Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

Laringitis Akut

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Bagian Ilmu THT-BKL Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Rumah
Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh

Oleh :
Maidina Aulia
21174044

Pembimbing :

dr. Azwar Abdullah, Sp. THT-BKL

DEPARTEMEN/SMF BAGIAN ILMU THT-BKL


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA KOTA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
BANDA ACEH
2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Rabb semesta alam atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas referat ini. Shalawat
berserta salam kepada junjungan islam, Nabi Muhammad SAW, yang telah
memberikan contoh teladan dan membuka wawasan cakrawala umat manusia.
Referat “Laringitis Akut” ini sebagai rangkaian untuk memenuhi tugas
dalam kegiatan Kepanitraan Klinik Senior dibagian/Ilmu THT-BKL Fakultas
Kedokteran Universitas Abulyatama di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa
Banda Aceh. Referat ini juga diperuntukkan guna menambah wawasan
pengetahuan.
Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih atas bantuan dan
kerjasama yang telah diberikan selama penyusunan referat ini kepada : dr. Azwar
Abdullah, Sp. THT-BKL selaku pembimbing Kepanitraan Klinik di Rumah Sakit
Umum Daerah Meuraxa dan teman seperjuangan yang telah memberikan
dorongan dan motivasi sehingga referat ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan referat ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu, saran dan masukkan yang bersifat konstruktif dari semua pihak
senantiasa penulis harapkan guna perbaikan dimasa yang akan datang sehingga
dapat menghasilkan karya yang lebih bermutu dan bermanfaat bagi dunia
penelitian kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Indonesia.

Banda Aceh, 10 Maret 2024

Maidina Aulia, S.Ked

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................5
2.1 Anatomi................................................................................................5
2.2 Fisiologi...............................................................................................7
2.3 Etiologi.................................................................................................8
2.4 Patofisiologi.........................................................................................9
2.5 Pemeriksaan Penunjang......................................................................10
2.6 Manifestasi Klinis...............................................................................10
2.7 Diagnosis.............................................................................................11
2.8 Diagnosis Banding...............................................................................12
2.9 Penatalaksanaan...................................................................................13
2.10 Pencegahan..........................................................................................15
2.11 Prognosis.............................................................................................15
BAB III KESIMPULAN......................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUA
N

Laringitis merupakan peradangan yang terjadi pada pita suara (laring) yang dapat
menyebabkan suara parau. Pada peradangan ini seluruh mukosa laring hiperemis dan
menebal, kadang-kadang pada pemeriksaan patologik terdapat metaplasi skuamosa.
Laringitis ialah pembengkakan dari membran mukosa laring. Pembengkakan ini
melibatkan pita suara yang memicu terjadinya suara parau hingga hilangnya suara.
Laringitis akut adalah proses inflamasi pada mukosa pita suara dan laring yang terjadi
dalam jangka waktu singkat. Infeksi pada laring dapat dibagi menjadi laringitis akut dan
laringitis kronis, infeksi maupun non infeksi, inflamasi lokal maupun sistemik yang
melibatkan laring. Laringitis akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam
kurun waktu kurang dari 7 hari dan biasanya muncul dengan gejala yang lebih dominan
seperti gangguan pernafasan dan demam. Laringitis kronis biasanya terjadi bertahap dan
telah bermanifestasi beberapa minggu. Dalam referrat ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai laringitis akut dan upaya penanganannya.
Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan bakteri
yang berlangsung kurang dari 3 minggu dan pada umumnya disebabkan oleh infeksi virus
influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab
lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes,
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.
Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi, sirkulasi,
menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk mencegah agar
makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan jalan menutup aditus laring dan
rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dan
sekret yang berasal dari paru juga dapat dikeluarkan lewat reflek batuk. Fungsi respirasi
laring dengan mengatur mengatur besar kecilnya rima glotis. Dengan terjadinya
perubahan tekanan udara maka didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat
mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Oleh karena itu laring juga mempunyai fungsi
sebagai alat pengatur sirkulasi darah. Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai
tiga mekanisme yaitu gerakan laring bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus,
serta mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam
laring. Laring mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak,
4
mengeluh, menangis dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi dengan
membuat suara serta mementukan tinggi rendahnya nada.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas. Berikut

ini akan ditampilkan laring secara anatomi.

Gambar. 1 laring

Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih
terpancung dan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas laring
adalah aditus laring sedangkan batas kaudal kartilago krikoid. Struktur kerangka
laring terdiri dari satu tulang (os hioid) dan beberapa tulang rawan, baik yang
berpasangan ataupun tidak.5 Komponen utama pada struktur laring adalah kartilago
tiroid yang berbentuk seperti perisai dan kartilago krikoid. Os hioid terletak
disebelah superior dengan bentuk huruf U dan dapat dipalapsi pada leher depan
serta lewat mulut pada dinding faring lateral. Dibagian bawah os hioid ini
bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap / alae kartilago tiroid.
Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba dibawah kulit yang melekat pada
kartilago tiroidea lewat kartilago krikotiroid yang berbentuk bulat penuh. Pada
permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago aritinoid yang berbentuk
piramid bersisi tiga. Pada masing-masing kartilago aritinoid ini mempunyai dua
buah prosesus yakni prosessus vokalis anterior dan prosessus muskularis lateralis.

Pada prossesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang dari korda
vokalis sedangakan ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau
6
bagian pita suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior korda
vokalis suara membentuk glotis. Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar struktur
anatomi laring pada gambar 2. Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah
tunggal yang berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi mendorong makanan
yang ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain itu juga teradpat dua pasang
kartilago kecil didalam laring yang mana tidak mempunyai fungsi yakni kartilago
kornikulata dan kuneiformis

Gambar 2. Struktur anatomi laring

Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik.


Otot ekstinsik bekerja pada laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot
ekstrinsik suprahioid (m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid)
yang berfungsi menarik laring ke atas. otot ekstinsik infrahioid (m.sternihioid,
m.omohioid, m.tirohioid). Otot intrisik laring menyebabkan gerakan antara
berbagai struktur laring sendiri, seperti otot vokalis dan tiroaritenoid yang
membentuk tonjolan pada korda vokalis dan berperan dalam membentuk teganagan
korda vokalis, otot krikotiroid berfungsi menarik kartilago tiroid kedepan meregang
dan menegangkan korda vokalis

Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus vagus yakni nervus laringeus


superior dan nervus laringeus inferior (n.laringeus rekurens). Kedua saraf ini
merupakan campuran saraf motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring terdiri
dari dua cabang yakni arteri laringeus superior dan ateri laringeus inferior yang
kemudian akan bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.

2.2 Fisiologi

Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi,

7
sirkulasi, menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring dalam proses menelan
mempunyai tiga mekanisme yaitu gerakan laring bagian bawah keatas, menutup aditus
laringeus, serta mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk
kedalam laring. Laring mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak,
mengeluh, menangis dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi dengan
membuat suara serta mementukan tinggi rendahnya nada.

2.3 Etiologi

1. Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti
influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B),
parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah
Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes,
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.
2. Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca
3. Pemakaian suara yang berlebihan
4. Trauma
5. Bahan kimia
6. Merokok dan minum-minum alkohol
7. Alergi

2.4 Patofisiologi

Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin
sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi
mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak,
defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada
musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya
tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya
didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan
mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus
untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas.
Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan
iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi
ini akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika
berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh
8
2.5 Manifestasi Klinis

1. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara
yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih
rendah
dari suara yang biasa / normal dimana terjadi gangguan getaran serta
ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan sehingga
menimbulkan suara menjada parau bahkan sampai tidak bersuara sama
sekali
(afoni).
2. Sesak nafas dan stridor
3. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.
4. Gejala radang umum seperti demam, malaise
5. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
6. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit
menelan, sumbatan hidung (nasal congestion),nyeri kepala, batuk dan
demam dengan temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 38
derajat celsius.
7. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit
menelan,
sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu
8. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukasa laring yang hiperemis,
membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga
didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru
9. Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang
terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa
anak
menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat, pemeriksaan
fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat
menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak.

2.6 Diagnosis

a) Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis

9
b) Pemeriksaan fisik
c) Pemeriksaan Penunjang

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis
(Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
2. Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai infeksi
sekunder, leukosit dapat meningkat.
3. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang
sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan
subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan
tampak dibawah pita suara.

2.8 Diagnosis Banding


1. Benda asing pada laring
2. Faringitis
3. Bronkiolitis
4. Bronkitis
5. Pnemonia

2.9 Penatalaksanaan
Umumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit, namun
ada indikasi masuk rumah sakit apabila :
• Usia penderita dibawah 3 tahun
• Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted
• Diagnosis penderita masih belum jelas
• Perawatan dirumah kurang memadai
Terapi :
 Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari
 Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 l/ menit
 Istirahat
 Medikamentosa : Parasetamol atau ibuprofen / antipiretik jika pasien ada demam,

10
bila ada gejala pain killer dapat diberikan obat anti nyeri / analgetik, hidung
tersumbat dapat diberikan dekongestan nasal seperti fenilpropanolamin (PPA),
efedrin, pseudoefedrin, napasolin dapat diberikan dalam bentuk oral ataupun spray
 .Pemberian antibiotika yang adekuat yakni
Ampisilin : 100 mg/kgBB/hari, intravena, terbagi 4 dosis
kloramfenikol : 50 mg/kgBB/hari, intra vena, terbagi dalam 4 dosis
sefalosporin generasi 3 (cefotaksim atau ceftriakson)
 kortikosteroid intravena berupa deksametason dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari
terbagi dalam 3 dosis, diberikan selama 1-2 hari
 Pengisapan lendir dari tenggorok atau laring, bila penatalaksanaan ini tidak berhasil
maka dapat dilakukan endotrakeal atau trakeostomi bila sudah terjadi obstruksi
jalan nafas.
2.10 Pencegahan
Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat tenggorokan
kering dan mengakibatkan iritasi pada pita suara, minum banyak air karena cairan akan
membantu menjaga agar lendir yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalu banyak dan
mudah untuk dibersihkan, batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah
tenggorokan kering. jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan karena berdehem
akan menyebabkan terjadinya vibrasi abnormal pada pita suara, meningkatkan
pembengkakan dan berdehem juga akan menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih
banyak lendir.

2.11 Prognosis

Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya
selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat
menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi
jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau
trakeostomi

11
BAB III
KESIMPULA
N

Laringitis akut merupakan kelainan pada laring yakni peradangan akut pada laring yang
biasanya kelanjutan dari penyakit rhinofaringitis atau common cold. Penyakit ini pada orang dewasa
merupakan penyakit yang ringan saja namun tidak bagi penderita anak kurang dari 3 tahun. Hal ini
dikarenakan pada anak dapat menimbulkan udem laring dan subglotis sehingga obstruksi jalan nafas
yang sangat berbahaya dalam waktu beberapa jam saja penderita akan mengalami obstruksi total
jalan nafas sementara itu pada orang dewasa tidak terjadi secepat pada anak.
Untuk penatalaksaan dari laringitis akut ini adalah pemberian antibiotik yang adekuat dan
kortikosteroid, Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya
selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat
menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, Buku Ajar Ilmu Kesehatan


Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, edisi ke 5,
Jakarta:FKUI,2003,190-200
2. Cindya Klarisa ,Et Al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi IV.
Jakarta: Penerbitan Media Aesculapius Fkui.

3. Lalwani AK : Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology Head &


NeckSurgery, 2nd Edition. New York:The McGraw-Hill.2007

4. Hermani B, Abdurrachman H, Cahyono A. Kelainan Laring.Dalam:


SoepardiEA. Buku Ajar llmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
& Leher.Edisi ke-6. Jakarta. Balai Penerbit FKUI . 2007.h. 237-242

5. Snell RS, et al. 2005. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. ECG :
Jakarta. Hal. 796, 798.

6. Abdurrahman MH, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Edisi ke2,


Jakarta:FKUI,2003,931& Obat, Bandung:Mizan Media Utama,2006,13-20
Soepardi Arsyad, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashiruddin, Ratna Dwi Restuti.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok-Kepala-Dan –Leher.
Edisi Ke 7. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012: 199

7. Beasley N., 2008. Anatomy of the Larynx and Tracheobronchial. In: Scott
Brown’s Otolaryngology Head and Neck Surgery, 2(7) Edward Arnold
Publishers, London, Inggris, hal. 2130-2140.

8. Cohen, J.I. dkk. 2006. Anatomi dan Fisiologi Laring Dalam: Boeis, Buku
Ajar Penyakit THT (edisi ke-6). Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,
Indonesia, hal. 369-376

9. Cohen SM. 2012. Prevalence and Causes of Dysphonia in a Large


TreatmentSeeking Population. The American Laryngological, Rhinological
and Otological Society, Inc. (https://www.sbccp.org.br/arquivos/LG-2012-
02Prevalence-and.pdf, Diakses 12 Juni 2019).

13

Anda mungkin juga menyukai