Anda di halaman 1dari 27

Referat

GAMBARAN RADIOLOGI KONVENSIONAL

ASPERGILLOMA PARU

DISUSUN OLEH :

Stela Monika, S.Ked

H1AP11026

PEMBIMBING :

dr. Sulastri Chen Panjaitan, Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI


RSUD ARGAMAKMUR
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Referat yang
berjudul Aspergilloma Paru. Keberhasilan penyusunan Referat ini tidak terlepas
dari peranan pembimbing. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada dr. Sulastri Chen Panjaitan, Sp.Rad selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, perbaikan dan saran.
Penulis menyadari bahwa Referat ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun, penulis harapkan demi
perbaikan penyusunan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis mengucapkan
terima kasih dan semoga bermanfaat bagi yang membaca.

Bengkulu, Januari 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Hal
Halaman Judul ............................................................................................... i
Kata Pengantar ............................................................................................. ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Tujuan .......................................................................................... 2
1.3 Manfaat ........................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3
2.1 Definisi Aspergilloma..................................................................... 3
2.2 Anatomi .......................................................................................... 3
2.3 Epidemiologi Aspergilloma ........................................................... 5
2.4 Etiologi Aspergilloma .................................................................... 5
2.5 Patofisiologi Aspergilloma............................................................. 6
2.6 Manifestasi Klinis .......................................................................... 7
2.7 Diagnosis Aspergilloma ................................................................. 7
2.8 Diagnosis Banding Aspergilloma .................................................. 17
2.9 Penatalaksanaan Aspergilloma....................................................... 22
2.10 Prognosis ...................................................................................... 22
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................... ................ 23
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aspergillosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh moulds saphrophyte


dari genus aspergillus, yang dapat ditemukan di tanah, air, dan tumbuhan yang
mengalami pembusukan. Spesies Aspergillus yang sering menyebabkan infeksi
pada manusia yaitu Aspergillus fumigatus. Sedangkan aspergilloma dikenal sebagai
mycetoma atau bola jamur (fungus ball), adalah koloni jamur yang terdapat dalam
kavitas tubuh seperti paru-paru.1
Umumnya Aspergillus akan menginfeksi paru-paru, yang menyebabkan empat
sindrom penyakit, yakni Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA),
Aspergiloma, Chronic Necrotizing Pneumonia Aspergillosis (CNPA), dan
Aspergilosis invasif. 2
Aspergiloma merupakan fungus ball (misetoma) yang terjadi karena terdapat
kavitas di parenkim akibat penyakit paru sebelumnya. Penyakit yang mendasarinya
bisa berupa TB (paling sering) atau proses infeksi dengan nekrosis, sarkoidosis,
fibrosis kistik, dan bula emfisema. Fungus ball ini dapat bergerak di dalam kavitas
tersebut namun tidak menginvasi dinding kavitas. Adanya fungus ball
menyebabkan terjadinya hemoptisis yang berulang.3
Pada pasien yang dengan keadaan sistem imun buruk, aspergilosis juga dapat
menyebar ke berbagai organ menyebabkan endoftalmitis, endokarditis, dan abses
miokardium, ginjal, hepar, limpa, jaringan lunak, hingga tulang.3

Peranan radiologi sangat penting pada penegakan diagnosis dari aspergilloma.


Aspergilloma biasanya muncul sebagai massa tipis jaringan lunak bulat atau bulat
lonjong yang terletak di dalam sekitar kavitas dan digariskan oleh suatu crescent of
air. Dengan mengubah posisi pasien biasanya menunjukkan bahwa massa tersebut
dapat bergerak, sehingga dapat mengkonfirmasikan diagnosis.4
1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum


Untuk memenuhi salah satu syarat menjalani kepaniteraan klinik di
Bagian Radiologi RSUD Arga Makmur.
1.2.2 Tujuan Khusus
Untuk menambah pengetahuan mengenai aspergiloma terutama dari
gambaran radiologi.

1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan referat ini adalah dapat menambah pengetahuan dan
informasi bagi penulis dan pembaca mengenai aspergilloma paru dan gambaran
radiologi pada kasus- kasus aspergilloma paru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Aspergilloma, juga dikenal sebagai mycetoma atau bola jamur (fungus ball),
adalah koloni jamur yang terdapat dalam kavitas tubuh seperti paru-paru.3
Mycetoma biasanya terdiri dari Aspergillus fumigatus (spesies aspergillus yang
paling sering ditemukan), dan merupakan bentuk non-invasif aspergillosis paru.4
Aspergilloma paru dapat berkembang pada individu yang sebelumnya telah
memiliki penyakit paru dengan kavitas pada paremkim parunya yang disebabkan
berbagai kondisi seperti tuberkulosis, sarkoidosis, silikosis, atau bronkiektasis.5

2.2 Anatomi
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli). Gelembung-gelembung
alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan dan endotel. Jika dibentangkan luas
permukaannya lebih kurang 90 m2 pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, O2
masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung
paru-paru ini kurang lebih 700 juta buah (paru-paru kiri dan kanan).

Gambar 2.1 : Paru


(Sumber: http://www.umm.edu/imagepages/1103.htm)
Paru-paru sendiri dibagi menjadi dua, yakni :
1. Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru),
a. Lobus pulmo dekstra superior,
b. Lobus medial
c. Lobus inferior
Tiap lobus tersusun oleh lobulus.
2. Paru-paru kiri, terdiri dari lobus superior dan inferior.
Tiap-tiap lobus terdiri atas belahan-belahan yang lebih kecil yang disebut
segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu :
- 5 buah segment pada lobus superior, dan
- 5 buah segment pada inferior
Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yakni :
- 5 buah segmen pada lobus inferior
- 2 buah segmen pada lobus medialis
- 3 buah segmen pada lobus inferior

Tiap-tiap segment ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang disebut
lobulus. Diantara lobulus yang satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat
yang berisi pembuluh-pembuluh darah geteh bening dan saraf-saraf, dalam tiap-tiap
lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-
cabang banyak sekali, cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus
alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3
mm..
Paru-paru terletak pada rongga dada, datarannya menghadap ke tengah rongga
dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru-paru atau
hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput
selaput yang disebut pleura. Pleura dibagi menjadi dua :
- Pleura viseral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang
langsung membungkus paru-paru.
- Pleura parietal, yaitu selaput paru yang melapisi bagian dalam dinding
dada.
Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura.
Pada keadaan normal kavum pleura ini vakum/hampa udara sehingga paru-paru
dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna
unuk meminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru
dan dinding dada sewaktu bernapas.6

2.3 Epidemiologi
Aspergilloma terjadi pada pasien dengan imunitas normal, tetapi secara
struktural paru-paru tidak normal, dengan rongga atau kavitas yang sudah ada
sebelumnya. Oleh karena itu secara demografi akan sesuai dengan kondisi yang
mendasari, seperti:4
- tuberkulosis paru: paling sering, tercatat 25-80% kasus bergantung pada
prevalensi TB dalam populasi
- sarkoidosis pulmonal
- bronkiektasis karena berbagai sebab
- kavitas pulmonal lainnya: kista bronkogenik, skustrasi pulmonal,
pneumatokel PCP
Kebanyakan pasien tidak perlu untuk dioperasi dan hanya dilakukan terapi
konservatif. Namun, angka kematian pada pasien ini bisa mencapai 50-55%,
dibandingkan dengan tingkat kematian setelah terapi pembedahan, yaitu 1-23%.7

2.4 Etiologi
Organ tubuh yang paling umum terkena aspergilloma adalah paru-paru.
Aspergillus fumigatus, spesies yang paling sering ditemukan, biasanya dihirup
sebagai mikrospora (2-3 m) yang tidak mengenai orang-orang tanpa penyakit
paru-paru yang mendasarinya atau penyakit sistem kekebalan tubuh. Namun, orang
yang telah memiliki kelainan paru, terutama adanya kavitas, yang biasanya
disebabkan oleh TB, berisiko untuk menderita aspergilloma. Jamur berdiam di
kavitas dan mampu tumbuh bebas dari gangguan karena sistem kekebalan tubuh
tidak dapat menembus ke dalam rongga. Ketika jamur bermultiplikasi, mereka
membentuk sebuah bola yang terdiri dari jaringan yang mati dari paru-paru
sekitarnya, mukus, dan debris lainnya.3

2.5 Patofisiologi
Hifa jamur Aspergillus memiliki bentuk yang berbeda dibanding jamur
lainnya. Dengan pewarnaan perak, akan terlihat hifanya bercabang 45o yang
tumbuh pesat pada suhu tubuh normal manusia. Sistem imun alamiah akan berusaha
menyingkirkan spora mulai dari lapisan mukosa dan gerakan silia pada saluran
pernapasan. Selanjutnya, jika spora sudah terlanjur masuk, akan ada perlawanan
dari makrofag dan netrofil melalui fagositosis. Beberapa spesies Aspergillus
memproduksi metabolit toksin yang menghambat proses fagositosis ini.
Kortikosteroid (terutama pada penderita asma) juga akan melemahkan proses
fagositosis ini. Keadaan imunosupresi lainnya (mis. AIDS, penyakit granulomatosa
kronik, imunosupresi farmakologis) juga menyebabkan disfungsi atau menurunkan
jumlah netrofil. Pada pasien imunokompromais, invasi vaskular lebih sering terjadi
dan menyebabkan infark, perdarahan, serta nekrosis jaringan paru. Individu dengan
CNPA umumnya akan mengalami pembentukan granuloma dan konsolidasi
alveolar yang di sela-selanya terdapat hifa.1,7
Aspergilloma terbentuk dari kolonisasi noninvasif pada rongga atau kavitas
yang sudah ada sebelumnya, kista, bula, atau ektasis bronkus. Kondisi paling sering
yang mendasarinya yang adalah tuberkulosis, sarkoidosis, dan bronkiektasis.
Penyebab lainnya bisa berupa fibrosis kistik, spondilitis ankilosa, kista
bronkogenik, pneumonokoniasis, sekuestrasi pulmonal, keganansan dengan
kavitas, dan pneumatokel sekunder karena Pneumocystis carinii
pneumonia.1,7.......
Secara histologis, aspergiloma merupakan gambaran dari adanya fungus ball
(misetoma), yakni sebuah konglomerasi seperti massa dari hifa yang tumpang
tindih dengan fibrin, debris selular, mukus, dan produk darah lainnya. Misetoma ini
dapat mengalami kalsifikasi menjadi gambaran amorf atau seperti cincin dari foto
toraks. Lebih dari setengah pasien aspergiloma akan mengalami peningkatan
presipitin serum.1,7
Gambar 2.2: Aspergilloma
(Sumber: http://www.umm.edu/imagepages/17263.htm)

2.6 Manifestasi Klinis


Gambaran klinis aspergilloma sering asimptomatik, tetapi dapat juga dijumpai
batuk yang kronis, malaise, dan berat badan yang menurun. Haemoptisis
merupakan gejala klinis yang sering dijumpai pada sekitar 50-80% kasus.
Kebanyakan pasein menderita episode perdarahan intermitten yang jumlahnya
sedikit, tetapi lebih dari 25% pasien dapat mengalami haemoptisis yang parah dan
dapat mengancam hidup.2

2.7 Diagnosis
Anamnesis
Dari anamnesis pada kebanyakan kasus, aspergilloma tidak menunjukkaan
gejala yang khas. Dari anamnesis yang didapatkan adanya keluhan berupa :
batuk, sesak, demam, dan hemoptisis. Dispneu, malaise, dan penurunan berat
badan adalah keluhan tambahan pada aspergilloma yang mungkin disebabkan
oleh penyakit paru yang mendasarinya, demam adalah temuan yang tidak biasa
pada aspergilomma yang mungkin disebabkan oleh infeksi bakteri yang
bersamaan, serta adanya hemoptisis yang masif.

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan sputum kultur, pemeriksaan ini memerlukan waktu beberapa
hari untuk tumbuhnya jamur sehingga bisa teridentifikasi. Pemeriksaan
Aspergillus IgG presipitin. Kadar IgG presipitin pada kasus aspergilloma sering
lebih tinggi dari pada yang terlihat pada penyakit aspergillus lain.

Gambaran Radiografi
Misetoma ini dapat dilihat pada kedua foto polos dan CT sebagai massa
intrakaviti dikelilingi oleh crescent of air (udara berbentuk bulan sabit).
Crescent of air ini agak kontroversial digunakan dalam aspergillosis. Hal ini
digunakan oleh banyak orang untuk menggambarkan udara di sekitar
aspergilloma dan crescent of air yang tampak dalam pemulihan aspergillosis
angioinvasif. Beberapa orang lebih suka istilah Monod sign dalam pengaturan
aspergilloma, meskipun kurang diakui secara luas.4
1. Foto polos
Foto thorax merupakan suatu pemeriksaan penunjang dalam bidang
kedokteran. Metode ini digunakan untuk menegakkan diagnosis dari suatu
gejala yang berhubungan dengan organ-organ dalam dada (thorax). Berbagai
organ yang terdapat dalam thorax yang utama antara lain jantung dan paru.
Anatomi X-Ray Normal

Gambar 2.3 : 1. Trakea; 2. Hillus; 3. Paru; 4. Diafragma; 5. Cor; 6. Aorta; 7. Costa


anterior; 8. Skapula; 9. Payudara; 10. Fundus gaster.

Penilaian awal pada foto dapat berupa identitas pasien. Kemudian proyeksi
foto (PA/AP/lateral).

Gambar 2.4 Jenis proyeksi pada foto thorax

Posisi. Pada umunya posisi foto thorax yang dilakukan adalah PA dan
lateral. Seringkali menjadi masalah bagi pada klinisi untuk membedakan foto
PA dan AP. Prinsip utama untuk membedakan foto thorax AP dan PA adalah
terjadinya magnifikasi pada foto AP yang menyebabkan gambaran jantung
terlihat lebih lebar dan juga skapula yang terlihat menutupi.
Inspirasi. Ketika akan dilakukan foto thorax pasien dianjurkan untuk
melakukan inspirasi utuk memperluas bidang pembacaan terutama daerah
paru. Kondisi foto pada optimal yang baik terlihat jika costa posterior ke 10
dan costa anterior 6 tampak pada pembacaan.
Penetrasi. Pada radiografi berkualitas tinggi, tulang vertebra akan terlihat
melalui jantung. Jika vertebra tidak terlihat, yang terjadi yaitu jumlah foton x-
ray yg telah melewati pasien untuk mencapai film x-ray terbatas sehingga film
akan terlihat lebih putih. Demikian pula, jika film muncul terlalu hitam,
maka terlalu banyak foton sehinga mengakibatkan pajanan berlebih pada film
x-ray.
Rotasi. Posisi normal tanpa rotasi dapat digambarkan dengan posisi medial
klavikula yang cenderung tegak lurus dengan vertebra.

Foto polos pada aspergilloma


Aspergilloma biasanya muncul sebagai massa tipis jaringan lunak bulat
atau bulat lonjong yang terletak di dalam sekitar kavitas dan digariskan oleh
suatu crescent of air. Dengan mengubah posisi pasien biasanya menunjukkan
bahwa massa tersebut dapat bergerak, sehingga dapat mengkonfirmasikan
diagnosis.4 Pada kebanyakan kasus, dilaporkan lokasi yang paling sering
terjadinya aspergilloma adalah di bagian lobus atas paru, hal ini mungkin
dikarenakan oleh lobus atas merupakan area predileksi tuberkulosis. Kolonisasi
saprophytic yang terbentuk didalam kavitas yang tumbuh secara multiple
maupun bilateral terutama di lobus atas paru mengarah pada pembentukan bola
jamur/fungus ball.
Gambar 2.5: TB dengan kavitas terkait dengan aspergilloma. Frontal radiografi menunjukkan
rongga di lobus atas kiri (panah hitam) dengan area jaringan lunak opak tergantung (panah putih
solid). Hiperlusen pada area bulan sabit (panah terbuka) merupakan sisa udara dalam rongga dan
disebut sebagai the air crescent sign (tanda bulan sabit udara).
(Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/353200-media)

Gambar 2.6: Foto toraks posteroanterior menunjukkan aspergilloma multiple pada pasien
dengan tuberkulosis. Perhatikan adanya beberapa air crescent.
(Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/353200-media)
Gambar 2.7: Rontgen toraks posteroanterior diperoleh pada wanita 36 tahun yang sebelumnya
diobati untuk TB paru. Pasien memiliki misetoma pada lobus kiri atas dan muncul dengan
haemoptisis berulang yang mengancam nyawa. Penyakit ini tidak respon dengan terapi antifungi
local dan sistemik.
(Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/353200-media)

2. CT scan
Gambarannya pada CT scan berupa kavitas yang terbentuk dengan baik
dengan massa jaringan lunak bulat tipis ditengahnya dikelilingi oleh air crescent
sign atau Monod sign. Massa ini biasanya berbentuk bola atau bulat telur. Pada
posisi pasien yang berbeda, massa dapat ditunjukkan dapat bergerak. Massa
tersebut dapat sepenuhnya mengisi kavitas sehingga mengambil bentuk kavitas
tersebut, menghilangkan gambaran crescent of air di sekitarnya dan tidak dapat
bergerak lagi.4
Kalsifikasi tidak jarang terjadi, yang bisa berkisar dari tidak ada hingga
keadaan yang berat. Karena peradangan dan pembentukan jaringan granulasi
vaskular, arteri bronkial yang mensuplai dinding kadang-kadang dapat dilihat
sebagai pembesaran yang nyata. Pleura yang berdekatan mungkin akan
menebal.4
Gambar 2.8: Aspergilloma di dalam kavitas yang telah ada sebelumnya. Udara yang
berbentuk bulan sabit yang mengelilingi aspergilloma dikenal sebagai the Monod sign.
(Sumber: http://radiopaedia.org/images/296)

Gambar 2.9: CT toraks: Kavitas bilateral dengan fungus ball yang bergantung pada posisi
(Sumber: http://radiopaedia.org/images/19475)
Allergic Bronchopulmonary Aaspergillosis

Allergic bronchopulmonary aspergillosis (ABPA) merupakan salah satu


penyakit akibat respon imun hiperreaktif terhadap aspergillus fumigatus tanpa
disertai invasi jaringan. Kelainan ini hampir semuanya ditemukan pada penderita
asma atau fibrosis kistik terutama yang memilki atopi.

Patofisiologi ABPA sangat kompleks dan belum sepenuhnya diketahui. Pada


pejamu yang alergi, keberadaan Aspergillus fumigatus di paru menimbulkan
aktivasi sel limfosit T, sitokin, pelepasan imunoglobulin dan mengundang sel
inflamasi lainnya. Inflamasi lokal yang terjadi dapat menyebabkan produksi mukus,
hiperreaktivitas bronkus dan bronkiektasis. 10

Dari gambaran foto thoraks di temukan perselubungan pada parenkim ataupun


bronkiektasis. Infiltrat biasanya bersifat eosinofilik sehingga responsif terhadap
pemberian steroid dan kadang salah diagnosis sebagai pneumonia. Gambaran
perselubungan opak yang terjadi dapat diakibatkan oleh bronkosel, mucus plugging,
atelektasis ataupun kolaps lobus. 10

Chronic Necrotizing Pneumonia Aspergillosis


Chronic necrotizing pneumonia aspergillosis (CNPA) di sebut juga
aspergillosis semi invasif, merupakan infeksi lokal, kronik dan merupakan bentuk
awal dari aspergillosis invasif. CNPA biasa terjadi pada orang dengan sistem imun
yang mengalami penurunan, namun tidak pada pasien dengan imunokompromais
yang lebih sering berkembang menjadi aspergillosis angioinvasif. Faktor risikonya
berupa penggunaan jangka lama kortikosteroid, diabetes melitus, alkoholisme,
malnutrisi dan pasien dengan penyakit paru sebelumnya yaitu COPD, infark paru,
TB paru dan lain-lain.11

Meskipun hasil akhir dari CNPA mirip dengan aspergilloma, namun hal ini
merupakan proses yang berbeda. Pada aspergilloma, aspergillus menginvasi rongga
kavitas yang sudah ada sebelumnya akibat penyakit sebelumnya, sedangkan pada
CNPA aspergillus secara fokal menginvasi jaringan paru yang akhirnya
menyebabkan nekrosis sentral dan membentuk rongga kavitas sendiri. 11

Foto thoraks PA memperlihatkan proses kronik berupa kavitas dan konsolidasi pada lobus
atas paru kiri pada pasien dengan fibrosis alveolitis. Penemuan ini sesuai dengan CNPA.
Aspergillus fumigatus di kultur dari dahak dan aspirasi perkutaneus

Gambaran radiografi bervariasi sesuai kondisi ketika di citrakan. Biasanya


CNPA melibatkan zona atas paru dan dimulai dengan gambaran opasitas. Akhirnya,
sampai terbentuk daerah pusat nekrosis pada paru-paru dan sekitarnya sehingga
akan membentuk air crescent sign. Proses ini terjadi dalam jangka waktu bulanan,
dan akhrinya akan membentuk rongga dengan atau tanpa misetoma pusat.
Gambaran ini sama dengan aspergilloma. Dan dapat terbentuk beberapa rongga
dengan dinding tebal, penebalan pleura juga sering terjadi. 12

Invasif Aspergilloma

Gambaran umum radiografi pada invasif aspergillosis adalah terdapat area


konsolidasi yang terus meluas, nodul multipel, dan lesi wedge-shaped yang
disebabkan oleh infark hemoragik pada perkembangan penyakit ini. Hal ini
nantinya juga dapat menjadi bentukan kavitasm dengan tanda crescent of air yang
meniru misetoma.12

Invasif aspergillosis pada tingkat yang lebih parah dan agresif berkembang
menjadi anginvasif aspergillosis, suatu kondisi yang dapat mengancam jiwa.
Penyakit ini hanya terjadi pada pasien dengan imunokompromais yaitu seperti pada
penyakit AIDS stadium akhir dan neutropenia (jumlah nilai absolut <500 per /l).13

Spora berbagai Aspergillus sp yang terhirup dan mulai berkembang biak di


alveoli. Hifa selain dapat menyerang arteri paru mengakibatkan nekrosis paru dan
perdarahan, juga dapat memperoleh akses ke sirkulasi sistemik dan terjadi
penyebaran secara hematogen disebarluaskan ke ginjal, saluran pencernaan, dan
sistem saraf pusat. 13
Gambaran radiografi yang khas pada angioinvasif aspergillosis yaitu nodul
soliter atau multipel, wedge-like area merupakan daerah sakit yang ditandai dengan
opasitas tidak jelas terlihat kemungkinan besar lebih terlihat sebagai daerah infark
yang disebabkan oleh invasi dari pembuluh darah proksimal. Air crescent sign
mungkin dapat terlihat pada fase awal penyembuhan, meskipun awalnya terlihat
dengan pencitraan CT.13

Pada CT-scan akan menunjukkan hal yang sama seperti foto polos, namun pada
CT-scan dapat terlihat gambaran halo dair perdarahan akibat dari invasi pembuluh
darah paru disekitar nodul dan tampak sebagai daerah opasitas. 13

Gambaran Diferensial Diagnosis

1. Abses Paru
Abses paru merupakan kematian jaringan paru dan pembentukan rongga yang
berisi sel mati atau cairan akibat infeksi bakteri. Abses paru kebanyakan muncul
sebagai komplikasi dari pneumonia aspirasi akibat bakteri anaerob di mulut.
Penderita abses paru biasanya memiliki masalah periodontal. Sejumlah bakteri
yang berasal yang berasal dari celah gusi sampai ke saluran pernafasan bagian
bawah dan menimbulkan infeksi. 33

Gambar 3.0 : Foto Thorax posisi anterior posterior. Tampak kavitas berdinding
tebal di lobus medial kiri paru, disertai gambaran air fluid level didalamnya.3,1
Gambaran radiologi pada abses paru akan tampak berupa kavitas berdinding
tebal dan sertai adanya gambaran air fluid level yaitu gambaran batas antara air dan
udara di dalamnya seperti yang terlihat pada gambar di atas. Jika dibandingkan
dengan aspergilloma paru, tampak perbedaan berupa massa tipis jaringan lunak atau
bola jamur bulat atau lonjong yang terletak di dalam kavitas dan akan terlihat garis
antara kavitas dan bola jamur tersebut seperti tampakan bulan sabit yang merupakan
sisa udara dalam rongga atau dikenal juga dengan istilah air cresent sign.

Gambar 3.1 : CT Scan thorax potongan axial, tampak gambaran cavitas di lobus
kiri bawah paru dengan permukaan dinding yang tebal,cavitas mempunyai garis
permukaan yang halus yang di dalamnya terdapat air fluid level. Terdapat reaksi
inflamasi pada paru (panah kuning).3,5

2. Kista Paru
Kista paru merupakan pertumbuhan abnormal berupa kantung yang tumbuh
secara abnormal di paru paru. Penyebabnya belum diketahui secara pasti,
kemungkinan merupakan suatu respon hipersensitivitas, keturunan, infeksi,
maupun bahan kimia. Biasanya muncul pada usia 30- 50 tahun dan sangat jarang
ditemukan pada anak. Gejala kista paru tergantung dari luas dan cara
penyebarannya. Biasanya gejala utama adalah batuk yang menetap.3
Gambar 3.2 : Kista echinococcal paru terdiri dari tiga lapisan : exocyst, yang merupakan
membran pelindung, endocyst yang menghasilkan kista. Kista echinococcal paru dibatasi
oleh massa jaringan yang lembut dan tidak memiliki dinding kalsifikasi. Jika kista ini pecah
maka udara akan terlihat disekitar pinggiran kista dan menghasilkan tanda meniscus sign
atau tanda bulan sabit sampai dengan air fluid level.3,6

Gambar 3.3 : CT Scan Thorax potongan axial memperlihatkan kista hydatid dengan
gambaran air fluid level yang terlihat sebagai iceberg sign.3,7
Gambar 3.4 : Kista pada bronkus di bagian posterior kanan lobus tengah paru. 3,6

Gambar 3.5 : CT Scan thorax memperlihatkan kista pada bronkus dan 50% air
fluid level di dalam cavitas .3,6

Kista paru dibatasi oleh massa jaringan lunak yang lembut dan tidak memiliki
dinding kalsifikasi. Jika kista pecah maka udara akan terlihat disekitar pinggiran
kista danmenghasil kan tanda meniscus sign atau tanda bulan sabit sampai dengan
air fluid level. Jika dibandingkan dengan aspergilloma paru, tampak perbedaan
berupa massa tipis jaringan lunak atau bola jamur bulat atau lonjong yang terletak
di dalam kavitas berdinding tebal dan akan terlihat garis antara kavitas dan bola
jamur tersebut seperti tampakan bulan sabit yang merupakan sisa udara dalam
rongga atau dikenal juga dengan istilah air cresent sign.
3. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis yang ditandai dengan pembentukan
granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Gejala yang timbul berupa demam, batuk,
sesak nafas, nyeri dada, malaise. Tanda-tanda yang ditemui berupa penurunan berat
badan, anoreksia, dispnue, dan sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.2,3

Gambar 3.6 : Foto Thorax posisi antero-posterior memperlihatkan area konsolidasi,nodul


centrilobular, dan kavitas.3,8

Gambar 3.7 : CT Scan Thorax memperlihatkan kavitas besar dengan dinding tipis di
lobus atas paru kiri. 3,8

TB paru menjadi salah satu diagnosis banding dari aspergilloma dikarenakan


gambaran radiologi pada TB paru seperti contoh di atas dapat berupa area
konsolidasi, nodul centrilobular dan kavitas. Gambaran ini kadang terlihat seperti
gambaran aspergilloma, namun seperti yang telah dijabarkan, aspergilloma sendiri
memiliki ciri khas yaitu terdapat massa dalam kavitas berdinding tebal dan di
dalamnya terdapat bola jamur sehingga akan menghasilkan bentukan air crescent
sign. TB paru menjadi faktor risiko dari aspergilloma paru karena dengan
pembentukan kavitas nantinya jamur aspergilloma yang masuk melalui inhalasi
akan berkembang biak di dalamnya.

2.8 Tatalaksana dan Prognosis


Sebagian besar kasus aspergilloma tidak memerlukan pengobatan. Pengobatan
penyakit yang meningkatkan risiko aspergilloma, seperti tuberkulosis, dapat membantu
mencegah terjadinya aspergilloma. Dalam kasus-kasus rumit karena hemoptysis berat,
pembedahan mungkin diperlukan untuk membuang aspergilloma dan menghentikan
pendarahan. Obat-obat anti jamur seperti itrakonazol juga bisa digunakan, namun sejak
tahun 2005, tidak ada dari obat-obatan tersebut yang bisa mengeradikasi aspergilloma.3
Pada haemoptisis yang berat, angiografi dapat dilakukan karena merupakan
keadaan emergensi dan embolisasi arteri bronkial selektif dapat menyelamatkan
kehidupan. Jika prosedur ini gagal, atau pada kasus-kasus haemoptisis berulang,
bedah eksisi dengan lobektomi merupakan gold standard. 4
Kebanyakan pasien tidak perlu untuk dioperasi dan hanya dilakukan terapi
konservatif. Namun, angka kematian pada pasien ini bisa mencapai 50-55%,
dibandingkan dengan tingkat kematian setelah terapi pembedahan, yaitu 1-23%.7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Aspergiloma merupakan fungus ball (misetoma) yang terjadi karena
terdapat kavitas di parenkim akibat penyakit paru sebelumnya. Penyakit
yang mendasarinya bisa berupa TB (paling sering) atau proses infeksi
dengan nekrosis, sarkoidosis, fibrosis kistik, dan bula emfisema.
- Gambaran klinis aspergilloma sering asimptomatik, tetapi dapat juga
dijumpai batuk yang kronis, malaise, dan berat badan yang menurun.
Haemoptisis merupakan gejala klinis yang sering dijumpai pada sekitar 50-
80% kasus.
- Misetoma ini dapat dilihat pada kedua foto polos dan CT sebagai massa
intrakaviti dikelilingi oleh crecent of air (udara berbentuk bulan sabit).
- Kebanyakan pasien tidak perlu untuk dioperasi dan hanya dilakukan terapi
konservatif. Namun, angka kematian pada pasien ini bisa mencapai 50-55%,
dibandingkan dengan tingkat kematian setelah terapi pembedahan, yaitu 1-
23%
DAFTAR PUSTAKA

1. Aspergilloma. Diakses dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Aspergilloma


2. Aspergilosis. Diakses dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3432/1/08E00886.pdf
3. Aspergilosis Paru:. Saat Jamur Melakukan Invasi ke Paru: Diakses dari:
http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=480
4. Aspergilloma. Diakses dari: http://radiopaedia.org/articles/aspergilloma
5. R. Wilson, Walter., Maerle A. Sande. Current Diagnosis and Treament in
Infectious Diseases. The McGraw-Hill Companies, Inc.: United States.
755-756.
6. Anatomi paru-paru. Diakses dari:
http://ajunkdoank.wordpress.com/2009/07/14/anatomi-paru-paru/
7. Aspergillosis, Thoracic. Diakses dari:
http://emedicine.medscape.com/article/353200-overview
8. Aspergilloma. Diakses dari: http://www.umm.edu/imagepages/17263.htm
9. Aspergilloma: Diakses dari: http://www.umm.edu/imagepages/1103.htm
10. Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokeran Respirasi. 2013. Allergic
Bronchopulmonay Aspergillosis. Jakarta : FKUI
11. Chronic Necrotizing Pneumonia Aspergillosis. Diakses dari :
https://radiopaedia.org/articles/chronic-necrotising-pulmonary-
aspergillosis
12. Thoracic Aspergillosis Imaging. Diakes dari :
http://emedicine.medscape.com/article/353200-overview#a2
13. Angioinvasif Aspergillosis. Dieakses dari :
https://radiopaedia.org/articles/angioinvasive-aspergillosis

Anda mungkin juga menyukai