Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Pada
Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Dan
Leher Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa / Fakultas Kedokteran
Universitas Abulyatama
Disusun Oleh :
Fatiatul Khairi, S.Ked
22174012
Pembimbing:
dr. Azwar Abdullah, Sp. THT-BKL
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas
Tinjauan Pustaka pada Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Bedah Kepala dan Leher dengan judul “Diet Pasca Tonsilektomi”. Shalawat
beriring salam Penulis sampaikan kepada Rasulullah nabi Muhammad SAW, atas
semangat perjuangan dan pengorbanan bagi ummatnya. Ucapan terima kasih
Penulis sampaikan kepada dr. Azwar Abdulllah, Sp. THT-BKL yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan dalam
menyelesaikan Tinjauan Pustaka ini.
Penulis menyadari bahwa Tinjauan Pustaka ini masih jauh dari
kesempurnaan. Saran dan kritik dari Pembimbing dan teman-teman akan Penulis
terima dengan tangan terbuka, semoga dapat menjadi bahan pembelajaran dan
bekal di masa mendatang.
Penulis,
Fatiatul Khairi, S.Ked
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
BAB II ANATOMI DAN FISIOLOGI TENGGOROK ................................ 2
2.1 Anatomi dan Fisiologi Tenggorok.............................................................. 2
2.1.1 Nasofaring................................................................................... 2
2.1.2 Orofaring..................................................................................... 3
2.1.3 Hipofaring................................................................................... 3
2.2 Anatomi dan Fisiologi Tonsil.................................................................... 3
BAB III TONSILEKTOMI.................................................................................. 5
3.1 Definisi................................................................................................... 5
3.2 Epidemiologi ........................................................................................... 5
3.3 Indikasi Tonsilektomi............................................................................... 6
BAB IV DIET PASCA TONSILEKTOMI...................................................... 7
BAB V KESIMPULAN................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 9
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Tonsil atau amandel merupakan salah satu bagian tubuh (kelenjar getah
bening) yang berfungsi sebagai penghadang agar kuman tidak mudah masuk ke
saluran pernapasan dan saluran makanan manusia. Tonsilektomi adalah suatu
prosedur bedah yang bertujuan untuk mengobati tonsillitis atau peradangan kronis
pada tonsil dengan cara pengangkatan jaringan tonsil.
Pada orang dewasa, indikasi yang paling umum adalah tonsilitis akut
berulang. Namun indikasi yang paling umum pada anak-anak adalah sleep apneu
disorder. Anamnesis yang lengkap dan pemeriksaan fisik sangat penting dalam
diagnosis pra operasi dan evaluasi pasien yang akan menjalani tonsilektomi.
Evaluasi pra operasi lainnya harus ditentukan berdasarkan kondisi medis setiap
pasien. Hal penting lainnya dalam persiapan operasi ini adalah dilakukannya
inform ed consent baik terhadap pasien maupun keluarga pasien.
1
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI TENGGOROK
2
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Orofaring
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel pernapasan.
"Tonsil" merujuk secara khusus untuk tonsila palatina, dan "adenoid" mengacu
pada tonsilo faringeal. Selain itu, terdapat tonsila lingual di lidah posterior dan
tonsil tuba dibelakang lubang saluran tuba eustachius. Cincin Waldeyer adalah
cincin dari empat jaringan limfoid di faring dibentuk oleh tonsila palatina
("tonsil"), tonsilo faringeal ("adenoid"), tonsil tuba, dan tonsil lingual.3
3
Gambar 2. Berbagai Letak tonsil di sekitar rongga mulut
a. Tonsil Palatina
b. Fosa Tonsil
Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah
otot palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau
dinding luarnya adalah otot konstriktor faring superior. Berlawanan dengan
dinding otot yang tipis ini, pada bagian luar dinding faring terdapat nervus ke IX
yaitu nervus Glosofaringeal.3
4
BAB III
TONSILEKTOMI
3.1 Definisi
3.2 Epidemiologi
5
3.3 Indikasi Tonsilektomi
a. terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi
antibiotik adekuat
b. halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan
pemberian terapi medis
c. tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak
membaik dengan pemberian antibiotik β-laktamase resisten hipertrofi
tonsil unilateral yang dicurigai merupakan suatu keganasan.
6
BAB IV
DIET PASCA TONSILEKTOMI
Untuk 24 jam pertama setelah operasi, cairan bening (seperti air, es batu,
jus non-jeruk, Kool-Aid, Gatorade, es loli) merupakan cairan yang
direkomendasikan. Air dingin tampak lebih menenangkan daripada cairan hangat
pada beberapa hari pertama. saat sakit tenggorokan memburuk setelah itu, pasien
mungkin minum air hangat (seperti cokelat panas, sup, kaldu, dll) lebih
menenangkan tenggorokan.5
Setelah 24 jam pertama setelah prosedur operasi, rasa mual yang berasal
dari obat anestesi biasanya mereda. Pada keadaan ini diet dapat secara bertahap
dapat diganti ke makanan lunak, yaitu kentang lunak, sereal lunak (oatmeal, krim
gandum, Farina), telur rebus atau orak-arik telur, yoghurt, puding, custard,
makanan bayi, saus apel, Jell-O, es krim, sup, dan pasta. Hindari makanan keras
dan renyah (misalnya, kue, daging renyah, roti, biskuit, pizza, popcorn, kacang,
keripik jagung, keripik kentang, pretzel, dll) untuk meminimalkan lidah dan
tenggorokan dari gerakan yang menyakitkan dan dari mengunyah sampai
makanan dapat lebih ditoleransi.6,7
Secara umum, tidak ada pembatasan makanan setelah operasi. Saran diet
di atas hanyalah panduan yang dapat membantu untuk sebagian besar pasien. Diet
lunak hanya cenderung lebih nyaman dilakukan untuk anak-anak sampai makanan
biasa ditoleransi. Sekali lagi, asupan cairan lebih penting daripada makanan. Pola
makan yang teratur untuk usia dapat dimulai ketika ditoleransi.6,7
7
BAB V
KESIMPULAN
Sebagian besar pasien dapat dengan aman dipulangkan ke rumah pada hari
yang sama setelah operasi, terlepas dari teknik bedah yang digunakan. Obat
pereda rasa sakit harus direkomendasikan, dan kebanyakan dokter meresepkan
baik acetaminophen atau acetaminophen dengan kodein pasca operasi. Diet
lembut pasca operasi direkomendasikan, agar proses penyembuhan lebih cepat.
Secara umum, tidak ada pembatasan makanan setelah operasi. Saran diet
di atas hanyalah panduan yang dapat membantu untuk sebagian besar pasien. Diet
lunak hanya cenderung lebih nyaman dilakukan untuk anak-anak sampai makanan
biasa ditoleransi. Sekali lagi, asupan cairan lebih penting daripada makanan. Pola
makan yang teratur dapat dimulai ketika ditoleransi.
8
DAFTAR PUSTAKA