Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Vertigo (gangguan keseimbangan) merupakan suatu istilah yang berasal
dari bahasa Latin vertere yang berarti memutar.Vertigo sering kali
dinyatakan sebagai rasa pusing, sempoyongan, rasa melayang atau keadaan
disekitarnya terasa berputar-putar (Pulungan,2018).Vertigo merupakan
suatu ilusi gerakan biasnya berupa sensasi berputar yang akan meningkat
dengan perubahan posisi kepala (Kusumastuti dan Sutarni, 2018). Gejala
lain vertigo seperti perubahan kulit didaerah wajah menjadi pucat dan
badan terasa dingin gejala ini selalu didahului dengan rasa mual bahkan
sampe muntah yang diduga akibat system saraf pusat simpatik
(Kusumastuti dan Sutarni, 2018) selain itu vertigo juga merupakan suatu
kumpulan gejala atau suatu sindroma yang terdiri dari gejala somatic
dengan gejala nya pusing berputar-putar, pucat, badan dingin, mual dan
muntah.
Vertigo merupakan nomortiga dalam masalah kesehatan dimana paling
sering ditemukan pada penderita yang dating ketempat praktek umum dan
paling sering ditemukan pada penderita dengan usia sekitar 75thn,
sebanya50% (Kusumastuti dan Sutarni,2018) selain itu vertigo juga tid ak
hanya dijumpai pada orang dengan lanjut usia bahkan pada orang muda
juga sering terjadi namun tidak seberat pada usia lanjut yang sering
mengalami gangguan keseimbangan sehingga jatuh dan mengakibatkan
morbiditas seperti Faktor fraktur tulang panggul bahkan cedera kepala dan
otak bisa fatal. Perevalensi vertigo di Indonesia pada tahun 2017 adalah
50% berusia 75 tahun, pada tahun 2018 50% di jumpai pada usia 40–50
tahun. Selain itu prevalensi vertigo di RS.St.Gabriel Kewapante pada
tahun 2019 23 orang dan tahun 2020 sebanyak 56 orang dan tahun 2021
juli/ sebanyak 3 orang.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam
karya tulis asuhan keperwatan pada vertigo dapat di rumuskan:
1. Apa pengertian dari vertigo?
2. Apa etiologi dari vertigo?
3. Bagaimana patofisiologi dari vertigo
4. Apa manifestasi klinis dari vertigo?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari vertigo?
6. Bagaimana asuhan keperawatan dari vertigo?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu memahami dan mengetahui gambaran dan tatalaksana Asuhan
keperawatan dengan vertigo.
2. Tujuan Khusus
Agar penulis dapat mengetahui dan memahami tentang:
a. Pengertian vertig o
b. Etiologidari vertigo.
c. Manifestasidari vertigo.
d. Patofisio logidari vertigo.
e. Penatalaksanaan dari vertigo.
f. Asuhan Keperawatan pada pasien dengan vertigo.

D. MANFAAT
Manfaat penulisan ini adalah :
1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang asuhan
keperawatan vertigo.
2. Bagi Pasien, Keluarga dan Masyarakat
Dapat digunakan sebagai sumber informasih tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan kasus vertigo.
3. Bagi Rumah Sakit
Dapat dijadikan sebagai salah satu alternatef pengelolaan pasien
dengan kasus vertigo dan dapat menambah pengetahuan untuk tenaga
kesehatan dalam mengelolah asuhan keperawatan pada pasien vertigo.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Defenisi
Vertigo berasal dari bahasa latin, vertere yang artinya memutar
merujuk pada sensasi berputar sehingga menganggu rasa keseimbangan
seseorang, umunya disebabkan oleh gangguan pada system
keseimbangan. Derajat yang lebih ringan dari vertigo disebut dizziness
yang lebih ringan lagi disebut giddiness dan unsteadiness
(finestone,1982).
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh
atau lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul terutama
dari system otonom, yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan
tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit (Misbachdkk, 2006).
Dengan demikian, vertigo bukan suatu gejala pusing berputar saja,
tetapi merupakan suatu kumpulan gejala atau satu sindrom yang terdiri
dari segejala somatic (nistagmus, unstable) otonomik (pucat, peluh
dingin, mual dan muntah), pusing dan gejala psikatrik. Dizziness lebih
mencerminkan keluhan rasa gerakan yang umum, tidak spesifik, rasa
goyah, kepala ringan dan perasaan yang sulit dilukiskan sendiri oleh
penderitanya. Pasien sering menyebutkan sensasi ini sebagai ngilyer
sedangkan giddiness berarti dizziness atau vertigo yang berlangsug
singkat (PARDOSSI,2012)

2. AnatomiFisiologi
Pada tubuh manusia terdapat tiga system yang mengatur
keseimbangan tubuh, yaitu system vestibular, system propioseptik dan
system optic. System vestibular meliputi labirin (apparatus
vestibularis), nervus vestibularis dan vestibularis sentral.
Labirin terletak dalam pars petrosa ostompolaris dan dibagi atas
koklea (alat pendengar) dan apparatus vestibularis (alat keseimbangan)
apparatus vestibularis terdiri atau satu pasang organ otolith dan tiga
pasang kanalis semisir kularis. System vestibularis memberi respon
percepatan dan linear (termasuk grafitasi) sertainput visual dan
propioeptik dalam menjaga keseimbangan dan orientasi tubuh. Selain
itu juga terdapat sistem saraf kranial yang dibagi dalam 12 pasang saraf
dengan fungsinya masing masing, antara lain:
a. Nervus Olfaktori, I; Fungsinya untuk mencium bau. Cara
pemeriksaannya; pasien memejamkan matanya, dan meminta pasien
mencium bau kopi yang diletakan di tangga atau membedakan bau
minyak kayu putih dengan kopi.
b. Nervus Optikus , II: Fungsi saraf sensorik yaitu untuk penglihatan.
Cara pemeriksaannya, yaitu dengan snelend card dan periksa lapang
pandang.
c. Nervus Okulomotoris III :fungsinya saraf motoric yaitu untuk
mengangkat kelopak mata keatas, kontriksi, dan sebagai gerakan
ekstraokuler. Cara pemeriksaannya; Tesputaran bola mata,
menggerakan konjungtiva, refleks pupil dan inspeksi kelopak mata.
d. Nervus Trochlearis 1V: Fungsinya yaitu; menggerakan mata kebawah
dan kedalam, cara pemeriksaannya; Tesputaran bola mata,
menggerakan konjungtiva, refleks pupil dan inspeksi kelopak mata.
e. Nervus Trigeminus V: fungsinya gerakan mengunya, sensasi wajah,
lidah dan gigi, reflekskornea dan reflekskedip. Cara pemeriksaannya;
Menggerakan rahang ke semua sisi, pasien memejamkan mata sentuh
dengan kapas pada dahi atau pipi. Menyentuh permukaan kornea
dengan kapas.
f. Nervus Nervus Abdusen VI: Fungsinya deviasi mata kelateral. Cara
pemeriksaannya ;sama seperti nervus III
g. Nervus Fasialis VII: Fungsinya untuk ekspresi wajah. Cara
pemeriksaannya; senyum, bersiul, mengaangkat alis mata, menutup
kelopak mata dengan tahan, menjulurkan lidah untuk membedakan
gula dan garam.
h. Nervus Vestibulococlearis VIII: Fungsinya untuk pendengaran dan
keseimbangan. Cara pemeriksaannya; teswebber dan rinne.
i. Nervus Glosofaringeus IX: fungsi saraf sensorik dan motoric yaitu
untuk sensi rasa. Cara pemeriksaannya membedakan rasa manis dan
asam.
j. Nervus Vagus X: fungsi saraf sensorik dan motoric yaitu; reflex
muntah dan menelan. Cara pemeriksaannya menyentuh faring
posterior, pasien menelan saliva dan menyuruh pasien mengucapkan
kata ahh….
k. Nervus Asesoris X1;Fungsi saraf motoric yaitu; untuk menggerakan
bahu. cara pemeriksaannya menyuruh pasien untuk menggerakan
bahu lakukan tahanan sambal pasien melawan tahanan tersebut.
l. Nervus Hipoglosus X11: Fungsi saraf motoric yaitu untuk
menggerakan lida. Cara pemriksaannya: menyuruh pasien untuk
menjulurkan lida dan menggerakan dari sisikesisi.
3. Klasifikasi
Vertigo dapat dibag imenjadi (Kelompok Studi Vertigo PERDOSSI,
2012)
a. Vertigo Vestibular
Timbul pada gangguan sistem vestibular, menimbulkan sensasi
berputar timbulnya episodic, diprovokasi oleh gerakan kepala dan
biasa disertai rasa mual/muntah.
Berdasarkan letak lesinya dikenal ada 2 jenis vertigo vestibular
(Kelompok Studi Vertigo PERDOSSI,2012).
1) Vertigo vestibular perifer
Terjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibularis.Vertigo
vestibular perifer timbulnya lebih mendadak setelah perubahan
posisi kepala, dengan rasa berputar yang berat, disertai
mual/muntah dan keringat dingin. Bila disertai gangguan
pendengaran berupa tinnitus atau ketulian dan tidak disertai
gejala neurologi sfokal seperti, hemiparesis, diplopia perioral
parastesia, Penyakit paresisfasialis. Penyebabnya antara lain
adalah benign paroxysmal positional vertigo (BPPV), penyakit
miniere, neuritiss vestioklusia, labirin -labirinitis.
2) Vertigo vestibular sentral timbul pada lesi di nucleus vestibularis
di batang otak atau thalamus sampai kekorteks serebri. Vertigo
vestibular sentral timbulnya lebih lambat, tidak terpengaruh oleh
gerakan kepala. Rasa berputarnya jaringan jarang disertai rasa
mual/muntah, atau kalaua daringan saja. Tidak disertai gangguan
pendengaran.
b. Vertigo nonvestibular
Timbul pada gangguan system proprio septif atau sistem visual
menimbulkan sensasi bukan berputar, melainkan rasa melayang,
goyang berlangsung konstan /kontinu, tidak disertai rasa
mual/muntah, serangan diasanya dicetuskan oleh gerakan objek
disekitarnya, misalnya ditempat keramaian atau lalulinta s macet.
Penyebab antara polineuropati, meliopati artrosis servikalis trauma
leher, presinkope, hipotensi, ortostatik, hiper ventilasi tension,
headache hipoglikemi, penyakit sistemik.
4. Etiologi
Etiologi vertigo dapat dibagi menjadi (Kelompok studi vertigo
PERDOSSI, 2012)
a. Otologi Ini merupakan 24-61% kasus vertigo (paling sering), dapat
disebabkan oleh BPPV (benign paroxysmal positional Viertigo)
penyakit Miniere, Parese N.VIII (vestibulokoklearis), maupun otitis
media.
b. Neurologis Merupakan 23-61% kasus,berupa:
1) Gangguan serebrovaskular batang otak, serebelum.
2) Ataksia karena neuropati.
3) Gangguan visus.
4) Gangguan serebelum.
5) Sklerosis multiple.
6) Vertigo servikal.
c. Interna kurang lebih 33% dari keseluruhan kasus terjadi karena
gangguan kardiovaskuler. Penyebabnya bisa berupa tekanan darah
yang naik atau turun, arit makordis, penyakit jantung koroner,
infeksi, hipoglikemi, serta intoksikasi obat, misalnya: obat
nifedipin, benzodiazepin.
d. Psikiatrik terdapat pada lebih dari 50% kasus vertigo. Biasanya
pemeriksaan klinis dan labora menunjukan dalam batas normal.
Penyebabnya bias berupa depresi, fobia, anxietas, serta psikosomatis
e. Fisiologis Misalnya, vertigo yang timbul ketika melihat kebawah
saat kita berada di tempat tinggi.
5. Patofisiologi
Menurut Price,S.A (2007) Vertigo timbul jika terdapat ketidak
cocokan informasi aferen yang disampaikan kepusat kesadaran.
Susunan aferen yang terpenting dalam sistim ini adalah susunan
vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus
menyampaikan impulsnya kepusat keseimbangan tubuh.
Susunan lain yang berperan ialah sistimoptik dan pro prioseptik,
jaras-jaras yang menghubungkan nuclei vestibularis dengan nuklei N.
III, IV dan VI, susunan vestibule retikularis, dan vestibule spinalis.
Menurut Wilson (2007) Informasi yang berguna untuk keseimbangan
tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan
proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar,
yaitu lebih dari 50% disusul kemudian reseptor visual dan yang paling
kecil kontribusinya adalah proprioseptik.
Menurut Wilson (2007) dalam kondisi fisiologis/normal, informasi
yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari
reseptor vestibuler, visual dan proprio septic kanan dan kiri akan
diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan
diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot
mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Jika
fungsialatkeseimbangantubuh di periferatausentraldalamkondisitidak
normal/ tidakfisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau
berlebihan, maka proses pengolaha n informasi akan terganggu,
akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; disamping itu,
respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul
gerakan abnormal yang dapat berupa nystagmus, unsteadiness, atak
siasaat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.
6. ManifestasiKlinis
Gejala pada vertigo vestibular dengan gejala sensasi rasa berputar
tampa serangan episodic mual atau muntah, gangguan pendengaran.
Vertigo vestibular dibagi menjadi 2 yaitu vertigo perifer dengan gejala
bangkitan lebih mendadak, beratnya vertigo, pengaruh gerakan kepala
positif mual/muntah/keringatan tanda fokal otak tidak ada. Vertigo
sentral bangkit lebih lambat berat-nya vertigo ringan, pengaruh gerakan
kepala kadang terjadi kadang tidak mual/muntah, keringatan biaster
jadi gangguan pendengaran kemungkinan tanda fokal otak. Lalu,
vertigo non vestibular dengan gejala sensasi melayang, goyang tempo
serangan kontinu/konstan mual/muntah tidak ada, tidak terdapat
gangguan pendengaran dan gerakan pencetus sebagai objek visual.
Berdasarkan gejala klinis yang menonjol, vertigo dapat pula dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu (PERDOSSI, 2012)
a. Vertigo paroksismal
Ciri khas adalah serangan mendadak, berlangsung beberapa menit
atau hari, menghilang sempurna, suatu ketika muncul lagi, dan
diantara serangan penderita bebas dari keluhan:
1) Telinga tuli, atau telinga berdenging: sindrom Meniere,
arakhnoiditis pontoserebelaris, TIA vertebrobasilar, kelainan
ondontogen, tumor fossa posterior.
2) Tanpa keluhan telinga: TIA vertebrobasilar, epilepsi, migraine,
vertigo anak
3) Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: vertigo posisional
paroksismal benigna.
a. Vertigokronis Ciri khas: vertigo menetap lama, keluhan constan
tidak membentuk serangan-serangan akut.
Berdasarkan gejala penyertanya dibagi :
1) Dengan keluhan telinga: otitis media kronis, tumor
serebelopontin, meningitis, labirinitis, lues serebri.
2) Tanpa keluhan telinga: kontusioserebri, hipoglikemia,
ensefalitispontis, kelainan okuler, kardiovaskuler dan psikologis,
ultipleatic sindrom, intoksikasi, kelainan endokrin.
3) Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: hipotensi
orthostatic, vertigo servikalis.
b. Vertigo yang serangannya akut, berangsur-angsur berkurang tetapi
tidak pernah bebas serangan.
Berdasarkan gejala penyertanya dibagi :
1) Dengan keluhan telinga: neuritis N.VIII, trauma labirin,
pendarahan labirin, herpes zoster otikus.
2) Tanpa keluhan telinga: neuritis vestibularis,
sclerosisoklusiarteriserebeli posterior, ensefalitis vestibularis,
sclerosis multiple, hematobulbi.

7. Pathway

S t res, GangguanV est i bul er, Neurom asi Akust i k

Susunan S araf Si m pat i Akt i f


Susunan S araf P arasi m pat i Meni ngkat

VE RT IG O

Ket i dak cocokan I nform asi Afer en Kepusat Kesadaran

Gangguan al i ran Gangguan


darah ke ot ak keseimbangan tubuh

P eni ngkat an
Gerakan Abnorm al
t ekanan i nt rakrani al
(S ensasi B erput ar-
P ut ar, P usi ng Dan
Mel ayang
Mu al dan Mun tah

Resi k o Jatu h

8. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik umum (TTV, heart rate dan ritme jantung,
palpasi arteri karotis dan auskultasi arteri karotis).
2) Pemeriksaan neurologis (kesadaran, nervus kranalis, system saraf
motorik dan system saraf sensorik)
3) Tes Romberg yaitu pemeriksaan berada dibelakang pasien, pasien
berdiri tegak dengan kedua tangan didada, kedua mata terbuka,
diamati selama 30 detik setelah itu pasien diminta menutup mata
dan diamati selama 30 detik, jika dalam keadaan mata terbuka
pasien sudah jatuh menandakan kelainan pada serebelum, jika
dalam keadaan mata tertutup pasien cenderung jatuh kesatu sisi
menandakan kelainan vestibular/propioseptif.
4) Tes Romberg di pertajampemeriksaanberadadi belakang pasien,
lalu tumit pasien berada di depan ibu jari kaki yang lainnya,
kemudian pasien di amati dalam keadaan mata terbuka selama 30
detik, lalu pasien menutup mata dan di amati selama 30 detik,
interpretasi sama dengan tes Rmberg.
5) Tes jalan tandem (tandem gait) Pasien di minta berjalan dengan
sebuah garis lurus, dengan menempatkan tumit di depan jari kaki
sisi yang lain secara bergantian. Pada kelainan serebelum pasien
tidak dapat melakukan jalan tandem dan jatuh kesatusisi. Pada
kelainan vestibular pasien akan mengalami deviasi kesisilesi.
6) Tes Fukuda pemeriksa berada dibelakang pasien, lalu tangan
diluruskan kedepan, mata pasien ditutup, pasien diminta berjalan
ditempat 50 langkah. Tes fukuda dianggap normal jika deviasi
kesatusisi>30 derajat atau maju/mundur>1 meter. Tes Fukuda
menunjukkan lokasi kelainan di sisi kanan atau kiri.
7) Tes pastpointing pada posisi duduk, pasien diminta untuk
mengangkat satu tangan dengan jari mengarah keatas, jari
pemeriksa diletakkan didepan pasien, lalu pasien di minta ujung
jarinya menyentuh ujung jari pemeriksa beberapa kali dengan mata
terbuka, setelah itu di lakukan dengan mata tertutup. Pada kelainan
vestibular: Ketika mata tertutup maka jari pasien akan deviasi
kearah lesi. Pada kelainan serebelum: akan terjadi hipermetri atau
hipometri.
b. Head thrust test Pasien diminta memfiksasikan mata pada
hidung/dahi pemeriksa setelah itu kepala digerakkan secara cepat
kesatu sisi.
9. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium pada stroke dan infeksi.
2) EEG pada kasus vestibular epilepsy.
3) EMG pada kasus neuropati
4) EKG pada kasus serebrovaskular.
5) TCD pada kasus serebrovaskular.
6) CT Scan/MRI pada kasusstroke, infeksi dan tumor.
10. Penatalaksanaan
Terapi vertigo meliputi beberapa perlakuanya itu pemilihan rehabilitasi
dan operasi (Luxon, 2004; Huin & Uddin, 2003). Pilihan terapi vertigo
mencakup (Kelompok Studi Vertigo PERDOSSI, 2012)
a. Terapi Simtomatik, melalui farmakoterapi.
b. Terapi kausal, mencakup:
1) Farma koterapi,
2) prosedur reposisi partikel (pada BPPV)
3) Bedah (karena vertigo yang disebabkan oleh tumor, spondylosis
servikalis dan impresi basilar.
c. Terapi rehabilitative (metode Brandt-Daroff)
Latihan visual vestibular Latihan berjalan). Hindari factor pencetus
dan memperbaiki gaya hidup pemilihan terapi vertigo sangat
tergantung dari tipe dan kasus vertigo. Makanan dan diet adekuat
mencegah minum alcohol dan berlebihan, mengurangi obat sedative,
otot oksik dan opioid)
11. Komplikasi
a. Stroke,
b. Obstruksi perdaran darah di labirin
c. Penyakit meniere,
d. Infeksi dan inflamasi.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN .
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan
merupakan suatu proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi status Kesehatan klien (Suarni dan Apriyani, 2017)
Adapun pengkajian kasus Vertigo Menurut Asmada doni 2018 adalah:
a. Identitas Pasien
Nama, tempat tanggal lahir, umur, alamat, pekerjaan, jeniskelamin,
agama, suku, sumber biaya, tanggal masuk RS dan diagnose medis
b. Riwayat Kesehatan
Dilakukan untuk menggali masalah keperawatan lainnya sesuai
keluhan utama pasien.
1) Keluhan utama Klien mengeluh pusing berputaran atau nyeri
kepala.
2) Riwayat Kesehatan
Sekarang klien mengatakan pusing berputar disertai nyeri
dibagian kepala, pusing dirasakan seperti berputar-putar, pusing
berputar berkurang apabila pasien duduk atau berbaring
terlentang. Pusing berputar juga dirasakan dengan nyeri kepala
yang hilang timbul.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian masa lalu digunakan untuk menggali berbagai kondisi
yang memberikan dampak terhadap kondisi saat ini. Perawat
menanyakan riwayat masuk rumah sakit dan penyakit yang
pernah diderita, penggunaan obat-obatan, dan adanya alergi.
Riwayat nutrisi dan Riwayat pola hidup juga penting dikaji detail
pada pasien.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang memiliki
penyakit seperti yang dialami oleh pasien dan tidak ada penyakit
keturunan seperti jantung, diabetes militus, astma, hipertensi,
TB, dan penyakit menular lainnya.
c. Pemeriksaaan Fisik
1) Aktivitas/istrahat :dengan gejala kelemahan, kelelahan
2) Sistem Pernafasan: frekwensi nafas normal 20 x/menit pergerakan
dada kanan dan kirisimetris dan tidak ada sianosis.
3) Sistem Persyarafan: Bicara normal, orientasi waktu menjawab
dengan baik, orientasi orang menjawab dengan baik, orientasi
tempat pasien baik, pupil mengecil saat diberi reflek cahaya,
pasien tidak dapat menggerakkan bola mata keatas dan kebawah.
4) Sistem Cardioveskuler: tidak terdapat odema pelpebra, tidak ada
pembesaran vena jugularis, CRT< 3 detik, bentuk thorax simetris,
tekanan darah normal 120/90 mmHg, nadi 80 x/menit.
5) Sistem pencernaan: Mukosa bibir tidak kering, tidak ada
pembengkakan tonsil, mulut bersih, bising usus 10 x/menit, reflex
menelan baik, pada saat di palpasi tidak ada nyeri tekan turgor
kulit baik, dan tidak terjadi distensi abdomen.
6) Sistem Perkemihan: Volume urine 1000 cc/hari, warna kuning
jernih, tidak terpasang kateter, saat di palpasi tidak ada
pemebesaran kandung kemih, pada saat di palpasi tidak ada nyeri
pada ginjal.
7) Sistem Integumen: Kulit bewarna sawo matang, kulit teraba
hangat, warna rambut hitam, terdapat ubun-ubun, tidak adanya
kemerahan atau hematum.
8) Sistem pendengaran: pasien mengatakan sulit mendengar,
distorsisensori, konsentrasi buruk.
9) Eliminasi: Gejala Riwayat perawatan dirumah sakit sebelumnya
karena perdarahan, gatrointestinal, atau masalah yang
berhubungan dengan gastrointestinal.
10) Makanan/cairan: Gejala anoreksia, mual, muntah, tidak ada
masalah menelan ,tidak adanya nyeri ulu hati, tidak terjadi
penurunan berat badan, penurunan nafsu makan.
11) Nyeri atau kenyamanan: Gejala nyeri, digambarkan sebagai
tajam, dangkal, tertusuk- tusuk.
12) Pola tidur: pasien mengatakan tidurnya tidak puas, terdapat
kantung mata, pasien mengatakan tidak bias tidur, pasien
mengatakan pola tidur berubah.
13) Pengetahuan :pasien selalu menanyakan tentang penyakitnya .

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons pasien terhadap masalah Kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons pasien individu
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (SDKI, 2016) Diagnosa keperawatan yang muncul Menurut
Asmada, Doni, 2018 adalah:
a. Mual Muntah berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial
yang ditandai dengan pasien mengeluh mual muntah, pasien
mengatakan tidak minat makan, pasien tampak pucat, Takikardi dan
Pupil Dilatasi.
b. Risiko jatuh berhubungan dengan factor risiko Gangguan
Keseimbangan.
3. Intervensi Keperawatan
Masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang
akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang
melakukan dari semua Tindakan keperawatan (Dermawan, 2012).
Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan tertulis
yang menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan
diharapkan, tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara
spesifik (Manurung, 2011)
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah satatus
kesehatan yang dihadapi status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan krikteria hasil yang diharapkan (Suarni dan Apriyani,
2017)
5. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dilakukan, berkesinambungan dengan melibatkan
pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan
merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah
ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan pasien secara
optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan (Suarni dan
Apriyani, 2017)

BAB III
TINJAUAN KASUS NYATA

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. M. A
Umur : 58 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku / Bangsa : WNI
Agama : Katholik
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Waigete
Tgl MRS : 19 Agustus 2021
Diagnosa : Vertigo
Tgl KRS : 23 Agustus 2021
2. Identitas Penangung Jawab
Nama : Tuan R. Y
Umur : 64 Tahun
Jenis kelamin : Laki–Laki
Pekerjaan : Petani
Alamat : Waigete
Hubungan dengan pasien : Suami
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Pusing berputar
b. Riwayat Kesehatan Sekarang.
Pasien mengatakan pusing berputar satu hari sebelum masuk rumah
sakit. Pusing berputar seperti melayang- layang, disertai dengan
mual dan muntah lebih dari 3 kali isi makanan dan air, badan terasa
lemah, wajah tampak pucat dan keringat dingin. Keluhan pusing
berputar memberat saat pasien melakukan aktivitas seperti berjalan
kekamar mandi, menoleh kekiri dan kanan, pusing berkurang apabila
pasien beristirahat seperti tidur telentang. Pasien merasa pusing
berputar semakin memberat sehingga keluarga pasien membawah
pasien ke RS. St.Gabriel Kewapante pada tanggal 19 agustus jam
04.00 guna mendapatkan pengobatan lebih lanjut, dan saat di UGD
setelah dilakukan pemeriksaan oleh dr jaga pasien di diagnose
vertigo, di UGD pasien mendapat terapi obat betahistin 1 tablet,
dan dipasang infuse Nacl 0,9 %, dan mendapat obat suntik dipen
hidramin ekstra 1ap/im dan injeksi metocloperamid ekstra 1 ap/iv,
setelah pusing berkurang barulah pasien dipindahkan keruangan
perawatan yosefa.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien dan keluarga mengatakan bulan lalu pasien pernah dirawat di
rumah sakit umum TC Hilers Maumere dengan keluhan pusing
berputar.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga.
Pasien dan keluarganya mengatakan dalam keluarga tidak ada yang
menderita sakit seperti hipertensi, diabetes, asma, TB paru, HIV,
dan Vertigo (pusing berputar seperti yang dialaminya sekarang ini).
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Lemah, pucat dan terpasang infuse Nacl 0,9% dibantu saat berjalan,
dan pasien muntah 1x setelah di ruangan. Kesadaran composmentis.
b. Tanda-Tanda Vital
TD:100/70 mmHg,Nadi:86 x/mnt, Suhu:36,2 ℃ ,Respirasi 20 x/mnt,
SpO2 98 %
c. Pemeriksaan Body System
1) System Pernapasan (B1 : Breathing)
Bentuk dada simetris, tidak ada luka atau lecet, pola napas
vesikuler, tidak mengunakan otot bantu napas.
2) System Cardiovaskuler (B2 :Bleeding)
Suara jantung S1/S11 normal
Keluhan pusing berputar, nyeri kepala tidak ada, nyeri dada tidak
ada
3) System Persarafan (B3 : Brain)
Kesadaran composmentis, GCS Eye:4 Verbal;5, Motori k: 6 Pupil
isokor, reaksi cahaya positif, persepsi sensori tidak ada keluhan.
Adapun pemeriksaan sistem saraf kranial:
 Nervus Optikus , II: Fungsi saraf sensorik yaitu untuk
penglihatan. Cara pemeriksaannya, yaitu dengan snelend card
dan periksa lapang pandang.
 Nervus Vagus X: fungsi saraf sensorik dan motoric yaitu;
reflex muntah dan menelan. Cara pemeriksaannya menyentuh
faring posterior, pasien menelan saliva dan menyuruh pasien
mengucapkan kata ahh….
4) System Perkemihan (B4:Bldder)
Frekuensi 3-4 kali /perhari
Warna: kuning
Bau: Amoniak
5) System Pencernaan dan Eliminasi (B5 : Bowel)
Mulut dan tenggorokan: mulut, lidah bersih, fungsi mengunyah
baik, menelan baik, kebersihan cukup.
Abdomen: bising usus normal (16x/mnt), nyeri tekan tidak ada,
BAB baik, 1x dalam sehari konsistensi padat lunak.
6) System Tulang dan Otot
Kemampuan pergerakan sendi: Normal atau bebas
Ekstremitas: baik
Tulang belakang :tidak ada kelainan pada tulang belakang.
Kulit: turgor kulit baik, akral hangat,dan pigmentasi kulit normal.
d. Pola Fungsi Kesehatan.
1) Pola Nutrisi dan Metabolik
Sebelum Sakit
Jenis Makan : Nasi, sayur, ikan dan kadang telur
Napsu Makan: Baik
Frekuensi :3 kali/hari
Selama sakit
Jenis Makan :Nasi,sayur,ikan dan kadang buah
Frekuensi :3 kali/hari hanya 1/4 porsi
Napsu Makan :Kurang, karena pusing berputar dan mua l muntah
2) Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit :Pasien dapat beristirahat lama tidur 8 jam/hari
Selama Sakit :Kurang istirahat 5 jam/hari karena pusing berputar.
3) Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum Sakit
Semua aktivitas dilakukan secara mandiri
Selama Sakit
Sebagian aktivitasnya dibantu.
4) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Stres
Sebelum Sakit
Jika ada masalah pasien selalu mmenceritakan bersama suami dan
anaknya
Selama Sakit
Pasien tampak cemas dan selalu bertanya tentang keadaan
sakitnya.
5) Pola Nilai dan Kepercayaan
Sebelum Sakit
Pasien sering kegereja bersama keluarganya
Selama Sakit
Pasien hanya berdoa di rumah saja.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 19-8-2021
Hemoglobin :14,7gr/dl
Leukosit :11.700/cmm
Eritrosit : 5.060.000/cmm
Trombosit : 314.000/cmm
Hct/Pcv : 41,7%
SGPT : 21U/I
Acak gula : 113 gr/dl
Creatinin : 0,9
b. Teraphy Medis
Tanggal 19-8-2021
Infus : Nacl 0,9 %
Inj.Ranitidin : 2 x 50 mg/iv
Inj.Dipenhidrinat :1 ampul IM
Inj.Metocloperamid :1 ampul IV
Dimenhidrat : 3 x 1 tab
Betahistin : 3 x 1 tab
Flunarisinen : 2 x 1 tab
Analisik : 3 x 1 tab
Donperidon : 3x1 tab
\

ANALISA DATA
N
N Data Etiologi Masalah
o
1 DS: Vertigo Resiko jatuh
1 Pasien mengatakan pusing
. berputar saat beraktivitas terutama
berjalan, ke kamar mandi , dan saat Ketidak cocokan
menoleh kekiri dan kanan. informasi
DO: Pasien selalu dibantu saat aferent kepusat
berjalan kesadaran

Gangguan
keseimbangan
tubuh

Gerakan
abnormal
(pusing
berputar)

Resikojatuh

2 DS: Pasien mengatakan pusing Vertigo Mual Muntah


2 berputar, mual muntah Ix isi
. makanan dan air. Ketidakcocokan
DO: Pasien tampak lemah, muntah informasi aferen
cukup banyak kepusat
control ttv: kesadaran
TD:100/70 mmHg, nadi: 76x/ mnt,
suhu:36,2 0ºc, respirasi 20 x/mnt. Gangguan aliran
darah keotak

Peningkatanteka
nan intra kranial

Mual
Muntah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Mual muntah berhubungan dengan tekanan intracranial yang ditandai
dengan pasien mengeluh pusing berputar, mual, muntah cukup banyak
dan badan lemah, control TTV TD: 100/70 mmHg, Nadi: 76x/ mnt,
Suhu:36,2 ºc, Respirasi 20 x/mnt.
2. Resiko jatuh berhubungan dengan ketidakseimbangan tubuh.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

N0. Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Intervensi


Kriteria Hasil

1. Resiko jatuh Setelah dilakukan 1. Anjurkan penggunaan alat-alat


berhubungan dengan Tindakan alternative atau alat bantu gerak.
gangguan keseimbangan keperawatan selama R/penggunaan alat alat bantu gerak
tubuh 3x24 jam dapat mengantisipasi dan
diharapkan tidak meminimalkan resiko jatuh
terjadi resiko jatuh 2. Kolaborasi dengan dokter dalam
dengan criteria pemberian terapi: R/ pemberian obat
hasil: pasien dapat meminimalisasikan terjadinya
mengatakan pusing resiko jatuh.
berputar berkurang
atau tidak pusing
lagi dapat berjalan
dengan normal
tampa pegangan.

b Mual muntah Setelah dilakukan 1. Kaji kebiasaan makan pasien dan


berhubungan dengan Tindakan makanan yang disukai pasien.
peningkatan tekanan keperawatan selama R/makanan kesukaan pasien yang
intra cranial yang di 3x24 jam tersaji dalam keadaan hangat,
tandai dengan pasien diharapkan, mual meningkatkan napsu makan.
mengeluh mual muntah, muntah teratasi 2. Monitor input dan out put
pusing berputar, dan dengan Kriteria R/membantu dalam menganalisa
pasien tampak lemah Hasil: Pasien tidak keseimbangan cairan dan derajat
control Ttv TD: mengeluh mual kekurangan cairan.
100/70mmHg, muntah lagi, pusing 3. Hindari gerakan yang secara
Nadi:76x/ mnt, berputar,dan tampak mendadak yang dapat menyebabkan
Suhu:36,2º c, Respirasi tidak lemah. terjadinya pusing berputar sehingga
20 x/mnt. terjadinya mual-muntah .
R/pergerakan yang tidak disadari
dapat menyebabkan terjadinya mual
muntah.
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian
obat anti muntah.
R/mengurangi mual muntah.

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/ Jam Implementasi Evaluasi


tgl
Sabtu 16.00 Mengontrol ttv pasien S:Pasien mengatakan pusing berputar
21 Hasilnya berkurag atau tidak pusing lagi
TD:100/70 O:Pasien tampak tenang dan berjalan tanpa
Agust
Nadi:66×/mnt berpegangan
us Suhu:36.8℃ A:Masalah pusing berputar teratasi.
2021 Respirasi: 20×/mnt P:Intervensi dihentikan, pasien pulang.
Edukasi saat pasien pulang, Istirahat yang
17.00
Menyuntik obat ranitidine 50 cukup, minum obat teratur dan jangan lupa
mg/iv control, dan jika terjadi gangguan pusing
Hasilnya: tidak ada reaksi lagi batasi aktivitas yang bera t sehingga
alergi tidak terjadi resiko jatuh.

18.00 Melayani pasien makan malam


Hasilnya:
Pasien mampu menghabiskan
makanan yang dihidangkan.

18:30 Melayani obat oral


Hasilnya:
Pasien mau minum obat
Betahistin 1 tab, Analsik 1
tab, Dimenhidrinat 1 tab.

20:30 Mengontrol Ku TTV


pasien
Hasilnya:
TD: 110/80 mmHg
Nadi: 66x/mnt
Suhu: 36,4℃
Respirasi: 20x/mnt
Mingg 16.00 Mengontrol Ttv pasien. S: Pasien mengatakan merasa sedikit baik,
u, 22- TD: 110/70 mmhg, rasa mual muntah berkurang cuman masih
Nadi: 69/mnt pusing berputar.
08-
Suhu36,4ºc O: Pasien tampak tenang control TD 110/70
2021 Respiras: 20/mnt mmHg , Nadi 69×/mnt , Suhu: 36.4ºc,
Respirasi 20×/mnt.
Melayani injeksi obat A: Masalah mual muntah teratasi sebagian
17.00
ranitidine P: Lanjutkan intervensi di hari ke 2
Hasilnya: pasien mengatakan
mual muntah berkurang.
18.00
Melayani pasien makan malam
Hasilnya: pasien hanya
mampu menghabiskan 1/4
porsi makanan yang di
hidangkan
18:30
Melayaniobat ora l
Hasilnya: pasien mendapatkan
terapi Betahistin 1 tab,
analsik 1 tab, dimenhidrinat 1
20:30 tab, flunarizinen 1 tab.

Mengontrol Ttv pasien


Hasilnya:
TD:110/80 mmhg
Nadi 69×/mnt
Suhu: 36.8ºc
Respirasi: 20×/mnt
20:35
Menyambung infuse Nacl: 500
mg/8 jam
Hasilnya:
Infuse terpasang dengan baik
dan jalan lancer
BAB 1V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pelaksanaan Asuhan Keperawatan yang telah dilakukan
pada nyonya M.A. dengan Vertigo di ruangan rawat inap Yosefa
RS.St.Gabriel Kewapante pada tanggal 21–23 September 2021 dapat
disimpulkan :
1. Pengkajian
Pengkajian Asuhan Keperawatan pada pasien dengan vertigo dapat
dilaksanakan sesuai dengan waktu yang sudah dikontrakan dengan
pasien dan tidak ada kesulitan dalam mengumpulkan data.
2. Diagnosa
Pada diagnose Asuhan keperawatan pada pasien dengan vertigo
didapatkan 2 diagnose keperawatan ditinjauan kasus.
3. Intervensi Keperawatan
Pada intervensi atau rencana tindakan keperawatan pada klien
dengan Vertigo adalah rencana tindakan keperawatan yang dibuat
berdasarkan dari diagnosis keperawatan yang muncul yaitu
mengidentifikasi masalah resiko jatuh dan masalah mual muntah.
4. Implemenasi Keperawatan
Implementasi Asuhan Keperawatan pada pasien dengan vertigo
dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang dibuat penulis yaitu
mengatasi masalah resiko jatuh dan masalah mual muntah.
5. Evaluasi
Pasien dengan vertigo dapat dilakukan dan semua masalah dari hasil
diagnosa dapat teratasi dan pasien pasien diizinkan untuk pulang.

B. SARAN
Dengan dilaksanakannya Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
vertigo yang telah penulis lakukan, saran yang dapat diberikan:
1. Bagi Perawat
Diharapkan bagi perawat agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang
vertigo, cara pertolongan pertama pada Asuhan Keperawatan vertigo.
2. Bagi Rumah Sakit
Meningkatkan pemberian informasi kepada pasien terutama cara
mengatasi Vertigo di rumah.

Anda mungkin juga menyukai