“TRIKIASIS”
Disusun Oleh :
Sylviana Puspitasari F H3A019040
Mudrika Innatulaini S H3A019055
Pembimbing :
dr. Wahju Ratna Martiningsih, Sp.M
1
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
“TRIKIASIS”
Disusun Oleh:
Sylviana Puspitasari Fatimah H3A019040
Mudrika Innatulaini S H3A019055
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
konstan serta refleks kelopak mata mencegah kornea dari trauma ataupun cahaya
yang menyilaukan.1,2,3
Komplikasi trikiasis yang perlu diwaspadai adalah terjadinya ulkus kornea.
Pada ulkus kornea yang progresif, dapat terjadi infiltrasi sel radang dan limfosit
sehingga akhirnya terbentuk jaringan parut atau sikatrik sehingga memberikan
kekeruhan pada kornea. Terapi dapat berupa epilasi bulu mata yang mengalami
trikiasis. Rekurensi dapat diatasi dengan krioterapi atau elektrolisis.1
BAB II
PALPEBRA
A. ANATOMI
Palpebra terdiri dari bagian orbita dan bagian tarsal yang dipisahkan oleh
sulcus palpebra. Palpebra superior dan inferior bertemu pada kantus lateral dan
medial. Ketika mata terbuka, palpebra superior menutupi 1/6 bagian ornea dan
palpebra inferior hanya menutupi bola mata sampai batas limbus saja. Ruang elips
antara kedua palpebra yang dibuka disebut fissura palpebra. Normalnya fissura
palpebra berukuran 10-11 mm vertikal dan 28-30 horizontal. Margo palpebra
terbagi menjadi dua bagian yang dipisahkan oleh punctum lacrimalis, di medial
disebut bagian lacrimalis dan dilateral disebut bagian siliaris. Bagian lacrimalis
berbentuk bulat dan tidak ditumbuhi bulu mata serta tidak memiliki kelenjar.
Bagian siliaris, terdiri dari margo anterior, margo posterior, dan lamellae yang
memisahkan kedua bagian tersebut.2
1. Kulit
Kulit merupakan lapisan anterior dengan jaringan subkutaneous. Palpebra
memiliki kulit yang tipis ± 1 mm dan tidak memiliki lemak subkutan. Kulit
disini sangat halus dan mempunyai rambut vellus halus dengan kelenjar
sebaseanya, juga terdapat sejumlah kelenjar keringat.
2. Jaringan areolar subkutis
Dibawah kulit terdapat jaringan areolar longgar yang dapat meluas pada
edema masif atau dapat berisi darah
3. Lapisan otot lurik
Terdiri dari M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak
atas dan bawah, dan terletak dibawah kulit kelopak. Otot ini meliputi tiga
bagian : mata, palpebra, dan lacrimal. Otot ini berfungsi dalam proses
menutup mata dan dipersarafi oleh cabang zygomaticum dari N. Fasialis.
Itulah sebabnya, pada paralisis N. Fasialis dapat terjadi Lagopthalmus yang
dapat berkomplikasi menjadi keratitis.
Selain itu, pada palpebra superior juga terdapat M. Levator Palpebra
superior. Otot ini terletak pada apex bola mata dan berinsersi pada tiga
bagian yaitu pada kulit palpebra, permukaan anterior tarsus, dan pada
fornix konjungtiva superior. Otot ini berfungsi untuk mengangkat palpebra
(membuka mata) dan dipersarafi oleh cabang N. Oculomotius.
4. Jaringan areolar submuskular
Jaringan areolar submuskular adalah suatu jaringan ikat longgar. Saraf dan
pembuluh darah terdapat pada bagian ini. Sehingga, untuk kepentingan
anestesi palpebra, obat di injeksikan pada bagian ini.
5. Jaringan fibrous
Jaringan fibrous ini terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Tarsus
Tarsus merupakan jaringan ikat fibrous panjangnya ± 25 mm, yang
dihubungkan pada tepian orbita oleh tendo-tendo kanthus medialis dan
lateralis. Didalamnya terdapat kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas)
yang membentuk “oily layer” dari air mata.
b. Septum orbita
Septum orbita merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan. Septum merupakan
sawar penting antara palpebra dan orbita.
6. Lapisan otot polos
Terdiri dari M. Muller yang terletak jauh ke dalam septum orbita pada
kedua palpebra. Pada palpebra superior, otot ini berasal dari serat M.
levator palpebra superior dan pada palpebra inferior berasal dari
perpanjangan M. Rectus inferior; berinsersi pada tepi tarsus.
7. Konjungtiva
Bagian konjungtiva yang melapisi paalpebra disebut konjungtiva palpebra.
Terdiri dari tiga bagian : marginal, tarsal dan orbital. Konjungtiva tarsal
melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membrane
mukosa yang mempunyai sel Goblet yang dapat menghasilkan musin.
Margo Palpebra
a) Lamellae anterior
1. Bulu mata
Bulu mata tumbuh dari tepian palpebra dan arah pertumbuhannya menjauhi tarsus.
2. Glandula Zeis
Kelenjar ini adalah modifikasi kelenjar sebasea yang bermuara ke dalam folikel
rambut pada dasar bulu mata.
3. Glandula Moll
Kelenjar ini adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu
baris dekat bulu mata atau pada folikel rambut pada dasar bulu mata.
b) Lamellae posterior
Lamellae palpebra posterior atau tarsus berkontak dengan bola mata, dan pada
bagian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar meibom. Kelenjar meibom
memproduksi sekret (sebasea) yang berfungsi sebagai lapisan lapisan film air
mata.
Vaskularisasi
Innervasi
TRIKIASIS
A. DEFINISI
B. INSIDENSI
Trikiasis termasuk kelainan pada palpebra yang jarang berdiri
sendiri. Biasanya terjadi bersama penyakit lain seperti trakoma, sikatrisial
pemfigoid, entropion, dan trauma lainnya yang mengenai palpebra.
Trakoma merupakan penyebab terpenting terjadinya trikiasis. Terdapat ± 50
negara yang termasuk negara endemik trakoma. Negara-negara tersebut
tersebar di benua afrika, timur tengah, asia tenggara, india, dan amerika
selatan. Laporan terbaru WHO pada tahun 2013 menyebutkan bahwa
terdapat ± 40 juta orang menderita trakoma, 8.2 juta orang diantaranya
menderita trikiasis dan 1.3 juta orang menderita kebutaan sebagai
komplikasinya.8
Di Indonesia sendiri, walaupun tidak ada data pasti tentang angka
kejadian gangguan penglihatan ataupun kebutaan akibat trikiasis terkait
dengan kasus trakoma, namun dengan berhasilnya Program Kesehatan
Masyarakat dalam mengontrol infeksi trakoma dan defisiensi vitamin A
maka secara tidak langsung terjadi penurunan angka kebutaan karena
penyakit tersebut.4
C. ETIOLOGI DAN PATOMEKANISME
2. Blefaritis ulseratif
Merupakan peradangan margo palpebra dengan tukak akibat infeksi
staphylococcus. Pada blefaritis olseratif terdapat krusta berwarna
kekuningan, serta skuama yang kering dan keras, yang bila keduanya
diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah disekitar
bulu mata. Penyakit ini sangat infeksius. Ulserasi berjalan lanjut dan lebih
dalam sehingga merusak follikel rambut mengakibatkan rontok (madarosis),
dan apabila ulkus telah menyembuh akan membentuk jaringan parut atau
sikatrik. Sikatrik ini akan menimbulkan tarikan sehingga menyebabkan bulu
mata tumbuh mengarah ke bola mata (trikiasis).2
Gambar 8. Blefaritis ulseratif. Tampak krusta dan eritema pada margo palpebra 3
Saat ini, penyakit ini sudah sangat jarang dijumpai oleh karena
menurunnya angka kejadian difteri. Hal ini disebabkan karena immunisasi
difteri berjalan sangat efektif. Corynebacterium diphtheriae menyebabkan
inflamasi hebat pada konjungtiva dan menyebbkan deposisi eksudat fibrin
pada permukaan dan bagian yang lebih dalam pada konjungtiva sehingga
akhirnya terbentukmembran. Membran biasanya terbentuk pada
konjungtiva palpebra. Pengelupasan membran dihubungkan dengan
adanya nekrosis koagulatif. Akhirnya penyembuhan berlangsung dengan
terbentuknya jaringan granulasi. Penyakit ini terbagi menjadi tiga stadium
yaitu stadium infiltrasi, supurasi, dan sikatrisasi. Pada stadium sikatrisasi,
permukaan konjungtiva yang telah tertutup oleh jaringan granulasi
mengalami epitelisasi. Penyembuhan luka terjadi melalui pembentukan
jaringan parut atau sikatrik yang dapat menyebabkan terjadinya trikiasis
dan xerosis konjungtiva.2
5. Sikatrisial pemphigoid
7. Distikiasis
Distikiasis adalah terdapatnya pertumbuhan bulu mata abnormal atau
terdapatnya duplikasi bulu mata daerah tempat keluarnya saluran meibom.
Berbentuk lebih halus, tipis dan pendek dibanding bulu mata normal.1
D. GAMBARAN KLINIS
Pada trikiasis, posisi tepi palpebra dapat normal, atau jika tidak,
dapat dihubungkan dengan entropion. Bulu mata yang melengkung ke
dalam menyebabkan pasien mengeluhkan sensasi benda asing dan iritasi
permukaan bola mata kronik. Abrasi kornea, injeksi konjungtiva, fotofobia,
dan lakrimasi merupakan gambaran yang sering ditemukan. Pada kasus
yang lebih berat dapat ditemukan ulkus kornea.1,2,3,9
E. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pada anamnesis dapat ditanyakan mengenai riwayat penyakit
sebelumnya yang pernah diderita oleh pasien. Misalnya12 :
a. Apakah pasien pernah menderita infeksi mata berat atau pernah
berada di negara endemik trakoma seperti di Afrika dan negara-
negara timur tengah?
b. Apakah pasien memiliki riwayat penyakit autoimmune seperti
pemphigoid sikatrik?
c. Apakah ada riwayat mengalami sindrom steven johnson
sebelumnya?
d. Apakah ada riwayat trauma pada mata?
e. Apakah pasien pernah menjalani operasi mata sebelumnya?
Pasien dengan trikiasis dapat mengeluhkan sensasi benda asing dan
iritasi permukaan bola mata kronik. Apabila lebih berat hingga
menimbulkan ulkus kornea , maka akan timbul keluhan mata merah,
sakit pada mata, fotofobia, dan penglihatan menurun.1,2,3
2. Pemeriksaan fisis
a. Inspeksi
Pada pemeriksaan inspeksi dengan menggunakan slit lamp
didapatkan satu atau lebih silia tumbuh ke arah kornea atau
konjungtiva bulbi. Refleks blefarospasme, kongestif
konjungtiva, dan fotofobia dapat terjadi apabila kornea telah
mengalami abrasi. Tanda dan gejala penyakit penyerta seperti
trakoma, blefaritis, dan lain-lain, dapat ditemukan.1,2
Gambar 15. Trikiasis pada palpebra inferior9
F. KOMPLIKASI
1. Keratitis
Suatu kondisi dimana kornea meradang. Masuknya bulu mata dan
tepi kelopak ke kornea dapat menimbulkan iritasi dan rasa sakit. Bila ini
berlanjut terus dapat mengakibatkan terjadinya ulserasi kornea, kemudian
sembuh dengan sikatrik kornea.1,2
Jaringan parut yang terbentuk dapat menyebabkan kehilangan
penglihatan. Komplikasi lebih lanjut dapat menyebabkan ulkus kornea
menetap.1,2
2. Vaskularisasi kornea
G. PENATALAKSANAAN
Jika hanya sedikit bulu mata yang terlibat, epilasi mekanik dapat
menangani sementara. Pertumbuhan baru biasanya dalam tiga hingga empat
minggu. Penanganan permanen merusak folikel bulu mata yang terlibat. Hal
ini dilakukan dengan elektrolisis atau cryotherapy.2,3,5,6,7
Gambar 17. Elektrolisis. Sebuah jarum di insersikan ke dalam folikel rambut
dengan bantuan slit lamp atau dengan mikroskop.13
Jika melibatkan area tepi palpebra yang lebih luas, dapat dilakukan
bedah beku atau cryotherapy yaitu suatu teknik pengrusakan folikel rambut
dengan menggunakan suhu yang sangat dingin (nitrogen oksida). Folikel
silia bulu mata sensitif terhadap dingin dan dapat rusak pada temperatur -
20ᵒC hingga -30ᵒC. Ablasi laser dari folikel bulu mata juga dilaporkan
bermanfaat. Pada kebanyakan kasus, penatalaksanan ulang penting selama
beberapa sesi untuk mengeliminasi seluruh bulu mata yang terlibat. Jika
entropion ditemukan, tepi palpebra sebaiknya dikoreksi sebagai tambahan
untuk menghilangkan bulu mata yang terlibat. Bila hampir semua bulu mata
mengalami trikiasis, maka koreksi bedah ddapat dianjurkan. Prosedur bedah
yang dilakukan sama dengan prosedur yang dilakukan pada entropion
sikatrik, salah satunya yaitu dengan teknik modifikasi Ketssey’s . 2,3,5,-7,9
Gambar 18. Cryotherapy11
H. PROGNOSIS