Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN GANGGUAN

PERSEPSI SENSORI PADA KASUS VERTIGO

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Case Based Learning V


Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pengampu : Sajodin S.Kep.,M.Kep.,Ners. AIFO

Disusun Oleh
Aprilia Damayanti
NIM 302018062

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERISTAS ‘AISYIYAH BANDUNG
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
kelimpahan rahmat dan hidayah-Nya solawat serta salam kita limpahkan kepada
nabi besar kita Muhammad SAW. Tak lupa kepada kedua orang tua kami yang
selalu memberikan kasih sayang dan dukungan sehingga akhirnya kami dapat
menyelesaikan Laporan pendahuluan ini yang berjudul “LAPORAN
PENDAHULUAN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : VERTIGO”
Dalam menyusun menyusun laporan pendahuluan ini banyak tahap demi
tahap yang harus dilalui oleh penulis mulai dari awal sampai akhir yang salah satu
dari tahapan tersebut adalah persiapan dalam melakukan penulisan dimana
penulis di tuntut lebih terampil dan menguasai materi yang akan di laksanakan
sehingga dapat melaksanakan dengan sebaik mungkin tanpa ada keraguan
walaupun terdapat sedikit hambatan pada saat melaksanakan penulisan tersebut.

Manfaat yang akan di ambil yaitu dengan adanya makalah ini yang mana
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah di Universitas Aisyiyah Bandung

Penulis
LAPORAN PENDAHULUAN
VERTIGO

A. Konsep Penyakit
1. Definisi Vertigo
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya
disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan vertigo bisa berlangsung
hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari.
Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus
berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali. (Yayan. A Israr, 2016)
vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek, sering
digambarkan sebagai sensasi berputar, rasa oleng, tidak stabil (giddiness,
unsteadiness) dan rasa pusing (dizziness).Deskripsi keluhan vertigo tersebut
penting karena seringkali kalangan awam mengkacaukan istilah pusing dan nyeri
kepala secara bergantian (Reksoatmodjo, 2010)

2. Etiologi
Ada beberapa penyebab dari vertigo antara lain yaitu gangguan pada telinga
bagian dalam. pusing yang terjadi pada pasien vertigo akan hilang dengan sendiri
nya, vertigo jenis ini diklasifikasikan menjadi akibat dari masalah telinga bagian
dalam dan dikenal sebagai Benign Paroxymal Positional Vertigo (BBPV).
Penyakit sistem saraf pusat gangguan sistem syaraf pusat tetjadi karena ada nya
beberapa penyakit seperti multiple sclerosis, kerusakan leher, tumor, atau stroke
yang bisa menyebabkan penyakit vertigo. Migrain merupakan salah satu jenis
sakit kepala yang mengganggu sistem penglihatan vertigo yang disebabkan karena
migrain dapat berlangsung dalam beberapa menit hingga beberapa hari.
Peradangan atau infeksi yang menyerang tubuh seperti pilek, atau yang lainnya
sehingga dapat mempengaruhi kinerja telinga bagian dalam dan akhirnya
mengakibatkan vertigo. Gangguan penglihatan Mata selain untuk melihat juga
dapat membantu dalam fungsi keseimbangan tubuh. Sehingga masalah yang
terjadi pada penglihatan dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan dan
memicu penyakit vertigo. Etiologi lainnya disebabkan oleh : trauma kepala,
labirinitis virus, pascaspatedektomi dan fistula perilimfe. Lesi vestibuler pemicu
vertigo dapat ditemukan pada korteks ,jaras di batang otak, serebelum, nucleus
vestibuler, hingga organ akhir vestibuler. (Tarwoto, 2016).
Faktor risiko terjadinya vertigo :
a. Berusia dari 50 tahun
b. Wanita
c. Pernah atau sedang mengidap luka di kepala
d. Sering menggunakan obat-obatan tertentu
e. Ada anggota keluarga yang mengidap penyakit vertigo
f. Mengalami infeksi pada telinga
g. Sedang stress berat
h. Sering mengkonsumsi alkohol

3. Klasifikasi
a) Vertigo Vestibular
Vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa
mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga
keseimbangan. Vertigo timbul pada gangguan sistem vestibular, yang
menimbulkan sensasi berputar, timbulnya episodic, diprovokasi oleh gerakan
kepala, dan bias disertai rasa mual muntah (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
1. Vertigo sentral merupak an vertigo yang diakibatkan oleh kelainan di
sentral ( batang otak,cerebellum,dan sebrum)
2. Vertigo perifer merupakan vertigo akibat kelainan pada labirin dan
nervous vestibularis
Penyebab pada nervous labirin adalah : BBPV post trauma Meniere ,labirinitis,
toksik, oklusi dan fistula labirin.
Penyebab pada nervous VIII ; infeksi, imflamasi , neuroma akustik,tumor lain.
b) Vertigo non vestibular Vertigo sistemik adalah keluhan vertigo yang
disebabkan oleh penyakit tertentu misalnya diabetes militus, hipertensi dan
jantung. Sementara itu, vertigo neurologik adalah gangguan vertigo yang
disebabkan oleh gangguan saraf. Keluhan vertigo yang disebabkan oleh
gangguan mata atau berkurangnya daya penglihatan disebut vertigo
ophtamologis, sedangkan vertigo yang disebabkan oleh berkurangnya
fungsi alat pendengaran disebut vertigo otolaringologis. Selain penyebab
dari segi fisik penyebab lain munculnya vertigo adalah pola hidup yang
tidak teratur, seperti kurang tidur atau terlalu memikirkan suatu masalah
hingga stres. Vetigo yang disebabkan oleh stres atau tekanan emosional
disebut psikogenik. Perbedaan vertigo vestibur dan non vestibular sebagai
berikut (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019)

4. Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang
disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem
ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus
menyampai kan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang
berperan ialah sistem optik dan pro prioseptik, jaras-jaras yang
menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan
vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. ) Dalam keadaan normal, informasi
untuk alat keseimbangan tubuh ditangkap oleh tiga jenis reseptor, yaitu
reseptor vestibuler, penglihatan, dan propioseptik yang mempunyai memori
atau ingatan tentang pola gerakan tertentu, sehingga jika pada suatu saat
dirasakan gerakan yang aneh atau tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah
tersimpan maka timbulah reaksi dari susunan saraf otonom. Jika pola gerakan
yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme adaptasi
sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala tersebut (Sylvia. A &
Price, 2007).
5. Pathway

6. Manifestasi Klinis
Gejala klinis vertigo di bagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Vertigo paroksimal dengan ciri-ciri berupa serangan mendadak, berlangsung
selama beberapa menit hingga hari, menghilang sempurna suatu ketika muncul
kembali dan diantara serangan penderita bebas dari keluhan. Berdasarkan gejala
penyertanya dibagi menjadi :
a. Dengan keluhan telinga : tuli atau telinga berdenging : sindrom Meniere,
Arachnoiditis pontoserebralis, TIA vertebrobasilar, kelainan odontogen, serta
tumor fosa posterior.
b. Tanpa keluhan telinga : TIA vestebrobasilar, epilepsy, migraine, vertigo
anak dan labirin picu
c. Timbul dipengaruhi oleh perubahan posisi: vertigo posisional paroksimal
benigna.
2. Vertigo kronis dengan ciri-ciri berupa serangan vertigo menetap lama,
keluhan konstan tidak membentuk serangan akut. Berdasarkan gejala penyerta
dibagi menjadi :
a. Dengan keluhan telinga : OMC, Tumor serebelopotin, meningitis TB,
labirinitis kronik serta luesserebri.
b. Tanpa keluhan telinga : kontusio serebri, hipoglikemia, ensefalitis pontis,
kelainan okuler, kardiovaskuler dan psikologis, post traumatik sindrom,
intoksikasi serta kelainan endokrin.
c. Timbul ini dipengaruhi perubahan posisi : hipotensi orthostatic dan vertigo
servikalis
3. Vertigo serangan akut berangsur-angsur berkurang tapi tidak pernah bebas
serangan. Berdasarkan gejala penyertanya dibagi menjadi :
a. Dengan keluhan telinga : neuritis N VIII, trauma labirin, perdarahan labirin,
herpes zoster.
b. Tanpa keluhan telinga : neuritis vestibularis, multiple sclerosis, oklusi artesi
serebral inferior posterior, ensefalitis vestibularis, serta hematobulbi.

Gejala vertigo/dizziness muncul gejala perubahan kulit yang menjadi pucat


(pallor) terutama di daerah muka dan peluh dingin (cold sweat). Gejala ini
selalu mendahului munculnya gejala mual/muntah dan diduga akibat
vasokonriksi pembuluh darah kulit disebabkan oleh peningkatan aktivitas
sistem saraf simpatik. Nistagmus juga merupakan salah satu gejala dari vertigo.

7. Penatalaksanaan
Vertigo biasanya di atasi dengan menangani sesuai penyebabnya. Misal,
vertigo disebabkan pada gangguan telinga, maka diobati di bagian telinganya.
Jika vertigo disebabkan pada gangguan penglihatan, maka diobati di bagian
penglihatannya. Keluhan vertigopun akan hilang dengan sendirinya seiring
dengan sembuhnya yang mendasari vertigo tersebut. Pemberian vitamin
antihistamin, diuretika, dan pembatasan konsumsi garam yang telah diketahui
dapat mengurangi keluhan vertigo (Widjajalaksmi, 2015)
Penanganan yang diberikan pada vertigo selama ini dapat dilakukan
dengan farmakologi, non-farmakologi. Pada farmakologi, penderita biasanya
akan diberikan golongan antihistamin dan benzodiazepine. Salah satu terapi
non farmakologi yaitu menggunakan tekhnik brandt daroff (Widjajalaksmi,
2015). Tujuan utama terapi vertigo adalah mengupayakan tercapainya kualitas
hidup yang optimal sesuai dengan perjalanan penyakitnya, dengan mengurangi
atau menghilangkan sensasi vertigo dengan efek samping obat yang minimal.
Terapi vertigo meliputi beberapa perlakukan yaitu pemilihan medikamentosa,
rehabilitasi dan operasi. Pilihan terapi vertigo mencakup:
1) Terapi simtomatik, melalui farmakoterapi
2) Terapi kausal, mencakup :
a. Farmakoterapi
b. Prodesur reposisi partikel (pada BPPV)
c. Bedah
3) Terapi rehabilitatif atau terapi (vestibular exercise) mencakup :
a. Metode brandt daroff
b. Latihan visual vestibular
c. Latihan berjalan
4) Tujuan terapi rehabiltitatif : resposisi kanalit, mencapai kompensasi dan
adaptasi
5) Mekanisme kerja terapi rehabilitatif melalui :
a. Substitusi sentral oleh sistem visual dan somatosensori untuk
fungsi vestibular yang terganggu
b. Mengaktifkan kembali tonus n. vestibularis oleh serebelum,
sistem visual, somatosensori
c. Menimbulkan habituasi yaitu berkurangnya respon terhadap
stimuli sensori yang berulang-ulang (Sutarni, Rusdi, dan Abdul,
2019).

Penatalaksanaan Terapi Brandt Daroff

Latihan Brandt Daroff merupakan latihan fisik yang ditambahkan pada pasien
dengan vertigo setelah menjalani terapi standar di praktek dokter. Latihan Brandt
Daroff ini dapat dilakukan sendiri oleh pasien, sehingga pasien bisa
mengulanginya setiap hari di rumah, Dibawah ini adalah tahapan latihan Brandt
Daroff dan langkah-langkahnya :

Jadwal yang dianjurkan untuk latihan Brandt Daroff

Waktu Latihan Durasi


Pagi 5 kali pengulangan 10 menit
Siang 5 kali pengulangan 10 menit
Malam 5 kali pengulangan 10 menit

Langkah-langkah dari latihan Brandt Daroff :


1. Mulailah dengan duduk tegak di sisi tempat tidur anda
2. Berbaringlah ke samping. Jangan lebih dari 1 atau 2 detik untuk mencapai
posisi berbaring ini.
3. Tetap pada posisi ini selama 30 detik atau sampai dizziness anda reda
4. Kembali ke posisi tegak dan tunggu selama 30 detik
5. Sekarang, baringkan tubuh ke samping – berlawanan arah dari sebelumnya.
Jangan lebih dari 1 atau 2 detik untuk mencapai posisi ini
6. Tetap pada posisi ini selama 30 detik atau sampai dizziness anda reda
7. Kembali ke posisi tegak dan tunggu sampai 30 detik

8. Diet Pada Pasien Vertigo


Pedoman gizi seimbang (PGS) merupakan susunan makanan sehari-hari yang
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
tubuh. Gizi seimbang selalu memperhatikan 4 prinsip, yaitu variasi makanan,
pentingnya pola hidup bersih, pentingnya pola hidup altif dan olahraga, dan
memantau berat 11 badan secara ideal. Jika prinsip 4 sehat 5 sempurna yang
menyertakan kebutuhan gizi semua orang, PGS berprinsip bahwa tiap golongan
usia, jenis kelamin, kesehatan, dan aktifitas fisik memerlukan gizi yang berbeda
sesuai dengan kondisi setiap kelompok. Dengan melihat :
1. Mengkonsumsi makanan beragam Gizi seimbang memiliki prinsip utama yaitu
dengan berkaitan dengan pola makan. Bagi orang dewasa, untuk memastikan
setiap zat gizi bisa didapatkan sesuai jumlah yang diperlukan adalah seperti oleh
prinsip atau pilar pertama gizi seimbang ini yaitu makanlah makanan yang begitu
beragam. Berikut contoh hal yang perlu dilakukan :
a) Makan sayur dan buat setiap hari. Jumlah sayuran dan buah yang dimakan
hendaklah menyusun setengah dari kebutuhan keseluruhan makanan.
b) Konsumsi sumber yang memiliki tinggi protein
c) Variasi makanan pokok. Mengganti nasi putih dengan nasi merah, kentang,
roti, jagung.
d) Membatasi makanan yang mengandung banyak garam, gula, ataupun lemak.
e) Membiasakan diri untuk selalu sarapan.
f) Minum air putih yang cukup.

2. Berperilaku hidup bersih Pola makan yang sehat perlu ditunjang dengan
melakukan hidup bersih dan sehat, terkait khusus dengan penanganan makanan
secara higienis dengan melakukan cuci tangan setiap sebelum dan sesudah makan.
3. Melalukan aktifitas fisik Prinsip ketiga ini yaitu melakukan aktifitas fisik.
Aktifitas fisik ini berhubungan erat dengan gizi, karena berperan memperlancar
sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme zat gizi. Sempatkan
berolahraga secara teratur untuk menyeimbangkan energi yang didapatkan dari
makanan serta yang keluar dari tubuh.

4. Mempertahankan dan memantau berat badan (BB) normal Pada prinsip ini
memang tidak secara langsung berpengaruh terhadap kondisi kesehatan. akan
tetapi menjaga berat badan sangat penting untuk menjaga kesehatan dan
penampilan

9. Komplikasi
Berikut komplikasi yang mungkin akan terjadi pada penderita vertigo :
a. Cidera fisik Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan
keseimbangan akibat terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga
pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
b. Kelemahan otot Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak
melakukan aktivitas. Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran,
sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat
menyebabkan kelemahan otot

10. Pemeriksaan Penunjang


Menurut Yayan A. Israr (2010) Pemeriksaan penunjang pada pasien vertigo
adalah CT sean atau MRI kepala, yang bisa menunjukkan kelainan tulang atau
tumor yang menekan saraf. Jika di duga suatu infeksi, bisa diambil contoh cairan
dari telinga atau sinus atan dari tulang belakang. Jika di duga terdapat penurunan
aliran darah ke otak, maka dilakukan pemeriksaan aagiograın, nutuk melihat
adanya sumbatan pada pembuluh darah yang menuju ke otak.

11. Pencegahan Vertigo


a. Menghindari gerakan secara tiba-tiba agar tidak terjatuh
b. Segera duduk jika vertigo menyerang
c. Gunakan beberapa bantal agar posisi kepala saat tidur menjadi lebih tinggi
d. Gerakkan kepala secara perlahan-lahan
e. Hindari gerakkan kepala mendongak , berjongkok atau tubuh
membungkuk
f. Bagi pengidap penyakit Meniere, batasi konsumsi garam dalam menu
sehari-hari

12. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat kesehatan
c. Keluhan utama (keluhan yang menonjol pada pasien vertigo adalah nyeri)
d. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien dengan vertigo biasanya pasien mengeluh pusing bila pasien
banyak bergerak dan dirasakan berkurang bila pasien beristirahat. Kualitas
dari keluhan atau penyakit yang di rasakan. Pada pasien dengan vertigo
biasanya pusing yang dirasakan seperti berputar, daerah atau tempat
dimana keluhan di rasakan. Pada pasien dengan vertigo biasanya lemah di
rasakan pada daerah kepala, pusing yang dirasakan seperti berputar dengan
skala nyeri (0-5) , waktu dimana keluhan dirasakan, keluhan pusing pada
pasien dirasakan hilang timbul
e. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit terdahulu baik yang berhubungan dengan sistem
persyarafan maupun penyakit sistemik lainnya
f. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit-penyakit keluarga perlu diketahui terutama yang menular dan
merupakan penyakit turunan. Selain pengkajian riwayat harus bisa
diseimbangkan sesuai dengan kebutuhan seorang pasien. Setiap pola
merupakan suatu rangkaian perilaku yang membantu perawat dalam
mengumpulkan suatu data
2. Diagnosa Keperawatan
Dianosa keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan vertigo :
a. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologis d.d . Klien mengatakan nyeri
pada bagian kepala, nyeri seperti tertusuk tusuk ,klien mengatakan nyeri saat
beraktivitas, klien tampak meringis, tampak memegangi kepalanya Skala nyeri
7 ( 1-10), klien tampak gelisah dan nafsu makan berubah.

b. Mual b.d peningkatan tekanan intrakranial d.d Klien mengeluh mual,klien


mengatakan ingin muntah,klien mengatakan tidak minat makan, klien tampak
pucat, Takikardi dan Pupil Dilatasi.

c. Gangguan Pola Tidur b.d Hambatan Lingkungan d.d Klien mengatakan


sangat lemas,sulit tidur,klien mengatakan tidak puas tidur,klien mengatakan
istirahat tidak cukup,klien tampak kelelahan dan terdapat kantung mata
didaerah mata klien.

d. Risiko jaatuh d.d faktor risiko Gangguan Keseimbangan

e. Gangguan Persepsi Sensori b.d Gangguan Pendengaran d.d Klien


mengatakan terganggu dalam mendengar,klien tampak distorsi sensori respons
tidak sesuai dan konsentrasi buruk.

f. Defisit Pengetahuan b.d kurang terpapar informasi

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu rancangan yang di rancang oleh perawat atau
suatu perawatan yang dilakukan berdasarkan penilaian secara klinis dan
pengetahuan perawat yang bertujuan untuk meningkatkan outcome pasien

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah langkah keempat dari proses keperawatan yang
telah direncanakan oleh perawat untuk membantu pasien yang bertujuan untuk
mencegah, mengurangi dan menghilangkan dampak ataupun respon yang di
timbulkan oleh adanya masalah keperawatan serta kesehatan dalam
komplementer.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang
berupaya untuk membandingkan tindakan yang sudah dilakukan dengan kriteria
hasil yang sudah ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai