Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS (FIT TO FLY)

BLEFARITIS

OLEH

DENI TRI HANANTO


1706100711

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS


KEDOKTERAN PENERBANGAN
UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
2020
BAB I

STATUS PASIEN

1.1 Identitas Pasien

1. Nama : Tn. Y

2. Umur : 50 tahun

3. Jenis kelamin : Laki - laki

4. Pekerjaan : Penerbang

1.2 Anamnesa

Keluhan utama :

Kelopak Mata kiri bengkak

Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke klinik dengan kelopak mata kiri bengkak sudah
3 hari. Bengkak terjadi secara tiba-tiba. Ukuran bengkak tetap sama sejak dari awal keluhan.
Mata ditekan semakin nyeri, sudah diberi obat warungan berupa tetes mata tetapi tidak
membaik, keluar sedikit belek berwarna kuning , mata tidak merah, air mata tidak nerocos,
pasien merasa pandangan tidak kabur, tidak melihat pelangi di sekitar lampu, tidak silau saat
melihat sinar, tidak melihat pandangan ganda, tidak ada kerontokan pada bulu mata, mata
tidak gatal tidak ada demam, tidak mual muntah, tidak pusing.
Riwayat Penyakit Dahulu :

 Riwayat sakit serupa : 1 tahun yang lalu

 Riwayat alergi : disangkal

 Riwayat herpes : disangkal

 Riwayat trauma : disangkal

 Riwayat operasi pada mata : disangkal

 Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal

 Riwayat dermatitis seboroik : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :

 Riwayat sakit serupa : disangkal

 Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal

 Riwayat dermatitis seboroik : disangkal

 Riwayat alergi : disangkal

Riwayat Pribadi

 Riwayat pemakaian lensa kontak : disangkal

 Riwayat pemakaian kacamata : disangkal


BAB II

PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/80mmHg
Nadi : 96 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : afebris

B. STATUS OPTHALMOLOGIS

KETERANGAN OD OS
1. VISUS
Visus 6/6 6/6

2. KEDUDUKAN BOLA MATA


Eksoftalmos Tidak ada Tidak ada
Enoftalmos Tidak ada Tidak ada
Deviasi Tidak ada Tidak ada
Gerakan Bola Mata Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Nistagmus Tidak ada Tidak ada

3. SUPERSILIA
Warna Hitam Hitam
Simetris Simetris Simetris

4. PALPEBRA SUPERIOR
Edema Tidak Ada (+)
Hiperemis Tidak Ada (+)
Nyeri tekan Tidak Ada (+)
Suhu perabaan Normal Lebih hangat
Sekret Tidak Ada Ada, Kuning
Ptosis Tidak Ada Pseudo ptosis

5. PALPEBRA INFERIOR
Edema Tidak Ada Tidak Ada
Hiperemis Tidak Ada Tidak Ada
Nyeri tekan Tidak Ada Tidak Ada
Suhu perabaan Normal Normal
Sekret Tidak Ada Tidak Ada
Ptosis Tidak Ada Tidak Ada

6. KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR


Hiperemis Tidak Ada Tidak ada
Krepitasi Tidak ada Tidak ada
Folikel Tidak ada Tidak ada
Papil Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Anemis Tidak ada Tidak ada
Lithiasis Tidak ada Tidak ada
Korpus alienum Tidak ada Tidak ada

7. KONJUNGTIVA BULBI
Sekret Tidak Ada Tidak ada
Injeksi Konjungtiva Tidak Ada Tidak ada
Injeksi Siliar Tidak ada Tidak ada
Pendarahan Subkonjungtiva Tidak ada Tidak ada
Pterigium Tidak ada Tidak ada
Pinguekula Tidak ada Tidak ada
Nevus Pigmentosus Tidak ada Tidak ada
Kista Dermoid Tidak ada Tidak ada

8. SKLERA
Warna Putih Putih
Ikterik Tidak Ada Tidak ada

9. KORNEA
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Rata Rata
Infiltrat Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Arkus Senilis Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada
10. BILIK MATA DEPAN
Kedalaman Dalam Dalam
Kejernihan Jernih Jernih
Hipopion Tidak ada Tidak ada
Intraocular lense Tidak ada Tidak ada

11. IRIS
Warna hitam hitam

12. PUPIL
Letak Ditengah Ditengah
Bentuk Bulat Bulat
Refleks Cahaya Langsung + +
Refleks Cahaya Tak Langsung + +

13. LENSA
Kejernihan Keruh Jernih
Letak Di tengah Ditengah
Shadow test Positif Positif

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Tidak diperiksa
b. Rontgen
Tidak diperiksa
c. EKG
Tidak diperiksa
d. Lainnya
Tidak diperiksa

RESUME

Anamnesis
 Mata kiri bengkak sejak 3 hari yang lalu.
 Nyeri pada mata kiri
 Keluar sekret kuning kehijauan pada mata kiri
 Riwayat keluhan yang sama sejak 1 tahun yang lalu
Pemeriksaan Fisik
Oedem hiperemis, suhu perabaan hangat, nyeri tekan, terdapat sekret purulen
kuning , dan pseudoptosis pada margo palpebra superior okuli sinistra

Diagnosis

Blefaritis Anterior OS et causa bacterial

Diagnosis Banding :

 Blefaritis Posterior OS

 Konjungtivitis akut OS

BAB III

OVERVIEW

3.1 Definisi

Blefaritis adalah suatu penyakit inflamasi pada mata yang melibatkan lipatan
End point of margin.
palpebra/eyelid test Blefaritis : dapat 85 % of targetmenjadi
dibedakan HR achieved
blefaritis anterior dan posterior.
Blefaritis anteriorstress
Durante/post melibatkan
test: kulit, bulu mata,
No specific dan folikel. Sedangkan blefaritis posterior
complaints
melibatkan orificium kelenjar meibom, tarsal plate, dan blepharo-conjunctival junction.1,2
Hemodinamic
Penyebab blefaritisresponse
belum diketahui: secaraGood
pasti, tetapi penyakit ini sering kali berkaitan dengan
penyakit sistemik,
Physical mata kering, penyakit
Condition : kulit di daerah periorbital, gangguan kelenjar Meibom,
Average
1,2
dan infestasi kutu Demodex.
Functional classification : I
Aerobic capacity : 9,75 Mets

Conclussion : Negative Stress Test

Advice : -
3.2 Epidemiologi

Epidemiologi blefaritis di Indonesia belum diketahui. Blefaritis adalah salah satu keluhan
okuler yang paling sering ditemukan, tetapi data epidemiologis mengenai blefaritis masih sangat
minim. Dokter spesialis mata (ophthalmologist) dan ahli optometri (optometrist) di Amerika
Serikat menemukan pasien dengan tanda-tanda blefaritis sebanyak 37% dan 47% dalam praktek
sehari-hari. Sekitar 5% kasus penyakit mata pada layanan primer di Inggris adalah kasus
blefaritis.6,7

3.3 Patofisiologi

Patofisiologi blefaritis sering kali disebabkan oleh kolonisasi bakteri pada kelopak mata.
Kolonisasi bakteri ini dapat menyebabkan invasi langsung bakteri ke jaringan, kerusakan yang
dimediasi sistem imun, serta kerusakan akibat toksin ataupun enzim bakteri.1,2,4,5

Blefaritis Anterior

Blefaritis anterior ditandai oleh inflamasi pada dasar bulu mata/eyelashes. Hal ini
disebabkan karena dua faktor utama, yaitu kolonisasi bakteri dan gangguan kelenjar Meibom.
Kolonisasi bakteri menyebabkan invasi mikroba ke dalam jaringan dan kerusakan akibat enzim
dan toksin dari bakteri tersebut. Blefaritis anterior ditandai dengan adanya pembentukan krusta
di bulu mata, sedangkan blefaritis anterior seboroik ditandai dengan adanya kotoran seperti
ketombe pada garis batas kelopak mata dan kotoran-kotoran berminyak/greasy scales pada bulu
mata.2,4,5 Kolonisasi bakteri dapat menyebabkan blefaritis karena faktor-faktor berikut:2
 Proses infeksi pada palpebra
 Merangsang reaksi kelenjar Meibom terhadap eksotoksin bakteri
 Menyebabkan reaksi alergi terhadap antigen bakterin

Blefaritis Posterior

Blefaritis posterior ditandai dengan adanya inflamasi pada bagian dalam palpebra di
sekitar kelenjar Meibom, sehingga sering kali disebut dengan gangguan kelenjar Meibom
(meibomian gland dysfunction/MGD). Blefaritis posterior muncul pada penyakit kulit seperti
rosacea dan dermatitis seboroik. Mekanisme utama yang terjadi pada blefaritis posterior adalah
ketidakstabilan lapisan air mata (tear film).1,2
Pada tahap awal, terjadi hiperkeratinisasi pada epitel saluran kelenjar Meibom, sehingga
menyebabkan kelenjar Meibom menjadi tidak normal. Kelenjar Meibom yang abnormal
berakibat pada gangguan sekresi kelenjar yang menyebabkan instabilitas tear film dan perubahan
komposisi hasil sekresi. Sekresi kelenjar berubah menjadi lebih tinggi akan asam lemak
bebas/free fatty acid dan lemak tidak jenuh/unsaturated fat. Peningkatan lemak ini menjadi
media yang baik bagi pertumbuhan bakteri, seperti Propionibacterium acnes, Corynobacterium
sp., dan Staphylococcus coagulase-negative. Bakteri-bakteri ini memproduksi lipase yang
memperparah ketidakseimbangan komposisi lemak pada hasil sekresi kelenjar Meibom.
Instabilitas tear film dan perubahan komposisi berkepanjangan memberikan efek toksik pada
okuler dan inflamasi kronis, sehingga menyebabkan fibrosis, disfungsi kelenjar Meibom, dan
kerusakaan permukaan okuler serta palpebral.1,2,5

3.4 Faktor Risiko

Resiko blefaritis meningkat pada pasien dengan kondisi terkait, seperti:1-4

 Mata kering : Blefaritis muncul pada 50% pasien dengan mata kering dan sekitar 25-40%
pasien blefaritis mengalami mata kering. Hal ini disebabkan karena sekresi abnormal
kelenjar Meibom yang mengganggu tear film. Ketidakseimbangan lipid juga
menyebabkan evaporasi air mata meningkat.

 Penyakit kulit : Rosecea dan dermatitis seboroik sering kali berkaitan dengan blefaritis.
Sebanyak 20%-42% pasien blefaritis mengalami rosasea dan sebanyak 33%-46%
mengalami dermatitis seboroik.
 Penggunaan lensa kontak

Pasien dengan intoleransi lensa kontak sering kali mengalami blefaritis. Hal ini berkaitan
dengan diskomposisi lemak pada tear film, sehingga tidak ada lubrikasi untuk lensa
kontak.

3.5 Diagnosis

Diagnosis blefaritis ditegakkan dengan anamnesis dan penemuan khas pada pemeriksaan
fisik dengan slit-lamp. Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus yang diperlukan dalam
menegakkan diagnosis blefaritis.3

Anamnesis

Pasien dengan blefaritis umumnya datang dengan keluhan iritasi pada mata, gatal,
kemerahan dan bengkak pada palpebra, dan/atau keluhan pada bulu mata. Gejala yang
dapat timbul antara lain adalah: 2,4

 Mata merah

 Mata berair

 Palpebra bengkak, kemerahan, dan/atau gatal

 Rasa mengganjal

 Rasa terbakar

 Bulu mata menempel-nempel seperti tikar (matting)

 Krusta pada bulu mata dan/atau kantus medialis pada pagi hari

 Fotofobia

 Visus menurun

 Nyeri

3.6 Penatalaksanaan Blefaritis 2,3,4,9


Tujuan utama penatalaksanaan blefaritis adalah untuk:

(1) mengurangi tanda dan gejala,

(2) minimalisir kerusakan struktur,

(3) mencegah penurunan visus.

Kortikosteroid

Pada pasien yang tidak terserang infeksi, dokter akan meresepkan tetes mata atau salep
kortikosteroid, untuk mengurangi peradangan. Air mata buatan juga dapat diresepkan untuk
mengurangi iritasi yang disebabkan oleh mata kering.

Antibiotik

Untuk pasien blefaritis yang diduga dipicu oleh infeksi bakteri, dokter akan meresepkan
antibiotik minum, salep, atau tetes mata.

3.7 Komplikasi 4

Komplikasi blefaritis meliputi komplikasi karena efek langsung dari penyakit dan juga
efek dari terapi. Komplikasi karena efek langsung penyakit yang paling sering ditemui adalah
konjungtivitis, keratitis, trikiasis, ulkus kornea, entropion, dan ektropion. Katarak, glaukoma, dan
reaktivasi virus dapat terjadi akibat penggunaan steroid topikal.4
BAB III

AEROMEDICAL CONCERN

Kekhawatiran bahwa gejala gatal, terbakar, edema kelopak mata, dan penglihatan kabur
dapat mengganggu penerbangan, karena gejala-gejala ini sering hadir pada blefaritis.10

Beberapa maskapai penerbangan melarang pasien dengan infeksi mata akut . Pasien-
pasien dengan gangguan mata tersebut boleh terbang bila sudah dievaluasi oleh dokter dan
dinyatakan sudah tidak dalam fase menular.12
Dalam penerbangan yang lama, kelembaban udara kabin yang rendah dapat
menyebabkan kekeringan dan iritasi pada membran terutama mata, akan memperburuk penyakit
blefaritis.13

Blefaritis jika tidak segera diterapi dapat menimbulkan komplikasi karena efek langsung
dari penyakit dan juga efek dari terapi. 11 Komplikasi karena efek langsung penyakit yang paling
sering ditemui adalah konjungtivitis, keratitis, trikiasis, ulkus kornea, entropion, dan ektropion.
Katarak, glaukoma, dan reaktivasi virus dapat terjadi akibat penggunaan steroid topical.
Komplikasi ini juga bisa mengganggu penerbangan.9

BAB IV

AEROMEDICAL CONCIDERATION

4.1 Juknis TNI AU


Blefaritis marginalis (U4/U2p).

4.2 PM 69 th 2017 / ICAO Medical Manual 8984


 Fungsi mata dan adneksanya harus normal. Tidak boleh ada kondisi patologis aktif, akut
atau kronis, atau sekuele operasi atau trauma mata atau adneksa mereka yang mungkin
mengurangi fungsi visual yang tepat sampai pada batas yang akan mengganggu
pelaksanaan.

BAB V

AEROMEDICAL DISPOSITION

5.1 Diagnosis

ICD-10 Code: H01.004 - Unspecified Blepharitis Left Upper Eyelid

5.2 Rekomendasi

Unfit  Evaluasi setelah 48 jam

(Sampai tidak ada produksi sekret dan ada perbaikan gejala dengan pengobatan)

DAFTAR PUSTAKA

1. Tonk R, Hossain K. Blepharitis. American Academy of Ophtalmology. 2014. Diunduh dari:


http://eyewiki.aao.org/Blepharitis.

2. Sthein R, Trobe J, Libman H. Blepharitis. UpToDate. 2017. Diakses dari:


https://www.uptodate.com/contents/blepharitis.

3. American Academy of Ophtalmology Cornea/External Disease Panel. Preffered Practice


Pattern Guideline: Blepharitis. California: 2013. Diakses dari: https://www.aao.org/preferred-
practice-pattern/blepharitis-ppp--2013
4. Lowery S, Law S, Dahl A. Adult blepharitis. Medscape. 2015. Diakses dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1211763.

5. Liu J, Sheha H, Tseng S.Pathogenic role of Demodex mites in blepharitis. Curr Opin Allergy
Clin Immunol 2013;10:505–10

6. Lemp M, Nichols K. Blepharitis in the United States 2009: A survey-based perspective on


prevalence and treatment. Ocul Surf. 2009;7:S1-14

7. British Medical Journal. Blepharitis. BMJ Best Pract. 2017. Diunduh dari:
http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/574/basics/epidemiology.

8. Rim T, Kang M, Choi M, et al. Ten-year incidence and prevalence of clinically diagnosed
blepharitis in South Korea: a nationwide population-based cohort study. Clin Exp
Ophthalmol. 2017; 45(5):448-54

9. U.S. Navy Aeromedical Reference and Waiver Guide

10. U.S Air Force Waiver Guide

11. Juknis TNI AU


12. Aerospace Medical Association. Ophthalmological conditions.
http://www.asma.org/asma/media/asma/TravelPublications/MedicalGuidelines/Ophthalmolog
ical-Conditions.pdf
13. ICAO Medical Manual 8984/ Peraturan Menteri Perhubungan RI PM 69 Tahun 2017 Tentang
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 67 (Civil Aviation Safety Regulation Part
67) Tentang Standar Kesehatan Dan Sertifikasi Personel Penerbangan.

Anda mungkin juga menyukai