Anda di halaman 1dari 13

Tinjauan Pustaka

DIET PASCA TONSILEKTOMI

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Pada
Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Dan
Leher Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa / Fakultas Kedokteran
Universitas Abulyatama

Disusun Oleh :
Fatiatul Khairi, S.Ked
22174012

Pembimbing:
dr. Azwar Abdullah, Sp. THT-BKL

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK


BEDAH KEPALA DAN LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA/
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA
BANDA ACEH
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas
Tinjauan Pustaka pada Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Bedah Kepala dan Leher dengan judul “Diet Pasca Tonsilektomi”. Shalawat
beriring salam Penulis sampaikan kepada Rasulullah nabi Muhammad SAW, atas
semangat perjuangan dan pengorbanan bagi ummatnya. Ucapan terima kasih
Penulis sampaikan kepada dr. Azwar Abdulllah, Sp. THT-BKL yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan dalam
menyelesaikan Tinjauan Pustaka ini.
Penulis menyadari bahwa Tinjauan Pustaka ini masih jauh dari
kesempurnaan. Saran dan kritik dari Pembimbing dan teman-teman akan Penulis
terima dengan tangan terbuka, semoga dapat menjadi bahan pembelajaran dan
bekal di masa mendatang.

Banda Aceh, Oktober 2023

Penulis,
Fatiatul Khairi, S.Ked

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
BAB II ANATOMI DAN FISIOLOGI TENGGOROK ................................ 2
2.1 Anatomi dan Fisiologi Tenggorok.............................................................. 2
2.1.1 Nasofaring................................................................................... 2
2.1.2 Orofaring..................................................................................... 3
2.1.3 Hipofaring................................................................................... 3
2.2 Anatomi dan Fisiologi Tonsil.................................................................... 3
BAB III TONSILEKTOMI.................................................................................. 5
3.1 Definisi................................................................................................... 5
3.2 Epidemiologi ........................................................................................... 5
3.3 Indikasi Tonsilektomi............................................................................... 6
BAB IV DIET PASCA TONSILEKTOMI...................................................... 7
BAB V KESIMPULAN................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 9

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Anatomi Tenggorok............................................................................2

Gambar 2 Anatomi Tonsil...................................................................................4

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Tonsil atau amandel merupakan salah satu bagian tubuh (kelenjar getah
bening) yang berfungsi sebagai penghadang agar kuman tidak mudah masuk ke
saluran pernapasan dan saluran makanan manusia. Tonsilektomi adalah suatu
prosedur bedah yang bertujuan untuk mengobati tonsillitis atau peradangan kronis
pada tonsil dengan cara pengangkatan jaringan tonsil.

Tonsilektomi didefinisikan sebagai prosedur bedah yang dilakukan dengan


atau tanpa adenoidektomi yang benar-benar mengangkat tonsil, termasuk kapsul
nya, dengan membedah ruang peritonsillar antara kapsul tonsil dan dinding otot.
Tonsilektomi telah dipraktekkan selama 2.000 tahun, dengan berbagai popularitas
selama berabad-abad.

Pada orang dewasa, indikasi yang paling umum adalah tonsilitis akut
berulang. Namun indikasi yang paling umum pada anak-anak adalah sleep apneu
disorder. Anamnesis yang lengkap dan pemeriksaan fisik sangat penting dalam
diagnosis pra operasi dan evaluasi pasien yang akan menjalani tonsilektomi.
Evaluasi pra operasi lainnya harus ditentukan berdasarkan kondisi medis setiap
pasien. Hal penting lainnya dalam persiapan operasi ini adalah dilakukannya
inform ed consent baik terhadap pasien maupun keluarga pasien.

Tujuan diet dari pasien pasca tonsilektomi mempercepat penyembuhan di


area tonsil dengan memberikan makanan yang mudah ditelan sesuai kebutuhan
gizi. Perbedaan diet post tonsilektomi dengan makanan biasa makanan yang
diberikan pasca operasi tonsilektomi memiliki tekstur lunak yang mudah ditelan
dan bersuhu dingin. Makanan ini pada umumnya tidak dapat memenuhi
kebutuhan gizi pasien dalam sehari sehingga tidak dapat diberikan dalam jangka
waktu yang lama.

1
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI TENGGOROK

2.1 Anatomi dan Fisiologi Tenggorokan

Faring terbagi menjadi tiga bagian anatomis:3

1. Nasofaring: terbentang dari basis kranii hingga palatum mole dan


berbatasan di sebelah depan dengan koana.
2. Orofaring : terbentang dari palatum mole hingga tepi atas epiglotis dan
berlanjut ke arah depan ke dalam rongga mulut.
3. Hipofaring : berbatasan dengan tepi atas epiglotis di sebelah kranial, di
sebelah kaudal bersambung dengan esofagus setingkat lempeng belakang
cincin kartilago
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Nasofaring

Nasofaring adalah bagian atas tenggorok (faring) yang terletak di belakang


hidung. Nasofaring berbentuk seperti sebuah kotak berongga. Terletak dibagian
lunak atap mulut (Soft Palate) dan terletak dibelakang hidung. Nasofaring
berfungsi untuk melewatkan udara dari hidung menuju ke tenggorok yang
akhirnya ke paru-paru.3

Gambar 1. Anatomi Tenggorokan

2
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Orofaring

Orofaring dilapisi dengan epitel tak bertanduk seperti pada hipofaring,


karena selain udara, makanan harus melewati daerah ini. Di antara arkus palatini
terdapat tonsila palatina. Dari pangkal lidah, terjulur lipatan mukosa yang menuju
epiglotis. Di antara lipatan tersebut terdapat valleculae epiglotticae. Epiglotis
bergerak ke bawah saat proses menelan dan dengan demikian menutup jalur ke
laring dan saluran napas.3

2.1.3 Anatomi dan Fisiologi Hipofaring

Hipofaring membentuk daerah peralihan dari faring ke saluran cerna.


Hipofaring membuka sewaktu menelan. Bila tidak membuka, hipofaring terletak
berdekatan dengan dinding belakang laring. Melalui recessus piriformes, laring
menonjol ke dalam hipofaring dalarn keadaan istirahat. Otot internal faring
dibentuk oleh meatus konstriktor faringes (otot konstriktor faringis). Ketiga lapis
otot tersebut berserta bagian kranialnya melekat pada basis cranii melalui fascia
faringobasilaris. Di bagian atas dan tengah, serabut otot tersusun diagonal,
sedangkan bagian bawah memperlihatkan susunan horizontal.3

2.2 Anatomi dan Fisiologi Tonsil

Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel pernapasan.
"Tonsil" merujuk secara khusus untuk tonsila palatina, dan "adenoid" mengacu
pada tonsilo faringeal. Selain itu, terdapat tonsila lingual di lidah posterior dan
tonsil tuba dibelakang lubang saluran tuba eustachius. Cincin Waldeyer adalah
cincin dari empat jaringan limfoid di faring dibentuk oleh tonsila palatina
("tonsil"), tonsilo faringeal ("adenoid"), tonsil tuba, dan tonsil lingual.3

3
Gambar 2. Berbagai Letak tonsil di sekitar rongga mulut

a. Tonsil Palatina

Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid berbentuk ovoid


berdiameter 10-15 mm yang terletak di dalam fossa tonsilaris pada kedua sudut
orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior
(otot palatofaringeus). Permukaannya tampak berlubang-lubang kecil yang
berjalan ke dalam “Cryptae Tonsillares” yang berjumlah 6-20 kripte. Tonsil tidak
selalu mengisi seluruh fossa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal
sebagai fosa supratonsilar. Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh: 3

a. Lateral : Muskulus konstriktor faring superior


b. Anterior : Muskulus palatoglosus
c. Posterior : Muskulus palatofaringeus
d. Superior : Palatum mole
e. Inferior : Tonsil lingual

b. Fosa Tonsil

Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah
otot palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau
dinding luarnya adalah otot konstriktor faring superior. Berlawanan dengan
dinding otot yang tipis ini, pada bagian luar dinding faring terdapat nervus ke IX
yaitu nervus Glosofaringeal.3

4
BAB III
TONSILEKTOMI

3.1 Definisi

Tonsilektomi merupakan salah satu prosedur bedah yang paling umum


dilakukan pada anak-anak di Amerika Serikat. Lebih dari 500.000 tonsilektomi
dilakukan setiap tahun di Amerika Serikat. Alasan paling umum untuk melakukan
tonsilektomi adalah obstruksi jalan napas atas atau tidur gangguan pernafasan
karena amandel besar dan tonsilitis kronis.1

Tonsilektomi didefinisikan sebagai prosedur bedah yang dilakukan dengan


atau tanpa adenoidektomi yang benar-benar mengangkat tonsil, termasuk kapsul
nya, dengan membedah ruang peritonsillar antara kapsul tonsil dan dinding otot.4

3.2 Epidemiologi

Tonsilektomi merupakan prosedur operasi yang praktis dan aman, namun


hal ini bukan berarti tonsilektomi merupakan operasi minor karena
tetapmemerlukan keterampilan dan ketelitian yang tinggi dari operator dalam
pelaksanaannya.4

Di Amerika Serikat, karena kekhawatiran komplikasi,tonsilektomi


digolongkan pada operasi mayor. Di Indonesia, tonsilektomi digolongkan pada
operasi sedang karena durasi operasi pendek dan teknik tidak sulit. Pada awal
tahun 1960 dan 1970-an, telah dilakukan 1 sampai 2 juta tonsilektomi,
adenoidektomi atau gabungan keduanya setiap tahunnya di Amerika Serikat.
Angka ini menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu dimana pada tahun 1996,
diperkirakan 287.000 anak-anak di bawah 15 tahun menjalani tonsilektomi,
dengan atau tanpa adenoidektomi. Dari jumlah ini, 248.000 anak (86,4%)
menjalani tonsiloadenoidektomi dan 39.000 lainnya (13,6%) menjalani
tonsilektomi saja. Tren serupa juga ditemukan di Skotlandia. Sedangkan pada
orang dewasa berusia 16 tahun atau lebih, angka tonsilektomi meningkat dari 72
per 100.000 pada tahun 1990 (2.919 operasi) menjadi 78 per 100.000 pada tahun
1996 (3.200 operasi).4

5
3.3 Indikasi Tonsilektomi

Menurut American Academy of Otolaryngology – Head and Neck Surgery


(AAO-HNS), terdapat indikasi absolut dan relatif untuk dilakukannya
tonsilektomi. Indikasi absolut dia antaranya adalah4

a. pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas


b. disfagia berat, gangguan tidur
c. komplikasi kardiopulmoner
d. abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan
drainase
e. tonsilitis yang menimbulkan kejang demam, serta tonsilitis yang
membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi.

Indikasi relatif tonsilektomi adalah

a. terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi
antibiotik adekuat
b. halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan
pemberian terapi medis
c. tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak
membaik dengan pemberian antibiotik β-laktamase resisten hipertrofi
tonsil unilateral yang dicurigai merupakan suatu keganasan.

6
BAB IV
DIET PASCA TONSILEKTOMI

Untuk 24 jam pertama setelah operasi, cairan bening (seperti air, es batu,
jus non-jeruk, Kool-Aid, Gatorade, es loli) merupakan cairan yang
direkomendasikan. Air dingin tampak lebih menenangkan daripada cairan hangat
pada beberapa hari pertama. saat sakit tenggorokan memburuk setelah itu, pasien
mungkin minum air hangat (seperti cokelat panas, sup, kaldu, dll) lebih
menenangkan tenggorokan.5

Mengkonsumsi banyak air merupakan hal yang sangat penting untuk


menjaga dari dehidrasi. Hidrasi dengan baik adalah faktor yang paling penting
untuk memastikan pemulihan yang mudah. Di rumah, jika pasien buang air kecil
kurang dari biasanya, maka tingkatkan jumlah cairan yang diminum oleh pasien.
Pasien harus terus minum cairan. Jika pasien hanya mau minum dari sedotan,
maka gunakanlah sedotan untuk memberi pasien cairan. Beberapa pasien tidak
minum dengan baik karena sakit. Beberapa anak memerlukan penggantian cairan
intravena.5,6,7,8

Setelah 24 jam pertama setelah prosedur operasi, rasa mual yang berasal
dari obat anestesi biasanya mereda. Pada keadaan ini diet dapat secara bertahap
dapat diganti ke makanan lunak, yaitu kentang lunak, sereal lunak (oatmeal, krim
gandum, Farina), telur rebus atau orak-arik telur, yoghurt, puding, custard,
makanan bayi, saus apel, Jell-O, es krim, sup, dan pasta. Hindari makanan keras
dan renyah (misalnya, kue, daging renyah, roti, biskuit, pizza, popcorn, kacang,
keripik jagung, keripik kentang, pretzel, dll) untuk meminimalkan lidah dan
tenggorokan dari gerakan yang menyakitkan dan dari mengunyah sampai
makanan dapat lebih ditoleransi.6,7

Secara umum, tidak ada pembatasan makanan setelah operasi. Saran diet
di atas hanyalah panduan yang dapat membantu untuk sebagian besar pasien. Diet
lunak hanya cenderung lebih nyaman dilakukan untuk anak-anak sampai makanan
biasa ditoleransi. Sekali lagi, asupan cairan lebih penting daripada makanan. Pola
makan yang teratur untuk usia dapat dimulai ketika ditoleransi.6,7

7
BAB V
KESIMPULAN

Tonsilektomi didefinisikan sebagai prosedur bedah yang dilakukan dengan


atau tanpa adenoidektomi yang benar-benar mengangkat tonsil, termasuk kapsul
nya, dengan membedah ruang peritonsillar antara kapsul tonsil dan dinding otot.
Tonsilektomi telah dipraktekkan selama 2.000 tahun, dengan berbagai popularitas
selama berabad-abad.

Sebagian besar pasien dapat dengan aman dipulangkan ke rumah pada hari
yang sama setelah operasi, terlepas dari teknik bedah yang digunakan. Obat
pereda rasa sakit harus direkomendasikan, dan kebanyakan dokter meresepkan
baik acetaminophen atau acetaminophen dengan kodein pasca operasi. Diet
lembut pasca operasi direkomendasikan, agar proses penyembuhan lebih cepat.

Tonsilektomi merupakan tindakan bedah yang dilakukan dengan anestesi


umum maupun lokal, sehingga komplikasi yang ditimbulkannya merupakan
gabungan komplikasi tindakan bedah dan anestesi. Sekitar 1:15.000 pasien yang
menjalani tonsilektomi meninggal baik akibat perdarahan maupun komplikasi
anestesi dalam 5-7 hari setelah operasi.

Secara umum, tidak ada pembatasan makanan setelah operasi. Saran diet
di atas hanyalah panduan yang dapat membantu untuk sebagian besar pasien. Diet
lunak hanya cenderung lebih nyaman dilakukan untuk anak-anak sampai makanan
biasa ditoleransi. Sekali lagi, asupan cairan lebih penting daripada makanan. Pola
makan yang teratur dapat dimulai ketika ditoleransi.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Removing Tonsils.. LSU Health Shreveport


http://www.lsuhscshreveport.edu/OtolaryngologyHeadandNec
kSurgery/Tonsillectomy.aspx
2. 2008. Scott-Brown’s Otorhinolaryngology Head and Neck surgery
Volume 1 7th Edition. Great Britain : Edward Arnold Ltd
3. 2013. Applied Anatomy of Palatine Tonsils.
http://epomedicine.com/medical-students/applied-anatomyof-
palatine-tonsils/
4. Ahmed, AO et al. 2013. Indications for tonsillectomy and
adenoidectomy:Our experience. Nigeria : Nigerian Journal of
Clinical Practice. Jan-Feb 2014. Vol 17.Issue 1.
5. Aremu, S.K. A Review of Tonsillectomy Techniques and
Technologies. Federal Medical Centre, Azare, Bauchi State :
Nigeria
6. Balasubramanian. T. 2007. Tonsillectomy .
http://www.drtbalu.co.in/tonsillectomy.html Dhingra, PL and
Shruti
7. Dhingra. 2014. Diseases of Ear, Nose and Troat & Head and Neck
Surgery 6th Edition. India : Elsevier
8. Gibber, Marc J. 2015. Tonsillectomy in adults.: Uptodate Ltd.
http://www.uptodate.com/contents/tonsillectomy-inadults#H1
9. Kron, Thomas K.. Tonsillectomy And/Or Adenoidectomy. -. www.
Entsurgicalillinois,com
10. McNenll, Ronald Alastair. A History Of Tonsillectomy: Two
Millenia Of Trauma, Haemorrhage And Controversy.
11. Netter FH. 2006. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US: Saunders

Anda mungkin juga menyukai