Anda di halaman 1dari 53

Case Report Session

Vertigo Vestibular Tipe Perifer

Disusun oleh :

Feby Okmuna (1710070100051)

Preseptor :

dr. Yulson Rasyid, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN NEUROLOGI

RSUD M. NATSIR FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha

Pengasih dan Maha Penyayang atas limpahan rahmat dan anugerah dari-Nya

sehingga penulis dapat meyelesaikan case report session yang berjudul “Vertigo

Vestibuler Tipe Perifer” ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa

tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah

menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang

sempurna dan menjadi anugerah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Yulson Rasyid, Sp.S yang

telah memberikan bimbingan serta arahan, sehingga case ini dapat diselesaikan

dengan baik. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam

penulisan tugas ilmiah ini karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan serta

pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat menghargai kritik

dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga tugas ilmiah ini

dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama

dibidang ilmu kedokteran dan kesehatan dan juga bagi penulis sendiri.

Solok, 23 Januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................3
2.1 Definisi........................................................................................................3
2.2 Anatomi.......................................................................................................3
2.3 Epidemiologi...............................................................................................5
2.4 Klasifikasi...................................................................................................5
2.5 Etiologi........................................................................................................6
2.6 Patofisiologi................................................................................................7
2.7 Gejala..........................................................................................................9
2.8 Kriteria Diagnosis.....................................................................................11
2.9 Penatalaksanaan........................................................................................14
2.10 Prognosis.................................................................................................16
BAB III : LAPORAN KASUS..........................................................................17
BAB IV : DISKUSI KASUS..............................................................................35
BAB V : PENUTUP...........................................................................................36
5.1 Kesimpulan..............................................................................................36
5.2 Saran..........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................37

i
BAB I

PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang

Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau gerakan dari tubuh atau

lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang disebabkan oleh gangguan alat

keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit dengan demikian

vertigo bukan suatu gejala pusing berputar saja, tetapi merupakan suatu kumpulan

gejala atau satu sindrom yang terdiri dari gejala somatic (nistagmus, untoble),

otonomik (pucat, peluh dingin, mual dan muntah dizziness lebih mencerminkan

keluhan rasa gerakan yang umum tidak spesifik, rasa goyah, kepala ringan dan

perasaan yang sulit dilukiskan sendiri oleh penderitanya. Pasien sering

menyebutkan sensasi ini sebagai nggliyer, sedangkan giddiness berarti dizziness

atau vertigo yang berlangsung singkat.1

Vertigo sering terjadi pada umur 18-79 tahun, dengan prevalensi global

sebesar 7,4% serta kejadian pertahunnya mencapai 1,4%. Prevalensi vertigo pada

tahun 2019 di Jerman, berusia 18 tahun hingga 79 tahun adalah 30%, 24%

diasumsikan karena kelainan vestibuler. Sedangkan tahun 2018 prevalensi vertigo

di Amerika karena disfungsi vestibular adalah sekitar 35% populasi dengan umur

40 tahun keatas. Pasien yang mengalami vertigo vestibular, 75% mendapatkan

gangguan vertigo perifer dan 25% mengalami vertigo sentral. Umumnya vertigo

ditemukan sebesar 15% dari keseluruhan populasi dan hanya 4-7% yang

diperiksakan ke dokter.2

1
Di Indonesia berdasarkan hasil penelitian Rendra dan Pinzon pada tahun 2018,

vertigo termasuk penyakit yang memiliki prevalensi yang besar, Distribusi

penyakit vertigo berdasarkan usia yang paling banyak pada rentang usia 41-50

tahun (38,7%) dan 51-60 tahun (19,3%). Dari penelitian tersebut juga diketahui

bahwa jenis kelamin perempuan (72,6%) lebih berisiko memiliki vertigo

dibandingkan laki-laki (27,4%) (Rendra dan Pinzon, 2018). Angka kejadian

vertigo di Indonesia pada tahun 2013 sangat tinggi sekitar 50% dari orang tua

yang berumur 75 tahun, pada tahun 2015, 50% dari usia 40-50 tahun dan juga

merupakan keluhan nomor tiga paling sering dikemukakan oleh penderita yang

datang.2

1.2 Tujuan Penulisan

Melengkapi syarat tugas kepanitraan klinik senior bagian Neurologi di RSUD

M. Natsir Solok.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Vertigo berasal dari bahasa latin, vertere, yang artinya memutar. Vertigo

merupakan perasaan atau ilusi ketika seseorang merasa tubuhnya bergerak (berputar)

terhadap lingkungannya, atau lingkungan bergerak terhadap dirinya. dapat terjadi

karena penyakit pada telinga bagian dalam atau karena gangguan pusat vestibular

ataupun jalur di sistem saraf pusat.1

Vertigo bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan kumpulan gejala

atau sindrom yang terjadi akibat gangguan keseimbangan pada sistem vestibular

ataupun gangguan pada sistem saraf pusat. Selain itu, vertigo dapat pula terjadi

akibat gangguan pada alat keseimbangan tubuh yang terdiri dari reseptor pada visual

(retina), vestibulum (kanalis semisirkularis) dan proprioseptif (tendon, sendi dan

sensibilitas dalam).1

2.2 Anatomi dan fisiologi3


2.1.1 Anatomi
Telinga (auris) merupakan organ pendengaran dan keseimbangan. Telinga

memiliki tiga bagian yaitu telinga luar (auris externa), telinga tengah (auris media)

dan telinga dalam (auris interna).3

3
Gambar 2.1 Anatomi Telinga

Auris externa terdiri dari dua bagian. Bagian yang berproyeksi dari sisi regio

capitis adalah auricula (pinna) dan saluran yang mengarah ke dalam adalah meatus

acusticus externus. Auricula berada di sisi regio capitis dan membantu menangkap

suara. Meatus acusticus externus terbentang dari bagian terdalam concha auriculae

sampai membrana tympani (gendang telinga). Berjarak kurang kebih 1 inci (2.5

cm).3

4
Gambar 2.2 Anatomi telinga luar

Auris media berisi udara, merupakan ruangan yang dilapisi membrana

mukosa di dalam tulang temporale. Antara membrana tympani di lateral dan

dinding lateral auris interna di medial. Struktur ini terdiri dari dua bagian yaitu

cavitas tympanica tepat bersebelahan dengan membrana tympani dan recessus

epitympanicus di superior. Auris media berhubungan dengan daerah mastoid di

posterior (melalui aditus ke antrum mastoideum) dan nasopharinx di anterior

(melalui tuba pharyngotympanica/tuba auditiva).

Fungsi dasarnya untuk mengirimkan getaran membrana tympani melalui

cavitas auris media menuju auris interna. Getaran ini dapat mencapai auris interna

melalui tiga tulang yang saling berhubungan namun dapat bergerak, yang

menjembatani ruangan antara membrane tympani dan auris interna. Tulang-tulang

ini adalah malleus (berhubungan dengan membrana tympani), incus (berhubungan

dengan malleus melalui sendi synovialis) dan stapes (berhubungan dengan incus

melalui sendi synovialls, dan melekat pada dinding lateral auris interna pada

fenestra vestibuli).3

5
Gambar 2.3 Anatomi telinga tengah

Auris interna terdiri dari serangkaian cavitas tulang (labyrinthus osseus) dan

ductus serta saccus membranaceus (labyrinthus membranaceus) di dalam cavitas

tersebut. Semua struktur tersebut berada dalam pars petrosa tulang temporale, di

antara auris media di lateral dan meatus acusticus internus di medial. Labyrinthus

osseus terdiri dari vestibulum, tiga canalis semicircularis ossus, dan cochlea.

Labyrinthus osseus ini dilapisi oleh periosteum dan berisi cairan jernih.

(perilympha). Labyrinthus membranaceus terendam di dalam perilympha namun

tidak mengisi seluruh ruangan. labyrinthus osseus terdiri dari ductus

semicirculares, ductus cochlearis dan dua saccus (utriculus dan sacculus).3

6
Gambar 2.4 Anatomi telinga Dalam

Gambar 2.5 Anatomi telinga Dalam3

2.1.2 Fungsi Keseimbangan4


Keseimbangan adalah sensasi orientasi dan gerakan tubuh. Fungsi

keseimbangan diatur oleh beberapa organ penting di tubuh yang input sensoriknya

akan diolah di susunan saraf pusat (SSP). Fungsi ini diperantarai beberapa

reseptor, yaitu reseptor vestibular, reseptor visual dan reseptor somatik.2,4

Reseptor vestibular sebagai pengatur keseimbangan diatur oleh organ

apparatus vestibularis yang memberi informasi esensial bagi sensasi keseimbangan


7
dan bagi koordinasi gerakan kepala dengan gerakan mata serta postur. Aparatus

vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Semua komponen

apparatus vestibularis mengandung endolimfe dan dikelilingi oleh perilimfe.

Komponen-komponen vestibularis masing-masing mengandung sel rambut yang

berespons terhadap deformasi mekanis yang dipicu oleh gerakan spesifik

endolimfe. Reseptor vestibularis dapat mengalami depolarisasi atau

hiperpolarisasi, bergantung pada arah gerakan cairan. Aparatus vestibularis terdiri

dari dua set

8
struktur di dalam bagian terowongan tulang temporal dekat koklea yaitu kanalis

semisirkularis dan organ otolit.4

Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi rotasional atau angular

kepala, misalnya ketika menengok, mulai atau berhenti berputar, jungkir- balik. Masing-

masing telinga mengandung tiga kanalis semisirkularis yang tersusun dalam bidang tiga

dimensi yang tegak lurus satu sama lain.4

Organ otolit memberi informasi tentang posisi kepala relatif terhadap gravitasi (yaitu,

kepala miring statik) dan juga mendeteksi perubahan kecepatan gerakan lurus (bergerak

dalam garis lurus ke manapun arahnya). Organ otolit, utrikulus dan sakulus, adalah struktur

berbentuk kantong yang berada di dalam ruang bertulang di antara kanalis semisirkularis dan

koklea.4

9
2.3. Epidemiologi1

Penelitian vertigo dari 12 klinik rawat jalan menunjukkan 50% pasien

mengalami vestibulopati perifer seperti BPPV, vestibuler neuritis, atau meniere's

disesase. Penyakit cerebrovaskuler mencapai 19%. Hanya 3.2% pasien yang

terdiagnosis sebagai stroke/TIA pada keseluruhan pasien dengan gejala dizines.

Sekitar 85% pasien di ruang gawat darurat menderita vertigo perifer dengan

gangguan pada salah satu organ vestibuler.

2.4 Klasifikasi5

Klasifikasi Dizziness Klasik

Tipe Dizziness Deskripsi Sistem yang terganggu

Vertigo vestibuler Pusing berputar Sistem vestibuler

Imbalance atau Rasa goyah dan tidak Sistem


unsteadiness atau stabil, rasa hendak jatuh. somatosensorik/proprioseptif
disekuilibrium Sensasi ini dan serebelum
membaik/menghilang saat
duduk dan berbaring

Non-spesific Melayang atau rasa Sistem somatosensorik/


lightheadedness atau bergoyang proprioseptif dan visual
vertigo nonvestibuler

Presinkop Perasaan hendak pingsan Sistem kardiovaskular

Vertigo diklasifikasikan menjadi vertigo vestibular dan nonvestibular.

1) Vertigo Vestibular

Vertigo Vestibular Timbul pada gangguan sistem vestibular, menimbulkan

sensasi berputar, timbulnya episodik, diprovokasi oleh gerakan kepala, dan bisa

1
merasakan rasa mual / muntah. Berdasarkan letak lesinya dikenal ada 2 jenis

vertigo vestibular, yaitu:

A. Vertigo vestibular perifer

Terjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibularis. Vertigo vestibular

perifer timbulnya lebih mendadak setelah perubahan posisi kepala, dengan rasa

berputar yang berat, mual / muntah, dan keringat dingin. Bisa gangguan

pendengaran berupa tinitus atau ketulian, dan tidak gejala gangguan neurologis

fokal seperti hemiparesis, diplopia, perioral parestesia, penyakit paresisfasialis.

B. Vertigo vestibular sentral

Timbul pada lesi di nukleus vestibularis di batang otak, atau talamus

sampai ke korteks serebri. Vertigo vestibular sentral timbulnya lebih lambat,

tidak ada kepala. berputarnya ringan, jarang dalam rasa mual / muntah, atau

kalau ada ringan saja. Tidak ada gangguan pendengaran. Bisa gejala

neurologis seperti di atas.

Tabel 2.1 Perbedaan vertigo vestibular perifer dengan sentral

Gejala Vertigo Perifer Vertigo sentral

Bangkitan Mendadak Lambat

Beratnya Vertigo Berat Ringan

Pengaruh Gerakan
++ +/-
Kepala

Mual/Muntah/Keringatan Berat Bervariasi

Gangguan Pendengaran Sering Jarang

Tanda Fokal Otak - +/-

Nistagmus • Kombinasi • Nistagmus

1
nistagmus vertikal,
horizontal dan horizontal atau
torsional torsional murni
• Inhibisi dengan •Tidak
fiksasi penglihatan mengalami
ke 1 objek inhibisi dengan
• Undireksional fiksasi
penglihatan
• Bidireksional

Gangguan keseimbangan Ringan - sedang Berat

Defisit neurologis non Jarang Sering


auditorik

Latensi pada manuver Hingga 20 detik Hingga 5 detik


diagnostik

1
2) Vertigo Nonvestibular

Vertigo Nonvestibular timbul pada gangguan sistem proprioseptif atau

sistem visual, sensasi bukan berputar, melainkan rasa melayang. goyang,

berlangsung konstan / kontinu, tidak ada rasa mual / muntah, serangan biasanya

dicetuskan oleh gerakan objek sekitarnya, misalnya di tempat keramaian atau lalu

lintas macet.

Tabel 2.2 Perbedaan vertigo vestibular dengan vertigo nonvestibular

Gejala Vertigo vestibular Vertigo nonvestibular

Sensasi Berputar Melayang, Goyang

Tempo serangan Episodik Kontinu / Konstan

Mual / Muntah + -

Gangguan Pendengaran +/- -

Gerakan Pencetus Gerakan kepala Gerakan objek visual

Nistagmus + -

Gejala penyerta Mual, muntah, tuli, Pucat, kesemutan,


tinitus sinkop, palpitasi

2.5 Etiologi4

Vertigo seringkali disebabkan oleh ketidakseimbangan impuls sensorik yang

berhubungan dengan pergerakan yang mencapai otak melalui tiga sistem persepsi

yang berbeda yaitu visual, vestibular dan somatosensorik (proprioseptif). Vertigo

vestibular timbul akibat ganggaun pada sistem vestibular perifer maupun sentral.

Gangguan sistem vestibular perifer disebabkan oleh kelainan pada

labirin dan N. vestibularis. Penyebab pada labirin antara lain benign paroxysmal

positional vertigo (BPPV), post trauma, meniere, labirintitis, toksik, oklusi dan

1
fistula labirin.

1
Penyebab pada N. vestibularis antara lain infeksi, inflamasi dan neuroma akustik.

Gangguan sistem vestibular sentral disebabkan oleh kelainan

1
pada batang otak, serebelum ataupun cerebrum yang sebagian besar disebabkan

oleh stroke, tumor intrakranial, kondisi metabolic dan paroksismal atau gangguan

degeneratif.

Vertigo nonvestibular timbul akibat gangguan pada sistem proprioseptif atau

sistem visual yang dapat disebabkan oleh polineuropati, mielopati, artrosis

servikalis, trauma leher, presinkope, hipotensi ortostatik, hiperventilasi, tension

headache dan hipoglikemi.

Penyebab vertigo nonvestibular

– Polineuropati – Hipotensi Ortostatik

– Mielopati – Hiperventilasi

– Artrosis Servikalis – Tension Headache

– Trauma Leher – Hipoglikemi

– Presinkop – Penyakit Sistemik

2.6 Patofisologi5

Kondisi alat keseimbangan baik sentral maupun perifer yang tidak normal

atau adanya gerakan yang aneh/ berlebihan, maka tidak terjadi proses pengolahan

input yang wajar dan muncullah vertigo. Selain itu, terjadi pula respons

penyesuaian otot-otot yang tidak adekuat, sehinggan muncul gerakan abnormal

mata (nistagsum), unsteadiness/ ataksia sewaktu berdiri/ berjalan dan seperti

gejala lainnya.

Menurut Akbar (2013) ada beberapa teori di antaranya :

1
a. Teori rangsangan berlebihan (overstimulasi).

Dasar teori ini adalah suatu asumsi bahwa makin banyak dan semakin cepat

rangsangan (gerakan kendaraan), makin berpeluang menimbulkan sindrom

vertigo akibat gangguan fungsi Alat Keseimbangan Tubuh (AKT). Jenis

rangsangan AKT ini yang ada pada saat ini antara kursi putar Barany,

faradisasi/ galvanisasi dan irigasi telinga, serta kendaraan laut dan darat.

Menurut teori ini sindrom vertigo timbul akibat rangsangan berlebihan

terhadap kanalis semisirkulasi menyebabkan hiperemi dari organ ini

1
sehingga bisa muncul sindrom vertigo (vertigo, nistagmus, mual dan muntah).

b. Teori konflik sensorik.

Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari

berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan

proprioseptik, atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi

kiri dan kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan

sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus

(usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler,

serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi kortikal).

Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini lebih menekankan

gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab.

c. Teori neural mismatch.

Dikemukakan oleh Reason, seorang pakarpsikologi di University of

Leicester yang tekun meneliti mabuk gerakan, bahwa timbulnya gejala

disebabkan oleh terjadinya mismatch (ketidak sesuaian/discrepancy) antara

pengalaman gerakan yang sudah disempan di otak dengan gerakan yang

sedang berlangsung/ dihadapi. Teori in merupakan pengembangan teori

konflik sensorik. Menurut teori ini otak mempunyai memori/ ingatan tentang

pola gerakan tertentu, sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang

aneh/ tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi

dari susunan saraf otonom. Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan

berulang-ulang akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur

tidak lagi timbul gejala.

1
d. Teori Otonomik.

Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha

adaptasi gerakan atau perubahan posisi gejala klinis timbul jika siatem

simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistem parasimpatis mulai

berperan.

e. Teori Sinap.

Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau perasaan

neurotranamisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada

proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan

stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor).

Peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mencetuskan mekanisme adaptasi

berupa meningkatnya aktivitas sistem saraf parasimpatik. Teori ini dapat

menerapkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat di

awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi

gejala mual muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi

aktivitas susunansaraf parasimpatis.

2.7 Manifestasi Klinis6

Vertigo dapat merupakan gejala mandiri tanpa ada gejala lain, tetapi dapat

juga merupakan kumpulan gejala (sindrom). Sindroma vertigo biasanya terdiri

dari gejala vertigo, mual, muntah, kulit pucat dan keringat dingin.

1. Vertigo

Sebagai gejala tersendiri, vertigo merupakan keluhan subyektif dalam

bentuk rasa berputar dari tubuh/kepala atau lingkungan di sekitarnya.

1
Derajat yang lebih ringan dari vertigo disebut dizziness, yang lebih ringan

lagi, disebut giddiness dan undsteadiness Keluhan vertigo dibagi dalam 3

kategori berbeda yaitu vertigo, disequilibrium, dan dizziness.

2. Mual

Mual didefinisikan sebagai pengalaman psikis berupa rasa tidak enak di

lambung yang menuntun timbulnya gejala muntah. Mual adalah

penghayatan terhadap kegiatan tidak wajar dari pusat muntah. Gejala mual

disertai inhibisi tonus intestinum serta gerak peristaltik usus dan lambung.

Pemeriksaan dengan EGG (Elektrogastrografi) pada lambung penderita

yang mengeluh mual, menunjukkan adanya disritmia pada rekaman yang

identik dengan tachygastria di lambung.

3. Muntah

Muntah didefinisikan sebagai pengeluaran isi gastrointestinum melalui

mulut. Selain muntah, dapat juga timbul retching, yang diduga merupakan

kegiatan otot beraturan mengarah ke muntah namun dalam kondisi glotis

tertutup. Berbeda dengan mual, muntah merupakan wujud kegiatan sistem

saraf parasimpatik karena dapat dihambat oleh obat golongan

antikolinergik sejenis atropin. Pada saat mual, tonus dan motilitas otot

gastrointestinum menurun, sebaliknya ketika muntah kegiatan tersebut

justru meningkat.

4. Kulit pucat

Kulit pucat ini paling jelas terlihat pada kulit muka, disekitar mulut dan

hidung terutama pada orang berkulit putih. Munculnya gejala pucat, selalu

mendahului mual, sedang mual selalu mendahului muntah. Suhu sekitar

2
hanya mempengaruhi intensitas timbulnya kulit pucat, namun tidak

mempengaruhi waktu timbulnya. Kulit pucat diduga akibat kegiatan

susunan saraf simpatik lewat pengaruhnya terhadap vasokonstriksi

pembuluh darah kulit.

5. Keringat

Keringat keluar tanpa ada rangsangan suhu yang memadai, terutama

daerah dorsum tangan, lengan, dan dahi. Oleh karena kelenjar keringat

yang terlibat dari kelompok kelenjar pengatur suhu tubuh, maka suhu

sekitar mempengaruhi timbulnya. Peningkatan keringat akibat kegiatan

berlebihan dari susunan saraf otonom.

2.8 Diagnosis

1. Anamnesis 6

Anamnesis memegang peranan sangat penting untuk diagnosis vertigo. Kasus

vertigo perifer biasanya onset akut dan penanganan penanganan segera, sedangkan

pada vertigo tipe sentral perlu diketahui dan dieksplorasi faktor risikonya. Hal-hal

penting yang perlu ditanyakan dalam menentukan diagnosis sindrom vestibular

yang bermanifestasi sebagai vertigo atau pusing antara lain :

a. Bentuk serangan vertigo: pusing yang dikeluhkan ini dapat berupa rasa

goyang, berputar-putar, atau melayang.

b. Sifat serangan vertigo: serangan vertigo dapat periode, kontinu, ringan atau

berat.

c. Pencetus / eksaserbasi vertigo: tanpa pencetus (misalnya neuritis vestibular),

berjalan (vestibulopati bilateral), menolehkan kepala (misalnya vestibular

paroxysmia), menjalankan kepala tertentu (misalnya BPPV), batuk, suara

2
bising dengan frekuensi tertentu (fistula perilimfe atau sindrom dehisensi

kanalis superior), atau keadaan sosial tertentu (vertigo postural fobia).

d. Gejala otonom yang menyertai keluhan vertigo: mual, muntah, keringat

dingin. Gejala otonom berat atau ringan.

e. Ada atau tidaknya gejala gangguan pendengaran seperti: tinitus atau tuli.

f. Obat-obatan yang menimbulkan gejala vertigo seperti: streptomisin,

gentamisin, dan kemoterapi

g. Tindakan tertentu: operasi tulang temporal, pengobatan trans-tympanal.

h. Penyakit yang diderita pasien: DM, hipertensi, kelainan jantung.

i. Defisit neurologis: hemihipestesi, baal wajah satu sisi, perioral mati

rasa, disfagia, hemiparesis, penglihatan ganda, ataksia serebelaris.

2. Pemeriksaan Fisik7,8

Pemeriksaan fisik yang dilakukan

a. Tanda vital

b. Pemeriksaan fisik umum

c. Pemeriksaan neurologis

Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat pemeriksaan pasien

vertigo adalah:

- Kesadaran : kesadaran baiki pada vertigo vestibuler perifer dan

vertigo non vestibuler, namun dapat terjadi penurunan kesadaran pada

vertigo vestibuler central.

- Nervi kranialis : gangguan pada nervus kranialis dapat terjadi pada

vertigo vestibuler central.

- Sistem saraf motorik : kelumpuhan satu sisi (hemiparesis).

2
- Sistem saraf sensoris : gangguan sensorik pada satu sisi

(hemiparesis).

- Keseimbangan (pemeriksaan khuss neuro-otologi)

- Pemeriksaan fungsi serebelum / pemeriksaan khusus neuro-otologi:

Pemeriksaan spesifik yang dapat membantu menentukan diagnosis

penyebab vertigo antara lain:

(1) Tes romberg

Pemeriksa berada di belakang, pasien berdiri tegak dengan kedua

tangan di dada, kedua mata terbuka, diamati selama 30 detik,

setelah itu pasien diminta menutup mata diawasi dan diamati

selama 30 detik. Jika dalam keadaan mata terbuka pasien sudah

jatuh menandakan kelainan serebelum. Jika dalam keadaan mata

tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi menandakan kelainan

vestibular / propioseptif.

(2) Tes romberg dipertajam

Pemeriksa berada di belakang pasien, tumit pasien berada di

depan ibu jari kaki yang lainnya, pasien diamati dalam keadaan

mata terbuka selama 30 detik, kemudian pasien menutup mata

dan diamati selama 30 detik. Interpretasinya sama dengan tes

Romberg.

(3) Tes jalan tandem (tandem gait)

Pasien yang berjalan dengan sebuah garis lurus, dengan

menempatkan tumit di depan jari kaki sisi yang lain secara

bergantian. Pada kelainan serebelar: pasien tidak dapat

2
melakukan jalan tandem dan jatuh ke satu sisi. Pada kelainan

vestibular: pasien akan mengalami deviasi ke sisi lesi.

(4) Tes fukuda Pemeriksa berada di belakang pasien Tangan

diluruskan ke depan, mata pasien ditutup. Pasien yang berjalan di

tempat 50 langkah Tes fukuda dalam abnormal jika deviasi ke

satu sisi >30° atau maju / mundur >1 meter. Tes fukuda

menunjukkan lokasi kelainan di sisi kanan atau kiri.

(5) Tes past pointing

Pada posisi duduk, pasien untuk mengangkat satu tangan dengan

arah mengarah ke atas, jari pemeriksa di depan pasien, pasien

diminta dengan ujung jarinya menyentuh ujung jari pemeriksa

beberapa kali dengan mata terbuka, setelah itu dilakukan dengan

cara yang sama dengan mata tertutup. Pada kelainan vestibular:

ketika mata tertutup maka jari pasien akan deviasi ke arah lesi.

Pada kelainan serebelar: akan terjadi hipermetri atau hipometri.

(6) Head thrust test

Pasien yang memfiksasikan mata pada hidung / dahi pemeriksa

Setelah itu kepala digerakkan secara cepat ke satu sisi. Pada

kelainan vestibular perifer akan dijumpai adanya sakadik

(7) Nistagmus

(a) Bedside secara sederhana dengan atau tanpa kacamata Frenzel

Pasien diminta mengikuti jari pemeriksa ke kiri atau kanan

30° untuk melihat adanya nistagmus horizontal. Pasien

2
diminta mengikuti jari pemeriksa ke arah atas dan bawah

untuk melihat adanya nistagmus vertikal.

(b) Head shaking test

Kepala pasien digerakkan ke kiri dan kanan 20 hitungan.

Kemudian diamati adanya nistagmus horizontal dan vertikal.

(c) Tes Dix-Hallpike

Pasien menoleh 45° ke satu sisi, setelah itu pasien dijatuhkan

sehingga kepala menggantung 15° di bawah bidang datar.

Diamati adakah nistagmus atau tidak. Kemudian pasien tegak

kembali dan diamati adakah nistagmus atau tidak. Hal yang

sama dilakukan kembali pada sisi yang lainnya. Pemeriksaan

Dix-Hallpike ini dapat membedakan kelainan sentral atau

perifer. Pada kelainan perifer : Latensi 3-10 detik. Lamanya

nistagmus: 10-30 detik, atau <1 menit. Adanya fatique disertai

gejala vertigo yang berat. Pada kelainan sentral: Nistagmus

langsung muncul. Tidak ada fatique. Gejala vertigo bisa ada

atau tidak

3. Pemeriksaan Penunjang8

Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan etiologi. Dapat

dipertimbangkan untuk dilakukan pemeriksaan seperti :

1. Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan pemeriksaan

lain sesuai indikasi.

2. Foto rontgen tengkorak.

2
3. Neurofisiologi Elektroensefalografi (EEG), Elektromiografi (EMG)

Brainstem Auditory Evoked Potential (BAEP).

4. Pencitraan CT-scan, arteriografi, arteriografi, magnetic resonance

imaging (MRI).

2.9 Penatalaksanaan9

Tatalaksana yang dapaty diberikan pada pasien vertigo yaitu :

1. Terapi kausal, mencakup

a. Farmakoterapi

b. Prosedur reposisi partikel (pada BPPV)

c. Bedah

2. Terapi simtomatik, melalui farmakoterapi

a. Ca antagonis : Flunarizin 2x 5 mg

b. Vasodilator : Betahistine 3x 6 mg

c. Sedatif : Diezepam 3x 2 mg /Amitriptilin 3x 25 mg

3. Terapi Rehabilitatif atau Terapi (vestibular exercise) mencakup

a. Metode brandt-daroff

b. Latihan visual vestibular

c. Latihan berjalan

4. Terapi diet dan pola hidup

Terdapat lima manuver yang dapat dilakukan, antara lain:

a. Manuver Epley, manuver Epley adalah yang paling sering digunakan pada

kanal vertikal. Pasien diminta untuk menolehkan kepala ke sisi yang sakit

sebesar 45° lalu pasien berbaring dengan kepala tergantung dan

dipertahankan 1-2 menit. Lalu kepala ditolehkan 90° ke sisi sebaliknya,

2
dan posisi supinasi berubah menjadi lateral dekubitus dan dipertahan 30-

60 detik. Setelah itu pasien mengistirahatkan dagu pada pundaknya dan

kembali ke posisi duduk secara perlahan.

b. Manuver Semont, manuver ini diindikasikan untuk pengobatan

cupulolithiasis kanan posterior. Jika kanal posterior terkena, pasien diminta

duduk tegak, lalu kepala dimiringkan 45° ke sisi yang sehat, lalu secara

cepat bergerak ke posisi berbaring dan dipertahankan selama 1-3 menit.

Ada nistagmus dan vertigo dapat diobservasi. Setelah itu pasien pindah ke

posisi berbaring di sisi yang berlawanan tanpa kembali ke posisi duduk

lagi.

c. Manuver Lempert, manuver ini dapat digunakan pada pengobatan BPPV

tipe kanal lateral. Pasien berguling 360° yang dimulai dari posisi supinasi

lalu pasien menolehkan kepala 90° ke sisi yang sehat, diikuti dengan

membalikkan tubuh ke posisi lateral dekubitus. Lalu kepala menoleh ke

bawah dan tubuh mengikuti ke posisi ventral dekubitus. Pasien kemudian

menoleh lagi 90° dan tubuh kembali ke posisi lateral dekubitus lalu

kembali ke posisi supinasi. Masing-masing gerakan dipertahankan selama

15 detik untuk migrasi lambat dari partikel-partikel sebagai respon

terhadap gravitasi.

d. Forced Prolonged Position, manuver ini digunakan pada BPPV tipe kanal

lateral. Tujuannya adalah untuk mempertahankan kekuatan dari posisi

lateral dekubitus pada sisi telinga yang sakit dan dipertahankan selama 12

jam.

2
e. BrandtDaroff exercise, manuver ini dikembangkan sebagai latihan untuk di

rumah dan dapat dilakukan sendiri oleh pasien sebagai terapi tambahan

pada pasien yang tetap simptomatik setelah manuver Epley atau Semont.

Latihan ini juga dapat membantu pasien menerapkan beberapa posisi

sehingga dapat menjadi kebiasaan.

Edukasi
Keluarga turut mendukung dengan memotivasi pasien dalam mencari penyebab vertigo dan

mengobatinya sesuai penyebab

Mendorong pasien untuk teratur melakukan latihan vestibuler Mengawasi

pasien agar meminimalisir dari resiko jatuh

2.10 Prognosis.6

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

2
BAB III

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama Penderita : Ny. W

Alamat : Sawah Lunto

Pekerjaan : PNS (Pertanian)

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 38 Tahun

TGL Masuk : Kamis, 20 Januari 2022

Jam masuk : 23.00 Wib

II. Anamnesa

Anamnesa : Autoanamnesa

Seorang pasien perempuan berusia 38 tahun datang ke IGD RSUD M Natsir

dengan keluhan utama

a. Keluhan Utama : Seorang perempuan usia 38 tahun datang ke IGD RSUD M . Natsir

dengan keluhan pusing berputar sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit.

b. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien merasa pusing berputar semakin meningkat sejak 4 jam SMRS,

keluhan dirasakan timbul secara mendadak dan pusing berulang kali. Awalnya

pagi hari pasien pergi kerja, pada saat kerja di lapangan pasien merasakan telinga

kiri berdenging sampai tidak mendengar dan pusing berputar dirasakan semakin

meningkat setelah pasien pulang istirahat di rumah. Keluhan bertambah berat

dengan perubahan posisi. Dan diperberat dengan

2
aktifitas, keluhan disertai pandangan kabur, berkeringat dan mual. Keluhan dapat

berkurang ketika pasien istirahat dan ketika menutup mata.

Sebelumnya pasien juga pernah diriwayat dengan penyakit yang sama 1

bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit dengan keluhan yang sama. Pasien

tidak mengeluhkan adanya penurunan kesadaran (-), demam (-), sakit kepala (+),

kesulitan menelan (-), mulut mencong (-), bicara pelo (-), kesulitan berbicara (-),

penurunan penciuman (-), pandangan ganda (-), ataupun kejang (-). BAB dan

BAK tidak lancar, nafsu makan pasien menurun, karena pusing berputar yang

dirasakan oleh pasien.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat vertigo sebelumya (+)

 Riwayat penyakit magh (+)

 Riwayat DM (-)

 Riwayat hipertensi (+)

 Riwayat stroke (-)

 Riwayat penyakit jantung (-)

 Riwayat infeksi telinga (-)

 Riwayat keganasan (-)

 Riwayat kolesterol (-)

3
 Riwayat trauma kepala (-)

 Riwayat trauma telinga (-)

d. Riwayat Penyakit Keluarga :

 Riwayat DM (-)

 Riwayat hipertensi (+)

 Riwayat penyakit kardiovaskular (-)

 Riwayat stroke (-)

 Riwayat penyakit jantung (-)

 Riwayat penyakit tumor (-)

e. Riwayat Pribadi Sosial :

Pasien perempuan usia 38 tahun, bekerja sebagai PNS (pertanian), pasien sudah menikah dan

mempunyai anak, pasien tinggal bersama suami dan 3 anaknya. Pasien tidak ada kebiasaan

merokok, konsumsi alkohol dan minum kopi.

3
II. PEMERIKSAAN FISIK

1. Umum

• Keadaan Umum : sedang

• Kesadaran : Composmentis Kooperatif

• Rambut : Hitam

• Nadi : 90 kali/menit

• Irama : Reguler

• Pernafasan : 18 kali/menit

• Tekanan darah : 110/74 mmHg

• Suhu : 36,1 derajat celcius

• Turgor kulit : normal

• Kulit dan kuku : Dalam batas

normal Kelenjar Getah Bening

• Leher : Tidak ada pembesaran KGB

• Aksila : Tidak ada pembesaran KGB

• Inguinal : Tidak ada pembesaran KGB

Paru

• Inspeksi : Simetris kiri dan kanan

• Palpasi perkusi : Fremitus sama kiri dan kanan

• Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

• Auskultasi : Vesicular kiri dan kanan , whezing(-/-), Rhonki(-/-)

Jantung

• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

• Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

3
• Perkusi : dalam batas normal

• Auskultasi : Irama regular, murmur(-), gallop(-)

Abdomen

• Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit

• Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)

• Perkusi : Thympani

• Auskultasi : Bising usus

(+) 2.Status neurologikus

• GCS : E4 M6 V5 (15) = composmentis cooperatif

A. Tanda Rangsangan Selaput Otak

• Kaku Kuduk : Negatif

• Brudzinki I : Negatif

• Brudzinki II : Negatif

• Tanda Kernig : Negatif

B. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial

• Pupil : Isokor (3mm/3mm)

C. Pemeriksaan Nervus Kranialis

N I (Olfaktorius)

Penciuman Kanan Kiri

 Subjectif Normal Normal

 Objectif Dengan Normal Normal


Bahan

3
N II (Opticus)

Pengelihatan Kanan Kiri

Tajam Pengelihatan Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan

Melihat Warna Normal Normal

Lapang Pandang Normal Normal

Funduskopi Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan

N III (Okulomotorius)

Kanan Kiri

Bola Mata Simetris Simetris

Ptosis Tidak ada Tidak ada

Gerakan Bulbus Normal Normal

Strabismus Tidak ada Tidak ada

Nistagmus Positif horizontal Positif horizontal

Ekso/Endothalmus Tidak ada Tidak ada

Pupil Isokor Isokor

Bentuk Bulat Bulat

Refleks Cahaya + +

3
Reflek Akomodasi + +

Reflek Konvergensi + +

N IV (Troklearis)
Kanan Kiri

Gerakan Mata Kebawah Normal Normal

Sikap Bulbus Normal Normal

Diplopia Tidak Ada Tidak Ada

N V (Trigeminus)
Kanan Kiri

Motorik

• Membuka Mulut Normal Normal

• Menggerakan Rahang Normal Normal

• Menggigit Normal Normal

• Mengunyah Normal Normal

Sensorik

Divisi Opthalmica

 Reflek Kornea Normal Normal

 Sensibilitas Normal Normal

Divisi Maksila
 Reflek Massester Normal Normal

3
 Sensibilitas Normal Normal

Divisi Mandibula

 Sensibilitas Normal Normal

N VI (Abdusen)
Kanan Kiri

Gerakan Mata Kebawah Normal Normal

Sikap Bulbus Normal Normal

Diplopia Tidak Ada Tidak Ada

N VII ( Fasialis)
Kanan Kiri

Raut Wajah Simetris

Menggerakan Dahi Simetris

Menutup Mata Normal Normal

Memperlihatkan Gigi Normal Normal

Mencibir/Bersiul Normal Normal

Sekresi Air Mata Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Fisura Palpebra Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Sensasi Lidah 2/3 Depan Normal

Hiperakusis Tidak ada

3
N VIII (Vestibulokoklearis)
Kanan Kiri

Suara Berisik Normal Normal

Detik Arloji Normal Normal


Rinne Test Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Weber Test Tidak dilakukan

Scwabach Test Tidak dilakukan


Nistagmus +horizontal + horizontal

Pengaruh Posisi Kepala Ada Ada

N IX (Glosopharingeus)
Sensasi Lidah 1/3 Normal
Belakang
Refleks Muntah/Gag Tidak Dilakukan
Reflek

N X (Vagus)
Arkus Faring Simetris

Uvula Normal

Menelan Normal

Artikulasi Normal

Suara Normal

Nadi Reguler

3
N XI ( Acesorius)
Kanan Kiri

Menoleh Ke Kanan Normal Normal

Menoleh Ke Kiri Normal Normal

Mengangkat Bahu Normal Normal

N XII (Hipoglosus)
Kedudukan Lidah Dalam Normal

Kedudukan Lidah Dijulurkan Normal


Tremor Tidak Ada

Fasikulasi Tidak Ada


Atrofi Eutrofi

Pemeriksaan Kordinasi
Cara Berjalan Normal

Romberg Test Mata tertutup abnormal

Ataksia Tidak ada

Rebound Phenomen Tidak ada

Test Tumit Lutut Tidak dilakukan

Disartria Tidak ada

Disgrafi Tidak dilakukan

Test Jari Hidung Normal

Tes Hidung Jari Normal

Supinasi-Pronasi Normal

3
Pemeriksaan Fungsi Motorik

Badan

Respirasi Normal

Duduk Normal

Berdiri Dan Berjalan

Gerakan Spontan Normal

Tremor Tidak Ada

Atetosis Tidak Ada

Mioklonik Tidak Ada

Khorea Tidak Ada

Eksremitas

Superior

Kanan Kiri

Gerakan Aktif Aktif

Kekuatan 555 555

Trofi Eutrofi Eutrofi

Tonus Eutonus Eutonus

Inferior

Inferior

Kanan Kiri

Gerakan Aktif Aktif

3
Kekuatan 555 555

Trofi Eutrofi Eutrofi


Tonus Eutonus Eutonus

Pemeriksaan Sensibilitas

Sensibilitas Nyeri Normal

Sensibilitas Taktil Normal

Sensibilitas Termis Tidak Dilakukan

Sensibilitas Kortikal Tidak Dilakukan

Stereognosis Tidak Dilakukan

Pengenalan 2 Titik Tidak Dilakukan

Pengenalan Rabaan Tidak Dilakukan

Sistem Refleks

Fisiologis Kanan Kiri

Kornea Normal Normal

Laring Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan

Maseter Normal Normal

Dinding Perut Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan

Biceps Normal Normal

Triceps Normal Normal

Apr Normal Normal

Kpr Normal Normal

4
Bulbokavernosus Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan

Cremaster Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan

Sfingter Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan

Patologis Kanan Kiri

Hoffman-Tromner Negatif Negatif

Babinsky Negatif Negatif

Chaddoks Negatif Negatif

Oppenhem Negatif Negatif

Gordon Negatif Negatif

Schaeffer Negatif Negatif

Fungsi otonom

 Miksi : Normal
 Defekasi : Normal
 Sekresi keringat : Normal

Fungsi Luhur

Kesadaran Tanda Dementia

Reaksi Bicara Normal Reflek Glabella Tidak Dilakukan

Fungsi Intelek Normal Reflek Snout Tidak Dilakukan

Reaksi Emosi Normal Reflek Menghisap Tidak Dilakukan

4
Reflek Memegang Tidak Dilakukan

Reflek Tidak Dilakukan


Palmomental

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

HEMATOLOGI

Hematologi Lengkap

Hemoglobin 13,2 g/dL 12,0 – 16,0

Eritrosit 4,41 106/mm3 4,0 – 5,0

Hematokrit 38,6 % 36 – 48

Nilai – Nilai MC

MCV 87,5 fL 84 – 96

MCH 29,9 pg/cell 28 – 34

MCHC 34,2 g/dL 32 – 36

RDW-CV 12, 7 % 11,5 – 14,5

Leukosit 14,4 (H)) 103/mm3 5,0 – 10,0

Trombosit 339 103/mm3 140 – 400

Hitung Jenis (Diff)

Basofil 0 % 0–1

Eosinofil 0 (L) % 1–3

Neutrofil 87 (H) % 50 – 70

4
Limfosit 9 (L) % 20 – 40

Monosit 4 % 2–8

ALC (Absolute 1296 (L) /µL 1500 – 4000

Lymphocyte Count)

NLR (Neutrophil 9, 67 (H) /µL < 3,13

Lymphocyte Ratio)

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

KIMIA KLINIK

Kolesterol Lengkap

Trigliserida 177 (H) mg/dL 40 – 160

Kolesterol Total 293 (H) mg/dL 150 – 220

Kolesterol HDL 61 mg/dL 35 – 80

Kolesterol LDL 197 (H) mg/dL 140 – 159

Asam Urat 4,20 mg/dL 2.4 – 5.7

Glukosa Darah puasa 93 mg/dL 70-120

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

KIMIA KLINIK

Glukosa Darah 121 mg/dL <200

4
a. EKG

b.
Gambar 3.2 hasil pemeriksaan EKG Ny. W

Diagnosis

- Diagnosis Klinis : Vertigo vestibuler tipe perifer


- Diagnosis Topik : Organ vestibular
- Diagnosis Etiologis : Meniere Disease
- Diagnosis Sekunder : Hipertensi

Terapi

Umum/suportif

 IVFD NaCl 0,9% 8 jam/ Kolf


 Diet Makan Lunak

4
Khusus
• Betahistine 3x1 tab
• Flunarizin 1x1 tab
• Domperidon 3x 500 mg
• Microbalamin 3x 500 mg

Prognosis
• Ad vitam : Dubia ad bonam
• Ad functionam : Dubia ad bonam
• Ad sanationam : Dubia ad bonam

4
Follow up

Tanggal Anamnesis Asessment Terapi

Hari rawatan ke 2

Jumat, 21 S/ A/ P/
-Pusing berputar masih Vertigo Vestibular -Umum/suportif
Januari dirasakan tipe Perifer IVFD NaCl 0,9% 8 jam/
2022 -Mual (+) tidak disertai muntah Kolf
-BAB tidak lancar Organ vestibular Diet Makan biasa
-BAK normal
-Tidur terganggu Meniere -Khusus
-O/
Betahistine 3x1 tab
-KU :tampak sakit sedang Disease Flunarizin 1x1 tab
-Kes : CMC
Domperidon 3x 500 mg
-TD : 134/82 mmHg
-RR : 20x/i
Microbalamin 3x 500 mg

-T :36,5 °C
-HR : 76x/i

A/ P/
Senin,24 Hari rawatan ke 5
Vertigo Vestibular -Umum/suportif
Januari tipe Perifer IVFD NaCl 0,9% 8 jam/
S/
Kolf
2022 -Pusing berputar sudah Organ vestibular Diet Makan biasa
berkurang
-Mual dan muntah (-) Meniere -Khusus
-BAB normal Betahistine 3x1 tab
-BAK normal Disease Flunarizin 1x1 tab
-Tidur normal Domperidon 3x 500 mg
Microbalamin 3x 500 mg

4
O/

-KU :tampak sakit sedang


-Kes : CMC
-TD : 120/80 mmHg
-RR : 18x/i
-T :36,4 derajat celcius
-HR : 66x/i

4
BAB IV
ANALISA KASUS

Seorang perempuan berusia 38 tahun dengan diagnosis klinis vertigo

vestibular tipe perifer. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang.

Pusing berputar sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit, disertai mual, Pusing berputar

terjadi saat pasien bangun dan berpindah posisi badan. Pasien merasa sekeliling berputar

hebat. Pasien juga mengeluhkan mual (+), muntah (-) dan keringat dingin. Menurut

PERDOSSI (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia) parameter untuk menegakkan

diagnosis melalui anamnesis dan beratnya keluhan didapatkan diagnosis vertigo perifer yaitu

pasien merasa pusing berputar, sangat hebat timbul mendadak disertai mual muntah, keringat

dingin.

Diagnosis topik pada pasien ini adalah organ vestibular karena pusing berputar.

Dengan diagnosis etiologinya Meniere Disease karna di dapatkan pasien merasakan telinga

berdenging di sebelah kiri. Pasien diberikan terapi suportif berupa IVFD NaCl 0,9% 8 jam/

Kolf, diet makan biasa. Terapi khusus pada pasien diberikan betahistine 3x1 tab untuk

mengurangi gejala vertigo yang pasien rasakan, , flunarizin 1x1 tab untuk mengurangi nyeri

kepala pada pasien. dan domperidon 3x500 mg untuk gejala mual dan muntah yang pasien

rasakan, Microbolamin 3x500 mg.

4
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Seorang perempuan berusia 38 tahun dengan diagnosis klinis vertigo

vestibular tipe perifer.

2. Dasar penegakan diagnosa pada pasien ini adalah: Pusing berputar yang

diperberat dengan perubahan posisi kepala yang timbul mendadak dan

disertai rasa mual dan keringat dingin

3. Terapi suportif yang dapat diberikan pada pasien adalah IVFD NaCl 0,9%

8 jam/ Kolf, diet makan biasa. Untuk terapi khusus dapat diberikan

Betahistine 1x3 tab, Flunarizin 1x1 tab, domperidon 3x500 mg,

Microbalamin 3x 500 mg.

4. Prognosis dari pasien ini quo ad vitam dubia ad bonam, quo ad functionam

dubia ad bonam, dan quo ad sanationam dubia ad bonam.

1.2 Saran

1. Menyarankan kepada mahasiswa kepanitraan klinik kedokteran

selanjutnya agar dapat melakukan pemeriksaan dan dapat menegakkan

diagnosa vertigo berdasarkan klasifikasinya serta mengetahui

penatalaksaan yang sesuai.

4
DAFTAR PUSTAKA

1. Ramli RR, Ali NA, Permatasari R, et al. Karakteristik Penderita Vertigo Perifer
Yang Berobat di Poliklinik Saraf RSU Anutapura Dan RSUD Undata Palu 2017. J
Kesehat Al-Irsyad 2017; 14: 90–95.
2. Elisabeth W.S, 2018. Karakteristik Dan Angka Kejadian Vertigo Dipoliklinik RSUP

H. Adam Malik Medan Periode 2016-1018. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran


Universitas Sumatera Utara.
3. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Gray’s Basic Anatomy. Philadelphia: Churchill
Livingstone; 2012.
4. Sherwood L. Fisiologi Manusia. Edisi ke- 8. Cengage Learning; 2013.
5. Purnamasari PP. Diagnosis Dan Tata Laksana vertigo. Bagian/SMF Ilmu
Penyakit Saraf. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana; 2016.
6. Jusuf MI, Wahidji VH. Bunga Rampai Kedokteran. IDI Cabang Kota
Gorontalo; 2014.
7. Kembuan MA. Patofisiologi Vertigo. Jurnah kedokteran dan kesehatan FK
UNSRAT Manado. 2009; 1(1) : 31-5.
8. Kurniawan M, Suharjanti I, Pinzon RT. Acuan panduan praktik klinis
neurologi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2016.
9. Setiawati M, Susianti. Diagnosis dan Tatalaksana Vertigo. Fakultas
Kedokteran, Universitas Lampung. MAJORITY ; 2016 5(4): 91-5.

Anda mungkin juga menyukai