Anda di halaman 1dari 31

REFERAT

TONSILITIS

Pembimbing:
dr. Raden Ena Sarikencana, SpTHT-KL

Disusun oleh:
Siska Sulistiyowati
1620221168

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG


DAN TENGGOROK
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PERSAHABATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ‘VETERAN’ JAKARTA
PERIODE 06 AGUSTUS – 08 SEPTEMBER 2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT

TONSILITIS

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di bagian
SMF THT-KL RSUP PERSAHABATAN

Disusun oleh :
Siska Sulistiyowati 1620221168

Pembimbing

dr. Raden Ena Sarikencana, SpTHT-KL

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul
“Tonsilitis”. Referat ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi Dokter di SMF THT-KL RSUP
Persahabatan
Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan rasa terima kasih
kepada dr. Raden Ena Sarikencana, SpTHT-KL selaku pembimbing dalam
pembuatan pembuatan referat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini terdapat
kekurangan sehingga penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang berkepentingan bagi pengembangan ilmu kedokteran.

Jakarta, Agustus 2018

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................1


LEMBAR PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR .............................................................................................3
DAFTAR ISI ............................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................5


BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................6
BAB III KESIMPULAN ........................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................31

4
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh
jaringan ikat dengan kriptus didalamnya. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil
faringeal (adenoid), tonsil palatina dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya
membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil berfungsi sebagai
filter/penyaring organisme yang berbahaya. Dalam pengertian sehari-hari yang
dimaksud dengan tonsil adalah tonsila palatina, sedang tonsila faringeal lebih
dikenal sebagai adenoid
Dari hari kehari semakin banyak muncul berbagai macam penyakit infeksi
ataupun penyakit lainnya, salah satunya adalah penyakit tonsilitis atau yang sering
kita kenal dengan radang amandel. Tonsilitis adalah suatu peradangan pada tonsil
atau amandel yang dapat menyerang semua golongan umur. Bila tonsilitis akut
sering kambuh walaupun penderita telah mendapat pengobatan yang memadai,
maka perlu diingat kemungkinan terjadinya tonsilitis kronik. Tonsilitis akut
merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada saluran napas bagian atas,
terutama pada anak – anak. Insiden tertinggi terjadi pada usia 4 – 5 tahun.
Mengingat angka kejadian tonsilitis yang cukup tinggi di masyarakat serta
dampak yang cukup besar akibat dari infeksinya pada penderitanya, penulis
tertarik untuk membuat tulisan tentang tonsilitis ini. Diharapkan dengan adanya
tulisan ini dapat menjadi referensi sekaligus sebagai bahan bacaan untuk
memperluas wawasan tentang penyakit tonsilitis.

I.2 Tujuan
Tujuan penulisan referat ini, yaitu:
a. Sebagai salah satu syarat ujian kepaniteraan klinik stase THT-KL RSUP
Persahabatan.
b. Menambah ilmu dan wawasan tentang kesehatan telinga hidung dan
tenggorok khususnya hal-hal mengenai tonsillitis.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Anatomi
II.1.1 Faring
Faring merupakan bagian tubuh yang merupakan suatu kantong
fibromuskler yang bentuknya seperti corong, yang besar dibagian atas dan sempit
dibagian bawah mulai dari dasar tengkorak terus menyambung sampai setinggi
vertebra servikal VI, ke atas faring berhubungan dengan rongga hidung melalui
koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring,
sedangkan dengan laring dibawah berhubungan melalui aditus laring daan ke
bawah berhubungan dengan esophagus. Panjang dinding posterior faring 14 cm.
dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lender, fascia
faringobasilier, pembungkus otot dan sebagian fascia bukofaringeal. Unsur-unsur
faring meliputi mukosa, palut lender (mucous blanket) dan otot.
1. Mukosa
Pada nasofaring yang berfungsi sebagai pernafasan maka mukosanya
bersilia dengan epitel torak berlapis yang mengandung sel goblet. Bagian
orofaring dan laringofaring yang berfungsi sebagai saluran cerna maka
epitelnya gepeng berlapis dan tidak bersilia.
2. Palut lendir (mucous blanket)
Nasofaring dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung.
Dibagian atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang berfungsi untuk
menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang diisap. Palut
lendir ini mengandung enzin Lyzozyme sebagai proteksi.
3. Otot
Otot tersusun melingkar dan memanjang. Otot yang melingkar terdiri dari
m. konstriktor faring superior, media dan inferior. Kerja otot konstriktor
untuk mengecilkan lumen faring. Otot-otot ini dipersarafi oleh n.vagus
(n.X). Otot yang memanjang adalah m.stilofaring dan m. palatofaring. M.
stilofaring gunanya untuk melebarkan faring dan laring, sedangkan
m.palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan menaikkan bagian
6
bawah faring dan laring. Kedua otot ini penting untuk menelan. M.
stilofaring dipersarafi n.IX , sedangkan m.palatofaring dipersarafi n.X.
Faring mendapat darah dari cabang a.karotis eksterna (cabang faring asenden
dan cabang fausial) serta dari cabang a.maksila interna yakni cabang palatine
superior. Persarafan motoric dan sensorik faring berasal dari pleksus faring
(cabang faring dari n.vagus, cabanng dari n.glosofaring dan serabut simpatis).
Cabang faring dari n. vagus berisi serabut motoric. Aliran limfa dari dinding
faring dapat melalui 3 saluran yakni, superior, media dan inferior. Aliran superior
mengalir ke kelenjar getah bening retrofiring dan kelenjar getah bening servikal
dalam atas. Saluran limfe media mengalir ke kelenjar getah bening jugulodigastrik
dan kelenjar servikal dalam atas. Saluran imfe inferior mengalir ke kelenjar getah
bening servikal dalam bawah.
Faring dibagi menjadi tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring (mesofaring),
laringofaring (hipofaring).
1. Nasofaring
Bagian pernafasan dari faring dan tidak dapat bergerak kecuali palatum
molle bagian bawah. Batas nasofaring dibagian atas adalah dasar
tengkorak, dibagian bawah adalah palatum mole, ke depan adalah rongga
hidung dan bagian belakang adalah vertebra servikal.
2. Orofaring (Mesofaring)
Batas atasnya adalah palatum molle, batas bawahnya adalah tepi atas
epiglottis, ke depan adalah rongga mulut dan ke belakang adalah vertebra
servikal. Struktur yang terdapat pada orofaring adalah dinding posterior
faring, fossa tonsil, tonsil palatine, arkus faring, uvula, tonsil lingual dan
foramen sekum. Terdapat cincin jaringan limfoid yang melingkar dikenal
dengan cincin Waldeyer.
3. Laringofaring (Hipofaring)
Batas superior adalah tepi atas epiglottis, batas anterior ialah laring, batas
inferior ialah esophagus dan batas posterior ialah vertebra servikal. Pada
pemeriksaan laringoofaring pada kaca tenggorokyang pertama dilihat
adalah valekula. Dibawah valekula terdapat epiglottis yang berfungsi
untuk melindungi glottis ketika menelan minuman atau bolus makanan,

7
pada saat bolus menuju ke sinus piriformis dan ke esophagus. Nervus
laring superior berjalan dibawah dasar sinus piriformis pada tiap sisi
laringofaring.

Gambar 1. Anatomi Faring

II.1.2 Tonsil
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh
jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya. tonsil terdiri dari 3 macam yaitu tonsil
faringeal(adenoid), tonsil palatina. Cincin Waldeyer merupakan jaringan limfoid
yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri dari :
 Tonsil faringeal (adenoid)
 Tonsil palatina (tonsil faucial)
 Tonsil lingual (tosil pangkal lidah)

Gambar 2. Anatomi Tonsil

8
Unsur yang lain adalah tonsil lingual, gugus limfoid lateral faring dan
kelenjar-kelenjar limfoid yang tersebar dalam fosa rosenmuller, di bawah mukosa
dinding posterior faring dan dekat orifisium tuba eustachius.
Adenoid terletak pada nasofaring yaitu pada dinding atas nasofaring bagian
belakang. Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas
dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa rosenmuller dan orifisium tuba
eustachius pada masa pubertas adenoid ini akan menghilang atau mengecil
sehingga jarang sekali dijumpai pada orang dewasa. Ukuran adenoid bervariasi
pada masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran
maksimal antara usia 3-4 tahun kemudian akan mengalami regresi. Adenoid
mendapat darah dari cabang-cabang faringeal A. karotis interna dan sebagian
kecil dari cabang-cabang palatina A. maksilaris. Darah vena dialirkan sepanjang
pleksus faringeus ke dalam V. jugularis interna. Sedangkan persarafan sensoris
melelui n. nasofaringeal yaitu cabang dari saraf otak ke IX dan juga melalui n.
vagus.
Tonsila lingualis merupakan kumpulan jaringan limfoid yang tidak berkapsul
dan terdapat pada basis lidah diantara kedua tonsil palatina dan meluas ke arah
anteroposterior dari papilla sirkumvalata ke epiglottis. Sel-sel limfoid ini sering
mengalami degenerasi disertai deskuamasi sel-sel epitel dan bakteri, yang
akhirnya membentuk detritus. Tonsila lingualis mendapat perdarahan dari A.
lingualis yang merupakan cabang dari A. karotis eksterna. Darah vena dialirkan
sepanjang V. lingualis ke V. jugularis interna. Aliran limfe menuju ke kelenjar
servikalis profunda. Persarafannya melalui cabang lingual n. IX.
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam
fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval
dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang
meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa
tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar. Tonsil
ini terletak di lateral orofaring dengan dibatasi oleh:
 Lateral → muskulus konstriktor faring superior
 Anterior → muskulus palatoglosus

9
 Posterior → muskulus palatofaringeus
 Superior → palatum mole
 Inferior → tonsil lingual

Gambar 3. Anatomi rongga mulut

Tonsil palatina memiliki 2 lapisan (lateral dan medial) serta memiliki 2 kutub
(kutub atas dan kutub bawah. Berikut ini penjelasan dari bagian bagian :
 Lapisan medial
Lapisan ini bentuknya beranekaragam dan mempunyai celah yang disebut
kriptus. Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel squamous yang juga meliputi
kriptus. Didalam kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang
terlepas, bakteri dan sisa makanan.
 Lapisan lateral
Lapisan ini melekat pada fascia faring (kapsul tonsil) berupa jaringan fibrosa.
Diantara kapsul dan bagian dalam tonsil terdapat jaringan ikat longgar dan
tidak melekat erat pada otot faring sehingga dengan mudah dilakukan diseksi
tonsilektomi. Tempat ini juga merupakan tempat pengambilan sampel nanah
pada penderita peritolsillar abscess. Beberapa serat otot palatoglossus dan
otot palatopharingeal juga melekat pada kapsul tonsil.
 Kutub atas
Bagian ini memanjang sampai pallatum mole dan pada bagian ini sering
ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring kedua.
 Kutub bawah

10
Bagian ini melekat pada pangkal lidah. Lipatan triangular dari membran
mukosa memanjang dari pilar anterior sampai bagian anteroinferior dari tonsil
dan menutupi anterior pillar space. Tonsil dipisahkan dari lidah oleh
tonsillolingual sulcus yang sering menjadi tempat terjadinya keganasan.

Tonsil mendapatkan peredaran darah dari A. tonsilaris yang merupakan


cabang dari A.maksilaris eksterna dan arteri palatina asenden. A. tonsilaris
berjalan ke atas pada bagian luar M. konstriktor faringeus superior. A. palatina
asenden masuk tonsil melewati pinggir atas M. konstriktor faringeus. Tonsil juga
mendapatkan peredaran darah dari A. lingualis dorsalis dan A. palatina desenden.
Persarafan tonsil berasal dari saraf trigeminus dan saraf glossopharingeus, n.
trigeminus mempersarafi bagian atas tonsil melalui cabangnya yang melewati
ganglion sphenopaltina yaitu n. palatin bagian bawah tonsil dipersarafi n.
glossopharingeus. Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian
getah bening servikal profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah
muskulus sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya
menuju duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferan
sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada.

Gambar 4. Vaskularisasi Tonsil

11
II. 2 Tonsilitis
II. 2.1 Definisi
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari
cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang
terdapat didalam rongga mulut, yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina
(tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral
band dinding faring/ Gerlach’a tonsil).
Penyebaran infeksi melalui udara (air bone droplets), tangan dan ciuman.
Dapat terjadi pada semua umur , terutama anak-anak.

II. 2. 2 Etiologi

Gambar 5. Etiologi Tonsilitis

12
II. 2. 3 Klasifikasi Tonsilitis

viral
akut
bakterial

difteri
tonsilitis

membranosa septik

angina plaut
kronis
vincet

Bagan 1. Klasifikasi Tonsilitis

II. 2.3. 1 Tonsilitis Akut


1. Tonsilitis Viral
Etiologi
 Epstein Barr Virus (terbanyak)
 Haemofilus Influenza  tonsillitis supuratif akut
 Virus coxchakie
Gejala
 Menyerupai common cold disertai rasa nyeri tenggorok.
 Virus coxchakie  rongga mulut tampa luka-luka kecil pada
palatum dan tonsil sengat nyeri dirasakan pasien
Terapi
 Istirahat, minum cukup, analgetik dan antibiotic diberikan jika
gejala berat.
2. Tonsilitis Bakterial
Etiologi
 Streptococcus B hemolitikus (strept throat) terbanyak
 Pneumococcus
 Streptococcus viridans dan streptococcus piogens

13
Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan
menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit
poilimorfonuklear sehingga membentuk detritus. Detritus merupakan
kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terlepas. Secara
klinik detritus mengisi kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak
kuning. Bentuk tonsillitis akut dengan detritus:
 Tonsillitis folikularis : tonsillitis akut dengan detritus yang
jelas
 Tonsillitis lakunaris : bercak detritus menjadi satu dan
membentukalur-alur
 Pseudomembran yang menutupi tonsil jika bercak detritus
melebar

Gambar 6. Macam-Macam Detritus pada Tonsilitis

Gejala
Masa inkubasi 2-4 hari
 Nyeri tenggorok
 Nyeri waktu menelan
 Demam dengan suhu tubuh yang tinggi
 Lesu, nyeri disendi-sendi, tidak nafsu makan
 Nyeri ditelinga (otalgia).
Rasa nyeri ditelinga ini merupakan nyeri alih (referred pain)
melalui saraf n. glosofaringeus (n.IX)
Pemeriksaan Fisik

14
 Tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus berbentuk
folikel, lakuna atau tertutup oleh membrane semu
 Kelenjar submandibular membengkak dan nyeri tekan
Terapi
 Antibiotik spectrum luas (penisilin, eritromisin).
 Antipiretik
 Obat kumur yang mengandung desinfektan
Komplikasi
Pada anak sering menimbulkan komplikasi :
 Otitis media akut
 Sinusitis
 Abses peritonsil (quincy throat)
 Abses parafaring
 Bronchitis, glomerulonephritis akut, miokarditis, artritis
 Septikemia akibat infeksi v. Jugularis Intena (sindrom Lemieere)
II. 2. 3. 2 Tonsilitis Membranosa
1. Tonsillitis difteri
Etiologi
Kuman Corynebacteriium diphteriae, yang merupakan Gram
positif. Titer anti toksin 0,03 satuan per cc darah dianggap cukup
memberikan dasar imunitas (tes Schick) sehingga tidak semua orang
yang terinfeksi kuman ini menjadi sakit.
Epidemiologi
 Anak-anak usia <10 tahun
 Frekuensi tertinggi usia 2-5 tahun
Gejala dan tanda
a. Gejala umum
Kenaikan suhu tubuh (subfebris), nyeri kepala, tidak nafsu makan,
badan lemah, nadi lambat dan nyeri menelan.
b. Gejala lokal
 Tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang semakin
luas dan membentuk membran semu
15
 Membran dapat meluas ke palatum mole, uvula, nasofaring,
lairng, trakea dan brronkus yang dapat menyumbat jalan nafas.
 Membrane semu jika diangkat muda berdarah karena melekat
pada dasarnya.
 Kelenjar limfe leher membengkak leher menyerupai leher
sapi (bull neck)/ Burgemeester’s hals.
c. Gejala akibat eksotoksin
 Toksin yang mengenai jantung dapat terjadi miokarditis atau
decompensatio cordis
 Toksin yang mengenai saraf kranial menyebabkan kelumpuhan
otot palatum dan otot-otot pernapasan
 Toksin mengenai ginjal menyebabkan albuminuria

Gambar 7. Tonsilitis Difteri

Diagnosis
 Gambaran klinis
 Pemeriksaan preparat langsung kuman
Pemeriksaan ini diambil dari permukaan membrane semu dan
didapatkan kuman Corynebacterium diphteriae
Terapi
Medikamentosa
 Anti Difteri Serum (ADS)
 Antibiotik
 Antipiretik Antipiretik untuk simptomatis
 Kortikosteroid  dosis 1,2 mg/KgBB/hari.

16
Non Medikamentosa
 Pasien diisolasi
 Istirahat di tempat tidur selama 2-3 minggu
Komplikasi
 Laryngitis bakteri
Dapat berlangsung cepat, membrane semu menjalar ke laring dan
menyebabkan gejala sumbatan. Makin muda usia pasien makin
cepat timbul komplikasi ini.
 Miokarditis  mengakibatkan payah jantung atau dekompensasio
cordis
 Kelumpuhan otot palatum mole, otot mata untuk akomodasi, otot
faring serta otot laring sehingga menimbulkan kesulitan menelan,
suara parau dan kelumpuhan otot-otot pernapasan.
 Albuminuria  sebagai akibat komplikasi ke ginjal.
2. Tonsillitis septik
Penyebabnya adalah Streptococcus hemolitikus yang ada dalam susu sapi
sehingga dapat timbul epedemi. Di Indonesia jarang ditemukan karena di
Indonesia susu sapi dimasak dahulu dengan pasteurisasi.

Gambar 8. Tonsiliti Septik

3. Angina plaut Vincent (stomatitis ulsero membranosa)


Etiologi
 Bakteri Spirochaeta atau Triponema yang didapatkan pada pasien
dengan hygine mulut kurang dan defisiensi vitamin C.
Gejala

17
 Demam (sampai 39C), nyeri kepala, badan lemah, kadang ada
gangguan pencernaan
 Rasa nyeri di mulut, hipersalivasi, gigi dan gusi mudah berdarah
Pemeriksaan
 Mukosa mulut dan faring hiperemis
 Tampak membrane putih keabuan diatas tonsil, uvula, dinding
faring, gusi dan prosesus alveolaris
 Mulut berbau (foetor ex ore)
 Kelenjar submandibular membesar

Gambar 9. Vincent Angina

Terapi
 Antibiotic spectrum luas selama 1 minggu
 Perbaiki hygine mulut
 Vitamin C dan vitamin B kompleks
4. Penyakit kelainan darah
Tidak jarang tanda pertama leukemia akut, angina angranulositosis dan
infeksi mononucleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membrane
semu. Kadang-kadang terdapat perdarahan diselaput lender mulut dan
faring serta pembesaran kelenjar submandibular.
 Leukemia akut
Gejala pertama sering epistaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi
dan bawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan. Tonsil
membengkak ditutupi membrane semu tetapi tidak hiperemis dan
rasa nyeri yang hebat di tenggorok.
18
 Angina agranulositosis
Penyebabnya akibat keracunan obat dari golongan a,idopirin, sulfa
dan arsen. Pada pemeriksaan tampak mulut & faring serta sekitar
ulkus tampak gejala radang. Ulkus juga dapat ditemukan di
genetalia dan saluran cerna.
 Infeksi mononucleosis
Terjadi tonsilo faringitis ulsero membranosa bilateral. Membrane
semu yang menutupi ulkus mudah diangkat tanpa menimbulkan
perdarahan. Terdapat pembesaran kelenjar limfe leher, ketiak dan
regioinguinal. Gambaran darah khas yaitu terdapat leukosit
mononukleus dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain yaitu
kesanggupan serum pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah
merah domba (reaksi Paul Bunnel).
II. 2. 3. 3 Tonsilitis Kronis
Etiologi :
 Sama dengan tonsillitis akut tetapi kadang dapat berubah menjadi kuman
Gram negatif
Fakto presdiposisi
 Rangsangan menahun dari rokok
 Hygiene mulut yang buruk
 Pengaruh cuaca
 Kelelahan fisik
 Pengobatan tonsillitis akut yang tidak adekuat
Patologi
 Karena proses radang berulang maka selain epitel mukosa jaringan limfoid
juga terkikis  sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid
diganti oleh jaringan parut yang mengalami pengerutan  kripti melebar
 Kripti akan diisi oleh detritus
 Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan menimbulkan
perlekatan dengan jaringan disekitar fossa tonsilaris. Pada anak, proses ini
disertai pembesaran kelenjar limfa mandibula.

19
Gejala dan Tanda
 Tonsil membesar dengan permukaan tidak rata
 Kriptus melebar, dan bebrapa kriptus terisi oleh detritus
 Rasa mengganjal di tenggorokan
 Rasa kering ditenggorokan
 Nafas berbau
Terapi
 Hygiene mulut dengan berkumur atau obat isap.
Komplikasi
 Rhinitis kronik, sinusitis atau otitis media secara perkuantitatum
 Endocarditis, artritis, myositis, nefritis, uveitis, iridosiklitis, dermatitis,
pruritus, urtikaria dan furunkulosis yang menyebar secara hematogen atau
limfogen.
 Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik,
gejala sumbatan serta kecurigaan neoplasma.

II. 3 Gejala dan Tanda


Tanda dan gejala yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorok, rasa
mengganjal pada tenggorokan, tenggorokan terasa kering, nyeri pada waktu
menelan, bau mulut , demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri
di persendian, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga (otalgia), rasa nyeri di
telinga ini dikarenakan nyeri alih (referred pain) melalui n.glossopharingeus. 'ada
pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus
berbentuk folikel, lakuna atau tertutup oleh membran semu, kelenjar
submandibula membengak dan nyeri tekan.
II. 4 Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting karena hampir 50%
diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesa saja. Penderita tonsilitis akut
awalnya mengeluh rasa kering di tenggorok. Kemudian berubah menjadi
rasa nyeri di tenggorok dan rasa nyeri saat menelan. Makin lama rasa nyeri
ini semakin bertambah nyeri sehingga anak menjadi tidak mau makan.
20
Nyeri hebat ini dapat menyebar sebagai referred pain ke sendi-sendi dan
telinga. Nyeri pada telinga (otalgia) tersebut tersebar melalui nervus
glossofaringeus (IX). Keluhan lainnya berupa demam yang suhunya dapat
sangat tinggi sampai menimbulkan kejang pada bayi dan anak-anak. Rasa
nyeri kepala, badan lesu dan nafsu makan berkurang sering menyertai
pasien tonsilitis akut. Suara pasien terdengar seperti orang yang mulutnya
penuh terisi makanan panas. Keadaan ini disebut plummy voice. Mulut
berbau busuk (Foetor ex ore) dan ludah menumpuk dalam kavum oris
akibat nyeri telan yang hebat (ptialismus).

2. Pemeriksaan Fisik
Grading Pembesaran Tonsil
Derajat Intepretasi
T0 Tonsil sudah diangkat
T1 Tonsil masih dalam fossa tonsilaris
T2 Tonsil melewati arkus posterior hingga mencapai linea
paramediana
T3 Tonsil melewati linea paramediana hingga mencapai linea
mediana (pertengahan uvula)
T4 Tonsil melewati linea mediana (uvula)
Tabel 1. Grading Tonsilitis

21
Gambar 10. Grading Tonsiitis

3. Pemeriksaan Penunjang
Gold standard pemeriksaan tonsillitis adalah kultur dari dalam tonsil.
dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaan
apus tonsil. Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam kuman
dengan berbagai derajat keganasan.

II. 5 Patogenesis
Patogenesis tonsilitis episode tunggal masih belum jelas. Diperkirakan
akibat obstruksi kripta tonsil, sehingga terjadi multiplikasi bakteri patogen dalam
jumlah kecil di dalam kripta tonsil yang normal. Pendapat lain patogenesis
terjadinya infeksi pada tonsil berhubungan erat dengan lokasi maupun fungsi
tonsil sebagai pertahanan tubuh. Terjadinya tonsilitis dimulai saat bakteri masuk
ke tonsil melalui kripta tonsil secara aerogen (melalui hidung, droplet yang
mengandung bakteri terhisap oleh hidung kemudian masuk ke nasofaring
kemudian diteruskan ke tonsil), maupun mulut bersama makanan. Bakteri atau
virus masuk ke tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil berperan sebagai filter
atau penyaring organisme berbahaya. hal ini akan memicu tubuh untuk
membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang, akan tetapi kadang-
kadang tonsil sudah kelelahan menahan infeksi atau virus. Infeksi bakteri dari

22
virus inilah yang menyebabkan tonsillitis. Bakteri menginfiltrasi lapisan epitel,
bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial akan mengadakan reaksi.
Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.
Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang
disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang
terlepas.
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu
(pseudomembran). Pada tonsilitis kronik terjadi proses radang yang berulang
maka epitel mukosa dan jaringan limfoid akan terkikis sehingga pada proses
penyembuhan, jaringan limfoid tersebut akan diganti dengan jaringan parut.
Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus)
yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan
akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak
proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.
Fungsi tonsil sebagai pertahanan terhadap masuknya bakteri ke tubuh baik
melalui hidung maupun mulut. Bakteri yang masuk dihancurkan oleh makrofag,
sel - sel polimorfonuklear. Jika tonsil berulang kali terkena infeksi maka pada
suatu waktu tonsil tidak bisa membunuh bakteri, akibatnya bakteri bersarang di
tonsil. Pada keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi
sarang infeksi (tonsil sebagai fokal infeksi). Sewaktu-waktu bakteri bisa menyebar
ke seluruh tubuh misalnya pada keadaan umum yang menurun. Tonsilitis yang
disebabkan oleh bakteri ini disebut peradangan lokal primer, setelah terjadi
serangan tonsillitis, tonsil akan benar-benar sembuh atau bahkan tidak dapat
kembali seperti semula. Penyembuhan yang tidak sempurna akan menyebabkan
peradangan ringan pada tonsil. Apabila keadaan ini menetap atau berulang,
bakteri patogen akan bersarang di dalam tonsil dan terjadi peradangan yang
kronis. Infeksi pada tonsil dapat terjadi akut, kronis dan tonsilitis akut berulang.
Ukuran tonsil membesar akibat hyperplasia parenkim atau degenerasi fibrinoid
dengan obstruksi kripta tonsil, namun dapat juga ditemukan tonsil yang relatif
kecil akibat pembentukan sikatrik yang kronis.

23
Bagan 2. Patofisiologi Tonsililis

II. 6 Tata Laksana


Pada tonsilitis bakteri, penisililin merupakan antibiotik lini pertama untuk
tonsilitis akut yang disebabkan bakteri Group A Streptococcus B hemoliticus
(GABHS). Walaupun pada kultur GABHS tidak dijumpai, antibiotik tetap
diperlukan untuk mengurangi gejala. jika dalam 48 jam gejala tidak berkurang
atau dicurigai resisten terhadap penisilin, antibiotic dilanjutkan dengan
amoksisilin asam klavulanat selama 10 hari, obat kumur atau obat isap
desinfektan. Bila alergi beri eritromisin atau klindamisin. Antibiotic yang adekuat
untuk mencegah infeksi sekunder, Kortikosteroid untuk mengurangi edema pada
laring dan obat simptomatik. Pada tonsillitis kronik dilakukan terapi lokal untuk
hygiene mulut dengan obat kumur / hisap dan terapi radikal dengan tonsilektomi
bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif tidak berhasil. Tonsilitis viral
pasien cukup istirahat, minum cukup, analgetika dan antivirus diberikan bila
gejala berat.

24
II. 6.1 Tonsilektomi
Tonsilektomi adalah tindakan mengangkat tonsil palatina seutuhnya
bersama jaringan patologis lainnya, sehingga fossa tonsilaris bersih tanpa
meninggalkan trauma yang berarti pada jaringan sekitarnya seperti uvula dan
pilar.

II. 6. 2 Indikasi Tonsilektomi


Menurut The American Academy of Otolaringology
a) Serangan tonsillitis lebih dari 3 kali per tahun walaupun telah mendapat
terapi adekuat
b) Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan
gangguann pertumbuhan orofasial
c) Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan
nafas sleep apnea, gangguan menelan, gangguan bicara dan cor pulmonale.
d) Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak
berhasil hilang dengan pengobatan
e) Nafas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan
f) Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A Streptococcus B
hemolitikus
g) Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan
h) Otitis media efusa/ otitis media supuratif
Menurut Buku Ajar THT Boeis
1. Indikasi absolut
a. Timbulnya kor pulmonale karena obstruksi jalan nafas yang kronis
b. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apneu waktu tidur
c. Hipertofi berlebihan yang menyebabkan disfagia dengan
penurunan berat badan penyerta
d. Biopsi eksisi yang dicurigai keganasan (limfoma)
e. Abses perotinsiler yang berulang atau abses yang meluas pada
ruang jaringan sekitarnya
2. Indikasi relative

25
a. Serangan tonsilitis akut berulang (yang terjadi walau telah diberi
penatalaksanaan medis yang adekuat).
b. Tonsilitis yang berhubungan dengan biakan streptokokus yang
menetap dan patogenik (karier).
c. Hiperplasia tonsil dengan obstruksi fungsional (misalnya
penelanan).
d. Hiperplasia dan obstruksi yang menetap enam bulan setelah infeksi
mononucleosis (biasanya pada dewasa muda).
e. Riwayat demam rematik dengan kerusakan jantung yang
berhubungan dengan tonsilitis rekurens kronis dan pengendalian
antibiotika yang buruk.
f. Radang tonsil kronis menetap yang tidak memberikan respon
terhadap penatalaksanaan medis (biasanya dewasa muda).
g. Hipertrofi tonsil dan adenoid yang berhubungan dengan
abnormalitas orofasial dan gigi geligi yang menyempitkan jalan
nafas bagian atas.
h. Tonsilitis berulang atau kronis yang berhubungan dengan
adenopati servikal persisten

II. 6. 3 Kontraindikasi Tonsilektomi


1. Infeksi pernapasan bagian atas yang berulang
2. Infeksi sistemik atau kronik
3. Demam yang tidak diketahui penyebabnya
4. Pembesaran tonsil tanpa gejala-gejala obstruksi
5. Rhinitis alergika
6. Asma
7. Diskrasia darah
8. Ketidakmampuan yang umum atau kegagalan untuk tumbuh
9. Tonus otot yang lemah
10. Sinusitis

26
II. 6. 4 Komplikasi Tonsilektomi
1. Perdarahan
Komplikasi perdarahan dapat tejadi selama operasi belangsung atau segera
setelah penderita meninggalkan kamar operasi (24 jam pertama post
operasi) bahkan meskipun jarang pada hari ke 5-7 pasca operasi dapat
terjadi. Perdarahan disebabkan oleh terlepasnya membran jaringan
granulasi yang terbentuk pada permukaan luka operasi, karena infeksi di
fossa tonsilaris atau trauma makanan keras. Untuk mengatasi perdarahan,
dapat dilakukan ligasi ulang, kompresi dengangas ke dalam fossa,
kauterisasi atau penjahitan ke pilar dengan anastesi lokal atau umum
2. Infeksi
Luka operasi pada fossa tonsilaris merupakan port d’entre bagi
mikroorganisme, sehingga merupakan sumber infeksi dan dapat terjadi
faringitis, servikal adenitis dan trombosis vena jugularis interna, otitis
media atau secara sistematik dapat terjadi endokarditis, nefritis dan
poliarthritis. Komplikasi pada paru-paru serperti pneumonia, bronkhitis
danabse paru biasanya terjadi karena aspirasi waktu operasi. Abses
parafaring dapat timbul sebagai akibat suntikan pada waktu anastesi lokal.
Pengobatan komplikasi infeksi adalah pemberian antibiotik yang sesuai
dan pada abses parafaringdilakukan insisi drainase.
3. Nyeri pasca bedah
Dapat terjadi nyeri tenggorok yang dapat menyebar ke telinga akibat iritasi
ujung saraf sensoris dan dapat pula menyebabkan spasme faring.
sementara dapat diberikan analgetik dan selanjutnya penderita segera
dibiasakan mengunyah untuk mengurangi spasme faring
4. Trauma jaringan sekitar tonsil
Manipulasi terlalu banyak saat operasi dapat menimbulkan kerusakan yang
mengenai pilar tonsil, palatum molle, uvula, lidah, saraf dan pembuluh
darah. Edem palatum molle dan uvula adalah komplikasi yang paling
sering terjadi.
5. Perubahan suara

27
Otot palatofaringeus berinsersi pada dinding atas esofagus, tetapi bagian
medial serabut otot ini berhubungan dengan ujung epligotis. Kerusakan
otot ini dengan sendirinya menimbulkan gangguan fungsi laring yaitu
perubahan suara yang bersifat temporer dan dapat kembali lagi dalam
tempo 3 - 4 minggu.
6. Komplikasi lain
Biasanya sebagai akibat trauma saat operasi yaitu patah atau copotnya
gigi,luka bakar di mukosa mulut karena kateter, dan laserasi pada lidah
karena mouth gag

II.7 Komplikasi Tonsilitis


1. Abses peritonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses
ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh
streptococcus group A.
2. Otitis media akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba eustachius dan
dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur
spontan gendang telinga
3. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam
sel-sel mastoid.
4. Laringitis
Merupakn proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk
laring. Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan karena
virus, bakteri, lingkungan, maupun karena alergi.
5. Sinusitis
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satu atau lebih
dari sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan
berisi udara dari dinding yang terdiri dari membran mukosa
6. Rhinitis
Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal

28
II.8 Prognosis
Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristrahat dan
pengobatan suportif. Menangani gejala-gejala yang timbul dapat membuat
penderita tonsilitis lebih nyaman. Gejala yang tetap ada dapat menjadi indikasi
bahwa penderita mengalami infeksi saluran nafas lainnya, infeksi yang sering
terjadi yaitu infeksi pada telinga dan sinus. 'ada kasus yang jarang, Tonsilitis
dapat menjadi sumber dari infeksi serius seperti demam rematik atau pneumonia.

29
BAB III
KESIMPULAN

Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam
fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Bagian tonsil antara lain;
fosa tonsil, kapsul tonsil, plika triangularis. Tonsil berfungsi sebagai
filter/penyaring organisme yang berbahaya. Bila tonsil sudah tidak dapat menahan
infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul tonsilitis
Tonsilitis adalah suatu proses inflamasi atau peradangan pada tonsil yang
disebabkan oleh virus ataupun bakteri. Tonsilitis kronis adalah peradangan kronis
tonsil lebih dari 3 bulan, setelah serangan akut yang terjadi berulang-ulang. Pada
umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsilitis akut yang
berulang ulang, adanya rasa sakit (nyeri) yang terus-menerus pada tenggorokan
(odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada sesuatu yang mengganjal di
kerongkongan bila menelan, terasa kering dan pernafasan berbau. Pada
pemeriksaan fisik tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan
parut, permu kaan tonsil tidak rata , kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh
detritus
Terapi pada tonsilitis kronis, berupa terapi lokal, ditujukan pada higiene
mulut dengan menggunakan obat kumur. Dapat juga dilakukan tindakan operasi
tonsilektomi sesuai dengan indikasinya.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Alasmari et al. Cause and Treatment of Tonsilitis. The Egytian Journal of


Hospital Medicine, 2017.
2. Boeis L R,Calcacetra T C,Palparella M M. Boies fundamental of
otolaryngology. Edisi VI. Saunders, Philadelphia, 2012 .
3. Sasaki CT, Kim YH. Anatomy and physiologi of the larynx. In: Ballenger JJ,
Snow JB, editors. Otorhinolaryngologi head and neck surgery. Ontario: BC
Decker Inc; 2003.
4. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2004..
5. Efiaty A.S., Nurbaiti I., Jenny B., Ratna D.R. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tengggorokan Kepala & Leher. Edisi Tujuh. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2017.
6. Munir Nazir, Clarke Ray, At the Glance Ear Nose and throat. Penerbit Willey
Blsckwell, USA. 2013.
7. Shah, K. Udayan. 2014. Tonsilitis and Peritonsilar abcess. Emedicine,
http://emedicine.medscape.com/article/871977-overview
8. Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Editor. Kepala dan Leher dalam: Buku ajar
ilmu bedah. Edisi revisi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1997.

31

Anda mungkin juga menyukai