Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM NEUROLOGI : VERTIGO DI RUANG BEDAH


DI RSUD SAMBAS

Disusun Oleh:
FITRI SHOLIKAH
NIM. 201133026

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN PONTIANAK
PRODI PROFESI NERS
2021
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di
Tingkat Regional Tahun 2020"

MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
Berbasis  Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan Kerjasama Baik Lokal maupun Regional.
LEMBAR PENGESAHAN

Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Akademik (Clinical Teacher)


dan Pembimbing Klinik (Clinical Instructure).
Telah disetujui pada :
Hari :
Tanggal :

Mahasiswa,

FITRI SHOLIKAH
NIM. 201133026

Mengetahui,

Clincal Teacher Clincal Instructure

Ns.Gusti Barlia,S.Kep Ns. Sabila,S.Kep


NIP. 19751018 199803 1 004 NIP.19870419 201101 2013
DAFTAR ISI

VISI DAN MISI............................................................................................ii


LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................iv

BAB I KONSEP DASAR


A. Definisi...............................................................................................1
B. Etiologi...............................................................................................1
C. Klasifikasi...........................................................................................2
D. Tanda dan Gejala................................................................................3
E. Komplikasi..........................................................................................5
F. Pemeriksaan Penunjang......................................................................5
G. Penatalaksaan Medis...........................................................................6

BAB II WEB OF COUTION (WOC)


A. WOC...................................................................................................8

BAB III PROSES KEPERAWATAN


A. Pengkajian...........................................................................................9
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................10
C. Intervensi Keperawatan....................................................................11
D. Aplikasi Pemikiran Kritis dalam Asuhan Keperawatan Pasien........16

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................17

ii
BAB I
KONSEP DASAR
A. Definisi
Vertigo merupakan kasus yang sering ditemui.Secara tidak langsung
kitapun pernah mengami vertigo ini.Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani
“vertere” yang artinya memutar.Vertigo termasuk kedalam gangguan
keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyangan, rasa
seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik.Kasus vertigo di Amerika
adalah 64 orang tiap 100.000, dengan presentasi wanita lebih banyak daripada
pria. Vertigo juga lebih sering terdapat pada Usia yang lebih tua yaitu diatas
50 tahun (Akbar, 2013).
Vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi
(memutar) tanpa sensasi perputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya
terasa berputar atau badan yang berputar. Vertigo bisa mengenai semua
golongan umur, dengan jumlah insiden 25% pada pasien usia lebih dari 25
tahun, dan 40% pada pasien usia lebih dari 40 tahun (Kwong, 2005 dalam
Chayati, 2017).
Vertigo merupakan sekumpulan gejala berupa sensasi gerakan atau rasa
gerak dari tubuh atau lingkungan sekitar karena adanya gangguan di sistem
keseimbangan tubuh karena sesuatu keadaan tertentu maupun penyakit
(Sutarni, et al., 2018).

B. Etiologi
Etiologi vertigo dapat dibagi menjadi (Kelompok studi vertigo PERDOSSI,
2012):
1. Otologi
Ini merupakan 24-61% kasus vertigo (paling sering) dapat disebabkan
oleh BPPV (benign paroxysmal positional Viertigo) penyakit
Miniere,Parese N.VIII (vestibulokoklearis),maupun otitis media.

1
2. Neurologis
Merupakan 23-61% kasus, berupa: - Gangguan serebrovaskular
batang otak,serebelum - Ataksia karena neuropati - Gangguan visus -
Gangguan serebelum - Sklerosis multipel - Vertigo servikal.
3. Interna
Kurang lebih 33% dari keseluruhan kasus terjadi karena gangguan
kardiovaskuler.Penyebabnya bisa berupa tekanan darah yang naik atau
turun,aritma kordis,penyakit jantung koroner,infeksi,hipogli- kemi,serta
intoksikasi obat,misalnya:nifedipin,benzodiazepine dan xanax.
4. Psikiatrik
Terdapat pada lebih dari 50 % kasus vertigo.Biasanya pemerik- saan
klinis dan laboratoris menunjukan dalam batas normal. Penyebabnya bisa
berupa depresi,fobia,anxietas,serta psikosomatis
5. Fisiologis
Misalnya,vertigo yang timbul ketika melihat ke bawah saat kita berada
di tempat tinggi.

C. Klasifikasi
Vertigo dapat dibagi menjadi (Kelompok Studi Vertigo PERDOSSI,2012):
1. Vertigo Vestibular Timbul pada gangguan sistem vestibular,menimbulkan
sensasi berputar timbulnya episodic,diprovokasi oleh gerakan kepala dan
bisa disertai rasa mual/muntah.Berdasarkan letak lesinya dikenal ada 2
jenis vertigo vestibular(Kelompok Studi Vertigo PERDOSSI,2012):
a. Vertigo Vestibular Perifer
Terjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibularis.Vertigo
vestibular perifer timbulnya lebih mendadak setelah perubahan posisi
kepala,dengan rasa berputar yang berat,disertai mual/muntah
dankeringat dingin.Bila disertai gangguan pendengaran berupa tinnitus
atau ketulian dan tidak disertai gejala neurologis fokal seperti,
hemiparesis,diplopia perioral parastesia,penyakit paresisfasialis.

2
Penyebabnya antara lain adalah begin paroxysmal positional vertigo
(BPPV) penyakit miniere,neuritisvesti oklusia,labirin,labirinitis.
b. Vertigo vestibular sentral
Timbul pada lesi di nucleus vestibularis di batang otak atau
thalamus sampai ke korteks serebri.Vertigo vestibular sentral
timbulnya lebih lambat, tidak terpengaruh oleh gerakan kepala.Rasa
berputarnya ringan jarang disertai rasa mual/muntah,atau kalau ada
ringan saja.Tidak disertai gangguan gangguan pendengaran.Bisa
disertai gejala neurologis fokal seperti disebut .Penyebabnya antara
lain migraine,CVD,tumor,epylepsi demielinisasi dan degenerasi.
2. Vertigo Nonvestibular Timbul pada gangguan sistem proprioseptif atau
sistem visual menimbulkan sensasi bukan berputar,melainkan rasa
melayang, goyang berlangsung konstan/kontinu,tidak disertai rasa
mual/muntah,serangan diasanya dicetuskan oleh gerakan objek
disekitarnya,misalnya di tempat keramaian atau lalu lintas macet.
Penyebab antara polineuropati, meliopati artrosis servikalis trauma
leher,presinkope,hipotensi,ortostatik, hiperventilasi tension,headache
hipoglikemi,penyakit sistemik.

D. Tanda dan Gejala


Gejala pada vertigo vestibular dengan gejala sensasi rasa berputar tempo
serangan episodik mul atau muntah ,gangguan pendengaran gerakan pencetus
gerakan kepala.Vertigo vestibular dibagi menjadi 2 yaitu vertigo perifer
dengan gejala bangkitan lebih mendadak,beratnya vertigo berat,pengaruh
gerakan kepala positif mual/muntah/keringatan tanda fokal otak tidak
ada.Vertigo sentral bangkitan lebih lambat berat-nya vertigo ringan,pengaruh
gerakan kepala kadang terjadi kadang tidak mual/muntah,keringatan bisa
terjadi gangguan pendengaran kemungkinan tanda fokal otak. lalu,vertigo
nonvestibular dengan gejala sensasi melayang, goyang tempo serangan
kontinu/konstan mual/muntah tidak ada,tidak terdapat gangguan pendengaran
dan gerakan pencetus gerakan objek visual.

3
Berdasarkan gejala klinis yang menonjol,vertigo dapat pula dibagi `
menjadi tiga kelompok,yaitu (PERDOSSI,2012):
1. Vertigo Paroksismal Ciri khas: serangan mendadak,berlangsung
beberapa menit atau hari, menghilang sempurna,suatu ketika muncul
lagi,dan diantara serangan penderita bebas dari keluhan. Berdasarkan
gejala penyerta dibagi:
a. Dengan keluhan telinga,tuli,atau telinga berdenging:sindrom
Meniere,arakhnoiditis pontoserebelaris,TIA vertebrobasilar,kelainan
ondontogen,tumor fossa posterior.
b. Tanpa keluhan telinga: TIA vertebrobasilar, epilespsi, migraine,
vertigo anak.
c. Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: vertigo posisional
paroksismal benigna.
2. Vertigo kronis Ciri khas: vertigo menetap lama,keluhan konstan tidak
membentuk serangan-serangan akut.Berdasarkan gejala penyertanya
dibagi:
a. Dengan keluhan telinga: otitis media kronis,tumor
serebelopontin,meningitis TB,labirinitis,lues serebri. Tanpa
keluhan telinga: kontusio serebri, hipoglikemia, ensefalitis pontis,
kelainan okuler, kardiovaskuler dan psikologis, posttraumatik
sindrom, intoksikasi, kelainan endokrin.
b. Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: hipotensi
orthostatic,vertigo servikalis.
3. Vertigo yang serangannya akut, berangsur-angsur berkurang tetapi
tidak pernah bebas serangan. Berdasarkan gejala penyertanya dibagi:
a. Dengan keluhan telinga: neuritis N.VIII, trauma
labirin,pendarahanlabirin,herpes zoster otikus.
b. Tanpa keluhan telinga: neuritis vestibularis,sclerosis
multipel,oklusi arteri serebeli posterior,ensefalitis
vestibularis,sclerosis multipel,hematobulbi.

4
E. Komplikasi
1. Stoke
2. Obstruksi peredaran darah di labirin.
3. Penyakit Meniere
4. Infeksi dan inflamasi

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Fisik:
a. Pemeriksaan fisik umum (tanda-tanda vital, heart rate dan ritme
jantung,palpasi arteri karotis dan auskultasi arteri karotis).
b. Pemeriksaan neurologis (kesadaran,nervus kranalis ,sistem saraf
motorik dan sistem saraf sensorik)
c. Tes Romberg
Pemeriksaan berada dibelakang pasien,pasien berdiri tegak dengan
kedua tangan didada,kedua mata terbuka,dia amati selama 30 detik
setelah itu pasien diminta menutup mata dan diamati selama 30
detik,jika dalam keadaan mata terbuka pasien sudaah jatuh
menandakan kelainan pada serebelum,jika dalam keadaan mata
tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi menandakan kelainan
vestibular atau propioseptif.
d. Tes Romberg di pertajam
Pemeriksaan berada di belakang pasien,lalu tumit pasien berada di
depan ibu jari kaki yang lainnya,kemudian pasien di amati dalam
keadaan mata terbuka selama 30 detik,lalu pasien menutup mata dan
diamati selama 30 detik,interpretasi sama dengan tes Romberg.
e. Tes Jalan Tandem (Tandem gait)
Pasien di minta berjalan dengan sebuah garis lurus,dengan
menempatkan tumit di depan jari kaki sisi yang lain secara
bergantian.Pada kelainan serebelum:pasien tidak dapat melakukan
jalan tandem dan jatuh ke satu sisi.Pada kelainan vestibular:pasien
akan mengalami deviasi ke sisi lesi.

5
f. Tes Fukuda
Pemeriksaan bearada di belakang pasien,lalu tangan di luruskan ke
depan,mata pasien ditutup,pasien diminta berjalan di tempat 50
langkah.Tes fukuda di anggap normal jika deviasi ke satu sisi >30
derajat atau maju/mundur >1 meter.Tes fukuda menunjukkan lokasi
kelainan di sisi kanan atau kiri.
g. Tes Past Pointing
Pada posisi duduk,pasien di minta untuk mengangkat satu tangan
dengan jari mengarah ke atas,jari pemeriksa di letakkan di depan
pasien,lalu pasien di minta ujung jarinya menyentuh ujung jari
pemeriksa beberapa kali dengan mata terbuka,setelah itu di lakukan
dengan mata tertutup.Pada kelainan vestibular : ketika mata tertutup
maka jari pasien akan deviasi kea rah lesi.Pada kelainan
serebelum:akan terjadi hipermetri atau hipometri.
h. Head Thrust Test
Pasien di minta memfiksasikan mata pada hidung/dahi pemeriksa
setelah itu kepala di gerakkan secara cepat ke satu sisi, pada kelainan
vestibular perifer akan di jumpai adanya sakadik.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium pada stroke dan infeksi
b. EEG pada kasus vestibular epilepsy
c. EMG pada kasus neuropati
d. EKG pada kasus serebrovaskular
e. TCD pada kasus serebrovaskular.
f. CT Scan/MRI pada kasus stroke,infeksi dan tumor.

G. Penatalaksanaan
Pilihan terapi vertigo mencakup(Kelompok Studi Vertigo PERDOSSI,2012):
1. Terapi simtomatik,melalui farmakoterapi

6
2. Terapi kausal,mencakup: -farmakoterapi - prosedur reposisi partikel (pada
BPPV) - bedah ( karena vertigo yang disebabkan oleh tumor,spondilosis
servikalis dan impresi basilar).
3. Terapi rehabilitatif (metode Brandt-Daroff,latihan visual vestibular latihan
berjalan). Hindari faktor pencetus dan memperbaiki lifestyle pemilihan
terapi vertigo angat tergantung dari tipe dan kausa vertigo ( makanan dan
diit adekuat mencegah minum alcohol dan berlebihan,mengurangi obat
sedative,ototoksik dan opoid)

7
BAB II
WEB OF COUTION (WOC)
A. WOC

8
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
b. Identitas Penanggung Jawab
2. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
b. Keluhan Saat Dikaji
c. Riwayat Penyakit Dahulu
d. Riwayat Penyakit Keluarga
3. Genogram
4. Data Biologis
a. Pola Nutrisi
b. Pola Minum
c. Pola Eliminasi
d. Pola Istirahat/Tidur
e. Pola Hygiene
5. Aktivitas
6. Data Sosial
a. Hubungan dengan Keluarga
b. Hubungan dengan Tetangga
c. Hubungan dengan Pasien Sekitar
d. Hubungan dengan Keluarga Pasien Lain
7. Data Psikologis
a. Status Emosi
b. Peran Diri
c. Gaya Komunikasi
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Kepala

9
c. Mata
d. Hidung
e. Telinga
f. Mulut
g. Leher
h. Thoraks (Paru-paru)
i. Thoraks (Jantung)
j. Abdomen
k. Genetalia
l. Ekstremitas
9. Data Penunjang
10. Pengobatan
(Poltekkes Kemenkes Pontianak)

B. Diagnosa Keperawatan
1. (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
2. (D.0143) Resiko Jatuh berhubungan dengan kerusakan keseimbangan
3. (D.0056) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring.
4. (D.0111)Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informas

10
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Standar Intervemsi Keperawatann Indonesia
Indonesia (SLKI) (SIKI)
1 (D.0077) Nyeri akut L. 08066 Tingkat nyeri Manajemen nyeri (I.08238)
berhubungan dengan Ekspresi : Menurun Observasi :
proses penyakit Kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
1. Pasien menampakkan ketenangan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Ekspresi muka pasien rileks 2. Identifikasi skala nyeri
3. Skala nyeri 0-2 (ringan) Terapeutik
3. Berikan teknik non farmakologis untuk
mengura ngi rasa nyeri.
4. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
Edukasi.
5. Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi:
6. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

11
2 (D.0143) Resiko Jatuh L. 14138 Tingkat Jatuh I.05186 Terapi Aktivitas
berhubungan dengan Ekspresi : Menurun Observasi:
kerusakan keseimbangan Kriteria Hasil: 1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
1. Kemudahan dalam melakukan 2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
aktivitas sehari-hari meningkat. aktivitas tertentu
2. Kecepatan berjalan meningkat 3. Identifikasi sumber daya untuk aktivitas
3. Jarak berjalan meningkat yang diinginkan
4. Kekuatan tubuh bagian atas 4. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi
meningkat dalam aktivitas
5. Kekuatan tubuh bagian bawah 5. Identifikasi makna aktivitas rutin (mis.
meningkat. bekerja) dan waktu luang
6. Keluhan lelah 6. Monitor respons emosional, fisik, sosial, dan
7. Dipsnea saat aktivitas menurun spiritual terhadap aktivitas
8. Dipsnea setelah aktivitas menurun Terapeutik:
9. Perasaan lemah menurun 1. Fasilitasi fokus pada kemampuan, buka
defisit yang dialami
2. Sepakati komitmen untuk meningkatkan
frekuensi dan rentang aktivitas
3. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan

12
tujuan aktivitas yang konsisten sesuai
kemampuan fisik, psikologis, dan sosial
4. Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai
usia
5. Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
6. Fasilitasi transportasi untuk menghadiri
aktivitas, jika sesuai
7. Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan untuk
Edukasi:
1. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari,
jika perlu
2. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
3. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
4. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok
atau terapi, jika sesuai
5. Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan

13
positif atas partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai
2. Rujuk pada pusat atau program aktivitas
komunitas, jika perlu
3 (D.0056) Intoleransi L.05047 Intoleransi Aktivitas TERAPI AKTIVITAS (I.05186)
aktivitas berhubungan Ekspresi : Meningkat Observasi:
dengan tirah baring. Kriteria hasil : 1. Identifikasi deficit tingkat aktivitas
1. Frekuensi nadi baik. Terapeutik:
2. Saturasi oksigen baik. 2. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulansi,
3. Kemudahan dalam melakukan mobilisasi, dan perawatan diri), sesuai
aktivitas sehari-hari. kebutuhan
4. Kekuatan tubuh bagian atas 3. Fasilitasi aktivitas motorik
meningkat 4. Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
5. Kekuatan tubuh bagian bawah 5. Fasilitasi mengembankan motivasi dan
meningkat penguatan diri
6. Berikan penguatan positif atas partisipasi

14
dalam aktivitas
Edukasi:
7. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
8. Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan
positif atas partisipasi dalam aktivitas
4 (D.0111) Defisit L.12111 I.12383
pengetahuan Tingkat pengetahuan meningkat Observasi:
berhubungan dengan Ekspetasi : Meningkat - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
kurang terpapar Kriteria hasil: menerima informasi
informasi - Kemampuan menjelaskan - Identifikasi faktor-faktor yang dapat
pengetahuan tentang suatu topik meningkatkan dan menurunkan motivasi
- Prilaku sesuai dengan kebutuhan prilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik:
- Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan
- sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untukbertanya.
Edukasi :

15
- Jelaskan faktorrisiko
yang dapat mempengaruhi kesehatan.
- Ajarkan prilaku hidup bersih dansehat.

16
D. Aplikasi Pemikiran Kritis dalam Asuhan Keperawatan Pasien
Vertigo penting untuk dipahami karena keluhan-keluhan pusing secara
umum merupakan keluhan ketiga yang paling sering membawa pasien berobat
ke dokter, setelah keluhan nyeri pinggang dan nyeri kepala, dengan insiden
5% sampai 10% (Samy dan Egan, 2013 dalam Sutarni, 2016). Vertigo
merupakan keluhan yang sering dialami sebagian besar orang karena faktor
kelelahan dan kurangnya istirahat.
Di Indonesia angka kejadian vertigo sangat tinggi, pada tahun 2010 dari
usia 40 sampai 50 tahun sekitar 50%. Vertigo adalah keluhan nomor tiga
paling sering dikeluhkan oleh penderita yang datang ke praktek umum, setelah
nyeri kepala, dan stroke.Penyebab vertigo umumnya terjadi disebabkan oleh
stress, mata lelah, dan makan atau minum tertentu.Selain itu, Vertigo bisa
bersifat fungsional dan tidak ada hubungannya dengan perubahan- perubahan
organ di dalam otak.Otak sendiri sebenarnya tidak peka terhadap nyeri.Pada
umumnya vertigo tidak disebabkan kerusakan didalam otak.Namun, dapat
menyebabkan ketegangan atau tekanan pada selaput otak atau pembuluh darah
besar, dan didalam kepala dapat menimbulkan rasa sakit yang hebat dan ketika
seorang yang mengidap vertigo tidak berada pada tempat yang aman ketika
gejalanya timbul maka dapat mengakibatkan terjadinya cedera (Junaidi, 2013
dalam Priambodho, 2015).

17
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, 2013.Diagnosis Vertigo.Makalah Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.
Chayati, N. (2017). Vertigo: Pencegahan dan Simulasi Deteksi Dini Di
Pedukuhan Ngrame. Yogyakarta.
Kelompok Studi Stoke PERDOSSI. (2011). Guideline Stroke 2011. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).
Nabhani dan Mintarsih.2016. Karya Tulis Ilmiah teknik Relaksasi Nafas dalam
Terhadap Penurunan Nyeri laki dan Perempuan Post Operasi.Stikes PKU
Muhammadiyah Surakarta. https://publikasiilmiah.ums.ac.id.
Priambodo. L. A. (2015). Pengalaman Pasien dengan Vertigo.Malang
http://eprints.umm.ac.id/23478/ 2/jiptummpp-gdl-lutfiagung42014-1-
pendahul-n.pdf.
Sutarni, S., Malueka, R. G. & Gofir, A., 2018.Bunga Rampai Vertigo. 1st ed.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(Definisi dan Indikator Diagnostik). Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(Definisi dan Tindakan Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI.

18

Anda mungkin juga menyukai