PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai
dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa
saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih
baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak
sama sekali.1
Vertigo dan dizziness merupakan salah satu keluhan tersering pasien datang ke dokter.
Insiden vertigo secara umum beragam yaitu 5 sampai 30% dari populasi dan mencapai 40%
pada orang yang berumur di atas 40 tahun. Vertigo meningkatkan resiko cedera akibat trauma
sampai 25% pada penderita yang berumur diatas 65 tahun. Di Amerika, dari data pada tahun
1999 sampai 2005 didapatkan bahwa vertigo merupakan 2,5% dari diagnosis pasien yang
datang ke ruang gawat darurat.2
BPPV masih menjadi penyebab yang paling umum, yang terjadi pada 18,3% pasien.
Diagnosis kedua yang paling sering adalah vertigo postular fobik (15,9%), diikuti dengan
bentuk-bentuk sentral dari vertigo seperti penyakit vaskular dan inflamasi pada batang otak
atau cerebellum. Migrain basilar/vestibular memiliki dua puncak frekuensi: salah satu dalam
dekade kedua dan yang lainnya dalam dekade ke-enam, sehingga penyakit ini bukan hanya
mengenai wanita muda.2
Diperlukan
suatu
penatalaksanaan
berupa
anamnesis
yang
teliti
untuk
dan/atau
manuver-manuver
tertentu
untuk
melatih
alat
vestibuler
dan/atau
menyingkirkan otoconia ke tempat yang stabil; selain pengobatan kausal jika penyebabnya
dapat ditemukan dan diobati. Saat ini penatalaksanaan vertigo telah berkembang, dan salah
satunya adalah penggunaan neuroprotektor, khususnya piracetam pada terapi vertigo baik tipe
sentral atau perifer.2
Berdasarkan hal tersebut saya tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh pemberian
piracetam pada terapi vertigo tipe perifer terhadap lama rawat (length of stay) pasien di
bangsal Angsa, Belibis, Cendrawasih, dan Flamingo Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya
Denpasar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dan digambarkan sebagai rasa berputar,
rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness); deskripsi keluhan
tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri kepala atau sefalgi, terutama
karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering digunakan
secara bergantian. Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk
pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya
disebabkan oleh gangguan pada sistem keseimbangan. Adapun keluhan yang menyertainya
berupa gangguan pendengaran, tinitus, mual/muntah3,4.
2.2 Jenis vertigo
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular yang
mengalami kerusakan, yaitu vertigo periferal dan vertigo sentral. Saluran vestibular adalah
salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa mengirimkan informasi tentang
posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan.3
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain
penyakit penyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat
kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang
sering kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada
sel-sel saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran).
Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya
di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak
kecil).
posisi tubuh relatif terhadap lingkungan, selain itu diperlukan juga informasi gerakan agar
dapat terus beradaptasi dengan perubahan sekelilingnya.3
Gambar 2.1
Informasi tersebut diperoleh dari sistem keseimbangan tubuh yang melibatkan kanalis
semisirkularis sebagai reseptor, serta sistem vestibuler dan serebelum sebagai pengolah
informasinya. Selain itu fungsi penglihatan dan proprioseptif juga berperan dalam
memberikan informasi rasa sikap dan gerak anggota tubuh. Sistem tersebut saling
berhubungan dan mempengaruhi untuk selanjutnya diolah di susunan saraf pusat
(gambar 1).3
2.4 Etiologi
Penyakit pada sistem vestibular perifer, akibat adanya infeksi pada telinga, nervus III (yang
disebabkan trauma, infeksi, tumor), dan inti vestibularis (batang otak) dapat berupa infeksi,
trauma, pendarahan, trombosis, tumor. Penyakit pada susunan saraf pusat yang dapat
menyebabkan vertigo yaitu vaskular (iskemi otak, hipertensi kronis, anemia, hipertensif
kardiovaskular), infeksi, trauma, tumor, migrain, epilepsi, kelainan endokrin. Selain itu juga
dapat diakibatkan bila ada gangguan di mata dan gangguan proprioseptif.3,4
2.5 Patofisiologi
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang
dipersepsi oleh susunan saraf pusat.3
Ada beberapa teori yang menerangkan kejadian tersebut:3
masukan
sensorik
dari
sisi
kiri
dan
kanan.
adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistem saraf parasimpatik. Teori ini dapat
menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat di awal
serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual,
muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf
parasimpatis.
2.6 Tatalaksana Penderita Vertigo
Seperti diuraikan di atas vertigo bukan suatu penyakit tersendiri, melainkan gejala dari
penyakit yang letak lesi dan penyebabnya berbeda-beda. Oleh karena itu, pada setiap
penderita vertigo harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan yang cermat dan terarah
untuk menentukan bentuk vertigo, letak lesi dan penyebabnya.2,3
1. Anamnesis
Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya: melayang, goyang, berputar, tujuh keliling,
rasa naik perahu dan sebagainya. Perlu diketahui juga keadaan yang memprovokasi
timbulnya vertigo: perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan, ketegangan3.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Umum
Pemeriksaan fisik diarahkan kepada kemungkinan penyebab sistemik. Tekanan darah
diukur dalam posisi berbaring, duduk dan berdiri. Bising karotis, irama (denyut jantung)
dan pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa.3
Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan
neurologis
dilakukan
dengan
perhatian
khusus
pada
fungsi
vestibuler/serebeler.
a. Uji Romberg:
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata terbuka
kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan
bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik
cahaya atau suara tertentu).3
b. Tandem Gait:
Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari kaki
kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan menyimpang, dan
pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.3.4
c. Uji Unterberger.
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan
mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi
penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang
melempar cakram, kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah
lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai
nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.3,4
d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh mengangkat
lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa.
Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan
vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.3,4
e. Uji Babinsky-Weil (Gb. 8)
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan dan lima
langkah ke belakang seama setengah menit. Jika ada gangguan vestibuler unilateral,
pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.3,4
Berikut merupakan perbedaan vertigo vestibuler dan non-vestibuler5
Tabel 2.1. Perbedaan vestibuler dan non-vestibuler5
Gambar 2.3.
Latihan lain yang dapat dicoba ialah latihan visual-vestibular; berupa gerakan mata
melirik ke atas, bawah, kiri dan kanan mengikuti gerak obyek yang makin lama makin
cepat; kemudian diikuti dengan gerakan fleksi ekstensi kepala berulang dengan mata
tertutup, yang makin lama makin cepat. Terapi kausal tergantung pada penyebab yang
mungkin ditemukan3.
Selain itu penggunaan neuroprotektor (piracetam) telah banyak digunakan pada pasien
rawat inap dengan diagnosis vertigo baik tipe sentral maupun perifer. Piracetam
merupakan salah satu derivat siklus dari GABA (Gamma Aminobutyric Acid). Piracetam
dapat mempengaruhi fungsi neuronal dan vaskular serta fungsi kognitif tanpa bersifat
sedatif ataupun stimulan. Adapun emkanisme kerja piracetam pada tingkat neuronal :
berkaitan dengan kepala polar phospholipid membran, memperbaiki fluiditas membran
sel, memperbaiki neurotransmisi, menstimulasi adenylate kinase yang mengkatalisis
konversi ADP menjadi ATP. Pada level vaskular piracetam dapat meningkatkan
deformabilitas eritrosit dan meningkatkan aliran darah otak, mengurangi hiper-agregrasi
platelet, serta memperbaiki mikrosirkulasi.6
10
BAB III
KERANGKA KONSEP
Diberikan
terapi
standar +
piracetam
Pasien dengan
pusing berputar
disertai mual,
muntah. Dan
telah didiagnosis
dengan vertigo
Lama waktu
dirawat
Diberikan
terapi
standar
tanpad
piracetam
11
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
IV.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di bangsal Angsa, Belibis, Cendrawasih, dan Flamingo Rumah Sakit Umum
Daerah Wangaya. Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan Oktober 2013
Desember 2013 atau sampai jumlah sampel penelitian terpenuhi.
Oktober 2013 Desember 2013. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi.
Cara pengambilan sampel dilakukan dengan cara non probability sampling dimana teknik
pengambilan sampel dilakukan tanpa mengacak (random) setiap subjek sebagai sampel.
Pemilihan sampel menggunakan consecutive sampling yaitu menetapkan subjek yang
memenuhi kriteria penelitian sampai batas waktu tertentu.
IV.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi :
- Pasien berusia 13-50 tahun
- Keluhan utama : pusing berputar dan didiagnosis vertigo
- Pasien Rawat inap
- Tanpa ada riwayat stroke atau gangguan susunan saraf pusat dan perifer
- Tanpa disertai penyakit sistemik lainnya
Kriteria eksklusi :
- Pasien dengan riwayat post- trauma <1 bulan
- Pasien dengan riwayat stroke atau gangguan susunan saraf pusat dan perifer
- Menderita penyakit sistemik
12
Kriteria Inklusi
Kriteria Eksklusi
Terapi vertigo
Skala
Nominal
Nominal
13
Variabel Tergantung
Lama rawat (length of stay)
Skala
Interval
14
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Masdin.
2010.
Vertigo
dan
Rasa
Pusing:
Keluhan-Keluhan
Umum.
http://www.pajjakadoi.co.tv/2010/02/vertigo-dan-rasa-pusing-keluhan-keluhan.html.
[diakses: 20 Agustus 2013].
2.
3.
Gd. Ngoerah, IGN. 1990. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Surabaya: Airlangga
University Press.
4.
Dewati, Eva. 2003. Vertigo Pada Kelainan Neurologis. Bagian Neurologi FKUIRSCM.
5.
Medicastore.
2010.
Informasi
Penyakit
Vertigo.
http://medicastore.com/
15