Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktik, yang sering
digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness), atau
rasa pusing (dizziness). Deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak
dikacaukan dengan nyeri kepala atau sefalgia, terutama karena di kalangan awam kedua
istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian( Sutarni,
2018)
Di indonesia angka kejadian vertigo juga sangat tinggi, pada tahun 2010 dari usia
40-50 tahun sekitar 50% yang merupakan keluhan nomor 3 paling sering di keluhkan
oleh penderita yang datang ke rumah sakit, setelah nyeri kepala, dan stroke. Uumnya
vertigo ditemukan sebesar 15% dari keseluruhan populasi dan hanya 4-7% yang
diperiksakan ke dokter ( Sumarliyah, 2010)
Peran perawat dalam menangani pasien vertigo memiliki peran antara lain:
pelaksana pelayanan keperawatan, pengelola, pendidik dalam keperawatan, Peneliti dan
pengembang dalam keperawatan. (Asmadi,2008)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi vertigo?
2. Apa saja etiologi vertigo?
3. Apa saja Patofisiologi vertigo?
4. Apa saja maniestasi klinis penyakit vertigo?
5. Bagaimana Komplikasi vertigo?
6. Pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat dilakukan ?
7. Penatalaksanaan seperti apa yang dilakukan pada pasien vertigo?

1
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran klinis mengenai vertigo.

2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui definisi vertigo.
2) Untuk mengetahui etiologi vertigo.
3) Untuk mengetahui patofisiologi vertigo.
4) Untuk mengetahui manifestasi klinis vertigo.
5) Untuk mengetahui komplikasi vertigo.
6) Untuk mengetahui Untuk mengetahui pemeriksaan apa saja yang dilakukan
untuk penyakit vertigo.
7) Untuk mengetahui seperti apa penatalaksanaan medis pada vertigo.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Vertigo merupakan suatu fenomena yang terkadang sering ditemui di masyarakat.
Vertigo adalah suatu gejala atau perasaan dimana seseorang atau benda disekitarnya
seolah-olah sedang bergerak dan berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan
kehilangan keseimbangan. Jika sensasi atau ilusi berputar yang dirasakan adalah diri
sendiri, hal tersebut merupakan merupakan vertigo subjektif. Sedangkan sebaliknya, jika
yang berputar adalah lingkungan sekitarnya maka disebut vertigo objektif (
Rustinah,2008 )
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktik, yang sering
digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tidak stabil (Giddiness, Unsteadiness)
atau rasa pusing (Dizziness). Deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak
dikacaukan oleh nyeri kepala atau sefalgia, terutama karena di kalalangan awam kedua
istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian.
(Wreksoatmodjo, 2004) dikutip dari buku Bunga Rampai Vertigo (Sutarni,2018)
Berdasarkan ringkasan vertigo dapat diartikan sebagai penyakit yang ditandai
dengan kepala terasa berputar dan biasanya disertai dengan pusing dan nyeri kepala
yang disebabkan karena terdapat gangguan pada alat keseimbangan tubuh pada bagian
telinga.

2.2 Etiologi
Menurut Sutarni 2018 dalam buku Bunga Rampai Vertigo, Vertigo disebabkan
karena :
1. Otologi 24-61% kasus
a) Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
b) Meniere Desease
c) Parese N VIII Uni/bilateral
d) Otitis Media
2. Neurologik 23-30% kasus
a) Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum
3
b) Ataksia karena neuropati
c) Gangguan visus
d) Gangguan serebelum
e) Gangguan sirkulasi LCS
f) Multiple sklerosis
g) Vertigo servikal
3. Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler
a) Tekanan darah naik turun
b) Aritmia kordis
c) Penyakit koroner
d) Infeksi
e) < glikemia
f) Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,
4. Psikiatrik > 50% kasus
a) Depresi
b) Fobia
c) Anxietas
d) Psikosomatis
5. Fisiologik
Melihat turun dari ketinggian.

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Vestibular ( Patestas & Gartner, 2006)


2.3 Manifestasi Klinis
Menurut Sutarni 2018 Manifestasi klinis pada klien yang mengalami vertigo
antara lain:

4
1. Merasakan mual yang luar biasa
2. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
3. Gerakan mata yang abnormal
4. Tiba - tiba muncul keringat dingin
5. Telinga sering terasa berdenging
6. Mengalami kesulitan bicara
7. Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar
8. Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan

2.4 Komplikasi
Menurut Sutarni 2018 vertigo dapat menyebabkan komplikasi sebagai berikut :
1. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
2. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka
lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan
gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.

2.5 Patofisiologi dan Pathway


Dalam kondisi alat keseimbangan baik sentral atau perifer yang tidak normal atau
adanya gerakan yang aneh/berlebihan, maka tidak terjadi proses pengolahan input yang
wajar dan muncullah vertigo. Selain itu, terjadi pula respons penyesuaian otot-otot yang
tidak adekuat, sehingga muncul gerakan abnormal mata ( nistagmus), unsteadiness/
ataksia sewaktu berdiri/ berjalan dan gejala lainnya. Sebab pasti mengapa terjadi gejala
tersebut belum diketahui (PERDOSSI, 2000) Dikutip dari buku Bunga Rampai Vertigo
(Sutarni,2018)
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang
dipersepsi oleh susunan saraf pusat. ( Akbar, M. 2013) Ada beberapa teori yang
berusaha menerangkan kejadian tersebut :
5
1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan
hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu, akibatnya akan
timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
2. Teori konflik sensorik.
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari
berbagai reseptor sensorik perifer yaitu mata/visus, vestibulum dan proprioceptif,
atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik yang berasal dari sisi kiri dan
kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di sentral
sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata),
ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang,
berputar (berasal dari sensasi kortikal). Berbeda dengan teori rangsang berlebihan,
teori ini lebih menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab.
3. Teori neural mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik, menurut teori ini
otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu, sehingga jika pada
suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola 3 gerakan yang
telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika pola gerakan yang
baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga
berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.
4. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha
adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim simpatis terlalu
dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan.
5. Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori
serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter
tertentu dalam pengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala
vertigo.
6. Teori Sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjai peranan
neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses
6
adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan 4 stres yang
akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor), peningkatan kadar CRF
selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya
mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf
parasimpatik. Teori ini dapat meneangkan gejala penyerta yang sering timbul
berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang
berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa

7
Pathway Vertigo
Gangguan Telinga tjd gangguan nervus vestibularis neuroma akustik

Vertigo

Otot Leher Otak Kecil Gangguan Sistem Telinga Kurang Pengetahuan


Syaraf Pusat
Tertekan/ Tjd Ggn Gangguan pada
Kaku Keseimbangan Nyeri tekanan dalam
Cemas

Resiko Cidera Telinga/ Endolimfe

Gangguan Pendengaran

Mual muntah

Gangguan Pola
Tidur Gangguan Nutrisi

Menurut Sutarni 2018 dalam buku Bunga Rampai Vertigo

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Menurut PERDOSSI 2012 dalam buku Bunga Rampai Vertigo Pemeriksan
penunjang pada vertigo antara lain: Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui
laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan diagnostik yang penting untuk dilakukan
pada klien dengan kasus vertigo antara lain:

8
1. Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan mata ( Gerakan Bola mata / Nistagmus)
b) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh (Untuk mengetahui keseimbangan tubuh
pasien)

a. Uji Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua
mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30
detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya
(misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan
vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi
garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap
tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik
pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.
b. Uji Tandem gait.
Penderita berjalan dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari
kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler, 7 perjalanannya akan
menyimpang dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.
c) Pemeriksaan neurologik
• Kesadaran
• Nn. Craniales
• Motorik
• Sensorik
• Cerebellum
d) Pemeriksaan otologik
Untuk mengetahui Fungsi Vestibuler
a. Uji Dix Hallpike
Perhatikan adanya nistagmus, lakukan uji ini ke kanan dan kiri. 9 Dari
posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke belakang dengan
cepat, sehingga kepalanya menggantung 45° di bawah garis horizontal,
kemudian kepalanya dimiringkan 45° ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat
timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan
9
apakah lesinya perifer atau sentral. 10 Perifer, vertigo dan nistagmus timbul
setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan
berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue).
Sentral, tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo berlangsung lebih dari 1
menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).
e) Pemeriksaan fisik umum ( Head To Toe)
2. Pemeriksaan khusus
Menurut Akbar 2013 pemeriksaan khusus untuk menunjang vertigo
a) ENG
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk
merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut
dapat dianalisis secara kuantitatif.
b) Audiometri dan BAEP
untuk mengetahui fungsi pendengaran berguna dengan baik baik atau tidak.
Sedangkan Audiometri atau BERA bertujuan untuk membantu menentukan letak
lesi
c) Psikiatrik
Untuk mengetahui apakah pasien mengalai ansietas, trauma atau phobia.
3. Pemeriksaan tambahan
a) Radiologik dan Imaging
Foto rontgen pada tengkorak, leher untuk mengetahui kelainan pada kepala
dan leher (pada neurinoma akustik). Serta untuk mengetahui adanya perdarahan
pada pada cerebelum, serta adanya multiple sclerosis.

b) EEG, EMG
Untuk mengetahui neurofisiologi pasien.

2.7 Penatalaksanaan
Menurut Sutarni 2018 dalam buku Bunga Rampai Vertigo Penatalaksanaan Vertigo
dapat dilakukan:

10
1. Penatalaksanaan Medis
Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari :
a) Terapi kausal
b) Terapi simtomatik
c) Terapi rehabilitatif
Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti :
a. Anti kolinergik
1) Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
2) Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
b. Simpatomimetika
1) Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
c. Menghambat aktivitas nukleus vestibuler
1) Golongan antihistamin
Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah :
 Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam
 Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Yulianto, 2016 Penatalaksaan keperawatan pada pasien vertigo
dijelaskan sebagai berikut :
1) Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring
diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
2) Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan
subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya
neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir
pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau jari
yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring dengan kedua
mata ditutup.
3) Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya
vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai
fiksasi visual yang kuat.

11
4) Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah
dehidrasi.
5) Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut
yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua.
Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi
penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien
bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya
adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa kemampuan
otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.
6) Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan
ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan
vestibular akut.

12
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan Sesuai Teori


1. Pengkajian Data Keperawatan
a. Identitas klien
1. Nama
2. Usia : biasanya pada usia 40-50 tahun
3. Alamat
4. Jenis kelamin : wanita lebih sering mengalami vertigo 2x daripada laki-laki.
5. Agama
6. Status
b. Anamnesis
1. Kaji keluhan utama pasien saat itu: merasa kepala berputar-putar
2. Kaji riwayat penyakit saat ini : Pasien mengatakan saat bangun tidur kepala
langsung terasa nyeri serta berputar 7 keliling sehingga tidak mampu bangun
dari tidur kemudian anaknya mengantarkan ke pelayanan kesehatan terdekat
3. Kaji riwayat penyakit dahulu: Pasien mengatakan memiliki penyakit
hipertensi dan jika mengalami masalah menyebabkan tekanan darahnya naik
turun tidak stabil, ansietas, fobia terhadap ketinggian
4. Riwayat kesehatan keluarga : Keluarga pasien ibunya dulu juga menderita
hipertensi dan penyakit jantung koroner
5. Riwayat psikososial
Pasien mengatakan setiap kali memeiliki masalah dalam kehidupan tekanan
darahnya bisa naik dan turun.
c. Pola Sehari-hari
a) Aktivitas / Istirahat
Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan
membaca, insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit
kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena
perubahan cuaca.

13
b) Sirkulasi
Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah
tampak kemerahan
c) Integritas Ego
Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan
ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran,
ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala, mekanisme refresif/dekensif
(sakit kepala kronik)
d) Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju,
alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG
(pada migrain), mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan
e) Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala
yang baru terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan
visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia,
kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan pada pola
bicara/pola pikir, mudah terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks
tendon dalam, papiledema.
f) Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain,
ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan,
pucat pada daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon
emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah
leher juga menegang, frigiditas vokal.
g) Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara
berjalan, parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada
gangguan sinus).
h) Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan
dengan penyakit.
14
i) Penyuluhan/ Pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan
alkohol/obat lain termasuk kafein, kontrasepsi oral/ hormone, menopause.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh :
1) Gait Test
2) Uji Romberg
2. Neurologik : Pemeriksaan nervus cranialis untuk mencari tanda paralisis
nervus, tuli sensorineural, Nistagmus.
3. Pemeriksaan otologik : Nistagmus adalah gerakah bola mata yang tidak
terkendali, biasanya terdapat pada penderita vertigo
1) Uji Dix Halpike Manueveur Untuk mengetahui adanya Nistagmus atau
tidak.
Hasil Dix Halpike Biasanya:
 Nistagmus muncul 5 - 20 s setelah maneuver dilakukan (ada periode
laten), arah nistagmus vertical (upbeat) - torsional
 Terdapat gejala vertigo
 Nistagmus dan vertigo membaik setelah 60 s dari onset nistagmus
 Saat kembali duduk, nistagmus membaik.
 Bila dilakukan berulang, gejala akan berkurang (fatigable)
 Cresendo-decresendo
4. Pemeriksaan fisik umum ( Head To Toe)
a. Keadaan umum : compos mentis cooperative
GCS : M = 6, V= 5, E = 4, = 15
b. Pemeriksaan TTV :
TD: 130/80 mmhg Pernafasan: 20x/ menit
Nadi: 90 x/menit Suhu : 36,30C
c. Pemeriksaan head to toe:
 Integument : kulit bersih tidak ada lesi, tidak ada memar, turgor
kulit baik, berkeringat dingin.

15
 Kepala : simetris kiri dan kanan, tidak ada pembengkakkan,
tidak ada lesi dikulit kepala, rambut hitam, sedikit ikal
dan kering.
 Mata : konjungtiva anemis, skelara anikterik, pupil isokor,
simetris kiri dan kanan.
 Hidung : simetris kiri dan kanan, tidak ada secret, tidak ada
polip, fungsi penciuman baik.
 Mulut : Membran mukosa pucat, bibir kering.
 Wajah : adanya muka memerah., tidak ada jejas.
 Telinga : simetris kiri dan kanan,tidak ada serumen, tidak ada
gangguan fungsi pendengaran
 Leher : tidak ada pembengkakkan, tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening.
 Dada : simetris kiri dan kanan,tidak ada nyeri tekan,payudara
simetris kiri dan kanan dan tidak ada gangguan,
fremitus kiri dan kanan, bunyi nafas vesikuler.
 Kardiovaskuler : iktus cardiac tidak Nampak,tidak ada suara tambahan
 Abdomen : tidak adanya jejas, tidak ada bekas operasi, bising
usus normal, tidak adanya nyeri tekan,tidak ada
pembesaran organ
 Genetalia : tidak terpasang kateter ,BAK lancer,BAB lancar
 Muskuloskeletal : tidak ada nyeri dan bengkak pada sendi, Adanya
keterbatasan bergerak karena perpindahan posisi dapat
menyebakan pusing pada pasien.
d. Pemeriksaan Penunjang
1. ENG
2. Audiometri dan BAEP
3. Psikiatrik

16
2. Diagnosa
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi.
2) Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan.
3) Intoleransi aktivitas b.d tirah baring.

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnose keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut b.d agens Setelah diberikan tindakan 1. identifikasi
pencerdaan fisiologis keperawatan selama 3x24 karakter nyeri
jam diharapkan sakit 2. indentifikasi
kepala klien berkurang riwayat alergi
dengan criteria hasil : obat
1) Skala nyeri turun 3. monitor TTV
2) Gelisah turun 4. ajarkan teknik
3) Kesulitan tidur non
turun farmakologi
4) Keluahan mual penanganan
turun nyeri
5) Mampu mengenali 5. mengontrol
nyeri lingkungan
6) Menyatakan yang
merasa nyaman menambah
setelah nyeri berat nyeri
berkurang
2. Intoleransi aktifitas b.d Setelah diberikan tindakan 1. identifikasi
tirah baring keperawatan selama 3x24 gangguan
jam diharapkan sakit fungsi tubuh
kepala klien berkurang yang kelelahan
dengan criteria hasil : 2. monitor
1) meningkatnya pemeriksaan
kekuatan tubuh fisik dan
atas emosional

17
2) meningkatnya 3. monitor pola
kekuatan tubuh dan jam tidur
bawah 4. monitor lokasi
3) tekanan darah dan ketidak
membaik nyamanan
4) menurunnya rasa selama
lemah melakukan
5) keluhan lelah turun aktivitas
3. Resiko jatuh b.d Setelah diberikan tindakan 1. identifikasi
gangguan keseimbangan keperawatan selama 3x24 factor resiko
jam diharapkan sakit jatuh klien
kepala klien berkurang 2. orientasikan
dengan criteria hasil : ruang pada
1) jatuh dari tempat pasien dan
tidur menurun keluarga
3. pastikan roda
tempat tidur
dalam keadaan
terkunci
4. atur tempat
tidur pada
posisi terendah

4. Implementasi
Implementasi merupakan suatu proses keperawatan yang dilakukan
setelah perencanaan keperawatan. Implementasi keperawatan adalah langkah
keempat dari proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk
membantu pasien yang bertujuan mencegah, mengurangi, dan menghilangkan
dampak ataupun respon yang dapat ditimbulkan oleh adanya masalah
keperawatan serta kesehatan terhadap komplementer. Implementasi keperawatan
membutuhkan fleksibilitas dankreativitas perawat (Debora, 2013).

18
5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap kelima atau proses keperawatan


terakhir yang berupaya untuk membandingkan tindakan yang sudah dilakukan
dengan kriteria hasil yang sudah ditentukan. Evaluasi keperawatan bertujuan
menentukan apakah seluruh proses keperawatan sudah berjalan dengan baik dan
tindakan berhasil dengan baik (Debora, 2013). Evaluasi yang diharapkan dapat
dicapai pada pasien vertigo dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah
dapat mengontrol terhadap adanya gejala, menyatakan rasa nyaman, tidak adanya
mual

19
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Vertigo dapat diartikan sebagai penyakit yang ditandai dengan kepala
terasa berputar dan biasanya disertai dengan pusing dan nyeri kepala yang
disebabkan karena terdapat gangguan pada alat keseimbangan tubuh pada
bagian telinga.
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien penderita vertigo antara
lain Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi, resiko jatuh b.d
Kerusakan keseimbangan, intoleransi aktivitas b.d tirah barin,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Ketidakmampuan
menelan makanan, Gangguan persepsi sensori b.d
Penanganan pada vertigo dapat dilakukan dengan valsafah anuver atau
dix halpike manuver.

4.2 Saran
Sebaiknya penatalaksanaan vertigo segera dilakukan jika dibiarkan dapat
mengganggu kegiatan sehari-hari. Dalam hal ini penulis masih memiliki
banyak kesalahan, maka kami mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca
demi perbaikan makalah ini.

20

Anda mungkin juga menyukai