Anda di halaman 1dari 22

Meet The Expert

LASERASI KANALIS LAKRIMALIS

Disusun Oleh:
Fanny Dwi Putri 1840312282
Annisa Fauziah 1840312285
Putri Nirmala Dewi 1840312309
Ahmad Iqram 1840312403
Charyadita Perwita 1840312631

Pembimbing:
Dr. dr. Hendriati, Sp.M (K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan nikmat dan karunia
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Meet The Expert yang berjudul
“Laserasi Duktus Lakrimal” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr.M.Djamil Padang
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Penyusunan Meet the expertini merupakan salah satu syarat dalam
mengikuti kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu kesehatan Mata RSUP
Dr.M.Djamil Padang Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Terima kasih
penulis ucapkan kepada Dr. dr. Hendriati, Sp.M (K) sebagai preseptor dalam
kepaniteraan klinik senior ini beserta seluruh jajarannya dan semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan Meet The Expert ini.
Penulis menyadari bahwa Meet The Expert ini jauh dari sempurna, maka
dari itu sangat diperlukan saran dan kritik untuk kesempurnaa Meet the expertini.
Penulis berharap agar Meet The Expert ini bermanfaat dalam meningkatkan
pengetahuan terutama bagi penulis sendiri dan bagi teman-teman dokter muda
yang tengah menjalani kepaniteraan klinik. Akhir kata, semoga Meet The Expert
ini bermanfaat bagi kita semua.
Padang, 18 Desember 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN...........................................................................1


KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2 Batasan Masalah...........................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................4
1.4 Metode Penulisan.........................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi.........................................................................................................6
2.2 Anatomi Sistem Lakrimal............................................................................6
2.3 Epidemiologi................................................................................................8
2.4 Etiologi.........................................................................................................9
2.5 Patofisiologi...............................................................................................10
2.6 Gambaran Klinis........................................................................................13
2.7 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................13
2.8 Diagnosis....................................................................................................14
2.9 Tatalaksana.................................................................................................15
2.10 Komplikasi.................................................................................................19
2.11 Progmosis...................................................................................................20
BAB 3 KESIMPULAN........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Sejumlah mekanisme trauma tumpul dan tajam wajah dapat


menyebabkan laserasi duktus lakrimalis. Cedera yang melibatkan kelopak mata,
kanalis lakrimalis dan daerah periorbital umumnya terjadi setelah trauma tumpul
atau penetrasi pada wajah. Luka tersebut dapa tbervariasi dari lecet kulit
sederhana sampai kasus yang lebih kompleks yang menyebabkan kehilangan
jaringan yang luas serta fraktur tulang-tulang wajah. Oleh karena itu, trauma yang
mengubah kelopak mata dari keterikatannya yang kuat pada tendon cantal medial,
lakrimal, dan tulang maksilaris, cenderung menyebabkan avulsi pada aspek
medial kelopak mata. Banyak jenis trauma pada wajah dapat menyebabkan
kerusakan pada sistem drainase lakrimal. Gigitan anjing adalah penyebab umum
laserasi kanalikuli karena kecenderungan jenis cedera ini terjadi di dekat kantus
medial. Laserasi kanalicular adalah penyebab paling sering dari cedera pada
sistem lakrimal. Kanalikuli inferior terlibat dalam lebih dari 50-75% kasus.
Bagian bawah adalah bagian yang paling sering terlibat. Pada tahun 2002,
didapatkan sekitar 1,97 juta kunjungan ke bagian gawat darurat karena luka
wajah.1

Pada saat awal pemeriksaan yang menjadi prioritas utama adalah


memperhatikan faktor yang mengancam jiwa secara sistemik. Setelah kondisi
yang dapatmengancam jiwa stabil, perhatian dapat diarahkan ke luka yang
spesifik pada adnexa okular. Laserasi pada bagian medial palpebra dapat
menyebabkan robekan pada kanalis lakrimalis inferior, kanalis lakrimalis superior
dan sakus lakrimalis. Pada proses pengembalian struktur dan fungsi harus
tetapmengarah pada prinsip-prinsip estetika dasar yang menjadi perhatian utama
dariahli bedah rekonstruksi.

1.2 Batasan Masalah


MTE (Meet The Expert) ini dibatasi pada pembahasan definisi, anatomi,
epidemiologi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinik, diagnosis,

4
diagnosis banding dan penatalaksanaan, serta prognosis dari laserasi duktus
lakrimal.

1.3 Tujuan
MTE ini disusun untuk lebih memahami mengenai definisi, anatomi,
epidemiologi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinik, diagnosis,
diagnosis banding dan penatalaksanaan, serta prognosis dari laserasi duktus
lakrimal.

1.4 Manfaat
MTE ini disusun dengan harapan dapat meningkatkan pemahaman
mengenai papiledema mencakup definisi, anatomi, epidemiologi, etiologi,
patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinik, diagnosis, diagnosis banding dan
penatalaksanaan, serta prognosis dari laserasi duktus lakrimal sehingga dapat
diaplikasikan dengan baik.

1.5 Metode
Makalah ini disusun dengan metode tinjauan kepustakaan yang merujuk
kepada berbagai literatur, termasuk buku teks dan berbagai makalah ilmiah.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Trauma duktus lakrimalis mengacu pada cedera fisik mendadak yang
menyebabkan kerusakan pada sistem drainase lakrimal mata. Duktus lakrimal
terletak di dalam aspek medial kelopak mata. Area area ini tidak seperti bagian
kelopak mata lainnya karena tidak mengandung struktur tarsal. Oleh karena itu,
trauma yang mengubah kelopak mata dari keterikatannya yang kuat pada tendon
cantal medial, lakrimal, dan tulang maksilaris, cenderung menyebabkan avulsi
pada aspek medial kelopak mata. Banyak jenis trauma pada wajah dapat
menyebabkan kerusakan pada sistem drainase lakrimal. Gigitan anjing adalah
penyebab umum laserasi kanalikuli karena kecenderungan jenis cedera ini terjadi
di dekat kantus medial.1

2.2 Anatomi Sistem Lakrimalis

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Lakrimal


Aparatus lakrimalis terdiri atas kelenjar lakrimal, kanalikuli, sakus
lakrimalis dan duktus nasolakrimalis. Kelenjar lakrimal adalah kelenjar penghasil
air mata yang terletak di bagian anterior superior temporal dari orbita. Kelenjar ini
terdiri atas beberapa lobus kelenjar yang terpisah dengan duktus ekskretorius yang

6
menghubungkan kelenjar dengan forniks superior konjungtiva (forniks merupakan
sinus-sinus berlapis konjungtiva di antara kelopak mata dan bola mata). Kelenjar
lakrimal merupakan kelenjar tubuloalveolar yang umumnya memiliki lumen lebar
dan terdiri atas sel berbentuk kolom berjenis serosa. Sel-sel ini memperlihatkan
granul sekresi yang terpulas pucat dan suatu lamina basal yang memisahkan sel
dari jaringan ikat sekitarnya.

Sel mioepitel berkembang biak mengelilingi bagian sekresi kelenjar


lakrimal. Sekret kelenjar mengalir ke bawah melalui permukaan kornea dan
konjungtiva bulbi dan palpebra, yang membasahi permukaan bagian-bagian ini.
Sekret mengalir ke dalam kanalikuli lakrimalis melalui punktum lakrimal, yang
merupakan lubang bulat berdiameter 0,5 mm pada sisi medial tepian kelopak atas
dan bawah. Kanalikuli, yang berdiameter sekitar 1 mm dan panjang 8 mm,
bergabung membentuk kanalikuli komunis tepat sebelum bermuara ke dalam
sakus lakrimalis yang dilapisi epitel berlapis gepeng tebal. Kelenjar lakrimal
menyekresi cairan yang kaya akan lisosom, yaitu suatu enzim yang
menghidrolisis dinding sel spesies bakteri tertentu, yang memudahkan
penghancurannya.2

Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu sistem produksi dan sistem
ekskresi. Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di kelenjar lakrimal yang
terletak di fossa lakrimal bagian superior kuadran temporal dari orbita. Sistem
ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus
lakrimal, duktus nasolakrimal dan meatus inferior. Sistem ekskresi, yang terdiri
atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal dan duktus
nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak di bagian depan rongga orbita. Air mata dari
duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior. 3

Sekresi dari kelenjar lakrimal utama dipicu oleh emosi atau iritasi fisik
sehingga menyebabkan air mata mengalir deras di atas margin tutup (epiphora).
Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan masuk ke
dalam sakus lakrimal melalui pungtum lakrimal. Bila pungtum lakrimal tidak
menyinggung bola mata, maka air mata akan keluar melalui margo palpebra yang
disebut dengan epifora. Epifora juga akan terjadi akibat pengeluaran air mata yang

7
berlebihan dari kelenjar lakrimal. Untuk melihat adanya sumbatan pada duktus
nasolakrimal, maka sebaiknya dilakukan penekanan pada saccus lakrimal, bila
terdapat penyumbatan yang disertai dakriosistitis, maka cairan berlendir kental
akan keluar melalui pungtum lakrimal.4

2.3 Epidemiologi

Laserasi dari sistem canalicular sering terjadi karena adanya trauma.


Cedera pada bagian kanalikular dari sistem drainase air mata dapat terjadi karena
adanya cedera terisolasi atau sebagai salah satu komponen dari cedera yang lebih
luas, termasuk beberapa laserasi tutup, patah tulang orbital, dan cedera yang luas.
Penyebab luka kanalikular meliputi serangan, jatuh dan tabrakan, trauma tajam
(pisau, gantungan baju, kuku, gelas), kecelakaan kendaraan bermotor, gigitan
anjing, cakaran kucing, dan trauma olahraga. Laserasi Canalicular adalah
penyebab paling sering dari cedera pada sistem lakrimal. Kanalikuli inferior
terlibat dalam lebih dari 50-75% kasus. Bagian bawah adalah bagian yang paling
sering terlibat. Pada tahun 2002, didapatkan sekitar 1,97 juta kunjungan ke bagian
gawat darurat karena luka wajah.

Robeknya sistem canalicular memiliki persentase yang sangat kecil dari


luka wajah. Sebuah survei dari ahli bedah di Inggris menemukan 83% dari 92
pembedahan perbaikan didapatkan kurang dari 5-10 laserasi canalicular per tahun.
Penelitian yang dilakukan di Munich, Jerman didapatkan pasien luka di kelopak
mata dengan keterlibatan sistem kanalikuli ditemukan sebanyak 16%. Sebuah
survei tahun 2006 di Inggris menunjukkan bahwa pengelolaan luka kanalikuli
sangat bervariasi.

Jika sistem kanalikuli tidak di tangani segera akan menyebabkan gangguan


pada anatomi lakrimal dan memberikan gambaran yang abnormal pada kantus
medial. Studi telah menunjukkan bahwa perbaikan primer dapat mengembalikan
fungsi dan posisi dengan baik sehingga baik inferior dan sistem drainase lakrimal
superior dapat berperan dalam fungsi yang tepat dari sistem drainase air mata. Ras
belum dilaporkan menjadi faktor dalam trauma dengan sistem kanalikuli. Laki-
laki lebih banyak terkena trauma pada sistem lakrimal dibandingkan wanita.
Laserasi kanalikuli yang paling umum terjadi pada orang dewasa muda. Laserasi

8
kanalikuli pada balita sering terjadi akibat gigitan anjing. Rata-rata rentang usia
yang dilaporkan terkena antara 18-30 tahun. 5

2.4 Etiologi

Laserasi sistim kanalis lakrimalis disebabkan oleh trauma langsung atau


tidak langsung. Trauma langsung yang mengenai bagian lakrimal dari palpebra
dapat disebabkan oleh trauma berat karena kaca, gantungan jas, pisau, gigitan
anjing, cakaran kucing, kuku tangan atau benda tajam lainnya. Trauma tidak
langsung disebabkan oleh trauma tumpul yang mengenai daerah sekitar mata
seperti pukulan pada wajah, senjata tumpul atau benda tumpul. 6
Gigitan anjing ke wajah memiliki kecenderungan untuk melibatkan cedera
kantus medial dan sistem kanalikular. Cedera gigitan anjing sering mengakibatkan
luka wajah yang mendalam tanpa kehilangan jaringan lunak. Luka gigitan anjing
perlu di dekontaminasi segera. Pasien dengan jenis cedera ini harus diberikan
antibiotik spektrum luas secara intravena dan injeksi tetanus jika diindikasikan.
luka harus diirigasi sebelum bedah dilakukan. 3,7
Sejumlah mekanisme trauma tumpul dan tajam wajah juga dapat
menyebabkan laserasi kelopak mata. Bahkan benda tumpul yang tampaknya tidak
berbahaya di tempat kerja dapat menyebabkan laserasi kelopak mata. 8
Cedera yang melibatkan kelopak mata dan daerah periorbita umumnya
terjadi setelah trauma tumpul atau penetrasi pada wajah. Luka tersebut dapat
bervariasi dari lecet kulit sederhana sampai kasus yang lebih kompleks yang
menyebabkan kehilangan jaringan yang luas serta fraktur tulang-tulang wajah.
Pada proses pengembalian struktur dan fungsi harus tetap mengarah pada prinsip-
prinsip estetika dasar yang menjadi perhatian utama dari ahli bedah rekonstruksi.9

2.5 Patofisiologi
2.5.1 Trauma Tumpul
Echimosis dan edema termasuk dalam manifestasi klinis trauma tumpul.
Pasien membutuhkan evaluasi biomikroskopik dan pemeriksaan fundus dengan
pupil yang dilebarkan untuk menyingkirkan permasalahan yang terkain kelainan
intraokular. CT scan di perlukan untuk mengetahui adanya fraktur. 10

9
Gambar 2.2 Echimosis dan edema akibat trauma tumpul
2.5.2 Trauma Benda Tajam
Secara umum, penanganan trauma tajam palpebra tergantung kedalaman
dan lokasi cedera.10
2.5.3 Laserasi yang Tidak Melibatkan Margo Palpebra
Laserasi pada palpebra superficial hanya terdapat pada kulit dan otot
orbicularis biasanya hanya memerlukan jahitan pada kulitnya saja. Untuk
menghindari sikatrik yang tidak di kehendaki, harus mengikuti prinsip dasar
tindakan bedah plastik. Hal ini termasuk debridemant luka yang sifatnya
konservatif, menggunakan benang dengan ukuran yang kecil. Menyatukan tepi
luka sesegera mungkin dan melakukan pengangkatan jahitan. Melakukan irigasi
untuk menghilangkan kontaminasi material di dalam luka. 11

Gambar 2.3 Laserasi palpebra tanpa melibatkan margo palpebra

10
2.5.4 Laserasi pada Margo Palpebra
Laserasi pada margo palpebra memerlukan jahitan untuk menghindari tepi
luka yang tidak baik. Banyak teknik – teknik sudah diperkenalkan tapi pada
prinsip pentingnya adalah aproksimasi tarsal harus dibuat dalam garis lurus.11

Gambar 2.4 Laserasi pada margo palpebra

2.5.5 Gigitan Anjing dan Manusia


Robekan dan trauma remuk terjadi sekunder dari gigitan anjing atau
manusia. Laserasi palpebra pada sebagian kulit luar dan kulit secara menyeluruh,
avulsi kantus, laserasi kanalikulus paling sering terjadi. Trauma pada wajah dan
intracranial mungkin dapat terjadi terutama pada bayi. Irigasi dan penutupan luka
secara dini harus segera dilakukan dan kemungkinan terjadinya tetanus dan rabies
harus dipikirkan serta memerlukan observasi, direkomendasikan untuk pemberian
antibiotik.12

11
Gambar 2.5 Laserasi akibat gigitan anjing

2.5.6 Luka Bakar pada Palpebra


Pada umumnya luka bakar pada palpebra terjadi pada pasien-pasien yang
mengalami luka bakar yang luas. Sering terjadi pada pasien dengan keadaan
setengah sadar atau di bawah pengaruh sedatif yang berat dan memerlukan
perlindungan pada mata untuk mencegah ekspose kornea, ulserasi dan infeksi.
Pemberian antibiotik tetes dan salep serta pelembab.12

2.6 Gambaran Klinis


Mekanisme cedera perlu diketahui agar dapat membantu menetapkan
sejauh mana cedera yang ditimbulkan, kemungkinan kerusakan bola mata, tingkat
kontaminasi dan risiko masuknya benda asing ke dalam bola mata. Proyeksi
objek dari luka menunjukkan cedera intrakranial sampai studi pencitraan
dilakukan. Adanya kontaminasi tanah perlu ditakutkan adanya infeksi Baccillus
Cereus.
Dokumentasi penyebab cedera, termasuk apakah kecelakaan itu terkait
3,7
pekerjaan dapat menjadi informasi penting untuk aspek medikolegal. Ruptur
bola mata dan sekuele sekunder dari trauma okular harus diatasi dengan segera
atau <72 jam, terutama apabila trauma mengenai bagian medial, punctum dan
laserasi kanalikular. Pemeriksaan jaringan sekitar harus dilakukan karena daerah

12
yang memiliki lecet yang dangkal dapat berpotensi memiliki luka yang dalam.
Gigitan anjing ke wajah memiliki kecenderungan untuk melibatkan cedera kantus
medial dan sistem kanalikular. Cedera gigitan anjing sering mengakibatkan luka
wajah yang mendalam tanpa kehilangan jaringan lunak. Luka gigitan anjing perlu
di dekontaminasi segera. Pasien dengan jenis cedera ini harus diberikan antibiotik
spektrum luas secara intravena dan injeksi tetanus jika diindikasikan. Luka harus
diirigasi sebelum bedah dilakukan. 3,7

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Trauma yang mengancam jiwa dan adanya cedera visual yang mengancam
perlu diperhatikan, terutama adanya trauma yang luas, harus lebih diutamakan
diperbaiki daripada cedera adneksa. Pemeriksaan mata harus dilakukan pada
semua kasus suspek laserasi palpebra dan laserasi kanalikular. Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi ketajaman visual, refleks pupil, lapang pandang, gerakan bola
mata, tekanan intraokular, pemeriksaan luar, pemeriksaan slit lamp, dan
pemeriksaan saraf optik. Pemeriksaan kanalikuli didapatkan pungtum yang
berdilatasi dan apabila dilakukan pemeriksaaan irigasi kanula di proximal
kanalikuli didapatkan adanya aliran larutan irigasi dari kelopak mata melalui luka
menegaskan adanya robekan. Prosedur yang sama dilakukan juga untuk kedua
kanalikuli anterior dan superior. 3,5,7
Pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan untuk perawatan trauma
darurat. Laserasi sistem lakrimal tidak memerlukan studi laboratorium. Dalam
setiap pasien dengan dugaan patah tulang orbital atau midface, pemeriksaan CT-
Scan dilakukan untuk mengetahui adanya fraktur orbita. Dacryocystogram dapat
mengkonfirmasi gangguan sistem drainase lakrimal.

2.8 Diagnosis
Diagnosis terjadinya laserasi pada kanalis lakrimalis dapat ditegakkan
berdasarkan hal-hal sebagai berikut : 13
 Pada anamnesa terdapat adanya riwayat terjadinya trauma yang
menyebabkan luka pada tepi kelopak mata bagian medial.

13
 Dilakukan pemeriksaan oftalmologi untuk mengetahui apakah terjadi
kerusakan didalam mata atau tidak. Pada anak-anak pemeriksaan ini
mungkin memerlukan pembiusan secara umum. Bila terdapat luka
penetrasi pada kelopak mata walaupun kecil, harus diwaspadai terjadi juga
penetrasi pada bola mata.
 Keadaan luka pada kelopak mata harus benar-benar diperhatikan karena
keadaan tersebut akan menentukan jenis teknik operasi. Derajat luka serta
ada tidaknya jaringan yang hilang harus diperkirakan luasnya. Apabila
terdapat pergeseran dari pungtum lakrimalis kemungkinan besar terjadi
laserasi pada kanalis lakrimalis.
 Tes anel, apabila terjadi kebocoran pada cairan yang disuntikkan maka
kemungkinan besar terjadi laserasi pada saluran lakrimalis.
 Pemeriksaan penunjang seperti rontgen dan CT scan dapat dilakukan
apabila di duga terdapat patah tulang orbita atau di duga terdapat benda
asing di dalam rongga orbita.
 Sebaiknya dilakukan dokumentasi terhadap luka yang terjadi serta
kerusakan baik pada kelopak mata maupun bola mata.
2.9 Tatalaksana
2.9.1 Terapi Farmakologi
Penatalaksanaan pasien dengan laserasi lakrimal dibagi menjadi dua yaitu
terapi farmakologi dan terapi pembedahan. Terapi farmakologi dengan Tetanus
profilaksis harus dikonfirmasi dalam setiap cedera yang terkontaminasi.
Profilaksis rabies dengan imunisasi aktif maupun pasif mungkin diperlukan dalam
gigitan anjing. Pasca operasi, sebagian besar ahli bedah meresepkan antibiotik
spektrum luas. Perawatan luka meliputi salep topikal antibiotik tetes mata 4 kali
per hari dan oftalmik antibiotik 4 kali per hari.3,14
2.9.2 Terapi Pembedahan
Terapi pembedahan tradisional yang dilakukan apabila didapatkan adanya
mono-bicanalikular laserasi yaitu dengan memperbaiki defek palpebra setelah
memperbaiki laserasi kanalikular. Untuk melihat laserasi monocanalicular dapat
dilakukan injeksi visko lidokain yang dicampur dengan methylene blue untuk
melihat kanalikuli yang intak dan mengobservasi refluks dari ujung distal yang

14
terpotong. Perbaikan mikroskopis akut diperlukan untuk reanastomose ujung
terputus dari canaliculi. Dalam kebanyakan cedera, perbaikan ini dapat dicapai
dalam waktu 48 jam dari trauma. Perbaikan yang sukses telah dilaporkan dalam
waktu 5 hari dari cedera. Gigitan binatang harus segera ditangani karena
didapatkan adanya kontaminasi yang signifikan dalam luka. Sebuah studi
melaporkan dari 63 pasien dengan luka traumatis canalicular memiliki tingkat
keberhasilan yang lebih tinggi pada pasien yang diobati dengan langsung jahitan
dinding canalicular dibandingkan dengan jahitan pericanicular. Modifikasi metode
“pigtail” probe dilaporkan memiliki tingkat keberhasilan 97,4% dalam
memperbaiki kembali sistem kanalikuli yang terputus. 3,14
- Teknik Anestesi
Teknik anestesi yang digunakan yaitu anestesi umum namun pembedahan
yang tidak melibatkan kerusakan pungtum hanya menggunakan anestesi lokal.
Perbaikan pada anak sebaiknya dilakukan di bawah anestesi umum. Bagi
kebanyakan orang dewasa, perbaikan dapat dilakukan dengan anestesi lokal. Pada
pasien dengan trauma okular adneksa luas atau cedera lebih luas, anestesi umum
mungkin merupakan pendekatan anestesi yang disukai. Hemostasis lokal dan
anestesi yang ditambah dengan vasokonstriktor hidung, seperti 4% kokain atau
fenilefrin cottonoids direndam dan suntikan lokal 2% lidocaine dengan 1:100.000
epinefrin (pada orang dewasa) atau 0,5% lidocaine dengan 1:200.000 epinefrin
(pada anak) ke daerah kantung lakrimal dan ke dalam kedua kelopak mata
superior dan inferior. 3,14
- Metode Operasi
Metode operasi yang dilakukan dapat meliputi Intubasi bikanalikular, stent
monocanalicular dan “Pigtail Probe”. 3,14
1. Intubasi bikanalikular merupakan gold standar untuk mono atau
bikanalikular laserasi. tabung ini disebut dengan “closed loop” atau
crawford intubation merupakan suatu metode yang tidak mungkin lepas.
Namun dengan metode ini tabung sering menempel ke mukosa hidung.
Apabila tabung tetap di tempat akan dapat menyebabkan jaringan parut.
3,14

15
Gambar 2.7 Crawford Intubation

Gambar 2.8 Metode intubasi bikanalikular

2. Stent monocanalicular adalah tabung silikon pendek dengan ruas di ujung


proksimal. Dengan cara memasukkan stent melewati ujung distal melalui
punctum dan membawa keluar melalui ujung proksimal dari canaliculi
yang terputus. Dengan lembut menarik ujung distal dari stent dan ruas
harus tetap berada dalam punctum. Tabung tetap terletak pada kantung
lakrimal. tidak perlu masuk ke dalam saluran nasolacrimal tulang. stent
monocanalicular tidak dapat digunakan apabila terdapat laserasi punctum,
karena tidak dapat memberikan traksi inferior dan posterior yang cukup
untuk menutup luka. 3,14

16
Gambar 2.9 Monocanalicular stent2

Gambar 2.10 Monocanalicular stent di punctum2

3. Intubasi canalicular dengan “Pigtail Probe” adalah metode terakhir


apabila kanalikulus yang terputus tidak dapat ditemukan. “Pigtail Probe”
memiliki lubang di ujungnya, dimasukan melalui kanalikulus yang utuh
dengan posisi vertikal. A 5-0 nilon dimasukan ke lubang ujung probe.
probe ditarik mundur, dari canaliculi, dengan membawa benang nilon.
Ujung probe dilewatkan melalui punctum dan benang nilon ditarik. Ujung
benang ditarik sehingga tabung stent melewati kedua canaliculi. Jahitan
nilon yang tersisa di tempat kanalikulus diputus diatas stent kanalikuli
sehingga laserasi tertutup. 3,14

17
Gambar 2.11 “pigtail” probe2

Gambar 2.12 Teknik Pigtail Probe

Stent canalicular biasanya dapat dihapus kurang lebih 6 minggu setelah


perbaikan. Stent kanalikular dikeluarkan dari hidung setelah tabung antara puncta
dipotong. endoskopi dapat membantu dalam menemukan ujung dari stent. jika
metode ini tidak mungkin pada anak kecil, stent dapat dikeluarkan dengan
memotong tabung antara puncta dan menarik stent keluar dari salah satu puncta.14

Prinsip tehnik operasi pada laserasi kanalis lakrimalis :


1. Pada penderita yang kooperatif dan operator yang berpengalaman
dapat dilakukan anastesi lokal.
2. Mengidentifikasi bagian proksimal kanalis yang terpotong adalah hal
yang sulit dilakukan. Bila perlu dapat digunakan pigtail untuk
mempermudah identifikasi.
3. Setelah bagian atas dan bawah kanalis yang terpotong dapat
diidentifikasi, dimasukan probe dari selang silikon.
4. Bila selang silikon sudah masuk kedalam kanalis, dilakukan repair pada
tendon kantus medial (apabila terjadi kerusakan pada tendon kantus
medial)

18
5. Probe selang silikon yang terdapat didalam hidung tidak perlu
dijahit, tetapi cukup dilakukan penyimpulan.
6. Bila selang silikon sudah pada tempatnya dan tendon kantus medial
sudah pada posisinya maka dapat dilakukan penjahitan laserasi
kelopak mata lapis demi lapis. Stent yang dipasang pada kanalis yang
luka bertujuan untuk mencegah striktura post operasi. Dengan me
masang stent atau traksi, kanal dan jaringan lunak dapat kembali
berada pada posisi anatominya. Pengangkatan stent ini dapat
dilakukan dalam waktu 2 sampai 3 bulan.
2.10 Komplikasi
 Intraoperative:
Perdarahan
Trauma canaliculus
Kebocoran LCS
 Post operative:
Perdarahan
Infeksi
Fistula
Prolapse stent
Hypertrophic scar
Tidak terbentuk drainase
 Jangka Panjang :
Pyogenic granuloma
Keratoconjunctivitis
Terlepasnya tube
Epifora
2.11 Prognosis
Prognosis dari repair kanalis lakrimal yaitu 20-100%. Kesusksesan
berkisar 86-95% dengan reanostomosis mikroskopik dengan menggunakan
intubasi silikon pada sistem lakrimal.

19
BAB III
KESIMPULAN
Trauma duktus lakrimalis mengacu pada cedera fisik mendadak yang
menyebabkan kerusakan pada sistem drainase lakrimal mata. Penyebab luka
kanalikular meliputi serangan, jatuh dan tabrakan, trauma tajam (pisau, gantungan
baju, kuku, gelas), kecelakaan kendaraan bermotor, gigitan anjing, cakaran
kucing, dan trauma olahraga. Mekanisme cedera perlu diketahui agar dapat
membantu menetapkan sejauh mana cedera yang ditimbulkan, kemungkinan
kerusakan bola mata, tingkat kontaminasi dan risiko masuknya benda asing ke
dalam bola mata. Laserasi kanalikuli adalah penyebab paling sering dari cedera
pada sistem lakrimal. Jika sistem kanalikuli tidak di tangani segera akan
menyebabkan gangguan pada anatomi lakrimal dan memberikan gambaran yang
abnormal pada kantus medial. Proyeksi objek dari luka menunjukkan cedera
intrakranial sampai studi pencitraan dilakukan. Pemeriksaan kanalikuli didapatkan
pungtum yang berdilatasi dan apabila dilakukan pemeriksaaan irigasi kanula di
proximal kanalikuli didapatkan adanya aliran larutan irigasi dari kelopak mata
melalui luka menegaskan adanya robekan. Prognosis dari repair kanalis lakrimal
yaitu 20-100%. Kesuksesan berkisar 86-95% dengan reanostomosis mikroskopik
dengan menggunakan intubasi silikon pada sistem lakrimal.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadiq MA, Corkin F, Mantagos IS. Eyelid Lacerations Due to Dog


Bite in Children. J Pediatr Ophthalmol Strabismus. 2015. 9:1-4
2. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar. Edisi 10. Jakarta: EGC;
2007. P 463-4.
3. Mawn A Louise. Canalicular Laceration.
http://emedicine.medscape.com/article/1210031-overview. Januari
2012. (Diunduh tanggal 18 Desember 2018).
4. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. P 1-2.
5. Drnovšek-Olup Brigita, Beltram Matej. Trauma of the Lacrimal
Drainage System: Retrospective Study of 32 Patient. Slovenia:
University Eye Clinic, Medical Center Ljubljana; 2004. p.292-294.
6. Protocol For Injuries to The Eye, di akses dari
http://www.cour.ri.gov.com Akses terakhir 18/12/2018.
7. Marshak Harry, Dresner C Steven. Lacrimal Trauma. United States of
America: Springer Science + Bussiness Media,Inc. 2006.p.119-126.
8. Edsel I. Laceration, Eyelid (serial online). Last update Apr 26, 2012.
Available from: URL: http://emedicine. medscape.
com/article/1212531-overview.
9. Jeffrey P, George C, Robert AG. Eyelid Trauma and
Reconstruction Techniques. In. Yanoff M, Duker J. Ophtalmology. 3th
Edition. China: Elsevie; 2009. P 1443-49.
10. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya
Medika, Jakarta, 200.,
11. Rowena GH, Harijo W, Ratna,D. Laserasi Kelopak Mata, Dalam:
Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Mata Edisi
III. Surabaya: RSU DR. Soetomo; 2006. p.147
12. Graham M, Paul EM. Eyelid: Trauma – Repair (serial online). Last
update Jan/16/2010. (Diunduh tanggal 18 Desember 2018). Available
from:URL:
http://www.vetstream.com/equis/Content/Technique/teq00106

21
13. Emekli uffuk. Emergency repair of Lacrimal Canaliculus In
SpringerLink – journal Article di akses dari http://
resources.metepress.com Akses terakhir 18/12/2018.
14. Hurwitz Jay Jeffrey. Lacrimal Trauma in Adult. Volume 8. Toronto:
Department of Ophthalmology and Vision Sciences; 2010.

22

Anda mungkin juga menyukai