap selnya dapat tumbuh menjadi

tanaman lengkap. Teknik ini digunakan untuk membuat klon tanaman dalam perkebunan.

Dari sebuah sel yang mempunyai sifat unggul, kemudian dipacu untuk membelah dalam

kultur, sampai ribuan atau bahkan sampai jutaan sel. Tiap sel mempunyai susunan gen

yang sama, sehingga tiap sel merupakan klon dari tanaman tersebut.

Kloning pada hewan dilakukan mula-mula pada amfibi (kodok), dengan

mengadakan transplantasi nukleus ke dalam telur kodok yang dienukleasi. Sebagai donor

digunakan nukleus sel somatik dari berbagai stadium perkembangan. Ternyata donor

nukleus dari sel somatik yang diambil dari sel epitel usus kecebong pun masih dapat

membentuk embrio normal. Sejak Wilmut et al. berhasil membuat klon anak domba yang

donor nukleusnya diambil dari sel kelenjar susu domba dewasa, maka terbukti bahwa

pada mammalia pun klon dapat dibuat. Atas dasar itu para ahli berpendapat bahwa pada

manusia pun secara teknis klon dapat dibuat.

C. Bahan / Alat dalam Kloning Gen

1. Enzim endonuklease restriksi

15
Enzim yang berfungsi untuk pemotongan DNA sumber gen dan vektor kloning.

2. Enzim ligase

Enzim yang berfungsi sebagai penyambung kembali potongan DNA

3. Vektors

Vektor adalah molekul DNA yang berfungsi sebagai wahana atau kendaraan yang

akan membawa suatu fragmen DNA masuk ke dalam sel inang dan memungkinkan

terjadinya replikasi dan ekspresi fragmen DNA asing tersebut.

4. Inang (Host)

Tempat DNA dibiakan biasanya berupa organisme uniseluler contohnya bakteri.

5. Metoda untuk memasukkan DNA ke dalam sel inang

Memasukkan plasmid (yang merupakan vektor yang telah disisipi gen) ke dalam

sel inang melalui beberapa cara yaitu sebagai berikut :

a. Pra-Inkubasi

Sel E. coli calon penerima plasmid dipaparkan kepada ion positif kalsium

klorida (CaCl2). Perlakuan ini memberikan cekaman kepada bakteri yang

mengakibatkan membran sel dan dinding sel bakteri tersebut menjadi permeabel

terhadap plasmid donor. Proses ini mengakibatkan E. coli menjadi “kompeten"

untuk menerima plasmid.

b. Inkubasi

Plasmid ditambahkan ke dalam suspensi sel E. coli kompeten. Suspensi sel E.

coli kompeten lainnya yang tidak ditambah plasmid digunakan sebagai kontrol.

c. Kejutan Panas (HeatShock).

16
Sel kompeten (baik yang diberi plasmid maupun kontrol) dipaparkan sejenak (90

detik) kepada suhu 42 oC. Langkah ini memaksimumkan masuknya plasmid

menembus membran dan dinding sel.

d. Penyembuhan (Recovery).

Sel kompeten (baik yang diberi plasmid maupun kontrol) ditumbuhkan dalam

medium kaya nutrisi untuk memberi kesempatan penyembuhan setelah

mengalami cekaman dan kejutan. Masa penyembuhan biasanya berlangsung satu

waktu generasi (untuk E. coli berkisar antara 30 hingga 45 menit)

e. Penapisan (Screening).

Sel kompeten yang telah mengalami penyembuhan ditapis pada medium padat

yang mengandung senyawa penapis berdasarkan penanda yang dibawa oleh

plasmid.

D. Macam-macam Pengkloning Gen

Menurut Daulay dan Siregar, kloning dapat dibedakan menjadi 3 macam,

berdasarkan cara kerja dan tujuan pembuahannya yaitu sebagai berikut ini.

a. Kloning Embrional (Embryonal Cloning)

Kloning embrional adalah teknik yang dilakukan untuk memperoleh kembar

identik, meniru apa yang terjadi secara alamiah. Setelah pembuahan terjadi, beberapa

buah sel dipisahkan dari embrio hasil pembuahan. Setiap sel tersebut kemudian

dirangsang dalam kondisi tertentu untuk tumbuh dan berkembang menjadi embrio

duplikat yang selanjutnya diimplementasikan dalam uterus agar berkembang menjadi

individu baru yang memiliki komposisi materi genetik yang sama dengan klonnya.

17
b. Kloning DNA Dewasa (Adult DNA Cloning) atau disebut juga kloning reproduktif 

(Reproductive Cloning)

Kloning DNA dewasa atau kloning reproduktif adalah rekayasa genetis

untuk memperoleh duplikat dari seorang individu yang sudah dewasa. Dalam

teknologi ini, intisel berisi materi genetik difusikan ke dalam sel telur. Hasil fusi

dirangsang dengan kejutan listrik agar membelah membentuk embrio yang kemudian

diimplementasikan kedalam uterus agar berkembang menjadi janin.

c. Kloning Terapeutik

Kloning terapeutik adalah rekayasa genetis untuk memperoleh sel, jaringan

atau organ dari satu individu tertentu untuk tujuan pengobatan atau perbaikan

kesehatan. Dari embrio hasil rekonstruksi “DNA-sel telur”, diambil sel-sel bakalnya

yang disebut dengan istilah stem cell. Stemcell adalah sel bakal yang dapatberkembang

menjadi berbagai macam jaringan atau organ sesuai dengan inductor (rangsangan).

Melalui kloning terapeutik ini dapat dikatakan suplai jaringan danorgan menjadi

tidak terbatas, sehinggaseseorang yang memerlukan cangkokan jaringan atau organ

tidak perlu menunggu lama tanpa kepastian.

E. Teknik Kloning Gen

1. Transfer Nukleus

Transfer nukleus membutuhkan dua sel yaitu suatu sel donor dan suatu oosit

atau sel telur. Telur matur sebelum dibuahi dibuang intinya atau nukleusnya.

Proses pembuangan nukleus tadi dinamakan enukleasi. Hal ini dilakukan untuk

menghilangkan informasi genetisnya. Ke dalam telur yang telah dienukleasi tadi

18
kemudian dimasukkan nukleus (donor) dari sel somatik. Penelitian membuktikan

bahwa sel telur akan berfungsi terbaik bila ianya dalam anfertilisasi, sebab hal ini

akan mempermudah penerimaan nukleus donor seperti dirinya sendiri. Di dalam

telur, inti sel donor tadi akan bertindak sebagai inti sel zigot dan membelah serta

berkembang menjadi blastosit. Blastosit selanjutnya ditransfer ke dalam uterus

induk pengganti (surrogate mother). Jika seluruh proses tadi berjalan baik, suatu

replika yang sempurna dari donor akan lahir. Jadi sebenarnya setelah terbentuk

blastosit in vitro, proses selanjutnya sama dengan proses bayi tabung yang

tehnologinya telah dikuasai oleh para ahli Obstetri Ginekologi.

2. Teknik Roslin

Kloning domba Dolly merupakan peristiwa penting dalam sejarah kloning.

Tidak saja hal tersebut membangkitkan antusias terhadap kloning, melainkan juga

hal tersebut membuktikan bahwa kloning binatang dewasa dapat disempurnakan.

Sebelumnya, tidak diketahui bahwa suatu nukleus dewasa ternyata mampu

memproduksi suatu hewan yang komplit. Bila terjadi kerusakan genetis dan

deaktivasi gen yang sederhana maka kedua keadaan tersebut kemungkinan

bersifat menetap. Hal tersebut di atas bukanlah suatu kasus yang menyusul setelah

penemuan oleh Ian Wilmut dan Keith Cambell tentang suatu metode yang mana

mampu melakukan singkronisasi siklus sel dari kedua sel donor dan sel telur.

Tanpa singkronosasi siklus sel, maka inti tidak akan berada pada suatu keadaan

yang optimum untuk dapat diterima oleh embrio. Bagaimanapun juga sel donor

harus berjuang untuk dapat masuk ke Gap Zero, atau stadium sel GO, atau

stadium sel dorman. Pertama, suatu sel (sel donor) diseleksi dari sel kelenjar

19
mammae domba betina berbulu putih (Finn Dorset) untuk menyediakan informasi

genetis bagi pengklonan. Untuk studi ini, peneliti membiarkan sel membelah dan

membentuk jaringan in vitro atau diluar tubuh hewan. Hal ini akan menghasilkan

duplikat yang banyak dari suatu inti yang sama. Tahap ini hanya akan bermanfaat

bila DNA nya diubah, seperti pada kasus Polly, karena perubahan tersebut dapat

diteliti untuk memastikan bahwa mereka telah dipengaruhi.

Suatu sel donor diambil dari jaringan dan dimasukkan ke dalan campuran,

yang hanya memiliki nutrisi yang cukup untuk mempertahankan kehidupan sel.

Hal ini menyebabkan sel untuk menghentikan seluruh gen yang aktif dan

memasuki stadium GO. Kemudian sel telur dari domba betina Blackface (domba

betina yang mukanya berbulu hitam = Scottish Blackface) dienokulasi dan

diletakkan disebelah sel donor. Satu sampai delapan jam setelah pengambilan sel

telur, kejutan listrik digunakan untuk menggabungkan dua sel tadi, pada saat yang

sama pertumbuhan dari suatu embrio mulai diaktifkan. Teknik ini tidaklah

sepenuhnya sama seperti aktivasi yang dilakukan oleh sperma, karena hanya

beberapa sel yang diaktifkan oleh kejutan listrik yang mampu bertahan cukup

lama untuk menghasilkan suatu embrio.

Jika embrio ini dapat bertahan, ia dibiarkan tumbuh selama sekitar enam

hari, diinkubasi di dalam oviduk domba. Ternyata sel yang diletakkan di dalam

oviduk lebih awal, di dalam pertumbuhannya lebih mampu bertahan dibandingkan

dengan yang diinkubasi di dalam laboratorium. Akhirnya embrio tadi ditempatkan

ke dalam uterus betina penerima (surrogate mother). Induk betina tersebut

selanjutnya akan mengandung hasil cloning tadi hingga ianya siap untuk

20
dilahirkan. Bila tidak terjadi kekeliruan, suatu duplikat yang persis sama dari

donor akan lahir. Domba yang baru lahir tersebut memiliki semua karakteristik

yang sama dengan domba yang lahir secara alamiah. Dan telah diamati bila ada

efek yang merugikan, seperti resiko yang tinggi terhadap kanker atau penyakit

genetis lainnya yang terjadi atas kerusakan bertahap kepada DNA, dikemudian

hari juga terjadi pada Dolly atau hewan lainnya yang dikloning dengan metode

ini.

3. Tehnik Honolulu

Pada Juli 1998, suatu tim ilmuwan dari Universitas Hawai mengumumkan

bahwa mereka telah menghasilkan tiga generasi tikus kloning yang secara genetik

identik. Tehnik ini diakreditasi atas nama Teruhiko Wakayama dan Ryuzo

Yanagimachi dari Universitas Hawai. Tikus telah sejak lama diketahui merupakan

mamalia yang tersulit untuk dikloning, ini merujuk pada bahwa segera setelah

suatu sel telur tikus mengalami fertilisasi ia akan segera membelah. Domba

digunakan pada tehnik Roslin karena sel telurnya membutuhkan beberapa jam

sebelum membelah, memungkinkan adanya waktu bagi sel telur untuk

memprogram ulang nukleus barunya. Meskipun tidak mendapatkan keuntungan

tersebut ternyata Wakayama dan Yanagimachi mampu melakukan kloning dengan

angka keberhasilan yang jauh lebih tinggi (3 kloning dari sekitar seratus yang

dilakukan) dibandingkan Ian Wilmut (satu dari 277). Wakayama melakukan

pendekatan terhadap masalah sinkronisasi siklus sel yang berbeda dibandingkan

Wilmut. Wilmut menggunakan sel dari kelenjar mammae yang harus dipaksa

untuk memasuki ke stadia GO. Wakayama awalnya menggunakan tiga tipe sel

21
yakni, sel Sertoli, sel otak dan sel kumulus. Sel Sertoli dan sel otak keduanya

tinggal dalam stadia GO secara alamiah dan sel kumulus hampir selalu hadir pada

stadia G0 ataupun G1.

Sel telur tikus yang tidak dibuahi digunakan sebagai resipien dari inti donor.

Setelah dienokulasi, sel telur memiliki inti donor yang dimasukkan ke dalamnya.

Nukleus donor diambil dari sel-sel dalam hitungan menit dari setiap ekstrak sel

dari tikus tersebut. Tidak seperti pada proses yang digunakan untuk melahirkan

Dolly, tanpa in vitro atau di luar dari tubuh hewan, kultur dilakukan justru pada

sel-sel tersebut. Setelah satu jam sel-sel telah menerima nucleus-nukleus yang

baru. Setelah penambahan waktu selama 5 jam sel telur kemudian ditempatkan

pada suatu kultur kimia untuk memberi kesempatan sel-sel tersebut tumbuh,

sebagaimana layaknya fertilisasi secara alamiah. Pada suatu kultur dengan suatu

substansi (cytochalasin B) yang menghentikan pembentukan suatu polar body, sel

kedua yang secara alami terbentuk sebelum fertilisasi. Polar body akan menjadi

setengah dari sel gen, mempersiapkan sel lainnya untuk menerima gen-gen dari

sperma. Setelah penyatuan, sel-sel berkembang menjadi embrio-embrio. Embrio-

embrio ini kemudian ditransplantasikan kepada induk betina donor (surrogate

mother) dan akan tetap berada di sana sampai siap untuk di lahirkan. Sel yang

paling berhasil dari proses ini adalah sel kumulus, maka penelitian

dikonsentrasikan pada sel-sel dari tipe tersebut (sel kumulus).

Setelah terbukti bahwa tekniknya dapat menghasilkan cloning yang hidup,

Wakayama juga membuat cloning dari cloning, dan membiarkan mahluk klon

yang asli untuk melahirkan secara alamiah untuk membuktikan bahwa mereka

22
memiliki kemampuan reproduksi secara sempurna. Pada saat dia mengumumkan

keberhasilannya, Wakayama telah menciptakan lima puluh kloning. Teknik baru

ini memungkinkan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana

tepatnya sebuah telur memprogram ulang sebuah nukleus. Tikus bereproduksi

dalam kurun bulanan, jauh lebih cepat dibanding dengan domba. Hal ini

menguntungkan dalam hasil penelitian jangka panjang.

F. Keuntungan dan Kerugian Kloning Gen

Menurut Daulay dan Siregar, meskipun penuh resiko, kloning juga menjanjikan

keuntungan antara lain sebagai berikut :

1. Proses pembuahan yang dilakukan melalui teknologi ini dapat menolong pasangan-

pasangan tidak subur untuk memperoleh keturunan.

2. Manusia dapat mengkloning ginjal untuk kebutuhan pencangkokan ginjal bagi

mereka yang mengalami gagal ginjal.

3. Manusia juga dapat mengkloning tulang sumsum untuk anak-anak dan dewasa

untuk penyakit leukimia.

4. Manusia dapat mempelajari bagaimana menghidupkan dan mematikan sel. Dengan

demikian, kloning diharapkan akan mampu mengobati penyakit kanker yang

menggerogoti sel-sel tubuh manusia.

5. Teknologi kloning dapat digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh

kelainan genetis pada manusia.

23
Selain itu ditambahkan membuat Adrinanto, manfaat dari cloning sebagai

berikut.

1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan manfaat kloning terutama dalam rangka

pengembangan biologi, khususnya reproduksi-embriologi dan diferensiasi.

2. Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul. Seperti telah kita ketahui,

pada sapi telah dilakukan embrio transfer. Hal yang serupa tentu saja dapat juga

dilakukan pada hewan ternak lain, seperti pada domba, kambing dan lain-lain. Dalam

hal ini jika nukleus sel donornya diambil dari bibit unggul, maka anggota klonnya

pun akan mempunyai sifat-sifat unggul tersebut. Sifat unggul tersebut dapat lebih

meningkat lagi, jika dikombinasikan dengan teknik transgenik. Dalam hal ini ke

dalam nukleus zigot dimasukkan gen yang dikehendaki, sehingga anggota klonnya

akan mempunyai gen tambahan yang lebih unggul.

3. Untuk tujuan diagnostik dan terapi. Sebagai contoh jika sepasang suami isteri diduga

akan menurunkan penyakit genetika thalasemia mayor. Dahulu pasangan tersebut

dianjurkan untuk tidak mempunyai anak. Sekarang mereka dapat dianjurkan

menjalani terapi gen.

4. Untuk keperluan reproduksi. Kloning ini dapat merusak peradaban manusia (manusia

hanya sebagai objek). Suatu organisme memilikihak hidup tanpa proses artifisial.

Menimbulkan perasaan dominasi dari suatu kelompok tertentuterhadap kelompok

lainkloning.

5. Untuk keperluan pengobatan. Kloning ini juga tidak sesuai dengan nilai etik karena

individu hanya diambil organnya saja. Kesalahanfatal yang dapat diakibatkan oleh

kloning dapat mengakibatkan cacat atau penyakit keturunan seumurhidup. Tidak

24
sebanding dengan upaya untuk menghindari penyakit dengan melakukan proses

kloning tersebut.

6. Untuk keperluan konservasi. Kerusakan habitat alam suatu spesies yang disebabkan

oleh faktor kesengajaan manusia, maka yang harus bertanggung jawab adalah

manusia. Dengan adanya kloning, akan merusak keseimbangan alam dan akan

memperbesar kesempatan manusia untuk merusaknya. Kloning ini juga akan

menghasilkan hewan yang memiliki daya tahan tubuh rendah dan resiko kematian

yang cukup besar.

Manfaat yang disebutkan di atas hanya sebagian kecil dari puluhan manfaat yang

dapat dinikmati manusia, khususnya dalam pengembangan dunia pengobatan. Namun

aplikasi kloning dalam dunia medis tidak selamanya berjalan mulus dan memiliki banyak

resiko. Ada sejumlah kendala teknis yang dihadapi oleh para peneliti di bidang ini.

Antara lain adanya resiko sel-sel embryonik tersebut yang dapat berkembang menjadi sel-

sel tumor maupun kanker.

Menurut Daulay dan Siregar, beberapa implikasi negatif dari kloning dilihat dari

aspek teologi dan etika adalah sebagai berikut:

1. Proses penciptaan manusia merupakan hak prerogatif Allah semata. Dengan

mengkloning manusia, berarti telah memasuki dan mengintervensi ranah kekuasaan

allah.

2. Para ilmuwan yang mengadakan kloning tidak mempercayai bahwa Allah adalah

pencipta yang paling sempurna terhadap seluruh makhluk.

3. Tuhan telah menciptakan manusia berdasarkan keragaman. Dengan kloning

keragaman tersebut akan hilang dengan sendirinya.

25
4. Penghargaan terhadap hasil kreasi para ilmuwan kloning akan merangsang para

ilmuwan lainnya untuk berlomba-lomba menciptakan kreasi-kreasi baru lainnya

tanpa memperdulikan etika.

5. Untuk pengkloningan manusia, diperlukan sejumlah percobaan yang belum tentu

akan berhasil secara maksimal. Hal ini tentu akan merugikan pihak yang akan

menjad ibahan percobaan tersebut.

6. Kloning akan menimbulkan dampak yang cukup besar terhadap psikologi manusia

kloning. Tidak ada satu orangpun yang bisa menjelaskan identitas individual dan

hubungan manusia kloning dengan orang yang memesannya.

G. Pandangan Islam Terhadap Kloning Pada Manusia

Menurut Zuenarda untuk menetapkan hukum kloning, para ulama kentemporer

menggunakan ijtihad insya‟I karena persoalan tersebut belum dibahas dalam kitab -kitab

fiqh klasik.

1. Ditinjau dari sisi hifzh al-din (memelihara agama), kloning manusia tidak membawa

dampak negatif terhadap keberadaan agama.

2. Ditinjau dari sisi hifzh al-nafs (memelihara jiwa), kloning tidak menghilangkan jiwa

bahkan justru melahirkan jiwa yang baru.

3. Dilihat dari sisi hifzh al- ‘aql (memelihara akal), memelihara manusia kloning juga

tidak mengancam eksistensi akal, bahkan keberhasilan kloning yang sempurna dapat

membuat manusia mempunyai akal cerdas. 

4. Namun jika dilihat dari sisi hifzh al-nasl (memelihara keturunan), kloning manusia

dipertanyakan. Dalam pandangan islam, masalah keturunan merupakan sesuatu yang

26
sangat essensial, karena keturunan mempunyai hubungan erat dengan hukum yang lain

seperti pernikahan, warisan, muhrim, dan sebagainya.

5. Apabila ditinjau dari sisi hifzhal-mal (memelihara harta), akan terkait dengan

mashlahat dan mafsadat yang diperoleh dari usaha pengkloningan. Andai kata Kloning

terhadap manusia hanya akan menghambur-hamburkan harta, tanpa adanya

keseimbangan dengan manfaat yang diperoleh, maka Kloning menjadi terlarang.

Berkaitan dengan penciptaan manusia, Al- Qur’an menyatakan bahwa manusia

diciptakan sebagai makhluk paling sempurna di antara seluruh makhluk yang ada di

alamsemesta. Hal itu secara tegas dinyatakan Allah dalam surat At-Tin ayat : 4

“Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-

baiknya” Penjelasan Allah dalam Al-Qur’an tentang kesempurnaan penciptaan

manusia diantara segala makhluk ciptaan-Nya yang lain, tentu tidak dapat dibantah

oleh orang-orang beriman. Dengan menggunakan logika sederhana dapat

digeneralisasi bahwa sesuatu yangsudah sempurna, kemudian disempuranakan lagi,

tentu saja dapat menghilangkan sifat kesempurnaannya, bahkan bisa berakibat rusak

sama sekali. Majma’ Buhuts Islamiyyah Al-Azhar di kairo mengeluarkan fatwa yang

menyatakan bahwa Kloning manusia itu haram dan harus di perangi serta di halang-

halangi dengan berbagai cara. Naskah fatwa itu juga menguatkan bahwa kloning

manusia telah menjadikan manusia yang di muliakan Allah SWT menjadi objek

penelitian dalam percobaan, serta melahirkan berbagai masalah pelik lainnya. Fatwa

tersebut juga mensinyalir bahwa Islam tidak menentang ilmu pengetahuan yang

bermanfaat, bahkan sebaliknya, Islam justru mendukung bahkan memuliakan para

27
ilmuwan. Namun, bila ilmu pengetahuan itu membahayakan serta tidak mengandung

manfaat, maka Islam mengharamkan dengan melindungi dari bahaya tersebut.

28

Anda mungkin juga menyukai