Anda di halaman 1dari 29

Klinis dan Etiologi Epiphora

Annisa Kartika Edwar 2140312115

Zakiatur Rahma 2140312028

Yazid Al Rasyid 2140312011

Preseptor :

Dr, dr Hendriati, Sp.M (K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


RSUP DR.M.DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah berjudul

Klinis dan Etiologi Epiphora.

. Shalawat beriring salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi

Muhammad SAW.

Pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima

kasih kepada Dr, dr Hendriati, Sp.M (K) selaku preseptor dan semua pihak yang

telah membantu menyelesaikan tulisan ini.

Penulisan ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan

saran dan kritik yang membangun. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Padang, 9 September 2021

Penulis

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL................................................................................................. iv
BAB 1...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Lakrimal .................................................. 3
a. Embriologi sistem lakrimal ...................................................................... 3
b. Aparatus lakrimal dan alirannya ........................................................... 3
2.2 Etiologi ...................................................................................................... 11
a. Obstruksi saluran lakrimal kongenital .................................................... 11
b. Obstruksi saluran lakrimal didapat ..................................................... 12
2.3 Patofisiologi ............................................................................................... 13
2.4 Kelainan pada sistem drainase lakrimal ................................................ 14
a. Obstruksi duktus nasolakrimalis dan dacrocystisis ................................ 14
b. Kelainan Kanalikuli ............................................................................ 16
2.5 Gejala klinis .............................................................................................. 17
2.6 Diagnosis ................................................................................................... 17
2.7 Diagnosis Banding2 .................................................................................. 18
2.8 Penatalaksanaan ....................................................................................... 19
2.9 Komplikasi ................................................................................................ 20
2.10 Prognosis ................................................................................................... 21
BAB III ................................................................................................................. 22
RINGKASAN ...................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas ii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Aparatus Lakrimal (Christine Grallap, 2010) .................................... 3


Gambar 2. 2 Anatomi sistem lakrimal (Wagner,2006) ........................................... 4
Gambar 2. 3 Lapisan-lapisan film air mata. ............................................................ 6
Gambar 2. 4 Lapisan air mata ................................................................................. 7
Gambar 2. 5 Struktur, suplai darah dan saraf .......................................................... 8
Gambar 2. 6 Dacrocystisis akut8 ........................................................................... 15
Gambar 2. 7 Dacrocystisis akut fase infantil pada bayi akibat kongenital anomali
obstruksi duktus nasolakrimalis.10 ........................................................................ 16
Gambar 2. 8 Actinomyes kanalikulitis8 ................................................................ 17
Gambar 2. 9 Alur diagnosis epifora.9 .................................................................... 18

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas iii


DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penyebab dan Penatalaksanaan Epifora 9.............................................. 19

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas iv


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem lakrimal berperan penting dalam memelihara permukaan bola

mata. Mata yang berair seringkali menyebabkan frustasi baik bagi dokter maupun

pasien karena kesulitan menentukan penyebab kelainan di sistem lakrimal. Sitem

lakrimal terdiri atas struktur yang terlibat dalam produksi dan drainase air mata.

Komponen sekresi terdiri atas kelenjar yang menghasilkan berbagai bahan cairan

air mata, yang didistribusikan ke permukaan mata dengan berkedip . Kanalikuli,

sakus lakrimalis, dan duktus lakrimalis membentuk elemen sistem ekskretoris,

yang akhirnya mengalir ke hidung.1

Epifora didefinisakan sebagai luapan berlebih dari air mata. Epifora

disebabkan oleh gangguan dalam keseimbangan antara produksi air mata dan

drainase mata. Sistem drainase lakrimal merupakan channel membran yang

bersambung dan kompleks dimana fungsinya tergantung pada interaksi antara

anatomi dan fisiologinya.2

Ketika dihadapkan dengan pasien yang mengeluhkan keluarnya air mata,

langkah awal yang perlu dipastikan adalah apakah epifora ini dikarenakan oleh

peningkatan produksi air mata (lakrimasi) ataukah penurunan pada drainase air

mata. Hal-hal seperti trikiasis, benda asing superfisialis, malposisi dari kelopak

mata, penyakit pada tepi kelopak mata defisiensi dan ketidakstabilan pada air

mata, dan iritasi pada nervus kranialis V bisa menjadi penyebab pada peningkatan

produksi air mata yang abnormal. Jika kondisi-kondisi tadi tidak ada, maka

abnormalitasnya pada drainase dari air mata merupakan kemungkinan penyebab

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1


utama. Epifora dapat disebabkan hambatan pada semua titik sistem drainase

saluran lakrimal,mulai dari gangguan pompa lakrimal karena kelemahan kelopak

mata sampai dengan hambatan pada meatus inferior hidung. 2

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Lakrimal

a. Embriologi sistem lakrimal


Embriologi sistem lakrimal yaitu, kelenjar lakrimal berkembang

dari beberapa solid ectodermal buds di superolateral anterior orbita.

Cabang tunas dan saluran ini membentuk duktus dan alveoli. Kelenjar

lakrimalis ini kecil dan tidak berfungsi sepenuhnya sampai sekitar 6

minggu setelah lahir. Ini menjelaskan mengapa bayi yang baru lahir tidak

memproduksi air mata ketika menangis. Pada kehamilan akhir minggu ke

lima terbentuk alur nasolakrimal antara nasal dan tonjolan maksila.

Pembentukan saluran ke arah bawah secara lengkap terjadi pada saat

sekitar kelahiran. Kegagalan pembentukan saluraan pada bagian bawah

akan menyebabkan terjadinya congenital nasolakrimal duct obstraction.1

b. Aparatus lakrimal dan alirannya


Aparatus lakrimal terdiri dari (1) kelenjar lakrimalis utama, (2)

kelenjar lakrimalis aksesori, dan (3) bagian lakrimal yang meliputi:

punktum, kanlikuli, kantung lakrimalis dan duktus nasolakrimal.

Gambar 2. 1 Aparatus Lakrimal (Christine Grallap, 2010)

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3


Kelenjar lakrimalis utama terdiri dari bagian orbital atas dan bawah

palpebral. Bagian orbital lebih besar, bentuk seperti almond dan terletak di

fossa kelenjar lakrimal pada bagian luar dari pelat orbital tulang frontal.

Terdapat dua permukaan superior dan inferior. Permukaan superior

berbentuk cembung dan kontak dengan tulang. Permukaan inferior cekung

dan terletak pada otot levator palpebra superior. 3

Gambar 2. 2 Anatomi sistem lakrimal (Wagner,2006)

Bagian palpebra ukurannya lebih kecil dan hanya terdiri dari satu

atau dua lobul. Terletak pada bagian orbital yang terpisah oleh otot levator

palpebra superior. Pada bagian posterior akan bergabung dengan bagian

orbital.3

Saluran kelenjar lakrimal. Sejumlah 10-12 saluran berjalan ke

awah dari kelenjar utamau untuk menuju bagian lateral forniks superior.

Satu atau dua saluran juga terbuka pada bagian lateral forniks inferior. 3

Aliran lakrimal :

1. Punktum Lakrimal. Terdapat 2 buah, bulat atau oval pada kelopak atas

dan bawah, sekitar 6 hingga 6,5 mm, pada bagian temporal kantus

dalam. 3

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4


2. Kanalikuli lakrimal. Bergabung dengan punktum menuju sakus

lakrimal. Beberapa kanalikuli memiliki 2 bagian: vertikal (1-2 mm)

dan horizontal (6-8mm). Kedua kanalikuli dapat membuka sendiri-

sendiri atau bersamaan menuju dinding luar sakus lakrimal. Lipatan

mukosanya akan membentuk katub Rossenmuler yang mencegah

refluks air mata. 3

3. Sakus lakrimal. Terdapat pada bagian depan dinding medial orbital.

Fossa lakrimal dibentuk oleh tulang lakrimal dan processus frontal

dari maxilla. Terdiri dari 3 bagian: fundus, badan, dan leher (yang akan

berhubungan langsung dengan duktus nasolakrimal). 3

4. Duktus nasolakrimal. Panjang sekitar 15-18 mm. Terdiri dari banyak

katub membran, diantaranya katub hasner, yang terletak pada bagian

bawah duktus yang berfungsi mencegah refluks dari hidung.3

a. Air mata

Air mata mebentuk lapisan tipis setebal 7-10 µm yang menutupi

epitel kornea dan konjungtiva. Fungsi lapisan ultra-tipis ini adalah (1)

membuat kornea menjadi permukaan optik yang licin dengan

meniadakan ketidakterturan minimal di permukaan epitel; (2) membasahi

dan melindungi permukaan epitel kornea dan konjungtiva yang lembut;

(3) menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan pembilasan

mekanik dan efek antimikroba.; dan (4) menyediakan kornea berbagai

substansi nutrien yang diperlukan.4

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5


Gambar 2. 3 Lapisan-lapisan film air mata.

Lapisan-lapisan film air mata: terdapat 3 lapisan yaitu:

1. Lapisan superfisial adalah film lipid monomolekular yang berasal

dari kelenjar meibom. Diduga lapisan ini menghambat penguapan

dan membentuk sawar kedap-air saat palpebra ditutup.

2. Lapisan akuosa tengah yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal mayor

dan minor; mengandung substansi larut-air (garam dan protein).

3. Lapisan musinosa dalam terdiri atas glikoprotein dan melapisi sel-sel

epitel kornea dan konjungtiva. Membran sel epitel terdiri atas

lipoprotein dan karenanya relatif hidrofobik. Permukaan yang

demikian tidak dapat dibasahi dengan larutan berair saja. Musin

diadsorbsi sebagian pada membran sel epitel kornea dan oleh

mikrovili ditambatkan pada sel-sel epitel permukaan. Ini

menghasilkan permukaan hidrofilik baru bagi lapisan akuosa untuk

menyebar secara merata ke bagian yang dibasahinya dengan cara

menurunkan tegangan permukaan.4

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6


Gambar 2. 4 Lapisan air mata

b. Struktur, suplai darah dan saraf

Seluruh glandula lakrimal merupakan serous, mirip dengan

struktur glandula salivari. Secara ,ikroskopis terdiri dari jaringan

glandular (acini dan duktus), jaringan penghubung dan puncta.3

Suplai aliran darah melalui arteri lakrimal yang merupakan

cabang arteri ophtalmik. Suplai saraf : (1) sendorik dari saraf lakrimal,

cabang divisi ophtalmik saraf V. (2) Simpatik berasal dari pleksus

simpatik cervikal. (3) sekretomoto dari nukleus salivari superior. 3

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 7


Gambar 2. 5 Struktur, suplai darah dan saraf

c. Sistem sekresi air mata

Volume terbesar air dihasilkan oleh kelenjar lakrimal yang

terletak di fossa glandula lacrimalis di kuadran temporal atas orbita.

Kelenjar yang berbentuk almon ini di bagi oleh kornu lateral aponeurosis

levator menjadi lobus orbita yang lebih besar dan lobus palpebra yang

lebih kecil, masing-masing dengan sistem duktulusnya yang bermuara

ke forniks temporal superior. Lobus palpebra kadang-kadang dapat

dilihat dengan membalikkan palpebra superior. Persarafan kelenjar-

utama datang dari nukleus lacrimalis di pons melalui nervus intermedius

dan menempuh suatu jaras rumit cabang maxillaris nervus trigeminus.

Denervasi adalah konsekuensi yang sering terjadi pada neuroma akustik

dan tumor-tumor lain di sudut cerebellopotin. 4

Kelenjar lakrimal aksesorius, meskipun hanya sepersepuluh dari

massa kelenjar utama, mempunyai peranan penting. Struktur kelenjar

Krause dan Wolfring identik dengan kelenjar utama, tetapi tidak

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 8


memiliki duktulus. Kelenjar-kelenjar ini terletak di dalam konjungtiva,

terutama di forniks superior. Sel-sel goblet uniseluler, yang juga tersebar

di konjungtiva, mensekresi glikoprotein dalam bentuk musin. Modifikasi

kelenjar sebasea meibom dan zeis di tepian papebra memberi lipid pada

air mata. Kelenjar Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang juga

ikut membentuk film air mata.4

Sekresi kelenjar lakrimal dipicu oleh emosi atau iritasi fisik dan

menyebabkan air mata mengair berlimpah melewati tepian palpebra

(epifora). Elenjar lakrimal aksesorius dikenal sebagai “pensekresi dasar”.

Sekret yang dihailkan normalnya cukup untuk memelihra kesehatan

kornea. Hilangnya sel goblet berakiat mengeringnya kornea meskipun

banyak air mata dari kelenjar lakrimal.4

d. Sistem ekskresi air mata

Sistem ekskresi terdiri atas punktum, kanalikuli, sakus lakrimalis,

dan duktus lakrimalis. Setiap kali berkedip, palpebra menutup seperti

ritsleting mulai dari lateral, menyebarkan air mata secara merata di atas

kornea., dan menyalurkannya ke dalam sistem ekskresi pada aspek medial

palpebra. Pada kondisi normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan yang

kira-kira sesuai dengan kecepatan penguapannya. Dengan demikian, hanya

sedikit yang sampai ke sistem ekskresi. Bila sudah memenuhi sakus

kojungtivalis, air mata akan memasuki puncta sebagian karena sedotan

kapiler. Dengan menutup mata, bagian khusus orbikuaris pra tarsal yang

mengelilingi ampula akan mengencang untuk mencegahnya keluar.

Bersamaan dengan itu, palpebra ditarik ke arah krista lakrimalis posterior,

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 9


dan traksi facia yang mengelilingi sakus lakrimalis berakibat

memendeknya kanalikulus dan menyebabkan tekanan negatif di dalam

sakus. Kerja pompa dinamik ini menarik air mata ke dalam sakus, yang

kemudian berjalan melalui duktus nasolakrimalis kaena pengaruh gaya

berat dan elastisitas jaringan, kedalam meatus inferior hidung. Lipatan-

lipatan serupa katup mirip epitel pelapis sakus cenderung menghambat

aliran balik udara dan airmata. Yang paling berkembang di antara lipatan

ini adalah “katup” Hasner di ujung distal duktus nasolakrimalis. Struktur

ini penting karena bila tidak berlubang pada bayi, menjadi penyebab

obstruksi kogenital dan dakriosistitis menahun. 4

BAB III

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 10


2.2 Etiologi

Epifora bisa didapatkan karena hambatan pada semua titik sistem darinase

saluran lakrimal. Penyebabnya yaitu :

1. Primary acquired nasolacrimal duct obstruction. Hal ini bisa terjadi

stenosis parsial atau obliterasi total dari lumen duktus yang merupakan

hasil dari inflamasi yang idiopatik dan fibrosis dari duktus nasolarimal. 2

2. Secondary acquired nasolacrimal duct obstraction. Bisa dikarenakan

infeksi (bakteri, virus, dan jamur), inflamasi eksogen karena obat

antineoplastik atau obat topikal antiglaukoma. Inflamasi endogen

seperti: Scleroderma, Sarcoidosis. Bisa pula karena mekanik (benda

asing intralumen, kompresi eksternal, trauma). 2

Selain itu abnormalitas sekresi lakrimal dan sistem drainase juga disebabkan

oleh:

a. Obstruksi saluran lakrimal kongenital


1. Obstruksi saluran lakrimal kongenital biasanya disebabkan oleh

penyumbatan membran pada katup Hasner pada bagian akhir saluran

lakrimal di hidung. Kasus ini terjadi pada 50 % bayi baru lahir.

Umumnya akan terbuka spontan pada 4-6 minggu setelah lahir.

Obstruksi ini menjadi masalah klinis hanya pada 2-6 % full term

infant. Sepertiga kasus ini terjadi bilateral. Hampir 90 % obstruksi

saluran lakrima kongenital membaik dalam tahn pertama kehidupan. 1

2. Dacryostenosis: Sebuah kondisi yang umum didapatkan dimana ujung

dari duktus nasolakrimal di bawah konka gagal untuk menyelesaikan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 11


kanalisasinya pada periode bayi baru lahir dan bisa memberikan tanda

klinis pada 2-4% bayi baru lahir.6

3. Anomali pada sakus: walaupun divertikulum dari sakus lakrimal bisa

ada, fistula kongenital dari sakus lakrimal, yang juga bisa disebut

lacrimal anlage duct bisa muncul.6

4. Anomali pada puncta dan kanalikuli: bisa terjadi atresia. 6

b. Obstruksi saluran lakrimal didapat


Keluhan mata berair dapat disebabkan oleh 2 kelompok penyebab:

hipersekresi air mata lakrimasi) dan gangguan drainase epifora). Epifora

dapat disebabkan hambatan pada semua titik sistem drainase saluran

lakrimal, mulai gangguan pompa lakrimal karena kelemahan kelopak mata

sampai hambatan pada meatus inferior hidung.1

1. Involutional stenosis: Kemungkinan penyebab paling umum pada

obstruksi duktus nasolakrimal pada orang dewasa atau usia tua. Terjadi

dua kali lipat lebih sering pada wanita daripada pria. 7

2. Trauma : bisa menyebabkan obstruksi ketika terjadi fraktur pada naso-

orbita sehingga menyebabkan kerusakan pada sakus lakrima maupu

duktus nasolakrimalis. Gejala klinis epifora bisa muncul jika tidak

tertangani dengan segera. 7

3. Lain-lain: seperti penyait inflamasi sarcoidosis, Wegener

granulomatosis dan lethal midline granuloma bisa mengarah ke

obstruksi duktus nasolakrimal), iodin radioaktive serta neoplasma bisa

menimulkan obstruksi duktus nasolakrimal. 7

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 12


a. Infeksi

1. Kanalikulitis: Infeksi kronis pada kanalikuli lakrimalis yang

disebabkan oleh Actinomyces israelii, Candida albicans, atau spesies

aspergillus. Lebih sering terjadi pada kanalikuli inferior, pada orang

dewasa, dan menyebabkan konjungtivitis purulen sekunder yang

sering luput dari diagnosis etiologi. 1

2. Dacryocystitis

Keradangan pada sakus lakrimal mempunyai berbagai penyebab.

Yang terbanyak karena obstruksi total duktus nasolakrimalis sehingga

menghambat drainase normal dari sakus lakrimalis ke hidung.

Hambatan drainase air mata dan stasis menyebabkan infeksi sekunder.

2.3 Patofisiologi

PANDO (Primary Acquired Nasolacrimal Duct Obstruction) lebih umum

terjadi pada usia paruh baya dan wanita usia tua. Dengan menggunakan CT scan,

Groessl dkk, mendemonstrasikan bahwa wanita memiliki dimensi fossa

nasolakrimal bagian bawah dan duktus nasolakrimal bagian tengah yang lebih

kecil. Mereka mengemukakan bahwa perubahan pada dimensi anteropoterior dari

canal nasolakrimal berhubungan dengan peubahan osteoporosis pada tubuh.

Selain itu, faktor menstruasi dan fluktuasi hormon dan status imunitas penderita

mempengaruhi proses penyakit. Perubahan hormon membuat de-epitelisasi saccus

dan duktus lakrimal. Sehingga, fossa nasolakrimal pada wanita yang sudah kecil

bisa menjadi lebih sempit dikarenakan obstruksi dari serpihan-serpihan derbis

yang terkelupas.2

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 13


SALDO Secondary Acquired Nasolacrimal Duct Obstraction) yaitu

termasuk di antaranya : infeksi, inflamasi, neoplastic, trauma, dan mekanik.

Bakteri, viru, jamur, dan parasit bisa menjadi penyebab obstruksi drainase

lakrimal karena infeksi. Infeksi virus yang paling umum adalah infeksi herpes.

Obstruksi terjadi oleh karena kerusakan pada substansi propia dari jaringan elastik

canaliculi dan atau lengketnya membran yang inflamasi pada epitel permukaan

dari canaliculi. Jamur bisa mengobstruksi saluran lakrimal dengan membentuk

batu dacryolith). Obstruksi oleh karena parasit jarang, namun pernah dilaporkan

bahwa terdapat pasien dengan Ascaris lumbricoides, yang masuk ke dalam sistem

lakrimal dan melalui “katup” hasner.2

2.4 Kelainan pada sistem drainase lakrimal

a. Obstruksi duktus nasolakrimalis dan dacrocystisis


Infeksi pada kantung lakrimal sering terjadi dan unilateral yang

umumnya didahului oleh obstruksi pada duktus nasolakrimalis. 8

Pada dacrocystisis infantil, tempat yang umumnya terjadi obstruksi

adalah memban presisten yang melapisi katup hasner. Kegagalan

kanalisasi dukuts nasolakrimalis terjadi hingga 87% pada bayi yang baru

lahir, namun kondisi ini akan membaik secara spontan pada akhir bulan

pertama setelah kelahiran dalam 90% kasus.8

Pada orang dewasa, obstruksi duktus nasolakrimal biasanya terjadi

pada wanita-wanita yang sudah mengalami menopause. Penyebab

utamanya masih belum dapat dipastikan namun secara umum dapat

dikaitkan dengan inflamasi kronis yang mengakibatkan fibrosis di dalam

duktus nasolakrimalis.8

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 14


Dacrocystisis akut dan kronis biasanya didahului oleh riwayat

obstruksi dari duktus nasolakrimal sebelumnya yang dapat disebabkan

oleh S Aureus, S epidermidis, Pseudomonas aeruginosa.8

Gejala utama yang ditemukan pada dacrocystisis adalah epifora

dan discharge. Pada dacrocystisis akut dapat ditemukan inflamasi, nyeri,

edema, dan rasa tidak nyaman di dalam tendon kantus medialis pada

area kantung lakrimal, sekret purulen dapat terlihat keluar ke punctum

lakrimalis dengan cara menekan daerah kantung lakrimal. Pada fase

kronis, gejala yang dapat ditemukan hanya epifora dan bulu mata yang

kotor, namun bisa saja ditemukan sekret mukoid yang keluar dari

kantung lakrimal.8

Dilatasi dari kantung lakrimal mucocele) mengdindikasikan

obstruksi pada duktus nasolakrimalis.8

Pemeriksaan bagian dalam hidung sangat penting untuk

mengetahui ada tidaknya space drainage yang adekuat diantara septum

dan lateral nasal wall.8

Gambar 2. 6 Dacrocystisis akut8

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 15


Gambar 2. 7 Dacrocystisis akut fase infantil pada bayi akibat kongenital anomali obstruksi duktus
nasolakrimalis.10

b. Kelainan Kanalikuli
Kelainan konginetal pada sistem kanalikuli meliputi puncta

imperforata, fistula kanalikuli, dan agenesis dari sistem kanalikuli. 8

Kasus terbanyak pada stenosis kanalikuli adalah didapat aquired)

dan disebabkan oleh infeksi virus, seperti virus varisela zoster, virus

herpes simpleks atau infeksi adenovirus. Trauma, Sindrom Steven

Johnson, toxic epidermal necrloyting, eritema multiform, dan pemfogoid

sikatrik.8

Kanalikulitis adalah infeksi kronik unilateral yang jarang terjadi,

disebabkan oleh Actinomyces, Candida albicans, dan Aspergillus,

streptokokus anaerobik atau stapilokokus. Keluhan yang biasanya

muncul pada pasien adalah mata merah dan iritasi disertai discharge.

Kanalikuli inferior lebih sering terinfeksi daripada kanalikuli superior,

lebih banyak terjadi pada orang dewasa dan dapat menyebabkan

sekunder konjungtivitis purulen yang dimana kanalikulitis sering luput

dari diagnosa etiologi penyebab dari konjungtivitis sekunder.8

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 16


Pemeriksaan dan irigasi kanalikuli sangat penting dalam

mengidentifikasi lokasi dan keparahan dari obstruksi yang selanjutnya

dapat dilakukan kompresi pada kantung lakrimal. Jika ada obstruksi

total maka discharge tidak akan muncul keluar melalui puncta meski

telah dilakukan kompresi pada kantung lakrimal. 8

Pada kanalikulitis punctum lakrimalis biasanya akan mencondong

keluar dan discharge dapat keluar dari kanalikuli. Discharge dapat

diambil untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut guna

mengidentifikasi mikroba penyebab infeksi dengan mikroskop atau

kultur.8

Gambar 2. 8 Actinomyes kanalikulitis8

2.5 Gejala klinis

Gejala klinis yang muncul yaitu berupa air mata yang keluar berlebih. Bisa

terdapat chantus medial yang bengkak dan nyeri.2

2.6 Diagnosis

Riwayat terkait kondisi yang bersangkutan dengan epifora sangat penting

untuk menegakkan diagnosis. Riwayat penyakit sinus, operasi sinus, trauma okuli

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 17


maupun midfacial serta hambatan pada duktus nasolakrimal semasa kanak-kanak

dapat mengindikasikan masalah obstruksi. Selain itu, nanah dan perdarahan pada

tear film dapat mengindikasikan infeksi maupun keganasan. Gejala terkait seperti

nyeri, gatal, rasa terbakar akan sangat berguna apabila ditemukan pada anamnesis

untuk menentukan etiologi penyebab terjadinya epifora. Pemeriksaan mata secara

menyeluruh dapat menunjang penemuan dari penyebab dari ephipora. 8

Gambar 2. 9 Alur diagnosis epifora.9

2.7 Diagnosis Banding2

 Entropion / Ekstropion

 Trichiasis

 Stenosis punctum

 Kanaliculitis / Blok kanalikulitis

 Dacrocystisis Akut

 Meibomianitis / Blepharitis

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 18


 Allergic rhinitis

 Konjungtivitis virus

 Kongenital anomali duktus nasolakrimalis pada bayi

2.8 Penatalaksanaan

Berhasil atau tidaknya penatalaksanaan dari ephipora tergantung dari

tenaga kesehatan dalam menelusuri penyebab utama dari epifora itu sendiri.

Penatalaksanaan dan evaluasi dari epifora dimulai dari menjelaskan kepada pasien

tentang keseimbangan air mata normal dan menegaskan bahwa kerusakan pada

satu sistem pada mata akan memicu kerusakan pada bagian mata lainnya. Berikut

penatalaksanaan Epifora berdasarkan penyebabnya:

Tabel 2. 1 Penyebab dan Penatalaksanaan Epifora9

Penyebab Penatalaksanaan

Obstruksi punctum Dilatasi, three-snip punctoplasty,

intubasi silikon

Obstruksi kanalikuli

a. Stenosis/konstriksi kanalikuli Intubasi silikon

b. Oklusi kanalikuli Eksisi daerah oklusi dan perbaikan

total/komplit kanalikuli dengan bedah plastik

c. Kanalikulitis Antibiotik, kompres air hangat,

kuretase dengan kanalikulotomi untuk

membuang konkresi/massa.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 19


Obstruksi duktus nasolakrimalis/ Intubasi silikon dengan atau tanpa

NLDO dacryocystorhinostomy

Dengan dacryocystisis Antibiotik

NLDO berulang Dacryocystorhinostomy

Fungsi lacrimal-pump yang buruk/

malposisi kelopak mata

Ectropion involusi Horizontal eyelid tightening dengan

modifikasi tarsus lateralis.

Entropion involusi Retractor reinsertion dengan

modifikasi tarsus lateralis.

Punctal ectropion Medial spindle dengan atau tanpa

Horizontal eyelid tightening procedure.

Kelainan ocular surface Koreksi masalah penyebab, jika mata

kering menjadi faktor pemberat,

pertimbangkan pemberian artificial

tears, punctal plugs, retasis, dll.

Kongenital anomali duktus Masase dengan jari-jari digital

nasolakrimalis pada bayi pressure) untuk mempercepat resolusi

dari obstruksi.5)

2.9 Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi pada epifora:

a. Dacryocystisis akut dan kronis8

b. Kanalikulitis8

c. Konjungtivitis kronis sekunder8

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 20


d. Selulitis preseptal.8

2.10 Prognosis

Kesembuhan dari pasien epifora tergantung dari penatalaksanaan yang

sesuai dengan etiologi penyebab. Prosedur dan tindakan yang sesuai dengan

penyebab epifora sangat membantu dalam mempercepat waktu penyembuhan. 8

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 21


BAB III

RINGKASAN

Epifora didefinisakan sebagai luapan berlebih dari air mata. Epifora

disebabkan oleh gangguan dalam keseimbangan antara produksi air mata dan

drainase mata. Sistem drainase lakrimal merupakan channel membran yang

bersambung dan kompleks dimana fungsinya tergantung pada interaksi antara

anatomi dan fisiologinya.2

Riwayat terkait kondisi yang bersangkutan dengan epifora sangat penting

untuk menegakkan diagnosis. Underlying problems atau penyebab dari epifora

perlu digali lebih dalam untuk menentukan tindakan dan penatalaksanaan yang

tepat guna menunjang perbaikan klinis pasien. Karena erhasil atau tidaknya

penatalaksanaan dari ephipora tergantung dari tenaga kesehatan dalam menelusuri

penyebab utama dari epifora itu sendiri.8

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 22


DAFTAR PUSTAKA

1. Rowena G Hoesin, Harijo W, Ratna D, Sutjipto. 2013. Rekonstruksi

Okuloplastik Dan Orbita Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata. Airlangga

University press. Surabaya. Hal.44-47.

2. Sandara R Worak. 2016. Obstraction Nasolacrimal Duct. Medscape. Diakses

5 september 2016.

http://emedicine.medscape.com/article/1210141-overview#a4

3. Ululil Chusaida W, Ratna Muslimah, Retna G. D., Ilhamiyati. 2013. Buku

Ajar Kepaniteraan Klinik SMF Mata RSU Haji Surabaya. Hal.46-48.

4. John H. Sullivan, Debra J. Shetlar, John P. W.2008. Palpebra, Apparatus

Lakrimalis, dan Air Mata dalam Vaugan dan Asbury: Oftalmologi Umum.

Edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran. Hal. 89-90.

5. Mounir B. 2016. Congenital Anomalies of the Nasolacriml Duct.Medscape.

Diakses tanggal 6 september 2016

http://emedicine.medscape.com/article/1210252-overview#a4

6. Basic and Clinical Science Course. Orbit,Eyelids, and Lacrimal

System.Chapter 13: Abnormalities of the Lacrimal Secretory and Drainage

System. Hal. 249-271.

7. Vagefi M Reza, John H Sullivan. 2013. Lacrimal Apparatus. In: Vaughan &

Asbury’s General Ophthalmology, 18th Edition. United States of America: The

McGrow-Hill Company: p. 79 – 81.

8. Price M Kristina, Richard Michael J. The Tearing Patient: Diagnosis and

Management. American Academy of Ophtalmology. San Fransisco. 2009.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 23


9. Strange GR, Ahrens WR, Schafermeyer R W, Wiebe RA. Pediatric

Emergency Medicine, 3th Edition. United States of America: The McGrow-

Hill Company.

Diakses 6 September 2016.

https://pedclerk.bsd.uchicago.edu/page/congenital-nasolacrimal-duct-

obstruction

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 24

Anda mungkin juga menyukai