Disusun oleh :
Pembimbing :
dr. Rahmi Adriman, M. Kes, Sp. M
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
menciptakan manusia dengan akal, budi, serta berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tinjauan pustaka yang berjudul “Tumor
Glandula Lakrimal”. Shalawat beriring salam kami sampaikan kepada nabi
besar Muhammad SAW, atas semangat perjuangan dan panutan bagi umatnya.
Adapun tinjauan pustaka ini diajukan sebagai salah satu tugas dalam
menjalankan kepaniteraan klinik senior pada bagian/SMF Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala, RSUDZA Banda Aceh. Kami
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dr.
Rahmi Adriman, M. Kes, Sp. M yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa tinjauan pustaka ini masih jauh dari
kesempurnaan. Saran dan kritik dari dosen pembimbing dan teman-teman akan
kami terima dengan tangan terbuka, semoga dapat menjadi bahan pembelajaran
dan bekal di masa mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 6
2.1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Lakrimalis............................ 6
2.1.1 Anatomi............................................................................. 6
2
2.1.2 Fisiologi....................................................................... 8
2.2. Definisi................................................................................. 10
2.3. Epidemiologi ....................................................................... 10
2.4. Klasifikasi ............................................................................ 11
2.4.1 Tumor Jinak....................................................................... 11
2.4.2 Tumor Ganas............................................................... 13
2.5. Manifestasi Klinis ................................................................ 17
2.6. Diagnosis ............................................................................. 18
2.6.1 Anamnesis......................................................................... 18
2.6.2 Pemeriksaan Fisik.............................................................. 18
2.6.3 Pemeriksaan Penunjang............................................... 18
2.7. Tatalaksana .......................................................................... 20
2.8. Komplikasi .......................................................................... 20
2.9. Prognosis ............................................................................. 21
BAB III KESIMPULAN............................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 23
3
BAB I
PENDAHULUAN
Rongga orbita merupakan rongga kompleks yang terdiri dari bola mata,
jaringan adiposa, pembuluh darah, saraf dan jarngan ikat. Orbita dalam arti luas
menjelaskan rongga yang di dalamnya terdapat struktur penting untuk fungsi
penglihatan yang dikelilingi oleh struktur tulang yang melindunginya.
Dikarenakan ruangan orbita yang sempit, lesi yang terjadi pada orbita akan
menuebabkan peningkatan volume intraorbita yang nantinya dapat menyebabkan
proptosis bola mata dan dapat mempengaruhi fungsi penglhatan, hal ini dapat
terjadi karena sedikitnya rongga kosong pada orbita.1
Kelenjar lakrimal adalah kelenjar sekresi ekrin yang terdiri dari dua lobus
yang terletak di superotemporal orbita. Kedua lobus kelenjar lakrimal terdiri atas
lobus orbital yang lebih kecil dari lobus palpebra dan secara anatomis dipisahkan
oleh aponeurosis levator. Lobus palpebra merupakan satu-satunya lobus yang
daoat dilihat saat dilakukan eversi kelopak mata, maka dari itu proses penyakiy
pada lobus orbital sering tidak menimbulkan manifestasi hingga penyakit tersebut
terus berkembang.2
Lesi jinak yang terdapat pada sistem lakrimal termasuk adenoma pleomorfik
(benign mixed cell tumors), benign reactive lymphoid hyperplasia, dan
onkositoma (oncocytomas). Tumor ganas glandula lakrimal termasuk adenoma
kistik, adenokarsinola, karsinoma sel skuamosa, karsinoma mucoepidermoid, dan
limfoma maligna. Karsinoma ksitik adenoid merupakan tumor ganas yang paling
sering ditemukan yaitu sekitar 50% dari total tumo ganas lakrimal dan 25% dari
total tumor glandula lakrimal.
2.1.1 Anatomi
Glandula lakrimal pada manusia terdiri dari dua jenis yaitu glandula
lakrimal mayor dan glandula lakrimal asesoris. Glandula lakrimalis pada tiap
mata terdiri dari 58 glandula lakrimalis mayor (pars orbital dan pars
palpebra), 55 glandula asesoris (50 glabdula Krauss dan 5 glandula Wolfring)
dan 1 karunkula.7
Glandula lakrimal mayour terdiri dari pars orbital di bagian superior dan
pars palpebral di bagian inferior yang keduanya saling berhubungan pada
aponeurosis musculus levator palpebrae superior. Glandula lakrimalis bagian
mayor berbentuk seperti almond dan teletak di bagian superior dan lateral
mata rongga orbita pada cekungan tulang frontal. Glandula lakrimal ini
menghasilkan/mensekresi air mata melalui ductus ke forniks superior.
Lobulus pada pars orbital glandula lakrimal dekat dengan septum orbital
damun terletak di bawan musculus levator palpebrae.7,8
Ductus nasolacrimales mempunyai panjang 0,5 inci (1,3 cm) dan keluar
dari ujung bawah saccus lacrimalis. Ductus berjalan ke bawah, ke belakang dan ke
lateral di dalam canalis oseosa dan bermuara ke meatus nasi inferior. Muara ini
dilindungi oleh lipatan yang dinamakan plica lacrimalis. Fungsi lapisan ini adalah
mencgah udara masuk melalui ductus ke dalam saccus pada waktu
menghembuskan kotoran.8
2.1.2 Fisiologi
Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimal yang terletak di
fossa glandulae lakrimalis di kuadran temporal atas orbita. Duktus kelenjar ini
mempunyai panjang berkisar 6-12 mm, berjalan pendek menyamping di bawah
konjungtiva.10
Setiap kelenjar ini dibagi oleh kornu lateral aponeurosis levator menjadi
lobus orbita yang lebih besar dan lobus palpebra yang lebih kecil. Setiap lobus
memiliki saluran pembuangannya tersendiri yang terdiri dari tiga sampai dua
belas duktus yang bermuara di forniks konjungtiva superior. Sekresi dari kelenjar
ini dapat dipicu oleh emosi atau iritasi fisik dan menyebabkan air mata mengalir
berlimpah melewati tepian palpebra (epiphora).11
Sistem ekskresi terdiri atas punkta, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus
nasolakrimalis. Setiap berkedip, palpebra menutup mirip dengan risleting – mulai
di lateral, menyebarkan air mata secara merata di atas kornea, dan
menyalurkannya ke dalam sistem ekskresi pada aspek medial palpebra. Setiap kali
mengedip, muskulus orbicularis okuli akan menekan ampula sehingga
memendekkan kanalikuli horizontal. Dalam keadaan normal, air mata dihasilkan
sesuai dengan kecepatan penguapannya, dan itulah sebabnya hanya sedikit yang
sampai ke sistem ekskresi. Bila memenuhi sakus konjungtiva, air mata akan
masuk ke punkta sebagian karena hisapan kapiler.10,11
Air mata akan disekresikan secara refleks sebagai respon dari berbagai
stimuli. Stimulus tersebut dapat berupa stimuli iritatif pada kornea, konjungtiva,
mukosa hidung, stimulus pedas yang diberikan pada mulut atau lidah, dan cahaya
terang. Selain itu, air mata juga akan keluar sebagai akibat dari muntah, batuk dan
menguap. Sekresi juga dapat terjadi karena kesedihan emosional. Kerusakan pada
nervus trigeminus akan menyebabkan refleks sekresi air mata menghilang. Hal ini
dapat dibuktikan dengan pemberian kokain pada permukaan mata menyebabkan
penghambatan hantaran pada ujung nervus sensoris yang mengakibatkan
penghambatan refleks sekresi mata (bahkan ketika mata dipaparkan pada gas air
mata yang poten). 12
Permukaan bola mata yang terpapar dengan lingkungan dijaga tetap
lembab oleh air mata. Air mata tersebut disekresikan oleh aparatus lakrimalis dan
disertai dengan mukus dan lipid oleh organ sekretori dari sel-sel pada palpebra
serta konjungtiva. Sekresi yang dihasilkan inilah yang disebut sebagai film air
mata atau film prekorneal. Analisis kimia dari air mata menunjukkan bahwa
konsentrasi garam didalamnya mirip dengan komposisi di dalam plasma darah.
Selain itu, air mata mengandung lisozim yang merupakan enzim yang memiliki
aktivitas sebagai bakterisidal untuk melarutkan lapisan luar bakteria.11
2.2. Definisi
Kelenjar lakrimal merupakan kelenjar sekresi ekrin yang tediri dari dua lobus
yang terletak di superotemporal orbita. Tumor glandula lakrimal merupakan
pertumbuhan massa baik jinak maupun ganas pada glandula lakrimal. Lesi jinak
yang terdapat pada sistem lakrimal termasuk adenoma pleomorfik (benign mixed
cell tumors), benign reactive lymphoid hyperplasia, dan onkositoma
(oncocytomas). Tumor ganas glandula lakrimal termasuk adenoma kistik,
adenokarsinola, karsinoma sel skuamosa, karsinoma mucoepidermoid, dan
limfoma maligna.1,2
2.3. Epidemiologi
Tumor kelenjar lakrimal jarang dijumpai, kira-kira kurang dari 1:1. 000. 000
individu per populasi per tahun. Tumor kelenjar lakrimal 6-12% dari seluruh lesi
orbita yang menyebabkan desak ruang (orbital space occupying lesion) dan kira-
kira 22-28% nya adalah tumor epitelial primer. Tumor paling sering adalah
pleomorfik adenoma yang menyusun sekitar 50% tumor epitel. Tumor jinak yang
lain adalah oncocytoma, myoepitelioma dan tumor Warthin, tetapi tumor-tumor
ini jarang terjadi. Tumor maligna menyusun sisanya, yaitu 50% tumor epitelial
primer. Tumor maligna yang paling sering terjadi adalah kista adenokarsinoma
(20- 30%), karsinoma eks pleomorfik adenoma (10%), adenokarsinoma (de novo)
(5-10%), dan karsinoma mukoepidermoid (1-2%). Tumor sisanya adalah
campuran tumor epitelial lain, yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamos,
karsinoma sebasea, dan duktal adenokarsinoma.12
Tumor kelenjar lakrimal ditemukan pada segala usia, utamanya pada usia
pertengahan, namun jarang pada anak-anak dan orang tua. Pleomorfik adenoma
khas terjadi pada pasien usia rata-rata 40 tahun. Karsinoma kista adenoid
distribusinya pada usia bimodal dan sebagian besar terdiagnosis pada usia 40
tahun. Karsinoma ekspleomorfik adenoma, adenokarsinoma, dan karsinoma
mukoepidermoid di diagnosis rata-rata usia 50-52 tahun. Karsinoma
mukoepidermoid sedikit lebih banyak pada wanita dibandingkan dengan pria (3:2)
dan adenokarsinoma lebih banyak pada laki-laki di mana tidak ada predileksi
kelamin pada pleomorfik adenoma, karsinoma kista adenoid, atau karsinoma
ekspleomorfik adenoma. Tidak ada predileksi ras tertentu pada tumor kelenjar
lakrimal epitel primer.12
2.4. Klasifikasi
Gambar 3. CT-
Scan adenoma
pleomorfik
pleomorfik,2 Tampak
erosi halus tulang
fossa lakrimal yang tidak melewati garis orbita.
2.4.1.2 Myoepithelioma
2.4.1.3 Oncocytoma
Karena sitoplasmanya yang eosinofilik, onkosit jug asering dinamakan sel
oxyphil. Sel besar yang bersifat asam ini ditemukan di mucus membrane misalnya
pada karunkel, konjungtiva, sakkus lakrimalis dan glandula lakrimalis. Tumornya
bersifat jinak dan terkadang kistik.1
Insidensi nya berkisar antara 4-15% dari tumor epitel glandula lakrimal.
Malignant mixed tumor mewakili pleomorfic adenoma yang berdegenerasi
menjadi maligna. Pasien dengan malignant mixed tumor biasanya lebih tua
ibandingkan pleomorfik adenoma. Manifestasi klinis malignant mixed tumor
biasanya muncul dalam tiga gejala khas. Pertama, pasien pernah dioperasi namun
tidak dieksisi secara komplit dan tumor muncul kembali beberapa tahun
kemudian. Kedua, pasien yang awalnya pembesaran tumornya lambat, lalu tumor
membesar tiba-tiba bersamaan dengan nyeri dan bengkak pada kelopak mata atas.
Ketiga, pasien mengalami gejala nyeri dan destruksi tulang dan tumor didagnosis
ganas hanya dengan sekali lihat.
Karsinoma sel skuamosa termasuk kasus yang jarang terjadi. Wright dkk
mendeskripsikan bahhwa dalam 50 neoplasma ganas pada tumor glandula
lakrimal yang terjadi selama 28 tahun, hanya terdapat satu angka kejadian
karsinoma sel skuamosa. Font dan Gamel melaporkan dari 265 kasus tumor epitel
glandula lakrimal selama 17 tahun, hanya satu saja kasus yangmunculd an terjadi
pada seorang wanita berumur 63 tahun. Akan tetapi, tiap kasus ini memiliki uuran
tumor yang berbeda, dan mereka berpendapat bahwa tumor ini terjadi karena
adanya komponen benign mixed tumor sebelumnya. Penyebab pastinya masih
diteliti.
Massa pada glandula lakrimal dapat disebabkan oleh inflamasi dan neoplasma.
Tumor pada glandula lakrimal diklasifikasikan sebagai berikut : 7
Tabel 1. Klasifikasi Tumor Kelenjar Lakrimal7
Nyeri umumnya tidak terjadi pada pasien dengan tumor jinak, tetapi nyeri
pada pleomorfik adenoma harus diduga suatu malignancy. Nyeri adalah gejala
yang penting pada pasien dengan karsinoma kista adenoid dan lebih dari 80%
dilaporkan sebagai gejala yang awal. Nyeri disebabkan oleh pola pertumbuhan
awal tumor menuju saraf perifer dan muskulus ekstraokuler. Sebanyak 85%
keluhan nyeri pada tumor kelenjar lakrimal menunjukkan adanya invasi tumor
perineural yang mengindikasikan adanya pola tumor yang agresif. Umumnya,
nyeri juga terjadi pada pasien dengan adenokarsinoma, tetapi jarang terjadi pada
pasien dengan karsinoma eks pleomorfik adenoma dan sangat jarang terjadi pada
karsinoma mukoepidermoid.12
Gejala yang terdapat pada pasien adenoma pleomorfik muncul sangat lambat,
sehingga pasien baru datang ke klinisi kira-kira dua tahun dari awal pertumbuhan
tumor. Namun, dikarenakan pertumbuhan yang lambat, maka pasien dapat
bertahan dengan tumor ini hingga 20 tahun samai dilakukan Tindakan
pengangkatan tumor. Pasien akan datang dengan keluhan pandangan ganda yang
mengganggu aktivitas akibat limitasi pergerakan bola mata ke arah temporal dan
benjolan yang besar dengan kosmetik yang kurang baik. Pasien dengan tumor
ganas lakrimal umumnya memiliki keluhan yang lebih singkat, yang membuat
lebih cepat datang ke dokter spesialis mata. Untuk kasus karsinoma kista adenoid,
keluhannya kira-kira sekitar enam bulan dan jarang kurang dari satu tahun untuk
tumor ganas yang lain. 12
2.6. Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
Riwayat penyakit sudah lama (>1-2 tahun), lesi kelenjar lakrimal yang tidak
menginfiltrasi menunjukkan tumor jinak, misalnya adenoma pleomorfik. Riwayat
penyakit yang akut dapat menunjukkan suatu inflamasi atau proses keganasan.
Nyeri paling sering dikeluhkan pada lesi inflamasi pada kelenjar lakrimal namun
karsinoma adenoid kistik dan keganasan lainnya dapat memberikan gambaran
nyeri sekunder dari perkembangan perineural atau ke tulang. Lesi yang
menunjukkan keganasan ditandai dengan terjadinya proptosis yang subakut dan
kehilangan sensasi pada bagian temporal dari nervus lakrimalis pada sepertiga
pasien. Diplopia dan penurunan visus dapat ditemukan pada lesi yang mengalami
progresifitas cepat.12
2.7. Tatalaksana
2.8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada tumor kelenjar lakrimal adalah
proptosis yang terjadi pada mata sehingga menyebabkan kornea menjadi kering
dan dapat timbul ulkus kornea. Hal ini akan menganggu penglihatan pasien, dan
apabila proptosis berlangsung lama dapat mengganggu saraf penglihatan (nervus
opticus) karena terjadi peregangan. Peningkatan tekanan intraocular juga dapat
mengganggu kemampuan pasien untuk melihat.1
2.9. Prognosis
6. Hansen JT, Lambert DR, Netter FH. Lacrimal System. In: Netter’s
Clinical Anatomy. USA : ICON Learning System. 2015
13. Bernardini FP, Devoto MH, Croxatto OJ. Epitelial Tumor of the
Lacrimal Gland : An Update. In Current Opinion of Ophtalmology.
Geneva: Lippincott William and Wilkins; 2018. p. 409-413.