Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

“VERTIGO”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Keterampilan Dasar Keperawatan”

Dosen Pembimbing :
Sena Wahyu Purwanza, S.Kep., Ners., M. Kep

Disusun Oleh:
Dwi Bagas Febriyanto(212102113)

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN MALANG WIDYA CIPTA HUSADA


PROGRAM STUDI S1 - ILMU KEPERAWATAN
MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas pertolongan
Nya-lah kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan
“TYPOID” Dan juga kami berterima kasih kepada selaku dosen mata kuliah Keterampilan Dasar
Keperawatan ITKM Widya Cipta Husada yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat
berharap LP ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun. Semoga sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun dari anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Malang, 5 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi....................................................................................................................1
2. Etiologi....................................................................................................................2
3. Manifestasi Klinis...................................................................................................3
4. Patofisiologi............................................................................................................4
5. Pathway...................................................................................................................5
6. Komplikasi..............................................................................................................5
7. Pemeriksaan penunjang........................................................................................6
8. Penatalaksanaan....................................................................................................7
BAB II PENUTUP
1. Kesimpulan.............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 DEFINISI
”Vertere” suatu istilah dalam bahasa latin yang merupakan bahasa lain dari
vertigo, yang artinya memutar. Vertigo dalam kamus bahasa diterjemahkan dengan
pusing (Wahyono, 2007). Definisi vertigo adalah gerakan (sirkuler atau linier), atau
gerakan sebenarnya dari tubuh atau lingkungan sekitarnya diikuti atau tanpa diikuti
dengan gejala dari organ yang berada di bawah pengaruh saraf otonom dan mata
(nistagmus) (Jenie, 2001). Sedangkan menurut Gowers Kapita Selekta neurologi,
2005, mendefinisikan vertigo adalah setiap gerakan atau rasa gerakan tubuh penderita
atau objek-objek disekitar penderita yang bersangkutan dengan gangguan sistem
keseimbangan (ekuilibrum).
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan
atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut
terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita.
Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular,
system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan
keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus
difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya
bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami
biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik
menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadangkadang dapat kita saksikan
adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata
(Lumban Tobing, 2003).
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai
dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa
saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa
lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita
tidak bergerak sama sekali (Israr, 2008). Vertigo adalah keadaan pusing yang
dirasakan luar biasa. Seseorang yang menderita vertigo merasakan sekelilingnya
seolah-olah berputar, ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan yang berpusat di
area labirin atau rumah siput di daerah telinga. Perasaan tersebut kadang disertai
1
dengan rasa mual dan ingin muntah, bahkan penderita merasa tak mampu berdiri dan
kadang terjatuh karena masalah keseimbangan. Keseimbangan tubuh dikendalikan
oleh otak kecil yang mendapat informasi mengenai posisi tubuh dari organ
keseimbangan di telinga tengah dan mata. Vertigo biasanya timbul akibat gangguan
telinga tengah dan dalam atau gangguan penglihatan (Putranta, 2005) Vertigo adalah
sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan mungkin dapat
didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan gejala yang sifatnya
subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan sebaiknya langsung pada
penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya, asal atau penyebab vertigo
sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati (CDK, 2009)

1.2 ETIOLOGI
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang
berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di
dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam
otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau
perubahan tekanan darah yang terjadi secara tibatiba. Penyebab umum dari vertigo:
(Israr, 2008)
1. Keadaan Lingkungan
Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Kelainan sirkulasi
Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan
arteri basiler
3. Kelainan di telinga
Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga
bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo), Infeksi
telinga bagian dalam karena bakteri , Herpes zoster, Labirintitis (infeksi labirin
di dalam telinga), Peradangan saraf vestibuler , Penyakit Meniere.
4. Obat-obatan
Alkohol dan Gentamisin
5. Kelainan neurologis

2
Sklerosis multipel, patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin,
persarafannya atau keduanya, tumor otak dan tumor yang menekan saraf
vestibularis.

1.3 MANIFESTASI KLINIS


a. Rasa mual, terkadang berlebihan
b. Muntah
c. Diperburuk oleh pergerakan kepala yang tidak spesifik
d. Kepala terasa berat
e. Nafsu makan turun
f. Lelah
g. Lidah pucat dengan selaput putih lengket
h. Nadi lemah
i. Puyeng (dizziness)
j. Nyeri kepala
k. Penglihatan kabur
l. Tinitus (telinga berdenging)
m. Mulut pahit
n. Mata merah
o. Mudah tersinggung
p. Gelisah
q. Lidah merah dengan selaput tipis.
( Dewanto, George, 2009)

1.4 PATOFISIOLOGI
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang
disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini
adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus
menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah
sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis
dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling

3
besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil
kontribusinya adalah proprioseptik.
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat
keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan
dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar,
akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata
dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi
kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan
tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada
rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan
terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu,
respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal
yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala
lainnya (Sumantri, Bambang, 2011).

4
1.5 PATHWAY
Trauma Ukuran lensa mata Aliran darah Infeksi pada
cerebellum tidak sama ke otak telinga dalam

VERTIGO

Penurunan fungsi Tekanan Stress Meningkat Tekanan


kognitif Intra Kranial pada otot leher

Cemas Nyeri Koping individu Gangguan pola


tidakefektif tidur

1.6 KOMPLIKASI
a. Cidera fisik Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan
akibat terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
b. Kelemahan otot Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan
aktivitas. Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga
berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan
kelemahan otot.

5
1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang MRI dan CT-scan hanya dilaukan atas indikasi,
misalnya terdapat kecurigaan penekanan radiks N. V oleh aneurisma, meningioma
atau akibat sklerosis multipel.(George, Wita, et.al 2009) Meliputi uji tes keberadaan
bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk 6 pemeriksaan diagnostik yang penting
untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antara lain:
a. Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan mata, Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh,
Pemeriksaan neurologik, Pemeriksaan otologik, Pemeriksaan fisik umum
b. Pemeriksaan khusus : ENG, Audiometri dan BAEP , Psikiatrik
c. Pemeriksaan tambahan: Radiologik dan Imaging, EEG, EMG 7.
Penatalaksanaan, Karbamazepin Dosis awal karbamazepin dimulai dari 100-
200 mg, 2 kali /hari, dapat ditingkatkan 200 mg/hari dengan selang 1 hari
sampai pasien bebas nyeri atau timbul efek samping. Dosis rumatan yang
biasa digunakan ialah 600 mg-1200 mg/hari dengan kadar serum 5-12 ug/mL.
Gabapentin Gabapentin dimulai dengan dosis 300 mg//hari, kemudian
ditingkatkan perlahan hingga dosis maksimal 3600 mg/hari atau timbul efek
samping yang tidak dapat ditoleransi oleh pasien. Baclofen Dosis awal dimulai
dari 5-10 mg, 3 kali/hari. Dosis ditingkatkan 10 mg/hari dengan selang waktu
1 hari sampai pasien merasa bebas nyeri. Dosis rumatan yang dipakai adalah
50-60 mg/hari. Waktu paruh baclofen sangat bervariasi, kurang lebih sekitar 3-
4 jam. Penderita neuralgia trigeminal berat perlu menggunakan baclofen
dengan interval 34 jam. Efek samping baclofen yang paling umum adalah
mengantuk (drowsiness), pusing dan gangguan gastrointestinal. Kira-ira 10%
pasien mengalami intolerensi obat karena satu atau lebih gejala-gejala
tersebut. Kombinasi karbamazepin dan baclofen sangat berguna untuk
mengatasi serangan karena efek sinergistik kedua obat terrsebut. (George,
Wita, et.al 2009) Langkah-langkah untuk meringankan atau mencegah gejala
vertigo: Tarik napas dalam-dalam dan pejamkan mata.  tidur dengan posisi
kepala yang agak tinggi.  Buka mata pelan-pelan, miringkan badan atau
kepala ke kiri dan ke kanan.  Bangun secara perlahan dan duduk dulu
sebelum beranjak dari tempat tidur.  Hindari posisi membungkuk bila

6
mengangkat barang.  Gerakkan kepala secara hati-hati. (Redianto Topo,
2012)
1.8 PENATALAKSANAAN
Pada kasus vertigo sentral, karena disebabkan gangguan vaskuler,
penatalaksanaannya sesuai dengan tatalaksana stroke. Pada vertigo perifer,
penatalaksaannya terdiri dari:
a. Terapi kausal
b. Terapi simtomatik
c. Terapi rehabilitasi: menggunakan metode Brandt-Daroff.
d. Terapi operasi
Prosedur operasi dilakukan bila proses reposisi kanalis tidak berhasil.
( Dewanto, George, 2009)

BAB II
7
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Diagnosis vertigo meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
tatalaksana vertigo terbagi dalam non farmakologi, farmakologi, dan operasi. Didalamnya
terdapat metode Brandt-Daroff sebagai upaya desensitisasi reseptor semisirkularis.
Definisi vertigo adalah gerakan (sirkuler atau linier), atau gerakan sebenarnya dari tubuh
atau lingkungan sekitarnya diikuti atau tanpa diikuti dengan gejala dari organ yang berada
di bawah pengaruh saraf otonom dan mata.

8
DAFTAR PUSTAKA

Dewanto, George. (2009). Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf.
Jakarta: EGC
Ginsberg, Lionel. (2008). Lecture Notes Neurologi Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga
Sumantri, Bambang. (2011). Vertigo. Terdapat dalam
http://mantrinews.com/2011/07/vertigo.html di akses tanggal 30 November 2014.
Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI
Judith M. Wilkinson. & Nancy R. Ahern,(2012), Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC,
Jakarta, EGC Nurarif, Amin Huda % Kusuma, Hardhi, (2013), Aplikasi Asuhan
Keperawatan NANDA NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing.

Anda mungkin juga menyukai