VERTIGO
KELOMPOK I
PARLINDUNGAN (10-012)
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis
dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang turut serta dalam membantu menyelesaikan makalah ini. Bimbingan dari Dosen
mengenai topik mata kuliah yang bersangkutan telah memberikan pemahaman-
pemahaman yang sangat dibutuhkan dalam penyelesaian makalah.
Kami menyadari dengan sepenuh hati bahwa tanpa bantuan dari semua pihak
makalah ini tidak akan selesai. Kami pun sadar bahwa dalam makalah ini mungkin masih
terdapat kesalahan dalam penyusunan kata-kata maupun penguasaan materi atau
permasalahan yang diperlukan.
Oleh karena itu kami dengan senang hati menerima dan mengharapkan kritikan
dan saran demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata, kami berharap semoga
makalah ini dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek; yang sering
digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau
rasa pusing (dizziness); deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan
dengan nyeri kepala atau sefalgi, terutama karena di kalangan awam kedua istilah tersebut
(pusing dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian.
Vertigo – berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar – merujuk pada
sensasi berputar sehingga meng-ganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya
disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan.
Seorang wanita umur 56 tahun mengeluh mengamai pusing berputar disertai mual
muntah 1 jam yang lalu. Di IGD menurut pasien pusing berkurang. Pasien juga mengeluh
gangguan pendengaran pada telingan kanan sejak 5 hari yang lalu. Pasien tidak memiliki
riwayat penyakit hipertensi maupun DM.
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Istilah “vertigo” berasal dari bahasa Latin “verto” yang artinya memutar atau
gerakan berputar. Vertigo adalah suatu bentuk gangguan orientasi berupa ilusi atau
halusinansi gerakan diamana perasaan dirinya bergerak berputar atau bergelombang
terhadap ruangan di sekitarnya atau ruangan sekitarnya yang bergerak terhadap dirinya.
Dizziness adalah gangguan perasaan kesimbangan tubuh terhadap ruang sekitarnya.
2.2EPIDEMIOLOGI
Vertigo dan dizziness merupakan salah satu keluhan tersering pasien datang ke
dokter. Insiden vertigo secara umum beragam yaitu 5 sampai 30% dari populasi dan
mencapai 40% pada orang yang berumur di atas 40 tahun. Vertigo meningkatkan resiko
cedera akibat trauma sampai 25% pada penderita yang berumur diatas 65 tahun. Di
Amerika, dari data pada tahun 1999 sampai 2005 didapatkan bahwa vertigo merupakan
2,5% dari diagnosis pasien yang datang ke ruang gawat darurat.
2.3 PATOFISIOLOGI
Keseimbangan dan kemampuan menyadari posisi dan kedudukan terhadap ruangan
sekitarnya diatur oleh integrasi berbagai sistem yaitu:
1. Sistem vestibular. Impuls pada labirin yang berfungsi sebagai proprioseptor
spasial spesifik sangat sesitif terhadap perubahan kecepatan pergerakan dan
posisi tubuh.
2. Sistem visual, impuls visual yang berasal dari retina dan impuls proprioseptif
yang berasal dari otot bola mata berguna dalam menetapkan jarak suatu objek
dari tubuh. Impuls ini judikoordinasikan dengan impuls dari sistem vestibuler.
3. Sistem proprioseptif. Impuls proprioseptif yang berasal dari otot dan tendon
berhubungan dengan reflek postural dan gerakan yang disadari.
Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya vertigo antara lain :
1. Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses tranduksi yaitu
mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia yang terdiri dari reseptor mekanis
di vestibulum, reseptor cahaya di retina, reseptor mekanik di kulit.
2. Saraf aferen yang berperan dalam proses transmisi menghantarkan impuls ke
pusat keseimbangan di otak. Terdiri dari : Nervus vestibularis, nervus optikus
dan spinovestibuloserebelaris pathway.
3. Pusat keseimbangan yang berperan dalam proses modulasi, komparasi, integrasi /
koordinasi dan presepsi.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual dan proprioseptif. Dari ketiga reseptor tersebut informasi terbesar masuk
melalui reseptor vestibuler (lebih dari 50%). Arus informasi berlangsung intensif apabila
terjadi gerakan atau perubahan posisi kepala atau tubuh. Gerakan ini akan menyebabkan
perpindahan cairan endolimfe di labirin dan selanjutnya silia dari sel rambut akan
menekuk. Tekukan ini akan menyebabkan perubahan permeabilitas membran sel yang
mengakibatkan depolarisasi sel saraf yang selanjutnya berjalan sebagai impuls sensorik
melalui nervus vestubularis ke pusat keseimbangan di otak. Impuls tersebut selanjutnya
dihantarkan ke serebelum, kortek serebri, hipothalamus dan pusat otonomik di formasio
retikularis. Neurotransmitter yang berperan dalam impuls aferen vestibuler adalah bersifat
eksitator, antara lain glutamate, aspartat, asetilkolin, histamine dan substansi P. Sedangkan
neurotransmiter yang berperan dalam impuls eferen vestibuler adalah bersifat inhibitor,
yaitu GABA, glisin, noradrenalin, dopamine, dan serotonin. Pengetahuan mengenai
neurotransmitter ini berguna dalam prinsip terapi medikamentosa dari vertigo
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang
dipersepsi oleh susunan saraf pusat.
2.4 KLASIFIKASI
Berdasarkan etiologi, vertigo dapat dikategorikan ke dalam empat jenis; otologik,
sentral, medikal dan tak terlokalisir.
A. Vertigo otologik disebabkan oleh disfungsi telinga bagian dalam. Vertigo otologik
merupakan sepertiga dari semua pasien dengan vertigo. Vertigo otologik terdiri dari
komponen substansial:
1. Benign paroksismal posisional vertigo (BPPV) adalah jenis yang paling umum
dari vertigo otologik, terhitung sekitar 20% dari vertigo dari semua penyebab dan
50% dari semua kasus otologik. Pada BPPV terjadi serangan singkat vertigo yang
dipicu oleh perubahan orientasi kepala terhadap gravitasi. BPPV disebabkan oleh
lepasnya otolith yang terdiri dari kristak kalsium karbonat dalam kanalis
semisirkularis, biasanya kanal posterior telinga bagian dalam.
2. Neuritis vestibular, gejalanya vertigo, mual, ataksia, dan nistagmus. Hal ini
berhubungan infeksi virus pada nervus vestibular dengan gejala bersifat akut dan
prolong. Jika disertai berkurangnya pendengaran, berarti melibatkan labirin dan
disebut labyrinithis. neuritis vestibular dan labyrinthitis merupakan 15% dari
semua kasus vertigo otologik.
3. Penyakit Meniere terdiri dari gejala vertigo intermiten yang disertai oleh tinnitus
dan gangguan pendengaran. Penyakit ini diduga disebabkan oleh overdistensi
kompartemen endolimfatik. Penyakit Meniere sekitar 15% kasus vertigo otologik.
1. Stroke dan TIA melibatkan batang otak atau serebelum menyebabkan sekitar
sepertiga dari seluruh kasus vertigo sentral. Kelainan ini biasanya disebabkan oleh
emboli. Vertigo murni kadang hanya merupakan gejala tunggal stroke pada fossa
posterior sehingga sulit membedakan TIA yang mengenai nukleus vestibular atau
cerebellum dari proses lain yang berpengaruh terhadap nervus vestibular atau end
organ.
2. Migrain basilar muncul gejala vertigo dan sakit kepala, tetapi juga dapat muncul
sebagai vertigo terisolasi. Migrain menyebabkan sekitar 15% kasus vertigo
sentral. Migrain sering terjadi pada wanita di usia tiga puluhan.
3. Kejang dengan gejala munculan vertigo dengan gejala motorik atau konfusi.
Sekitar 5% kasus vertigo sentral disebabkan oleh kejang. Dizziness sering
merupakan salah satu gejala pada epilepsi.
4. Multiple sclerosis (MS) menggabungkan vertigo dengan tanda sentral lainnya,
seperti disfungsi serebelum. MS merupakan penyakit demielinisasi pada saraf
pusat. Gejala penyakit ini bermacam-macam. Sekitar 2 - 5% dari penyakit ini
bergejala sebagai vertigo sentral. Dalam menegakkan diagnosis MS terkait vertigo
perlu dipertimbangkan penyebab perifer umum yang mungkin muncul bersamaan,
seperti BPPV.
5. Vertigo servikal masih tetap menjadi sindrom yang kontroversial. Diagnosis
paling sering ditegakkan setelah cedera whiplash dengan gejala biasannya
vertigo, tinitus, dan nyeri leher. Pemeriksaan biasanya menunjukkan gejala
spesifik kompleks termasuk gerakan leher terbatas oleh nyeri dan vertigo atau
mual pada posisi leher tetentu. Secara umum, tidak ada nistagmus. Tidak ada uji
klinis atau laboratorium definitif untuk vertigo cervikal. MRI vetebre servikal
pada pasien ini sering menunjukkan diskus cervikal menyempit tapi tidak
mengompresi saraf cervikal.
C. Vertigo Medikal diduga disebabkan oleh perubahan tekanan darah, gula darah
rendah, dan / atau perubahan metabolik yang terkait dengan pengobatan atau
infeksi sistemik. Vertigo medikal sebagian besar ditemui di ruang darurat dan
merupakan sekitar 33% dari semua kasus vertigo. Vertigo medikal jarang di praktek
subspesialisasi (2% sampai 5%).
1. Hipotensi postural sering muncul dengan keluhan pusing, kepala ringan, atau
sinkop. Pusing terjadi hanya sementara ketika pasien berdiri
2. Aritmia jantung bergejala dengan sinkop atau drop attack. Seperti hipotensi
postural, gejala yang khas hanya jika pasien berdiri
3. Hipoglikemia dan perubahan metabolik terkait dengan diabetes bergejala dengan
pusing atau kepala terasa ringan. Hipoglikemia sering disertai dengan gejala-gejala
otonom seperti jantung berdebar, berkeringat, tremor atau pucat. Kelainan ini
mencapai sekitar 5% dari kasus dizziness.
4. Efek Pengobatan atau penyalahgunaan obat biasanya bergejala dengan kepala
terasa ringan, tetapi juga dapat muncul sebagai vertigo. Diagnosis ini mencapai
sekitar 16% dari pasien dengan vertigo pada unit gawat darurat. Kelainan ini
biasanya terkait obat antihipertensi, terutama alpha bloker seperti terazosin,
blocker kanal kalsium seperti nifedipin dan sedatif. Benzodiazepin, seperti
alprazolam dapat menyebabkan dizziness sebagai bagian dari sindrom putus obat.
Intoksikasi alkohol dapat bergejala nystagmus posisional transien dan gejala
serebelar. Obat-obat yang mendepresi system vestibular seperti meclizine dan
scopolamine dapat menyebabkan vertigo karena efek langsung terhadap jaras
vestibular sentral.
5. Infeksi virus yang tidak melibatkan telinga dilaporkan menyebabkan dizziness
pada sekitar 4% - 40% dari seluruh kasus. Sindrom ini termasuk gastroenteritis,
dan influenza.
D. vertigo yang tidak terlokalisir. Yang termasuk ke dalamnya adalah pasien dengan
gejala yang berhubungan dengan gangguan psikiatri, dimana gejalanya
berhubungan dengan kejadian tanpa makna lanjut (seperti trauma kepala), dan
vertigo dengan penyebab yang tidak jelas. Tipe tersering dari vertigo yang tidak
terlokalisasi termasuk vertigo psikogenik, sindrom hiperventilasi, vertigo post
trauma, dan rasa pusing yang tidak spesifik. Antara 15% dan 50% dari seluruh
pasien dengan keluhan dizziness atau vertigo berada pada kategori ini.
1. Serangan singkat (1-3 detik). Vertigo sebagai gejala tunggal. Sebaiknya diperiksa
EEG dan BAER.
a. Iritasi nervus vestibular seperti kaitannya dengan sindrom mikrovaskuler
atau residual dari neuritis vestibular. Frekuensi serangan yang ekstrim.
Hiperventilasi dapat menginduksi nistagmus. Jika EEG normal, respon
bagus terhadap oxcarbamazepin mendukung diagnosis.
b. Variasi penyakit meniere. Pasien mengeluhkan sensasi shock atau seperti
terasa gempa. Frekuensi serangan sering berulang. Pendengaran sering
berpengaruh dalam diagnosis.
c. Varian BPPV. Frekuensi serangan tidak lebih dari satu hari. Debris
otokonial biasanya mengalir dan kembali mengendap ke dinding kanal.
Diagnosis ditegakkan dengan tes Dix hallpike.
d. Epilepsi. Frekuensi serangan sering(20 kali/hari) dan sering mempunyai
riwayat trauma kepala.
2.5 DIAGNOSIS
Gejala
A. Gejala primer.5,16
Gejala primer yang merupakan akibat utama dari gangguan sensorik.
1. Sensasi berputar baik dirinya sendiri maupun lingkungannya. Vertigo dapat
horizontal, vertikal atau melingkar.
2. Sensasi pergerakan, biasanya digambarkan sebagai perasaan didorong atau miring
yang singkat. Perasaan ini menunjukkan adanya disfungsi dari apparatus otolith di
telinga dalam atau proses sentral yang merangsang otolith.
3. Osilopsia adalah ilusi pergerakan lingkungan sekitar yang dipicu oleh pergerakan
kepala. Pasien dengan gangguan vestibuler bilateral tidak dapat melihat apabila
kepalanya sedang bergerak karena osilopsia. Pasien dengan gangguan vestibuler
unilateral selalu mengeluhkan “lingkungan sekitar berputar” apabila mereka
memutar kepalanya berlawanan dengan telinga yang sakit.
4. Ataksia, cara berjalan yang tidak stabil, hampir secara universal terdapat pada
pasien dengan vertigo sentral atau perifer.
5. Gangguan pendengaran. Vertigo sering diikuti oleh tinnitus, reduksi atau distorsi
pendengaran, dan aura.
B. Gejala sekunder, termasuk mual, gejala otonom, lelah, sakit kepala, dan
penglihatan yang sensitif.
C. Perasaan kepala terasa ringan seperti hampir pingsan. Biasanya disebabkan
oleh kelainan yang berhubungan dengan gangguan kardiovaskuler
D. Pusing dan perasaan ringan yang tidak spesifik. Istilah ini tidak memiliki
arti yang tepat dalam penggunaan umum. Sering ditemukan pada pasien
dengan ganguan psikologis.
2. 7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes Audiologik, tidak dibutuhkan untuk untuk setiap pasien dengan keluhan
pusing, tapi mungkin lebih tepat jika ada masalah pendengaran.
a. Audiogram, menilai pendengaran. Abnormalitas memberikan kesan vertigo
otologik. Sering cukup untuk penegakkan diagnosis. Upaya untuk
memisahkan otologik dari sumber vertigo lain.
b. Brainstem Auditory Evoked Potensial (BAEP). Test nurofisiologi ini
dipergunakan bila diduga adanya carebello pontine tumor, terutama
neuroma akus tikus atau multiple sklerosis. Kombinasi pemeriksaan BERA
dan CT Scan dapat menunjukkan konfirmasi diagnostik tumor.2
c. Otoacoustic Emission (OAE) menilai suara oleh telinga pasien sendiri.
Cara ini cepat dan sederhana. OAE berguna dalam mendeteksi malingering,
gangguan pendengaran sentral dan orang- orang dengan neuropati
auditorik. Dalam situasi ini, OAE dapat dilakukan bahkan bila pendengaran
subjektif berkurang. Ketika ada potensi malingering, sering audiologist
melakukan beberapa tes untuk uji pendengaran objektif, tes dapat
mendeteksi kehilangan pendengaran psikogenik. OAE biasanya tidak
membantu padang orang- orang usia > 60 tahun karena OAE menurun
dengan usia.
d. Electrocochleografi (ECOG) adalah sebuah potensi bangkitan yang
menggunakan electrode perekam yang diposisikan dalam gendang telinga.
ECOG membutuhkan frekuensi pendengaran yang tinggi. ECOG yang
abnormal memberi kesan penyakit Meniere. ECOG itu sulit dan interpretasi
dari hasil harus memnuhi penilaian bentuk gelombang.
2. Tes Vestibular tidak dibutuhkan untuk setiap pasien dengan keluhan pusing.
Penelitian primer- Tes Elektronystagmography (ENG), membantu bila diagnosis
masih belum jelas setelah anamnesis dan pemeriksaan. ENG secara bertahap
digantikan dengan tes VEMP.
a. ENG merupakan prosedur beruntun yang dapat mengidentifikasi vestibular
asimetris (seperti yang disebabkan oleh neuritis vestibular) dan
membuktikan nistagmus spontan dan posisi (seperti yang disebabkan oleh
BPPV). ENG adalah tes yang panjang dan sulit. Jika ada hasil yang
abnormal dan tidak sesuai dengan gejala klinis sebaiknya dikonfirmasi
denga tes kursi putar dan dikombinasi dengan tes VEMP.
b. VEMP merupakan tes vestibular dasar karena ini memberikan
keseimbangan yang baik untuk keperluan diagnostic dan toleransi pasien.
Tes ini sensitif terhadap sindrom dehiscence kanal superior. Kehilangan
vestibular bilateral dan neuroma kaustik. VEMP secara umum normal pada
neuritis dan penyakit Menier.
c. Posturografi adalah sebuah instrument dari tes Romberg. Ini sangat
berguna untuk malingering dan juga mempunyai kegunaan melihat
perkembangan orang- orang yang menjalani pengobatan.
3. Pemeriksaan labor darah, dilakukan bila ada gejala spesifik kompleks dan tidak
ada pemeriksaan rutin untuk pasien denga keluhan pusing. Dalam faktanya
pemeriksaan kimia, hitung jenis , tes toleransi glukosa, tes alergi tidak secara rutin
diperiksa.
4. Pemeriksaan Radiologi, foto tengkorak, foto vertebrae servikal, CT scan kepala
dan sinus tidak direkomendasikan secara rutin dalam evaluasi vertigo.
a. MRI kepala, mengevaluasi kesatuan struktural batang otak, serebelum,
periventrikuler substansia putih, dan kompleks nervus VIII. MRI tidak
secara rutin dibutuhkan untuk evaluasi vertigo tanpa penemuan neurologis
yang lain berkaitan.
b. CT Scan tulang temporal memberikan resolusi tinggi dari struktur telinga
daripada MRI dan juga lebih baik untuk evaluasi lesi yang melibatkan
tulang. CT tulang temporal mutlak dibutuhkan untuk diagnosis dehiscence
canal superior. Jenis koronal langsung resolusi tinggi adalah yang terbaik
untuk diagnosis ini. CT Scan tulang temporal banyak memancarkan radiasi
dan untuk alasan ini, tes VEMP direkomendasikan sebagai tes awal untuk
dehiscence canal superior.
5. Pemeriksaan lainnya
a. EEG digunakan untuk diagnosis kejang. Hasilnya sangat rendah untuk
pasien dengan keluhan pusing.
b. Ambulatory Monitor atau Holter Monitoring digunakan untuk mendeteksi
aritmia atau sinus arrest.
2.8 TERAPI
Tujuan umum penatalaksanaan vertigo adalah untuk mengeliminasi gejala vertigo,
meningkatkan kompensasi sistem vestibuler dan mengontrol gejala neurovegetatif dan
psikoafektif yang menyertai vertigo.8
Secara umum prinsip penatalaksaan vertigo terdiri dari:
1. Terapi kausal
Kebanyakan kasus vertigo tidak diketahui penyebabnya. Walaupun demikian jika
penyebabnya ditemukan, maka terapi kausal merupakan pilihan utama. Terapi kausal
disesuaikan dengan penyebab yang bersangkutan
1. Terapi medikamentosa
Penggunaan obat-obatan pada vertigo bersifat simptomatik. 8 Prinsip utama
pengobatan pada vertigo mengacu kepada peran neurotransmitter pada vestibular pathway.
Ada beberapa neurotransmitter utama yang berperan dalam proses ini. Glutamate
merupakan neurotransmitter eksitator primer pada sel-sel rambut, sinap nervus vestibuler
dan nucleus vestibuler. Reseptor muskarinik asetilkolin merupakan selain memiliki
peranan secara perifer, tapi juga memiliki pengaruh untuk terjadinya vertigo pada tingkat
pons, medulla oblongata dan kompleks nucleus vestibuler.8,9 Gamma aminobutyric
acid(GABA) dan glisin merupakan neurotransmitter inhibitor utama yang ditemukan pada
jalur koneksi system okulomotor dengan sistem vestibuler. Histamin secara umum
ditemukan pada stuktur vestibuler sentral. Norepinefrin berfungsi memodulasireaksi
stimulasi vestibuler secara sentral dan dopamine mempengaruhi kompensasi vestibuler,
sedangkan serotonin berkaitan dengan gejala nausea.7,8,9
3. Terapi rehalibitatif
Terapi rehalibitasi vestibular merupakan terapi fisik yang menggunakan latihan
khusus dengan tujuan untuk meningkatkan kompensasi organ vestibular terhadap
gangguan keseimbangan.7,17
PEMBAHASAN
1. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Subjektif
i. Identitas pasien :
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : wanita
ii. Keluhan utama :
pasien mengalami pusing berputar disertai mual muntah
iii. Keluhan tambahan
Gangguan pendengaran pada telinga kanan
iv. Riwayat penyakit sistemik
Tidak ada
b. Pemeriksaan objektif
1. Fungsi vestibuler/serebeler
Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer.
1. Fungsi Vestibuler
a. Uji Dix Hallpike (Gb. 9)
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang dengan
cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45º di bawah garis horisontal, kemudian
kepalanya dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan
hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya
perifer atau sentral.Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul
setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan
berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue).
Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung lebih dari 1
menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).
b. Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30º, sehingga kanalis semisirkularis
lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian dengan air dingin
(30ºC) dan air hangat (44ºC) masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi
5 menit. Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai
hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150 detik). Dengan tes ini dapat
ditentukan adanya canal paresis atau directional preponderance ke kiri atau ke
kanan.Canal paresis ialah jika abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik setelah
rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan directional preponderance ialah
jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di masing-masing
telinga.Canal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau n. VIII, sedangkan
directional preponderance menunjukkan lesi sentral.
c. Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk merekam
gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut dapat dianalisis
secara kuantitatif
2. Fungsi Pendengaran
b. Audiometri
Ada beberapa macam pemeriksaan audiometri seperti Loudness Balance Test, SISI,
Bekesy Audiometry, Tone Decay.
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan pemeriksaan lain sesuai
indikasi.
2. Foto Rontgen tengkorak, leher, Stenvers (pada neurinoma akustik)
2. Diagnosa
Gejala yang timbul akibat gangguan pada komponen sistem keseimbangan tubuh
itu berbeda-beda.
Gangguan pendengaran
(tinitus, tuli) + -
BAB IV
PENUTUP