ASPERGILLOMA PARU
DISUSUN OLEH :
H1AP11026
PEMBIMBING :
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Referat yang
berjudul Aspergilloma Paru. Keberhasilan penyusunan Referat ini tidak terlepas
dari peranan pembimbing. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada dr. Sulastri Chen Panjaitan, Sp.Rad selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, perbaikan dan saran.
Penulis menyadari bahwa Referat ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun, penulis harapkan demi
perbaikan penyusunan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis mengucapkan
terima kasih dan semoga bermanfaat bagi yang membaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
Halaman Judul ............................................................................................... i
Kata Pengantar ............................................................................................. ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Tujuan .......................................................................................... 2
1.3 Manfaat ........................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3
2.1 Definisi Aspergilloma..................................................................... 3
2.2 Anatomi .......................................................................................... 3
2.3 Epidemiologi Aspergilloma ........................................................... 5
2.4 Etiologi Aspergilloma .................................................................... 5
2.5 Patofisiologi Aspergilloma............................................................. 6
2.6 Manifestasi Klinis .......................................................................... 7
2.7 Diagnosis Aspergilloma ................................................................. 7
2.8 Diagnosis Banding Aspergilloma .................................................. 17
2.9 Penatalaksanaan Aspergilloma....................................................... 22
2.10 Prognosis ...................................................................................... 22
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................... ................ 23
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan referat ini adalah dapat menambah pengetahuan dan
informasi bagi penulis dan pembaca mengenai aspergilloma paru dan gambaran
radiologi pada kasus- kasus aspergilloma paru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Aspergilloma, juga dikenal sebagai mycetoma atau bola jamur (fungus ball),
adalah koloni jamur yang terdapat dalam kavitas tubuh seperti paru-paru.3
Mycetoma biasanya terdiri dari Aspergillus fumigatus (spesies aspergillus yang
paling sering ditemukan), dan merupakan bentuk non-invasif aspergillosis paru.4
Aspergilloma paru dapat berkembang pada individu yang sebelumnya telah
memiliki penyakit paru dengan kavitas pada paremkim parunya yang disebabkan
berbagai kondisi seperti tuberkulosis, sarkoidosis, silikosis, atau bronkiektasis.5
2.2 Anatomi
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli). Gelembung-gelembung
alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan dan endotel. Jika dibentangkan luas
permukaannya lebih kurang 90 m2 pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, O2
masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung
paru-paru ini kurang lebih 700 juta buah (paru-paru kiri dan kanan).
Tiap-tiap segment ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang disebut
lobulus. Diantara lobulus yang satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat
yang berisi pembuluh-pembuluh darah geteh bening dan saraf-saraf, dalam tiap-tiap
lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-
cabang banyak sekali, cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus
alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3
mm..
Paru-paru terletak pada rongga dada, datarannya menghadap ke tengah rongga
dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru-paru atau
hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput
selaput yang disebut pleura. Pleura dibagi menjadi dua :
- Pleura viseral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang
langsung membungkus paru-paru.
- Pleura parietal, yaitu selaput paru yang melapisi bagian dalam dinding
dada.
Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura.
Pada keadaan normal kavum pleura ini vakum/hampa udara sehingga paru-paru
dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna
unuk meminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru
dan dinding dada sewaktu bernapas.6
2.3 Epidemiologi
Aspergilloma terjadi pada pasien dengan imunitas normal, tetapi secara
struktural paru-paru tidak normal, dengan rongga atau kavitas yang sudah ada
sebelumnya. Oleh karena itu secara demografi akan sesuai dengan kondisi yang
mendasari, seperti:4
- tuberkulosis paru: paling sering, tercatat 25-80% kasus bergantung pada
prevalensi TB dalam populasi
- sarkoidosis pulmonal
- bronkiektasis karena berbagai sebab
- kavitas pulmonal lainnya: kista bronkogenik, skustrasi pulmonal,
pneumatokel PCP
Kebanyakan pasien tidak perlu untuk dioperasi dan hanya dilakukan terapi
konservatif. Namun, angka kematian pada pasien ini bisa mencapai 50-55%,
dibandingkan dengan tingkat kematian setelah terapi pembedahan, yaitu 1-23%.7
2.4 Etiologi
Organ tubuh yang paling umum terkena aspergilloma adalah paru-paru.
Aspergillus fumigatus, spesies yang paling sering ditemukan, biasanya dihirup
sebagai mikrospora (2-3 m) yang tidak mengenai orang-orang tanpa penyakit
paru-paru yang mendasarinya atau penyakit sistem kekebalan tubuh. Namun, orang
yang telah memiliki kelainan paru, terutama adanya kavitas, yang biasanya
disebabkan oleh TB, berisiko untuk menderita aspergilloma. Jamur berdiam di
kavitas dan mampu tumbuh bebas dari gangguan karena sistem kekebalan tubuh
tidak dapat menembus ke dalam rongga. Ketika jamur bermultiplikasi, mereka
membentuk sebuah bola yang terdiri dari jaringan yang mati dari paru-paru
sekitarnya, mukus, dan debris lainnya.3
2.5 Patofisiologi
Hifa jamur Aspergillus memiliki bentuk yang berbeda dibanding jamur
lainnya. Dengan pewarnaan perak, akan terlihat hifanya bercabang 45o yang
tumbuh pesat pada suhu tubuh normal manusia. Sistem imun alamiah akan berusaha
menyingkirkan spora mulai dari lapisan mukosa dan gerakan silia pada saluran
pernapasan. Selanjutnya, jika spora sudah terlanjur masuk, akan ada perlawanan
dari makrofag dan netrofil melalui fagositosis. Beberapa spesies Aspergillus
memproduksi metabolit toksin yang menghambat proses fagositosis ini.
Kortikosteroid (terutama pada penderita asma) juga akan melemahkan proses
fagositosis ini. Keadaan imunosupresi lainnya (mis. AIDS, penyakit granulomatosa
kronik, imunosupresi farmakologis) juga menyebabkan disfungsi atau menurunkan
jumlah netrofil. Pada pasien imunokompromais, invasi vaskular lebih sering terjadi
dan menyebabkan infark, perdarahan, serta nekrosis jaringan paru. Individu dengan
CNPA umumnya akan mengalami pembentukan granuloma dan konsolidasi
alveolar yang di sela-selanya terdapat hifa.1,7
Aspergilloma terbentuk dari kolonisasi noninvasif pada rongga atau kavitas
yang sudah ada sebelumnya, kista, bula, atau ektasis bronkus. Kondisi paling sering
yang mendasarinya yang adalah tuberkulosis, sarkoidosis, dan bronkiektasis.
Penyebab lainnya bisa berupa fibrosis kistik, spondilitis ankilosa, kista
bronkogenik, pneumonokoniasis, sekuestrasi pulmonal, keganansan dengan
kavitas, dan pneumatokel sekunder karena Pneumocystis carinii
pneumonia.1,7.......
Secara histologis, aspergiloma merupakan gambaran dari adanya fungus ball
(misetoma), yakni sebuah konglomerasi seperti massa dari hifa yang tumpang
tindih dengan fibrin, debris selular, mukus, dan produk darah lainnya. Misetoma ini
dapat mengalami kalsifikasi menjadi gambaran amorf atau seperti cincin dari foto
toraks. Lebih dari setengah pasien aspergiloma akan mengalami peningkatan
presipitin serum.1,7
Gambar 2.2: Aspergilloma
(Sumber: http://www.umm.edu/imagepages/17263.htm)
2.7 Diagnosis
Anamnesis
Dari anamnesis pada kebanyakan kasus, aspergilloma tidak menunjukkaan
gejala yang khas. Dari anamnesis yang didapatkan adanya keluhan berupa :
batuk, sesak, demam, dan hemoptisis. Dispneu, malaise, dan penurunan berat
badan adalah keluhan tambahan pada aspergilloma yang mungkin disebabkan
oleh penyakit paru yang mendasarinya, demam adalah temuan yang tidak biasa
pada aspergilomma yang mungkin disebabkan oleh infeksi bakteri yang
bersamaan, serta adanya hemoptisis yang masif.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan sputum kultur, pemeriksaan ini memerlukan waktu beberapa
hari untuk tumbuhnya jamur sehingga bisa teridentifikasi. Pemeriksaan
Aspergillus IgG presipitin. Kadar IgG presipitin pada kasus aspergilloma sering
lebih tinggi dari pada yang terlihat pada penyakit aspergillus lain.
Gambaran Radiografi
Misetoma ini dapat dilihat pada kedua foto polos dan CT sebagai massa
intrakaviti dikelilingi oleh crescent of air (udara berbentuk bulan sabit).
Crescent of air ini agak kontroversial digunakan dalam aspergillosis. Hal ini
digunakan oleh banyak orang untuk menggambarkan udara di sekitar
aspergilloma dan crescent of air yang tampak dalam pemulihan aspergillosis
angioinvasif. Beberapa orang lebih suka istilah Monod sign dalam pengaturan
aspergilloma, meskipun kurang diakui secara luas.4
1. Foto polos
Foto thorax merupakan suatu pemeriksaan penunjang dalam bidang
kedokteran. Metode ini digunakan untuk menegakkan diagnosis dari suatu
gejala yang berhubungan dengan organ-organ dalam dada (thorax). Berbagai
organ yang terdapat dalam thorax yang utama antara lain jantung dan paru.
Anatomi X-Ray Normal
Penilaian awal pada foto dapat berupa identitas pasien. Kemudian proyeksi
foto (PA/AP/lateral).
Posisi. Pada umunya posisi foto thorax yang dilakukan adalah PA dan
lateral. Seringkali menjadi masalah bagi pada klinisi untuk membedakan foto
PA dan AP. Prinsip utama untuk membedakan foto thorax AP dan PA adalah
terjadinya magnifikasi pada foto AP yang menyebabkan gambaran jantung
terlihat lebih lebar dan juga skapula yang terlihat menutupi.
Inspirasi. Ketika akan dilakukan foto thorax pasien dianjurkan untuk
melakukan inspirasi utuk memperluas bidang pembacaan terutama daerah
paru. Kondisi foto pada optimal yang baik terlihat jika costa posterior ke 10
dan costa anterior 6 tampak pada pembacaan.
Penetrasi. Pada radiografi berkualitas tinggi, tulang vertebra akan terlihat
melalui jantung. Jika vertebra tidak terlihat, yang terjadi yaitu jumlah foton x-
ray yg telah melewati pasien untuk mencapai film x-ray terbatas sehingga film
akan terlihat lebih putih. Demikian pula, jika film muncul terlalu hitam,
maka terlalu banyak foton sehinga mengakibatkan pajanan berlebih pada film
x-ray.
Rotasi. Posisi normal tanpa rotasi dapat digambarkan dengan posisi medial
klavikula yang cenderung tegak lurus dengan vertebra.
Gambar 2.6: Foto toraks posteroanterior menunjukkan aspergilloma multiple pada pasien
dengan tuberkulosis. Perhatikan adanya beberapa air crescent.
(Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/353200-media)
Gambar 2.7: Rontgen toraks posteroanterior diperoleh pada wanita 36 tahun yang sebelumnya
diobati untuk TB paru. Pasien memiliki misetoma pada lobus kiri atas dan muncul dengan
haemoptisis berulang yang mengancam nyawa. Penyakit ini tidak respon dengan terapi antifungi
local dan sistemik.
(Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/353200-media)
2. CT scan
Gambarannya pada CT scan berupa kavitas yang terbentuk dengan baik
dengan massa jaringan lunak bulat tipis ditengahnya dikelilingi oleh air crescent
sign atau Monod sign. Massa ini biasanya berbentuk bola atau bulat telur. Pada
posisi pasien yang berbeda, massa dapat ditunjukkan dapat bergerak. Massa
tersebut dapat sepenuhnya mengisi kavitas sehingga mengambil bentuk kavitas
tersebut, menghilangkan gambaran crescent of air di sekitarnya dan tidak dapat
bergerak lagi.4
Kalsifikasi tidak jarang terjadi, yang bisa berkisar dari tidak ada hingga
keadaan yang berat. Karena peradangan dan pembentukan jaringan granulasi
vaskular, arteri bronkial yang mensuplai dinding kadang-kadang dapat dilihat
sebagai pembesaran yang nyata. Pleura yang berdekatan mungkin akan
menebal.4
Gambar 2.8: Aspergilloma di dalam kavitas yang telah ada sebelumnya. Udara yang
berbentuk bulan sabit yang mengelilingi aspergilloma dikenal sebagai the Monod sign.
(Sumber: http://radiopaedia.org/images/296)
Gambar 2.9: CT toraks: Kavitas bilateral dengan fungus ball yang bergantung pada posisi
(Sumber: http://radiopaedia.org/images/19475)
Allergic Bronchopulmonary Aaspergillosis
Meskipun hasil akhir dari CNPA mirip dengan aspergilloma, namun hal ini
merupakan proses yang berbeda. Pada aspergilloma, aspergillus menginvasi rongga
kavitas yang sudah ada sebelumnya akibat penyakit sebelumnya, sedangkan pada
CNPA aspergillus secara fokal menginvasi jaringan paru yang akhirnya
menyebabkan nekrosis sentral dan membentuk rongga kavitas sendiri. 11
Foto thoraks PA memperlihatkan proses kronik berupa kavitas dan konsolidasi pada lobus
atas paru kiri pada pasien dengan fibrosis alveolitis. Penemuan ini sesuai dengan CNPA.
Aspergillus fumigatus di kultur dari dahak dan aspirasi perkutaneus
Invasif Aspergilloma
Invasif aspergillosis pada tingkat yang lebih parah dan agresif berkembang
menjadi anginvasif aspergillosis, suatu kondisi yang dapat mengancam jiwa.
Penyakit ini hanya terjadi pada pasien dengan imunokompromais yaitu seperti pada
penyakit AIDS stadium akhir dan neutropenia (jumlah nilai absolut <500 per /l).13
Pada CT-scan akan menunjukkan hal yang sama seperti foto polos, namun pada
CT-scan dapat terlihat gambaran halo dair perdarahan akibat dari invasi pembuluh
darah paru disekitar nodul dan tampak sebagai daerah opasitas. 13
1. Abses Paru
Abses paru merupakan kematian jaringan paru dan pembentukan rongga yang
berisi sel mati atau cairan akibat infeksi bakteri. Abses paru kebanyakan muncul
sebagai komplikasi dari pneumonia aspirasi akibat bakteri anaerob di mulut.
Penderita abses paru biasanya memiliki masalah periodontal. Sejumlah bakteri
yang berasal yang berasal dari celah gusi sampai ke saluran pernafasan bagian
bawah dan menimbulkan infeksi. 33
Gambar 3.0 : Foto Thorax posisi anterior posterior. Tampak kavitas berdinding
tebal di lobus medial kiri paru, disertai gambaran air fluid level didalamnya.3,1
Gambaran radiologi pada abses paru akan tampak berupa kavitas berdinding
tebal dan sertai adanya gambaran air fluid level yaitu gambaran batas antara air dan
udara di dalamnya seperti yang terlihat pada gambar di atas. Jika dibandingkan
dengan aspergilloma paru, tampak perbedaan berupa massa tipis jaringan lunak atau
bola jamur bulat atau lonjong yang terletak di dalam kavitas dan akan terlihat garis
antara kavitas dan bola jamur tersebut seperti tampakan bulan sabit yang merupakan
sisa udara dalam rongga atau dikenal juga dengan istilah air cresent sign.
Gambar 3.1 : CT Scan thorax potongan axial, tampak gambaran cavitas di lobus
kiri bawah paru dengan permukaan dinding yang tebal,cavitas mempunyai garis
permukaan yang halus yang di dalamnya terdapat air fluid level. Terdapat reaksi
inflamasi pada paru (panah kuning).3,5
2. Kista Paru
Kista paru merupakan pertumbuhan abnormal berupa kantung yang tumbuh
secara abnormal di paru paru. Penyebabnya belum diketahui secara pasti,
kemungkinan merupakan suatu respon hipersensitivitas, keturunan, infeksi,
maupun bahan kimia. Biasanya muncul pada usia 30- 50 tahun dan sangat jarang
ditemukan pada anak. Gejala kista paru tergantung dari luas dan cara
penyebarannya. Biasanya gejala utama adalah batuk yang menetap.3
Gambar 3.2 : Kista echinococcal paru terdiri dari tiga lapisan : exocyst, yang merupakan
membran pelindung, endocyst yang menghasilkan kista. Kista echinococcal paru dibatasi
oleh massa jaringan yang lembut dan tidak memiliki dinding kalsifikasi. Jika kista ini pecah
maka udara akan terlihat disekitar pinggiran kista dan menghasilkan tanda meniscus sign
atau tanda bulan sabit sampai dengan air fluid level.3,6
Gambar 3.3 : CT Scan Thorax potongan axial memperlihatkan kista hydatid dengan
gambaran air fluid level yang terlihat sebagai iceberg sign.3,7
Gambar 3.4 : Kista pada bronkus di bagian posterior kanan lobus tengah paru. 3,6
Gambar 3.5 : CT Scan thorax memperlihatkan kista pada bronkus dan 50% air
fluid level di dalam cavitas .3,6
Kista paru dibatasi oleh massa jaringan lunak yang lembut dan tidak memiliki
dinding kalsifikasi. Jika kista pecah maka udara akan terlihat disekitar pinggiran
kista danmenghasil kan tanda meniscus sign atau tanda bulan sabit sampai dengan
air fluid level. Jika dibandingkan dengan aspergilloma paru, tampak perbedaan
berupa massa tipis jaringan lunak atau bola jamur bulat atau lonjong yang terletak
di dalam kavitas berdinding tebal dan akan terlihat garis antara kavitas dan bola
jamur tersebut seperti tampakan bulan sabit yang merupakan sisa udara dalam
rongga atau dikenal juga dengan istilah air cresent sign.
3. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis yang ditandai dengan pembentukan
granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Gejala yang timbul berupa demam, batuk,
sesak nafas, nyeri dada, malaise. Tanda-tanda yang ditemui berupa penurunan berat
badan, anoreksia, dispnue, dan sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.2,3
Gambar 3.7 : CT Scan Thorax memperlihatkan kavitas besar dengan dinding tipis di
lobus atas paru kiri. 3,8