Anda di halaman 1dari 21

I.

PENDAHULUAN

Sindrom kauda equina (cauda equina syndrome/CES) merupakan kondisi neurologis

gawat dimana gangguan fungsi ini mempengaruhi persarafan lumbal dan sakral sampai kanal

vertebra. Istilah “kauda equina” pertama kali digunakan oleh seorang ahli anatomi Perancis

Lazarius, 16001. Pada 1934, Mixter dan Barr pertama kali mempublikasikan sindrom kauda

equina dalam literatur Bahasa Inggris. Mereka melaporkan bahwa spektrum neurologis dan

gangguan fungsi atonom pada banyak pasien dengan prolaps discus lumbalis, yang

menyebabkan kompresi berat pada kauda equina sehingga perlu dilakukan dekompresi

darurat.1

Cauda equina syndrome (CES) menggambarkan kondisi klinis akibat neuropati dari

beberapa akar saraf lumbosakral. Gejala termasuk nyeri punggung bawah dan/atau

radikulopati, kelemahan tungkai bawah, gangguan sensorik pada tungkai dan/atau daerah

pelana, dan gangguan viseral kandung kemih, usus, dan/atau organ seksual.2

CES umumnya dirawat melalui pembedahan melalui laminektomi. Masalah kandung

kemih permanen, disfungsi seksual, atau mati rasa dapat terjadi meskipun telah menjalani

operasi. Hasil yang buruk terjadi pada sekitar 20% orang meskipun telah diobati. Sekitar 1

dari 70.000 orang terpengaruh setiap tahun.3

Saraf pada region kauda equina meliputi lumbal bagian bawah dan semua akar saraf

sakralis. Nervus splanchnic pelvicus membawa serat parasimpatis preganglionik dari S2-S4

untuk menginervasi musculus detrusor pada kandung kencing. Sebaliknya, lower motor

neuron somatik dari S2-S4 menginervasi otot volunter dari spingter ani eksterna dan spingter

uretra ke rektum inferior, dan percabangan perineum dari nervus pudendus. Karena itu, akar

1
saraf region kauda ekuina membawa sensasi dari ekstremitas bawah, somatom perineum, dan

motorik yang ke luar miotom ekstremitas bawah. Lanjutan dari konus yang tipis, seperti

benang yaitu filum terminale merupakan elemen nonneuron koksigeus. Sindrom ini

disebabkan oleh oleh hilangnya fungsi 2 atau lebih akar saraf yang membentuk kauda equina.

la didefinisikan sebagai kompleks gejala yang meliputi low back pain, siatika unilateral atau

yang lebih khas bilateral, gangguan sensoris “saddle”, dan kehilangan sensasi motorik dan

sensori ekstremitas bawah yang bervariasi, bersama-sama dengan gangguan kandung kencing,

usus dan disfungsi ereksi.

Onset gejala sindrom kauda equina dapat akut atau kadang kronis. Hilangnya sensasi

motorik bervariasi dari kelemahan sampai paralysis flaksid (sesuai waktu) tanpa tanda-tanda

gangguan upper motor neuron. Gejala sensoris meliputi "saddle anesthesia" dan berbagai

gangguan sensoris dan ekstremitas bawah dari nervus L3 sampai coccygeus.4,6

II. DEFINISI

Cauda equina adalah kumpulan radiks spinalis yang berjalan turun dari bagian bawah

medulla spinalis dan menempati canalis vertebra di sebelah bawah medulla spinalis.5

Kauda equina merupakan kumpulan akar saraf intradural pada ujung medula spinalis.

Kauda merupakan bahasa latin dari ekor, dan equina adalah bahasa latin untuk kuda, sehingga

berarti ekor kuda. Medula spinalis adalah kelanjutan medula kearah bawah yang dimulai tepat

dibawah foramen magnum dan berakhir pada diskus Intervertebralis antara vertebrae lumbalis

pertama dan kedua sebagai struktur yang mengecil yang disebut conus medularis, terdiri dari

segmen medula spinalis sakralis. Ini memberi inervasi sensorik ke “saddle area”, inervasi

2
motorik ke spingter dan inrevasi parasimpatis ke kandung kencing dan usus bagian bawah,

yaitu dari flexura lienalis kiri ke rektum.

III. EPIDEMIOLOGI

Herniasi diskus lumbalis merupakan salah satu masalah klinis yang umum dihadapi

oleh seorang ahli bedah saraf. Sekitar 50% orang dewasa yang bekerja akan mengalami ini,

banyak yang akan didiagnosis dengan herniasi diskus lumbalis. Sebagian besar kasus herniasi

diskus lumbalis dikelola efektif dan berhasil dengan pendekatan konservatif yang terdiri dari

pengamatan ketat, analgesia dan fisioterapi.

Dalam sebagian kecil kasus, di mana gejala bertahan di luar periode 3-6 bulan, atau di

mana mereka kambuh, mikrodiscectomy harus dipertimbangkan pada pasien yang sesuai.7

Hanya 2% dari semua hernia diskus lumbalis mengakibatkan cauda equina sindrom

(CES).7,8,9 Insiden yang diperkirakan antara 1 dari 33.000 dan 1 dari 100.000 orang.3,7

L4/5 diketahui menjadi daerah yang paling sering terkena (57%), dan L5/S1 (30%)

serta L3/4 (13%).7

3
IV. ANATOMI

Kolom vertebral terdiri dari 7 serviks, 12 toraks, 5 lumbal, 5 menyatu tulang tulang sakral

dan coccyx vertebra, 31 pasang saraf tulang belakang dan akar. Secara khusus, di bawah ini

tingkat sumsum tulang belakang ada 5 pasang lumbal akar saraf, 5 pasang akar saraf sakral

dan 1 pasang akar saraf coccygeal.1

Sumsum tulang belakang, yang merupakan kelanjutan ke bawah medula yang dimulai

tepat di bawah foramen magnum, berfungsi sebagai saluran untuk saluran serat naik dan turun

yang menghubungkan saraf perifer dan tulang belakang ke otak. Terdapat 31 pasang saraf

tulang belakang yang dilepaskan dari medula spinalis di kedua sisi (8 serviks, 12 toraks, 5

lumbal, 5 sakral, 1 coccygeal) yang terhubung ke saraf perifer.

4
Penampang sumsum tulang belakang mengungkapkan materi abu-abu berbentuk kupu-

kupu di tengah, dikelilingi oleh materi putih. Seperti pada otak, materi abu-abu terdiri dari

tubuh sel. Materi putih terdiri dari berbagai saluran naik dan turun serat akson myelinated,

masing-masing dengan fungsi tertentu.

Selama perkembangan, kolom vertebral tumbuh lebih cepat daripada sumsum tulang

belakang. Saraf tulang belakang keluar dari kolom vertebral pada sudut yang semakin miring

karena peningkatan jarak antara segmen sumsum tulang belakang dan vertebra yang sesuai.

Lumbal dan saraf sakral melakukan perjalanan hampir secara vertikal menyusuri kanal tulang

belakang untuk mencapai foramen keluar mereka.

Sumsum tulang belakang berakhir pada cakram intervertebral antara vertebra lumbal

pertama dan kedua sebagai struktur meruncing yang disebut conus medullaris, yang terdiri

dari segmen sumsum tulang belakang sakral. Perbatasan atas conus medullaris sering tidak

didefinisikan dengan baik. Perpanjangan kabel berserat, terminale filum, adalah elemen

nonneural yang meluas ke coccyx.

Cauda equina (CE) adalah seikat akar saraf intradural pada akhir sumsum tulang

belakang, di ruang subarachnoid distal ke kuedularis kerucut. Cauda adalah bahasa Latin

5
untuk ekor, dan kuda adalah bahasa Latin untuk kuda (ya ya, ekor kuda ""). CES

menyediakan innervation sensorik ke daerah pelana, motor innervation untuk sfingter, dan

parasimpatis innervation ke kandung kemih dan usus bawah (ay, dari flexure splenic kiri ke

rektum).

Saraf di wilayah CE termasuk lumbal yang lebih rendah dan semua akar saraf sakral.

Saraf splanchnic panggul membawa serat parasimpatis preganglionic dari S2-S4 ke innervate

otot detrusor kandung kemih. Sebaliknya, somatik neuron motorik yang lebih rendah dari S2-

S4 innervate otot-otot sukarela sfingter anal eksternal dan sfingter uretra melalui rektum

inferior dan cabang perineal saraf pudendal, masing-masing.

Oleh karena itu, akar saraf di wilayah CE membawa sensasi dari ekstremitas bawah,

dermatomi perineal, dan serat motor keluar ke myotomes ekstremitas bawah.

Kerucut medullaris memperoleh pasokan darah terutama dari 3 pembuluh arteri tulang

belakang: batang arteri longitudinal median anterior dan 2 batang posterolateral. Sumber

pasokan darah yang kurang menonjol termasuk cabang arteri radicular dari aorta, arteri sakral

lateral, dan lumbal kelima, iliolumbar, dan arteri sakral tengah. Yang terakhir berkontribusi

lebih pada pasokan vaskular cauda equina, meskipun tidak dalam mode segmental, tidak

seperti pasokan darah ke saraf perifer.10

Tiga puluh satu pasang saraf spinal (nervus spinalis) dilepaskan dari mecjpla spinalis. Terdiri dari

8 pasang nervus servicalis, 12 pasang nervus baaralk, 5 pasang nervus lumbalis, dan I pasang nervus

coccygeus. Masing-masing nervus spinalis hampir langsung tercepah menjadi sebuah ramus anterior

dan ramus posterior. Ramus posterior mempersarafi kulit dan otot-otot punggung dan ramus

anterior mempersarafi extemitas dan bagian batang tubuh lainnya. Karena medula spinalis dewasa

lebih pendek daripada kolumna vertebralis, akar-akar saraf melintas secara progresif. Karena jarak

antara segma medula spinalis dan vertebra yang sesuai makin bertambah panjang, akar-akar saraf

6
pun bertambah secara progresif kearah ujung kaudal kolumna vertebralis. Akar-akar saraf lumbal dan

sacral adalah yang terpanjang. Akar-akar ini melintas ke kaudal sampai.mencapai foramen

invertebrate yang terpanjang. Akar-akar ini melintas ke kaudal sampai mencapai foramen

intervertebrale di daerah lumbal dan sacral untuk keluar dari kanalis vertebralis. kimpulan akar-akar

saraf spinal di spatium subarachnoideum kaudal dari ujung medula spinalis ini disebut kauda equina

Ujung kaudal medula spinalis meruncing menjadi conus medularis. Dari ujung kaudal bagian ini

seutas piamater spinalis yang menyerupai benang yakni filum terminale menurun antara saraf-saraf

kauda equina.

V. ETIOLOGY

Setiap lesi tekan, dapat menyebabkan CES. Penyebab yang paling umum adalah prolaps

diskus. Umumnya yang ditemukan berupa tonjolan diskus pusat di tingkat L4/5 dan L5/S1.

Namun prolaps diskus pada setiap tingkat lumbal dapat menyebabkan CES. Pasien dengan

stenosis kanalis spinalis secara kongenital memiliki kecenderungan untuk mendapat CES.1

Sindrom kauda equina disebabkan oleh penyempitan apapun pada kanalis spinalis yang

menekan akar saraf di bawah level medula spinalis. Beberapa penyebab sindrom kauda equina

telah dilaporkan, meliputi cedera traumatik, herniasi diskus, stenosis spinalis, neoplasma

spinal, schwannoma, ependimoma, kondisi peradangan, kondisi infeksi, dan penyebab

iatrogenik.6

1. Trauma

- Kejadian traumatik yang menyebabkan fraktur dapat menyebabkan kompresi

kauda equina.

- Trauma tembus dapat menyebabkan kerusakan atau kompresi kauda equina.

7
- Manipulasi spinal yang menyebabkan subluksasi akan mengakibatkan

munculnya sindrom kauda equina.

- Kasus yang jarang berupa fraktur insufisiensi sacral telah dilaporkan

menyebabkan sindrom kauda equina.

2. Herniasi diskus

- Kejadian sindroma kauda equina yang disebabkan oleh herniasi diskus

lumbalis dilaporkan bervariasi dari 1-15%.

- Sembilan puluh persen herniasi diskus lumbalis terjadi baik pada L4-L5 atau

L5-SI.

- Tujuh puluh persen kasus herniasi diskus yang menyebabkan sindrom kauda

equina terjadi pada pasien dengan riwayat low back pain kronis, dan 30%

berkembang menjadi sindrom kauda equina sebagai gejala pertama herniasi

diskus lumbalis.

- Laki-laki usia dekade 4 dan 5 adalah yang paling rawan terhadap sindrom

kauda equina akibat herniasi diskus.

- Sebagian besar kasus sindrom kauda equina yang disebabkan herniasi diskus

melibatkan partikel besar dari materi diskus yang rusak, mengganggu

setidaknya sepertiga diameter kanalis spinalis.

- Pasien dengan stenosis kongenital yang menderita herniasi diskus yang

menetap lebih mungkin untuk mengalami sindrom kauda equina yang

disebabkan bahkan oleh herniasi diskus yang ringan dapat secara drastis

membatasi ruang yang tersedia untuk akar saraf.

8
- Kasus herniasi diskus transdural yang jarang telah dilaporkar menyebabkan

sindrom kauda equina.

3. Stenosis spinalis

- Penyempitan kanalis spinalis dapat disebabkan oleh abnormalitas dalam proses

perkembangan atau degeneratif.

- Kasus spondilolistesis dan Paget's d/seoseyang berat dapat menyebabkan

sindrom kauda equina.

4. Neoplasma

- Sindrom kauda equina dapat disebabkan oleh neoplasma spinal baik primer

atau metastasis, biasanya berasal dari prostat (pada laki-laki).

- Sindrom kauda equina dapat disebabkan oleh neoplasma spinal baik primer

atau metastasis, biasanya berasal dari prostat (pada laki-laki).

- 60 % pasien dengan sindrom kauda equina yang disebabkan neoplasma spinal

mengalami nyeri berat yang dini.

- Temuan terbaru meliputi kelemahan ekstremitas bawah yang disebabkan oleh

keterlibatan ventral root.

- Pasien umumnya mengalami hipotoni dan hiporefleks.

- Hilangnya sensoris dan disfungsi sfingter juga umum ditemukan.

5. Schwannoma

- Schwannoma adalah neoplasma jinak dengan kapsul yang secara struktural

identik dengan sinsisium sel Schwann.

- Pertumbuhan ini dapat berasal dari sara^ perifer atau simpatis.

9
- Schwannoma dapat dilihat menggunakan mielografi, tetapi MRladalah kriteria

standar. Schwannoma bersifat isointense pada image TI, hyperintense pada

image T2, dan enhanced dengan kontras gadolinium.

6. Ependioma

- Ependioma adalah glioma yang berasal dari sel ependim yang relatif

undifferentiated.

- Mereka sering berasal dari kanalis sentralis medula spinalis dan cenderung

tersusun secara radial di sekitar pembuluh darah.

- Ependimoma paling umum ditemukan pada pasien yang berusia sekitar 35

tahun.

- Mereka dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial dan peningkatan

kadar protein pada cairan serebrospinalis.

- Temuan pada MRI dapat digunakan untuk membantu dokter dalam

mendiagnosis sindrom kauda equina. Lesi tampak isointense pada TI-weighted

image, hypointense pada T2- weighted image, dan enhanced dengan kontras

gadolinium.

7. Kondisi peradangan

- Kondisi peradangan pada medula spinalis yang berlangsung lama, misalnya

Paget’s disease dan spondilitis ankilosa dapat menyebabkan sindrom kauda

equina karena stenosis ataupun fraktur spinal.

8. Kondisi infeksi

- Kondisi infeksi, misalnya abses epidural, dapat menyebabkan deformitas akar

saraf dan medula spinalis.

10
- MRI dapat menampilkan penampakan abnormal akar saraf yang tertekan ke

satu sisi sacus duralis.

- Gejala secara umum meliputi nyeri punggung yang berat dan kelemahan

motorik yang berkembang sangat cepat.

9. Penyebab iatrogenik

- Komplikasi dari instrumentasi spinal telah dilaporkan menyebabkan kasus

sindrom kauda equina, misalnya pedicle screw dan laminar hook yang salah

tempat.

- Anestesi spinal yang kontinyu juga telah dihubungkan sebagai penyebab

sindrom kauda equina.

- Injeksi steroid epidural, injeksi lem fibrin, dan penempatan free fat graft

merupakan penyebab yang juga dilaporkan sebagai penyebab sindrom kauda

equina meskipun jarang.

- Beberapa kasus melibatkan penggunaan lidokain hiperbarik 5%. Rekomendasi

yang ada menyebutkan bahwa lidokain hiperbarik tidak dimasukkan dengan

konsentrasi yang lebih dari 2%, dengan dosis total tidak melebihi 60 mg.

VI. PATOFISIOLOGI

Dalam memahami dasar patologis penyakit yang melibatkan konus medularis, perlu

diingat bahwa struktur ini merupakan bagian dari sumsum tulang belakang (bagian distal dari

medula) dan di dekat dengan radik saraf. Dengan demikian, cedera ke daerah ini sering

menghasilkan kombinasi upper motor neuron (UMN) dan lower motor neuron (LMN)

motorik gejala dan tanda-tanda di dermatom dan miotom dari segmen yang terkena. Di sisi

11
lain, lesi kauda equina adalah lesi LMN karena radik saraf adalah bagian dari sistem saraf

perifer.

Sindrom kauda equina dapat diakibatkan dari lesi yang menekan radik saraf kauda

equina. Akar-akar saraf sangat rentan terhadap cedera, karena memiliki epineurium yang

kurang berkembang. Sebuah epineurium berkembang dengan baik, karena saraf perifer

mempunyai dan melindungi terhadap tekanan dan tarikan.10

VII. MANIFESTASI KLINIS

Gejala dari cauda equina sindrom termasuk berikut :4

1. Low Back Pain

Low back pain dapat dibagi menjadi nyeri lokal dan radikular.

- Nyeri lokal secara umum merupakan nyeri dalam akibat iritasi jaringan lunak dan

korpus vertebra.

- Nyeri radikular secara umum adalah nyeri yang tajam dan seperti ditusuk-tusuk

akibat kompresi radiks dorsalis. Nyeri radikular berproyeksi dengan distribusi

sesuai dermatom.

2. Siatika unilateral atau bilateral

3. Saddle perineal atau perineal hipoestesi atau anastesi

4. Gangguan berkemih dan defekasi

Manifestasi buang air kecil pada sindrom kauda equina meliputi :

- Retensi

- Sulitnya memulai miksi

- Berkurangnya sensasi urethra

12
- Secara khas manifestasi buang air kecil dimulai dengan retensi arifi dan kemudian

diikuti oleh inkontinensia urin overflow.

Gangguan buang air besar dapat meliputi :

- Inkontinensia

- Konstipasi

- Hilangnya tonus dan sensasi anus

5. Kelemahan motorik ekstermitas bawah dan defisit sensorik

6.  Pengurangan atau tidak adanya refleks ekstermitas bawah.

VIII. DIAGNOSIS

PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIS

Pemeriksaan fisik dari kauda equina sindrom meliputi:4

- Inspeksi: mencari beberapa manifestasi eksternal dari nyeri seperti : sikap

tubuh yang abnormal, pemeriksaan sikap tubuh dan gaya berjalan untuk

mengetahui kemungkinan dari defek dan adanya kelainan pada tulang belakang

- Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan

- Kekuatan tonus dan otot ekstremitas bawah

- Sensoris ekstremitas bawah

- Colok dubur

Tabel 1. Nyeri dan defisit dengan keterlibatan akar saraf

Akar saraf Nyeri Defisit sensorik Defisit motorik Defisit refleks

13
L2 Paha bagian Paha bagian atas Kelemahan slight Suprapatella yang
anterior medial quadricep; fleksi sedikit menurun
panggul; aduksi paha

L3 Paha anterior Paha bagian Kelemahan Patella atau


lateral bawah quafricep; ekstensi suprapatella
lutut; aduksi paha

L4 Paha Kaki bagian Ekstensi lutut dan Patella


posterolateral; bawah sebelah pedis
tibia anterior medial

L5 Dorsum pedis Dorsum pedis Dorsofleksi padis dan Hamstring


ibu jari kaki

S1-2 Pedis bagian Pedis bagian Plantar fleksi pedis Achilles


lateral lateral dan ibu jari kaki

S3-5 Perineum Saddle Sfingter Bulbocavernosus;


anus

IX. DIAGNOSIS BANDING10

 Acute Inflammatory Demyelinating Polyradiculoneuropathy

 Amyotrophic Lateral Sclerosis in Physical Medicine and Rehabilitation

 Diabetic Neuropathy

 Guillain-Barré Syndrome

 Multiple Sclerosis

 Neoplasms, Spinal Cord

 Neuromuscular and Myopathic Complications of HIV

 Neurosarcoidosis

14
 Spinal Cord Infections

 Traumatic Peripheral Nerve Lesions

X. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Selain riwayat lengkap, pemeriksaan fisik, evaluasi neurologis dan Analisis

laboratorium dasar, diagnostik kerja untuk kauda equina dapat dilihat secara radiologis.4,11

- X- ray

Foto polos harus dilakukan untuk menemukan perubahan destruktif,

penyempitan ruang diskus atau hilangnya alignment spinal. Foto polos x-ray

hanya memberikan informasi tidak langsung. Namun, tidak direkomendasikan

untuk melakukan diagnosis CES.

- Myelografi Lumbal

Myelografi tidak lagi dilakuakan secara rutin karena tersedianya MRI

Myelografi dipilih pada keadaan tertentu dimana MRI menjadi kontraindikasi

(misalnya pasien dengan pacemaker jantung). Obstruksi aliran kontras pada

area kompresi membantu untuk mengkonfirmasi level kondisi patologis yang

dicurigai.

- CT-scan dengan atau tanpa kontras

CT-scan sering lebih mudah didapatkan daripada myelografi lumbal. CT-scan

memberi detail tambahan tentang densitas dan integritas tulang yang

membantu dalam rencana terapi, khususnya pada kasus tulang belakang dan

mana instrumen untuk stabilisasi dibutuhkan setelah agen yang mengganggu

dihilangkan dari regio kauda equina. CT-scan yang dilakukan setelah

15
myelografi dapat menunjukkan blok kontras dan memperjelas kondisi

patologis lebih baik dari yang ditunjukkan denagn CT-scan.

- MRI

MRI adalah modalitas yang paling membantu untuk diagnosis kelainan medula

spinalis dan umumnya menjadi tes yang dipilih untuk membantu dokter dalam

mendiagnosis sindrom kauda equina.

- Radionuklide scanning Ini merupakan modalitas yang membantu saat

berhadapan dengan osteomyelitis dan infeksi tulang belakang pada kondisi

sindrom kauda equina.

- Positron emission tomography scan Positron emission tomography (PET)

dalam hubungannya dengan CT-scan dikatakan sebagai modalitas yang

berguna pada penderta sindrom kauda equina dan keganasan pada tulang

belakang.

XI. TATALAKSANA

1. Terapi Konservatif 4

Iskemia akar saraf bertanggung jawab sebagian terhadap nyeri dan berkurangnya

kekuatan motorik yang berhubungan dengan sindrom kauda equina. Hasilnya, terapi

vasodilatasi dapat membantu pada beberapa pasien. Mean arterial blood pressure

(MABP) harus dipertahankan di atas 90 mmHg untuk memaksimalkan aliran darah ke

medula spinalis dan akar saraf.

Terapi dengan lipo prostaglandin E1 dan derivatnya telah dilaporkan efektif

dalam meningkatkan aliran darah ke regio kauda equina dan mengurangi gejala nyeri dan

16
kelemahan motorik. Pilihan terapi ini harus dilakukan untuk pasien dengan stenosis

spinal sedang dengan neurogenic claudication. Tidak ada keuntungan yang telah

dilaporkan pada pasien dengan gejala yang lebih berat atau pasien dengan gejala

iadikular. Pilihan terapi medis lain berguna pada pasien-pasien tertentu, tergantung

penyebab yang mendasari sindrom kauda equina. Obat anti inflamasi dan steroid dapat

efektif pada pasien dengan proses inflamasi, termasuk spondilitis ankilosa. Pasien dengan

sindrom kauda equina akibat penyebab infeksius harus mendapat terapi antibiotik yang

sesuai. Pasien dengan neoplasma spinal harus dievaluasi untuk kecocokan terhadap terapi

kemoterapi dan radioterapi. Kita harus berhati-hati dalam semua bentuk manajemen

medis untuk sindrom kauda equina. Pasien dengan sindrom kauda equina ynng

sebenarnya dengan gejala ‘saddle anerthesia’ dan/atau kelemahan bilateral ekstremitas

bawah atau hilangnya kontrol untuk buang air besar dan buang air kecil harus menjalani

terapi medis awal tidak lebih dari 24 jam. Jika tidak ada perbaikan gejala selama periode

tersebut, dekompresi bedah segera adalah hal yang diperlukan untuk meminimalkan

kesempatan terjadinya kerusakan saraf permanen.

2. Terapi Pembedahan4

Pada banyak kasus sindrom kauda equina, dekompresi emergensi pada kanalis

spinalis merupakan pilihan terapi yang sesuai. Tujuannya ialah untuk mengurangi

tekanan pada saraf di kauda equina dengan menghilangkan agen yang mengkompresi dan

memperluas kanalis spinalis. Sindrom kauda equina telah dipikirkan sebagai emergensi

bedah dengan dekompresi bedah yang diperlukan dalam 48 jam setelah onset gejala.

Untuk pasien di mana herniasi diskus merupakan penyebab sindrom kauda equina,

17
direkomendasikan laminotomi atau laminektomi untuk memungkinkan dekompresi

kanalis spinalis. Kemudian, tindakan ini diikuti dengan retraksi dan discectomy.

XII. PROGNOSIS

Diagnosis dan pengobatan dini pada sindrom kauda equina dikaitkan dengan peningkatan

fungsi kandung kemih. Pasien yang dirawat pada saat Incomplete Cauda Equina Syndrome

(CESI) umumnya hasilnya baik, namun dapat terjadi penurunan fungsi seksusal. Sedangkan

pasien yang telah mengalami kelumpuhan kandung kemih Complete Cauda Equina Syndrome

with Retention (CESR) dinilai kurang menguntungkan, pasien dengan CESR membutuhkan

operasi sesegera mungkin untuk mencegah perburukan pada fungsi kandung kemih dan fungsi

seksual. Jika pasien laki-laki hadir dengan disfungsi ereksi, ini biasanya memiliki prognosis

yang buruk.7,11

XIII. KESIMPULAN

Sindrom kauda equina (cauda equina syndrome/CES) merupakan kondisi neurologis

gawat dimana gangguan fungsi ini mempengaruhi persarafan lumbal dan sakral sampai kanal

vertebra.

Gejala klinis CES meliputi low back pain, siatika unilateral atau bilateral, saddle perineal

atau perineal hipoestesi atau anastesi, gangguan berkemih dan defekasi, kelemahan motorik

ekstermitas bawah dan defisit sensorik pengurangan atau tidak adanya refleks ekstermitas

bawah.

Penatalaksanaan pada pasien sindrom kauda equina biasanya ditujukan pada etiologinya.

Pasien sindrom kauda equina dengan etiologi infeksi baiknya diberikan terapi antibiotik.

18
Pasien dengan neoplasma spinal sebaiknya dievaluasi untuk kemoterapi yang cocok dan terapi

radiasi. Beberapa pasien dengan gejala anastesi saddle dan/atau kelemahan ekstremitas

inferior bilateral atau kehilangan kontrol berkemih atau defekasi baiknya diberikan terapi

medis awal tidak lebih dari 24 jam pertama. Pembedahan dekompresi dapat dilakukan pada

pasien sindrom kauda equina yang bertujuan untuk membebaskan tekanan saraf pada cauda

equina dengan memindahkan alat-alat yang mengompresi dan meningkatkan ruang kanalis

spinalis. Untuk pasien dengan etiologi herniasa diskus disarankan laminektomi atau

laminotomi dan diikuti retraksi dan discectomy.

Prognosis pasien sindrom kauda equina yang dirawat pada saat Incomplete Cauda

Equina Syndrome (CESI) umumnya hasilnya baik, namun dapat terjadi penurunan fungsi

seksusal. Sedangkan pasien yang telah mengalami kelumpuhan kandung kemih Complete

Cauda Equina Syndrome with Retention (CESR) dinilai kurang menguntungkan, pasien

dengan CESR membutuhkan operasi sesegera mungkin untuk mencegah perburukan pada

fungsi kandung kemih dan fungsi seksual. Jika pasien laki-laki hadir dengan disfungsi ereksi,

ini biasanya memiliki prognosis yang buruk.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Dhokia R, Eames N. Cauda Equina Syndrome: A review of the current position. Hard

Tissue 2014 Apr 18;3(1):7.

2. Chau, A. M. T., Xu, L. L., Pelzer, N. R., & Gragnaniello, C. (2014). Timing of Surgical

Intervention in Cauda Equina Syndrome: A Systematic Critical Review. World

Neurosurgery, 81(3-4), 640–650. doi:10.1016/j.wneu.2013.11.007 

3. Gardner, A; Gardner, E; Morley, T (May 2011). "Cauda equina syndrome: a review of

the current clinical and medico-legal position" .  European Spine Journal . 20 (5): 690–7.

4. Mahadewa T, Maliawan S. 2009. Diagnosis & Tatalaksana Kegawat Daruratan Tulang

Belakang. Denpasar: Sagung Seto

5. Dorland WA, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC

6. Mahadewa T, Maliawan S. 2009. Cedera Saraf Tulang Belakang Aspek Klinis dan

Penatalaksanaannya. Denpasar: Udayana University Press

7. Pararajasingham J. Cauda Equina Syndrome. InnovAiT. 2011

8. Benko MJ, Danison AP, Marvin EA, Saway BF. Distal Cauda equina syndrome: A  case

report of lumbosacral disc pathology and review of literature. Surg Neurol Int

2019;10:84.

9. Long, B., Koyfman, A., & Gottlieb, M. (2019). Evaluation and management of cauda

equina syndrome in the emergency department. The American Journal of Emergency

Medicine, 158402. doi:10.1016/j.ajem.2019.158402

10. Dawodu ST. Cauda equina and conus medullaris syndromes. Juni 2018

20
11. Hur WJ, Park DH, Lee JB, Cho TH, Park JY. Guidelines for Cauda Equina Syndrome

Management. J Neurointensive Care 2019;2(1):14-16

21

Anda mungkin juga menyukai