VERTIGO
Oleh
Yuliet Iman Mega, S.Ked
FAA 111 0014
Pembimbing: dr.Bambang,Sp.S
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN/SMF
NEUROLOGI RSUD dr. DORIS
SYLVANUS/FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
MEI 2016
DEFINISI
Vertigo adalah halusinasi
gerakan lingkungan sekitar
serasa berputar mengelilingi
pasien atau pasien serasa
berputar mengelilingi
lingkunganempat
sekitar. tipe
Terdapat
dizziness
vertigo, lightheadedness,
presyncope, dan
propriosep
tik
sistem
vestibular
sistem
optik.
pengaturan
keseimban
gan tubuh
Epidemiologi
Jenis
kelamin
Usia
Morbidit
as
ETIOLOGI
Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis
semisirkularis di dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan
benign paroxysmal positional
vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis,
penyakit maniere,
peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf
vestibularis, sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang
disertai cedera pada labirin, persyarafannya atau keduanya.
Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak ( transient
ischemic attack ) pada arteri vertebral dan arteri basiler.
KLASIFIKASI
Vertigo
fisiologik
Mabuk
Vertigo
ruang
Mabuk
ketinggi
gerakan angkasa
an
(motion (space
sickness sickness (height
vertigo)
)
)
Vertigo
patologis
Sentr Perife
al
r
Vertigo dapat
diklasifikasikan
menjadi:
Sentral diakibatkan
oleh kelainan pada
batang batang otak
atau cerebellum
Perifer disebabkan
oleh kelainan pada
telinga dalam atau
nervus cranialis
vestibulocochlear
(N. VIII)
SENTR
AL
Supratentori
al
Trauma
Epilepsi
Infratentorial
Insufisiensi
vertebrobasil
er
Obat
PERIF
ER
Labirin,
telinga
dalam posisional
vertigo
paroksisimal
benigna
pasca trauma
penyakit
menierr
e
labirinitis
(viral, bakteri)
toksik (misalnya oleh
aminoglikosid,
streptomisin, gentamisin)
oklusi peredaran
darah di labirin
fistula
labiri
n
Saraf otak
ke VIII
neuritis iskemik
(misalnya pada DM)
infeksi, inflamasi
(misalnya pada sifilis,
herpes zoster)
neuritis
vestibular
neuroma
akustikus
tumor lain di
sudut serebelopontin
Telinga luar
dan tengah
Otitis media
Tumor
Vertigo spontan
Vertigo posisi
Vertigo kalori
G. Patofisiologi
Ketidakseimbangan cairan telinga
dalam Aparatus vestibularis
Vertig
o
Gejala primer:
Pusing berputarputar
Implusion,
oscilopia, ataxia,
Pembengkakan
rongga
endolimfatikus
Keseimbangan
tubuh
(vestibuler)
terganggu
Gejala sekunder:
Mual, Gejala
otonom, Kelelahan,
Sakit kepala,
Sensitivitas visual.
Tinitus
Gangguan
pola tidur
Mnires disease
Mnires disease ditandai dengan vertigo yang
intermiten diikuti dengan keluhan pendengaran .
Gangguan pendengaran berupa tinnitus (nada rendah),
dan tuli sensoris pada fluktuasi frekuensi yang rendah,
dan sensasi penuh pada telinga. Mnires disease
terjadi pada sekitar 15% pada kasus vertigo otologik.
Mnires disease merupakan akibat dari hipertensi
endolimfatik. Hal ini terjadi karena dilatasi dari
membrane labirin bersamaan dengan kanalis
semisirularis telinga dalam dengan peningkatan volume
endolimfe. Hal ini dapat terjadi idiopatik atau sekunder
akibat infeksi virus atau bakteri telinga atau gangguan
metabolic
Vestibular Neuritis
Vestibular neuritis ditandai dengan
vertigo, mual, ataxia, dan nistagmus.
Hal ini berhubungan dengan infeksi
virus pada nervus vestibularis.
Labirintis terjadi dengan komplek
gejala yang sama disertai dengan
tinnitus atau penurunan
pendengaran. Keduanya terjadi pada
sekitar 15% kasus vertigo otologik.
Migraine
Selby and Lance (1960) menemukan vertigo
menjadi gejala yang sering dilaporkan pada
27-33% pasien dengan migraine..
Sebelumnya telah dikenal sebagai bagian
dari aura (selain kabur, penglihatan ganda
dan disarthria) untuk basilar migraine
dimana juga didapatkan keluhan sakit kepala
sebelah. Verigo pada migraine lebih lama
dibandingkan aura lainnya, dan seringkali
membaik dengan terapi yang digunakan
untuk migraine. 10
Vertebrobasilar
insufficiency
Vertebrobasilar insufficiency biasanya
terjadi dengan episode rekuren dari suatu
vertigo dengan onset akut dan spontan pada
kebanyakan pasien terjadi beberapa detik
sampai beberapa menit. Lebih sering pada
usia tua dan pada paien yang memiliki factor
resiko cerebrovascular disease. Sering juga
berhungan dengan gejala visual meliputi
inkoordinasi, jatuh, dan lemah. Pemeriksaan
diantara gejala biasanya normal. 9
Tumor Intrakranial
Tumor intracranial jarang member manifestasi klinik
vertigo dikarenakan kebanyakan adalah tumbuh
secara lambat sehingga ada waktu untuk kompensasi
sentral. Gejala yang lebih sering adalah penurunan
pendengaran atau gejala neurologis .
Tumor pada fossa posterior yang melibatkan ventrikel
keempat atau Chiari malformation sering tidak
terdeteksi di CT scan dan butuh MRI untuk diagnosis.
Multipel sklerosis pada batang otak akan ditandai
dengan vertigo akut dan nistagmus walaupun
biasanya didaptkan riwayat gejala neurologia yang
lain dan jarang vertigo tanpa gejala neurologia
lainnya.
Faktor
pencetus
Perubahan
posisi kepala
Kemungkinan diagnosis
Acute labyrinthitis; benign positional paroxysmal vertigo; cerebellopontine
angle tumor; multiple sclerosis; perilymphatic fistula
Spontaneous episodes
(i.e., no consistent
provoking
factors)
Recent upper
respiratory
viral illness
Stress
Immunosuppression
(e.g.,
immunosuppressive
medications,
advanced
age, stress)
Perilymphatic fistula
Changes in ear
pressure, head trauma,
loud noises
Gejala
Kemungkinan diagnosis
Acoustic neuroma; acute middle ear disease (e.g., otitis media, herpes zoster
oticus)
Kelemahan wajah
Sakit kepala
Tuli
Imbalans
Nistagmus
Fonofobia,fotofobia
Migraine
Tinnitus
Pemeriksaan Fisik
pemeriksaan neurologis,
pemeriksaan kepala dan leher
system cardiovascular.
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
pemeriksaan nervus cranialis untuk
mencari tanda paralisis nervus, tuli
sensorineural, nistagmus
Gait test
Test hiperventilasi
pemeriksaan nervus
cranialis
Fungsi Pendengaran
a. Tes garpu tala : Rinne, Weber,
Swabach. Untuk membedakan tuli
konduktif dan tuli perseptif
b. Audiometri : Loudness Balance
Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone
Decay.
Gait test
Dix
hallpike
manuever
tes
audiometric
Tes audiologik tidak selalu diperlukan. Tes ini diperlukan jika pasien mengeluhkan
gangguan pendengaran
vestibular
testing
Vestibular testing tidak dilakukan pada semau pasieen dengan keluhan dizziness .
Vestibular testing membantu jika tidak ditemukan sebab yang jelas
evalusi
laboratorium
pemeriksaan elekrolit, gula darah, fungsi thyroid dapat menentukan etiologi vertigo
pada kurang dari 1 persen pasien
evalusi radiologis
Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan pada pasien dengan vertigo yang
memiliki tanda dan gejala neurologis, ada factor resiko untuk terjadinya CVA, tuli
unilateral yang progresif. MRI kepala mengevaluasi struktur dan integritas batang
Mnires disease
Vestibular neuritis
Labyrinthitis
Vertebrobasilar
insufficiency
dan
epyndimoma
atau
thromboembolism
Labyrinthine trauma
Tumor otak
-
Misalnya,
Multiple sklerosis
dysfunction
Syphilis (rare)
Following
injury
misalnya,
phenytoin,
Terapi fisik
Tujuan latihan ialah :
Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk
meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.
Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.
Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan
Contoh latihan :
Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.
Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak miring).
Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata
tertutup.
Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup.
Berjalan tandem (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu menyentuh
jari kaki lainnya dalam melangkah).
Jalan menaiki dan menuruni lereng.
Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.
Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga memfiksasi
pada objek yang diam.
latihan Brand-Darrof
BPPV
Pada kondisi ini
tidak
direkomendasik
an terapi obatobatan.
Vertigo dapat
membaik
dengan
maneuver rotasi
kepala hal ini
akan
memindahkan
deposit kalsium
yang bebas ke
belakang
vestibule,.
Manuver ini
meliputi reposisi
kanalit berupa
maneuver
epley,
modifikasi
maneuver epley.
Pasien perlu
tetap tegak
selama 24 jam
setelah reposisi
kanalit utnuk
Vestibular
neuronitis dan
Labirynthis
Meniere
disease
Iskemik
Vascular
Terapi focus
pada gejala
menggunakan
terapi obatobatan yang
mensupresi
vestibular
yang diikuti
dengan
latihan
vestibular.
Kompensasi
vestibular
terjasi lebih
cepat dan
lebih
sempurna jika
pasien mulai
2 kali sehari
latihan
vestibular
sesegera
mungkin
setelah
Terapi dengan
menurunkan
tekanan
endolimfatik.
Walaupun diet
rendah garam
dan diuretic
seringkali
mengurangi
vertigo, hal ini
kurang efektif
dalam
mengobati
ketulian dan
tinnitus.
Pada kasus yang
jarang intervensi
bedah seperti
dekompresi
dengan shunt
endolimfatik atau
cochleosacculocto
my dibutuhkan
jika penyakit ini
resisten terhadap
pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
1. Sura, DJ, Newell, S. 2010.Vertigo-Diagnosis andmanagement
inprimarycare,BJMP2010;3(4):a3512.
2. Lempert,T,Neuhauser, H.2009.Epidemiologyofvertigo,migraineandvestibularmigraine in
Journal Nerology2009:25:333-3383.
3. Labuguen, RH. 2006.Initial Evaluation ofVertigoNini Journal American Family
PhysicianJanuary15,2006Volume73,Number2
4. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 20085.
5. Marril KA. Central Vertigo [Internet]. WebMD LLC. 21 Januari 2011. Diunduh tanggal 8April
2011. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/794789-clinical#a02176.
6. Turner, B, Lewis, NE. 2010. Symposium Neurology :Systematic Approach that Needed
forestablish of Vetigo. The Practitioner September 2010 - 254 (1732): 19-23.7.
7. Mark, A. 2008. Symposium on Clinical Emergencies: Vertigo Clinical Assesment
andDiagnosis. British Journal of Hospital Medicine, June 2008, Vol 69, No 68.
8. Kovar, M, Jepson, T, Jones, S. 2006.DiagnosingandTreating:BenignParoxysmalPositional
Vertigo in Journal Gerontological of Nursing.December:20069.
9. Swartz, R, Longwell, P. 2005. Treatment of Vertigo in Journal of American FamilyPhysician
March 15,2005:71:6.37
10.Chain, TC.2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with Dizzinessand
Vertigo. Illnois:wolter kluwerlippincot William and wilkins)
11.Antunes MB. CNS Causes of Vertigo [Internet]. WebMD LLC. 10 September 2009.Diunduh
tanggal 8 April 2011. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/884048overview#a0104
TERIMA KASIH
PATOFISIOLOGI
Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh
yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh
(informasi aferen) yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi
oleh susunan saraf pusat (pusat kesadaran). Susunan aferen
yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau
keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan
impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan
ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang
menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan
VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Informasi
yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh
reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler
memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 %
disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil
kontribusinya adalah proprioseptik.9
Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai
usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim
simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai
berperan.
Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori
serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan
neurotransmiter tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang
menyebabkan timbulnya gejala vertigo.
Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan
neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada
proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan
stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor),
peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf
simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa
meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik. Teori ini dapat
menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat,
berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang
berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah
beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.