PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otak merupakan organ vital dalam tubuh manusia, karena otak
berperan sebagai pengatur organ-organ dalam tubuh manusia. Mengingat
peran otak yang begitu penting maka pada kesempatan kali ini penulis akan
membahas salah satu hal yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan pada
otak. Cedera kepala merupakan salah satu penyebabnya, cedera kepala bisa
diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas, dan jatuh. Cedera kepala dapat
dialami oleh siapa saja, pria maupun wanita dari golongan usia, anak, dewasa
maupun orang tua. Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahun
akibat cedera kepala, dan lebih dari 700.000 orang mengalami cedera cukup
berat yang memerlukan perawatan di rumah sakit (Brunner and Suddarth,
2002). Di Indonesia belum ada penelitian yang menunjukkan presentasi
kematian yang disebabkan oleh cedera kepala.
Cedera kepala dapat terjadi dengan intensitas ringan, sedang dan
berat. Cedera kepala ringan terkadang tidak menunjukkan gejala yang jelas
sehingga pasien tidak memeriksakan pada tim medis. Sekecil apapun trauma
di kepala dapat menyebabkan gangguan fisik, mental maupun kematian yang
mungkin terjadi berhari-hari bahkan bertahun-tahun setelah kejadian.
Oleh sebab itu, penyuluhan-penyuluhan tentang pentingnya
kewaspadaan terhadap cedera kepala. Di sinilah peran perawat sangat
diperlukan untuk membantu masyarakat dalam mengenal dan mendeteksi
lebih dini akibat lanjut dari cedera kepala.
A. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini antara lain untuk:
1. Memahami secara mendalam tentang cedera kepala.
2. Menerapkan asuhan keperawatan secara langsung pada pasien dengan
cedera kepala.
3. Memenuhi syarat kelulusan Keperawatan Medikal Bedah V.
1
B. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini
adalah:
1. Studi kasus
Pengamatan langsung kepada Tn. R.S di unit Lukas PK Sint Carolus.
2. Studi kepustakaan
Dalam hal ini, penulis menggunakan buku-buku literatur yang
berhubungan dengan cedera kepala.
3. Wawancara
Penulis melakukan tanya jawab terhadap pasien dan keluarga.
C. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini diawali dengan kata pengantar dan daftar isi,
kemudian dilanjutkan dengan Bab I: Pendahuluan yang berisi latar belakang,
tujuan penulisan, metode penulisan dan diakhiri sistematika penulisan.
Dilanjutkan dengan Bab II: Tinjauan teoritis yang terdiri dari konsep dasar
medik dan konsep asuhan keperawatan. Setelah itu Bab III Pengamatan kasus
yang terdiri dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab IV pembahasan kasus, Bab V
kesimpulan dan halaman terakhir dari makalah ini adalah daftar pustaka yang
memuat daftar buku yang dipakai sebagai referensi dalam penyusunan
makalah ini.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. Anatomi Fisiologi
Otak dibungkus oleh selaput otak (meningen) yang terdiri dari 3
lapisan yaitu:
a. Duramater : Lapisan luar, berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat
yang bersifat liat, tebal, tidak elastis, berupa serabut dan
berwarna abu-abu.
b. Arachnoid : Membran bagian tengah, bersifat tipis dan lembut.
Berwarna putih karena tidak dialiri darah, terdapat
pleksus khoroid yang memproduksi cairan serebrospinal
(CSS) terdapat villi yang mengabsorbsi CSS pada saat
darah masuk ke dalam sistem (akibat trauma, aneurisma,
stroke).
c. Piamater : Membran paling dalam, berupa dinding yang tipis,
transparan yang menutupi otak dan meluas ke setiap
lapisan otak.
Serebrum, terdiri dari 4 lobus, yaitu:
a.Lobus frontal : Area ini mengontrol perilaku individu, membuat
keputusan, kepribadian, dan menahan diri. Lobus
terbesar.
3
b. Lobus parietal : Lobus sensori, area ini menginterpretasikan
sensasi, mengatur individu mampu mengetahui
posisi dan letak bagian tubuhnya.
c.Lobus temporal : Sensasi kecap, bau, dan pendengaran, ingatan
jangka pendek.
d. Lobus oksipital : menginterpretasikan penglihatan.
Diensefalon, terdiri dari talamus, hipotalamus, dan kelenjar
hipofisis.
a. Talamus : Pusat penyambung sensasi bau dan nyeri.
b. Hipotalamus : Bekerja sama dengan kelenjar hipofisis untuk
mempertahankan keseimbangan cairan dan
mempertahankan pengaturan suhu tubuh. Sebagai
pusat lapar dan mengontrol BB, pengatur tidur,
tekanan darah, perilaku agresif, seksual, respon
emosional.
c. Kelenjar hipofisis : Dianggap sebagai master kelenjar, karena
sejumlah hormon dan fungsinya diatur oleh
kelenjar ini. hipofisis lobus anterior memproduksi
hormon pertumbuhan, hormon prolaktin, TSH,
ACTH, LH. Lobus posterior berisi hormon ADH.
Batang otak, terdiri dari otak tengah, pons, medula oblongata.
a. Otak tengah/mesencephalon, bagian yang menghubungkan
diencephalon dan pons. Fungsi utama menghantarkan impuls ke pusat
otak yang berhubungan dengan pergerakan otot, penglihatan dan
pendengaran.
b. Pons: Menghantarkan impuls ke pusat otak.
c. Medula oblongata, merupakan pusat refleks guna mengontrol fungsi
involunter seperti pernafasan, bersin, menelan, batuk, pengeluaran
saliva, muntah.
Serebrum: merangsang dan menghambat dan tanggung jawab terhadap
koordinasi gerak, keseimbangan, posisi.
4
Sirkulasi Serebral
Menerima kira-kira 20% dari curah jantung/750 ml permenit. Sirkulasi ini
sangat dibutuhkan, karena otak tidak menyimpan makanan, sementara
mempunyai kebutuhan metabolisme yang tinggi.
3. Etiologi
- Cedera kepala
- Arterosklerosis
- Tumor intrakranial
4. Patofisiologi
Perjalanan penyakit dimulai dari trauma (cedera) yang mengenai
daerah kepala yang mengakibatkan kerusakan pembuluh darah yaitu
pecahnya pembuluh darah. Darah yang keluar dari pembuluh darah yang
pecah ini akan mengalir/terbendung di daerah sekitar otak, sehingga
menimbulkan gumpalan darah (hematoma). Hematoma ini yang kemudian
akan mengakibatkan jaringan otak terdesak akibat adanya benda asing
(hematoma) tersebut akan menimbulkan peningkatan TIK, TIK yang
makin lama makin bertambah akan mengakibatkan jaringan otak makin
terdesak dan dapat terjadi herniasi otak yang dapat menimbulkan
kematian.
5. Tanda dan Gejala
- Lobus frontal : perubahan perilaku, perubahan kepribadian, tidak
mampu menahan diri
- Lobus parietal : tidak mampu mengenal posisi tubuhnya dan letak
bagian tubuhnya.
- Lobus temporal : perubahan ingatan jangka pendek, gangguan
pendengaran, penghiduan, pengecapan.
- Lobus oksipitalis: gangguan penglihatan
6. Test Diagnostik
a. Foto kepala, cervical
Mengetahui fraktur tulang tengkorak atau cervical.
b. CT Scan, tanpa/dengan kontras
5
Mengidentifikasi adanya haemoragic, menentukan ukuran ventrikuler
pergeseran jaringan otak.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Pemeriksaan non invasif yang menggunakan medan magnetik dengan
bantuan gelombang frekuensi radio untuk mendapatkan gambaran
tubuh serta menggambarkan sesuatu yang bergerak dengan jelas.
d. Lumbal punksi
Mengetahui apakah terjadi perdarahan sub arachnoid.
e. EEG (electroenchephalography)
Memperlihatkan keberadaan/berkembangnya gelombang patologis.
f. Echo encephalography)
Menunjukkan ada/tidaknya hematoma/tumor di daerah suprateritorial.
7. Penatalaksanaan Medik
a. Konservatif : istirahat, terapi antibiotik dan analgetik.
b. Operasi trepanasi atau kraniotomi : mengeluarkan bekuan darah.
8. Komplikasi
a. Hernia otak : sebagai akibat dari peningkatan TIK dan edema, tekanan
disebarkan pada jaringan otak dan struktur internal otak yang kaku.
b. Edema otak.
6
- Konsistensi BAB
- Kebiasaan berkemih
d. Pola aktivitas dan latihan
- Kelemahan fisik
- Mudah lelah
- Sesak nafas.
e. Pola tidur dan istirahat
- Gelisah
- Sulit tidur, sering terbangun
- Cenderung tidur.
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
- Perubahan status mental (orientasi, perhatian, emosi, tingkah laku,
memori).
- Gangguan penglihatan
- Kehilangan refleks tendon.
g. Pola persepsi dan konsep diri
- Kecemasan, bingung, lekas marah
- Perubahan tingkah laku.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d perdarahan intra serebral.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah,
anoreksia.
c. Perubahan pola eliminasi : urine b.d kerusakan saraf organ
perkemihan.
d. Intoleransi beraktivitas b.d peningkatan TIK.
3. Rencana Keperawatan
DP1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d perdarahan intraserebral.
HYD : Perfusi jaringan serebral membaik dalam masa perawatan ditandai
dengan tanda-tanda vital dalam batas normal, pusing berkurang,
tingkat kesadaran tidak menurun.
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda vital (P, N, TD, HR) tiap 4 jam.
Rasional : Indikator masalah yang terjadi sehingga dapat segera
diatasi.
7
2) Kaji tingkat kesadaran tiap 4 jam, respon membuka mata, respon
verbal dan kemampuan mengikuti perintah sederhana.
Rasional : Tingkat kesadaran adalah indikator penting dalam
perubahan neurologi.
3) Berikan posisi anti tredelenburg atau meninggikan kepala + 30 oC.
Rasional : Meningkatkan aliran darah vena.
4) Kaji keluhan pasien tentang sakit kepala.
Rasional : Sebagai tanda-tanda peningkatan TIK.
5) Beri therapi O 2 sesuai instruksi dokter.
Rasional : Memenuhi kebutuhan O 2 pasien.
DP2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah,
anoreksia.
HYD : Kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi ditandai dengan BB
ideal, IMT : 20,5-22.
Intervensi :
1) Kaji kemampuan menelan klien.
Rasional : Membantu menentukan jenis makanan dan mencegah
terjadinya aspirasi.
2) Sajikan makanan dalam keadaan hangat.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan.
3) Beri support pada pasien untuk makan.
Rasional : Menambah semangat pasien.
4) Sajikan makanan dalam bentuk yang menarik.
Rasional : Menambah nafsu makan pasien.
5) Kolaborasi medik untuk pemberian Antasida.
8
Rasional : Merangsang produksi urine.
4) Kolaborasi medik untuk pemasangan kateter.
Rasional : Memantau pengeluaran urine.
POST OPERASI
1. Pengkajian
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Keluhan nyeri pada luka operasi.
- Perdarahan pada luka operasi.
b. Pola nutrisi metabolik
- Mual
- Muntah, anoreksia
- Penurunan BB
- Kemampuan menelan.
c. Pola aktivitas dan latihan
- Keterbatasan aktivitas
- Masalah keseimbangan
- Perubahan kesadaran
- Sesak
- Kelemahan koordinasi otot
d. Pola persepsi kognitif
- Rasa tidak nyaman
9
- Gangguan penglihatan
- Kehilangan refleks tendon
- Perubahan status mental (orientasi, perhatian, emosi, tingkah laku,
memori)
- Perubahan respon terhadap cahaya (pupil).
e. Pola persepsi dan konsep diri
- Kecemasan
- Gelisah
- Bingung.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan TIK.
b. Perubahan persepsi sensori b.d gangguan pada lobus frontal dan
temporal.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
d. Resiko tinggi terhadap injury b.d gangguan keseimbangan.
e. Intoleransi beraktivitas b.d peningkatan TIK.
3. Rencana Keperawatan
DP1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan TIK.
HYD : Tidak terjadi peningkatan TIK, ditandai dengan TTV dalam batas
normal selama masa perawatan.
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda vital (P, N, TD, HR) tiap 4 jam.
Rasional : Indikator masalah yang terjadi sehingga dapat segera
diatasi.
2) Kaji tingkat kesadaran tiap 4 jam, respon membuka mata, respon
verbal dan kemampuan mengikuti perintah sederhana.
Rasional : Tingkat kesadaran adalah indikator penting dalam
perubahan neurologi.
3) Berikan posisi anti tredelenburg atau meninggikan kepala + 30o
Rasional : Meningkatkan aliran darah vena.
4) Kaji keluhan pasien tentang sakit kepala.
Rasional : Sebagai tanda-tanda peningkatan TIK.
5) Beri therapi O 2 sesuai instruksi dokter.
Rasional : Memenuhi kebutuhan O 2 pasien.
10
DP2. Perubahan persepsi sensori b.d gangguan pada lobus frontal dan
temporal.
HYD : Memulai/mempertahankan tingkat kesadaran.
Intervensi :
1) Kaji dan catat perubahan orientasi, kemampuan berbicara, alam
perasaan dan proses pikir.
Rasional : Perubahan motorik, persepsi, kognitif dan kepribadian
mungkin berkembang dan menetap.
2) Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Menurunkan kecemasan pasien.
3) Bicara dengan suara yang lembut dan pelan. Gunakan kalimat yang
pendek dan sederhana.
Rasional : Memudahkan pasien untuk mengerti dan menciptakan
komunikasi yang baik.
4) Orientasikan kembali pasien pada lingkungan, waktu, staf rumah
sakit.
Rasional : Membantu mengembalikan pasien pada realitas.
5) Buat jadwal tidur pasien yang adekuat.
Rasional : Mengurangi kelelahan pada pasien.
11
5) Kolaborasi medik untuk pemberian antasida.
DP4. Intoleransi beraktivitas b.d peningkatan TIK.
HYD : Pasien dapat kembali bermobilisasi secara bertahap.
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda vital pasien (TD, N, HR, P).
Rasional : Memonitor tanda-tanda peningkatan TIK.
2) Beri penjelasan pada pasien pentingnya melakukan mobilisasi secara
bertahap.
Rasional : Meningkatkan partisipasi pasien dalam bermobilisasi.
3) Berikan latihan secara bertahap, sesuai kemampuan pasien.
Rasional : Melatih pasien dalam bermobilisasi.
4) Libatkan keluarga dalam memberikan penyuluhan tentang mobilisasi
bertahap.
4. Discharge Planning
a. Jelaskan kepada keluarga, bahwa perubahan yang terjadi pada pasien
bukan merupakan bentuk kelainan jiwa, tetapi adalah komplikasi dari
benturan yang dialami pasien.
b. Anjurkan pada keluarga, agar pada saat berbicara dengan pasien
menggunakan metode “kembali ke realita”
c. Anjurkan pada keluarga agar tidak merubah posisi/letak barang-
barang yang ada di rumah khususnya kamar pasien.
d. Anjurkan pada keluarga untuk membantu pasien dalam perawatan diri
dan pemenuhan kebutuhan dasar.
12
D. Patoflowdiagram
Kecelakaan
Jatuh
Benturan Cedera
Pukulan
Trauma
Kulit Kepala
Tulang Tengkorak
Herniasi Otak
DP. Intoleransi beraktivitas b.d
peningkatan TIK.
Hipoksia DP. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
13
BAB III
PENGAMATAN KASUS
14
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
2. Diagnosa Keperawatan
Dari gejala yang didapat pada pasien, maka dapat diangkat diagnosa sebagai
berikut :
- Perubahan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan TIK.
- Perubahan persepsi sensori b.d gangguan pada lobus frontal dan temporal.
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
- Intoleransi beraktivitas b.d peningkatan TIK.
15
- Resiko tinggi terhadap injury b.d gangguan keseimbangan.
Semua diagnosa yang ada dalam teori terdapat pada pasien, hal itu
dikarenakan memiliki tanda dan gejala yang sama untuk mengangkat
diagnosa tersebut.
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan disusun berdasarkan masalah dan prioritasnya, rencana dapat
terlaksana secara optimal.
4. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan terhadap pasien dilakukan sesuai yang telah tersusun dan
dilakukan dengan bekerja sama antara pasien, perawat ruangan serta
keluarga.
5. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan pengamatan dan pelaksanaan pada pasien selama sehari,
didapat evaluasi bahwa :
Masalah yang ada pada pasien belum teratasi, dikarenakan keterbatasan
waktu yang dimiliki penulis, oleh karena itu perencanaan dilanjutkan perawat
di ruangan.
.
BAB V
16
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
17
Brooker, Christine (1996). The Nurse’s Pocket Dictionary. Alih bahasa : dr.
Andry Hartono, Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC.
18