Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEDOKTERAN ISLAM

“RUQYAH SYARIYYAH”

Disusun Oleh:

Indah Sakinah Syam


105421104216

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya

sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Ruqyah Syariyyah” ini sebagai

kelengkapan tugas mata kuliah Kedokteran Islam yang dibawakan oleh Ust. Drs.

Samhi Muawan, M.Ag. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita

semua jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi

anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah ini. Disamping

itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu saya dalam pembuatan makalan ini.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca.

Makassar, 4 September 2019

(Penulis)

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada dasarnya Allah menurunkan segala penyakit beserta dengan penawarnya.

Dan sebaik-baiknya penawar dari suatu penyakit adalah menggunakan ayat-ayat Al-

Quran. Sebagaimana kita ketahui bahwa Al-Qur'an adalah penawar dan obat bagi

hati, penyehat badan dan penyembuh baginyanya, Allah berfirman:

‫اء‬
ٌ ‫ش َف‬
ِ ‫ه َو‬
ُ ‫آن َم ا‬ ْ ‫ن‬
ِ ‫ال ُق ْر‬ َ ‫ل ِم‬
ُ ّ‫َو ُن َن ِز‬
“Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar” (QS. Al-Isra’ : 82)

Tetapi semua yang kita akan lakukan tak lepas dari Ridho Allah SWT,

sehingga kita senantiasa harus yakin dan berbaik sangka kepada Allah.

Pada saat ini banyak yang menyembuhkan dengan menggunakan ayat-ayat

Al-Quran, namun tak jarang kita jumpai mereka yang tidak mempunyai ilmu akan itu

juga ikut melakukannya dengan harapan mendapat bayaran dari siapa saja yang

menggunakan jasanya sehingga pengobatannya itu dijadikan sebagai ladang bisnis

semata tanpa memberikan manfaat kepada pasiennya.

Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda,

“Hendaklah kalian memanfaakan dua pengobatan: Al-Qur'an dan madu”. HR. Ibnu

Majah dalam kitab Al-Sunan 2/1142 no: 3452

4
Tujuan penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memperoleh nilai pada mata kuliah

Kedokteran Islam sebagai tugas dari materi yang telah diajarkan. Selain itu makalah

ini juga bertujuan untuk mempelajari lebih dalam mengenai Ruqyah Syariyyah.

Manfaat penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah kita dapat memahami lebih dalam

tentang Ruqyah Syariyah.

5
BAB II

PEMBAHASAN

Definisi Ruqyah Syariyyah

Dari sisi etomologi, ruqyah berarti permohonan perlindungan, atau ayat-ayat,

dzikir-dzikir dan doa-doa yang dibacakan kepada orang yang sakit. Sedangkan

menurut terminologi syariat, ruqyah berarti bacaan-bacaan untuk pengobatan yang

syar‟i (berdasarkan nas-nas yang pasti dan shahih yang terdapat dalam al-Quran dan

as-Sunnah) sesuai dengan ketentuan-ketentuan serta tatacara yang telah disepakati

oleh ulama". Ruqyah dinamakan juga dengan ‘Azaa’im (bentuk plural dari ‘Aziimah,

yang dikenal dalam bahasa Indonesia dengan azimat-azimat).

Ruqyah dalam kamus Lisan Al-‘Arab adalah ‘Doa yang digunakan untuk

menyembuhkan seseorang yang terkena malapetaka. Dalam kamus Lisan Al-‘Arab

dikatakan, ‫( الرقي‬al-ruqiyya) adalah jamak dari ruqyah.1

Sebab-sebab Kemasukan Jin

Adapun sebab-sebab gangguan jin adalah : 2

1. Jin lelaki jatuh cinta kepada orang wanita atau jin perempuan jatuh cinta

kepada orang lelaki.

2. Kezhaliman manusia terhadap jin dengan menumpahkan air panas

6
kepadanya atau menimpanya dari tempat yang tinggi dan lain sebagainya.

3. Kezhaliman jin terhadap manusia seperti mengganggunya tanpa sebab.

Dalam hal ini jin tidak bisa mengganggu manusia kecuali dalam salah satu

dari empat keadaan berikut ini :

a. Marah sekali

b. Takut sekali

c. Senantiasa bernafsu syahwat

d. Lalai sekali

Landasan Ruqyah Syariyyah Sebagai Pengobatan

Landasan syar’i ruqyah bisa kita temukan dalam banyak kitab hadits,

termasuk kitab hadits dua ahli hadits terkemuka Imam al-Bukhari dan Imam Muslim. 3

Dalil-dalil hadits mencakup keterangan: 3

 Rasulullah saw. meruqyah dirinya sendiri

 Rasulullah saw. diruqyah Jibril dan ‘Aisyah

 Rasulullah saw. meruqyah sejumlah sahabat

 Rasulullah saw. memerintahkan ruqyah dan membenarkan ruqyah sejumlah

sahabat

Keterangan lebih rinci sebagai berikut:

Pertama, Rasulullah saw. meruqyah dirinya sendiri

 Hadits dari ‘Aisyah

“Bahwa Rasûlullâh saw. ketika hendak tidur, beliau meniupkan ke kedua

7
tangannya sambil membaca dua surat perlindungan (surat al-Nâs dan al-

Falaq), lalu beliau mengusapkan ke badannya.” (HR. alBukhârî no. 5844)

 Hadits dari Ibn Mas’ud

“Ketika Rasûlullâh saw. sedang sujud dalam shalatnya, jari beliau disengat

kalajengking. Setelah selesai shalat, beliau bersabda, ‘Semoga Allâh

melaknat Kalajengking yang tidak memandang nabi atau selainnya.’ Lalu

beliau mengambil wadah yang berisi air dan garam. Kemudian beliau

meletakkan bagian tangan yang tersengat Kalajengking dalam larutan air

dan garam (merendamnya), seraya membaca surat al-Ikhlâsh, al-Falaq dan

an-Nâs, sampai beliau merasa tenang.” (HR. al-Baihaqi dari Ibnu Mas’ud)

Kedua, Rasulullah saw. diruqyah Jibril dan ‘Aisyah

 Hadîts dari Abu Sa’id Al-Khudriy

Jibril datang kepada Rasûlullâh saw. dan bertanya kepadanya, “Wahai

Muhammad, apakah engkau sakit?” Beliau menjawab, “Ya!” Maka Jibril

berkata, “Dengan nama Allâh, aku meruqyahmu dari setiap penyakit yang

membahayakanmu dan dari kejahatan setiap jiwa yang jahat atau mata

jahat pendengki. Semoga Allâh menyembuhkanmu. Dengan nama Allâh

aku meruqyahmu.” (HR. Muslim no. 4056)

Ketiga, Rasulullah saw. meruqyah sejumlah sahabat

8
 Hadits dari ‘Aisyah

Bahwa apabila seseorang mengadukan suatu penyakit yang dideritanya

kepada Rasûlullâh saw., seperti sakit kudis, atau luka, maka Nabi saw.

berucap sambil menggerakkan anak jarinya seperti ini -Sufyan

meletakkan telunjuknya ke tanah, kemudian mengangkatnya, ”Dengan

nama Allah, dengan debu di bumi kami, dan dengan ludah sebagian kami,

semoga sembuhlah penyakit kami dengan izin Rabb kami”. Ibnu Abu

Syaibah berkata; ruqyah tersebut berbunyi; Yusyfâ saqîmunâ'. Dan Zuhair

berkata; Do’a ruqyah tersebut berbunyi; Liyusyfâ saqîmunâ.' (HR.

Muslim no. 4069)

Keempat, Rasulullah saw. memerintahkan Ruqyah dan membenarkan

Ruqyah sejumlah shahabat

 Hadits dari Ummu Salamah

Bahwa Nabi saw. melihat budak wanita di rumahnya, ketika beliau

melihat bekas hitam pada wajah budak wanita itu, beliau bersabda:

"Ruqyahlah dia, karena padanya terdapat nazhrah (sisa sakit yang

disebabkan karena sorotan mata jahat)." (HR. al-Bukhârî no. 5298)

 Hadits dari ‘Aisyah

“Rasûlullâh saw. memerintahkan kami supaya meruqyah orang yang

terkena penyakit 'ain (gangguan sihir)." (HR. al-Bukhârî & Muslim)

9
 Hadits dari ‘Auf bin Malik al-Asyja’i

“Kami biasa meruqyah pada zaman jahiliyyah, maka kami

bertanya:’Wahai Rasûlullâh, bagaimana menurut anda hal itu?’ Beliau

saw. bersabda: ‘Perdengarkan kepadaku ruqyah-ruqyah kalian. Tidak apa-

apa meruqyah selama tidak mengandung syirik’.” (HR. Muslim no. 4079)

Syarat-syarat Orang yang Meruqyah

Ada beberapa syarat untuk orang yang akan melakukan Ruqyah : 4

1. Kelayakan orang yang meruqyah, bahwa ia orang yang baik, shalih,

istiqamah, menjaga shalat lima waktu, beribadah, zikir, membaca al-

Qur`an, beramal shalih dan banyak berbuat kebaikan. Menjauhi perbuatan

maksiat, bid'ah, kemungkaran, dosa-dosa yang besar dan kecil. Berusaha

selalu makan yang halal dan berhati-hati dari makanan yang haram dan

syubhat.

2. Mengetahui ruqyah-ruqyah yang boleh dari ayat-ayat al-Qur`an: seperti

surah al-Fatihah, al-Falaq dan an-Naas, al-Ikhlash, akhir surah al-

Baqarah, awal dan akhir surah Ali Imran, ayat Kursi, akhir surah at-

Taubah, awal surah Yunus, awal surah an-Nahl, akhir surah al-Isra`, awal

surah Thaha, akhir surah al-Mukminun, permulaan surah ash-Shaaffat,

permulaan surah Ghafir, akhir surah al-Jatsiyah, akhir surah al-Hasyr, dari

doa-doa yang disebutkan dalam al-Kalim ath-Thayyib dan semisalnya,

10
serta meniup setelah membaca, mengulangi ayat tersebut tiga kali atau

lebih.

3. Orang yang beriman, shalih, baik, bertaqwa, istiqamah terhadap agama.

Jauh dari yang diharamkan, perbuatan maksiat dan zalim.

4. Orang yang sakit meyakini bahwa al-Qur`an adalah penyembuh, rahmat,

dan obat yang bermanfaat. Maka tidak berguna apabila ia ragu-ragu

dengan berkata: 'Aku melakukan ruqyah untuk percobaan jika bermanfaat

dan jika tidak juga tidak berbahaya. Akan tetapi ia harus yakin bahwa ia

benar-benar bermanfaat, dan sesungguhnya ia adalah penyembuh yang

sebenarnya sebagaimana yang dikabarkan Allah Subhanahuwata’lla.

Wallahu A'lam.

Prosesi Pengobatan

Saat hendak melalukan pengobatan hendaknya seorang raqi melakukan

persiapan-persiapan sebagai berikut : 5

1. Membuat keadaan kamar yang syar’i, misalnya dengan mengeluarkan

gambar bernyawa, patung, alat musik, dan pemutar lagu, dll.

2. Mengeluarkan dan membakar penangkal atau jimat yang ada pada

penderita.

3. Membersihkan tempat dari pelanggaran syariat, seperti orang laki-laki

memakai emas atau wanita tidak menutup aurat.

11
4. Memberi pelajaran aqidah kepada penderita dan keluarganya, agar

menghapus ketergantungan hati mereka kepada selain Allah SWT.

5. Dianjurkan berwudhu sebelum memulai pengobatan, juga kepada orang

yang bersamanya.

6. Jika penderita adalah wanita, jangan memulai pengobatan pastikan

auratnya tertutup dan disertai mahramnya.

7. Berdo’a kepada Allah SWT agar diberi pertolongan dan perlindungan saat

prosesi berlangsung.

Lalu Raqi meletakkan tangannya diatas tubuh atau kepala penderita. Jika

wanita, dapat menggunakan perantara (tongkat kecil, dsb).

12
Daftar Pustaka

1. Faiz Muhammad BMN. 2018. Fungsi Ruqyah Syar’iyyah Dalam

Mengobati Penyakit Non Medis. Skripsi. Banda Aceh: Fakultas Dakwah

dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam.

2. Surya Teddy G, Kartiwi Mira. 2005. Risalah Ringkas Ruqyah Syar’iyyah

Terapi Gangguan Jin.

3. Ust. Irfan Abu Naveed. Ruqyah Syariyyah

4. Syaikh Abdullah bin Jibrin. 2010. Syarat-Syarat Orang yang Meruqyah

dan yang Diruqyah. Indonesia: Islam House.

5. Ayyah Abu R. 2003. Buku Saku Ruqyah. Surabaya: a│wPublisher

13

Anda mungkin juga menyukai