VERTIGO
Pembimbing:
dr. Yuanita Mardastuti, Sp.S
Disusun Oleh
Aisyah Aulia Wahida
G4A015038
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh
Aisyah Aulia Wahida
G4A015038
Juni 2016
Mengetahui,
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
Keluhan pusing merupakan keluhan yang sering dirasakan oleh pasien dan
menyebabkan pasien datang ke klinik untuk meminta pertolongan. Keluhan pusing
atau dizziness ini dapat bermacam-macam, misal pusing berputar, atau perasaan
seperti melayang, dan lain-lain. Untuk itu perlu dipahami oleh para klinisi untuk
menentukan jenis dizziness untuk kemudian menentukan terapi yang akan dilakukan
(Wreksoatmodjo, 2004).
Vertigo merupakan salah satu jenis dari tipe dizziness. Pasien dapat merasakan
pusing berputar, atau benda di sekelilingnya yang terasa berputar. Pengetahuan
mengenai penyebab-penyebab vertigo perlu dikuasai karena ada vertigo dapat berupa
gejala dari suatu penyakit yang mungkin perlu diwaspadai. Untuk itu penegakkan
diagnosis mengenai kausa vertigo harus dapat dilakukan (Wreksoatmodjo, 2004).
BAB II
ISI
A. Definisi
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang memiliki arti memutar, hal
ini disebabkan karena pada penderita vertigo, mereka akan merasakan sensasi
seperti berputar. Vertigo termasuk dalam gangguan keseimbangan yang
dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyongan, atau rasa seperti melayang.
Vertigo merupakan suatu sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti
berputar, tanpa adanya sensasi perputaran yang sebenarnya, dapat berupa badan
penderita yang terasa berputar, maupun benda sekelilingnya yang terasa berputar
(Cummings et al., 2005).
Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang diterjemahkan sebagai
sensasi berputar. Subtipe dizziness itu antara lain vertigo, disekuilibrum,
lightheaded presyncop dan tipe lain. Sensasi berputar ini merupakan gejala kunci
yang menandakan adanya gangguan sistem vestibular dan kadang merupakan
gejala adanya kelainan labirin. Selain itu, tidak jarang vertigo ini merupakan suatu
gejala dari gangguan sistemik lain (misalnya akibat konsumsi obat tertentu,
hipotensi, penyakit endokrin, dan lain sebagainya) (Wreksoatmodjo, 2004).
Istilah yang sering dikaitkan dengan vertigo adalah Benign paroxysmal
positional vertigo (BPPV) yang merupakan salah satu jenis vertigo perifer. Kata
benign pada istilah ini dimaksudkan bahwa BPPV merupakan suatu bentuk
vertigo yang berhubungan dengan posisi ini tidak diakibatkan karena adanya
kelainan serius pada sistem saraf pusat. Istilah paroxysmal berhubungan dengan
onset yang tiba-tiba dari BPPV (Bhattacharyya et al., 2008).
B. Epidemiologi
Keluhan pusing atau dizziness ini sering menyebabkan seseorang datang
ke klinik untuk mendapatkan pertolongan. Di Amerika Serikat, keluhan utama
pusing dikeluhkan oleh hampir 5.6 juta orang per tahun. Dari keempat subtipe
dizziness, vertigo terjadi pada sekitar 32% kasus, dan semakin meningkat pada
orang dengan usia yang lebih tua. Di Amerika Serikat, 17% dari 42% kasus yang
Gejala
Onset
Kualitas
Intensitas
Munculnya
Vertigo
Durasi
Eksaserbasi
dengan
pergerakan kepala
Mual dan Muntah
Imbalance
Arah nistagmus
Aksis Nistagmus
Perifer
Mendadak
Berputar
Berat
Episodik
Detik, menit,jam atau hari
Sedang-berat
Sentral
Insidious
Disequilibrum
Ringan-Sedang
Konstan
Minggu atau lebih
ringan
Berat
Ringan
Satu arah
Horizontal atau rotatorik
Ringan
Sedang
bervariasi
Horizontal,
vertikal,
oblik, atau rotatorik
Fase
ireguler
atau
setimbang (equal)
Tidak ada
Jarang
Jarang
Sering
Tipe Nistagmus
Kadang-Kadang
Sering
Sering
Jarang
D. Patofisiologi
Adanya gangguan pada alat keseimbangan tubuh seperti organ-organ
vestibuler, visual, ataupun sistem propioseptif dapat menyebabkan gangguan
antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan
sistem saraf pusat. Organ untuk keseimbangan, yakni labirin terdiri dari 3 kanalis
semsirkularis yang berhubungan dengan rangsangan akselerasi angular, serta
utrikulus dan sakulus yang berkaitan dengan rangsangan gravitasi dan akselerasi
vertikal. Rangsangan akan berjalan melalui nervus vestibularis menuju nukleus
vestibularis di batang otak, lalu menuju fasikulus medialis (bagian kranial
muskulus okulomotorius), kemudian meninggalkan traktus vestibulospinalis
(rangsangan eksitasi terhadap otot-otot ekstensor kepala, ekstremitas, dan
punggung untuk mempertahankan posisi tegak tubuh. Serebelum sebagai pusat
integrasi antara respons okulovestibular dan postur tubuh akan menerima impuls
aferen ini (Wahyudi, 2012).
1. Anamnesis
Anamnesis yang teliti perlu dilakukan untuk membantu menentukan
diagnosis, apakah pasien mengeluh vertigo akibat gangguan vestibular atau
nonvertiginious dizziness yang disebabkan oleh gangguan nonvestibular. Pada
anamnesis perlu ditanyakan apa bentuk dari vertigonya, apakah melayang,
goyang, berputar, dan lain sebagainya. Selain itu perlu ditanyakan juga hal
yang dapat memprovokasi terjadinya vertigo apakah adanya perubahan posisi
kepala dan tubuh, kelelahan, atau ketegangan, misalnya faktor stress
(Wreksoatmodjo, 2004).
Pada anamnesis perlu diketahui keluhan utama pasien, riwayat
penyakit, riwayat penggunaan obat-obatan tertentu, riwayat penyakit yang
sama pada keluarga, dan riwayat gaya hidup pasien (Abes et al., 2014).
Riwayat penyakit stroke juga dapat menimbulkan vertigo, hampir 50% pasien
dengan stroke mengalami vertigo, dan problem keseimbangan (Kerber, 2009).
Penggunaan
obat-obatan
juga
perlu
diketahui,
obat-obatan
seperti
Berputar
Perjalanan Penyakit
Gejala Berkaitan
Mual,
muntah,
pucat, Parestesi, palpitasi, nyeri kepala,
berkeringat,
hilangnya sinkop
pendengaran, tinitus
Faktor Predisposisi
Anomali Telinga dalam Sinkop
akibat
penyakit
kongenital,
ototoksin, kardiovaskular,
penyakit
operasi telinga
psikiatrik
Faktor Presipitasi
Perubahan posisi kepala Perubahan posisi tubuh, stress,
atau tubuh, infeksi atau ketakutan, ansietas, hiperventilasi
trauma telinga
Gejala klinis yang mungkin perlu ditanyakan pada pasien vertigo
adalah mengenai jenis vertigonya apakah vertigo yang sebenarnya atau psuing
tipe lain. Ada 4 sub tipe dizziness, yang dapat dimengerti melalui tabel
berikut ini:
Tabel 1.3 Perbedaan subtipe dizziness (Cohen et al., 2008)
Vertigo
Presyncopal
Disekuilibrum
Lightheadedn
ess
Gejal Penderita
Kepala terasa Sering
pada
a
merasa
diri seperti
usia
lanjut,
berputar
melayang
hilangnya
terhadap
keseimbangan
lingkungan
tubuh
sekitar,
atau
sebaliknya
Etiol Adanya
Adanya
Seringkali
ogi
ketidakseimban penurunan
pada
pasien
gan sinyal pada perfusi
ke degan penyakit
apparatus
serebral
Parkinson atau
vestibular
penyakit otak
Lain-lain
Sulit
mendeskripsik
an
rasa
pusing, sering
disertai rasa
cemas
Adanya stres
psikologi
penurunan
sedangkan
directional
preponderance
menunjukkan
lesi
sentral
(Wreksoatmodjo, 2004).
c. Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan
untuk merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus
tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif (Wreksoatmodjo, 2004).
Pemeriksaan fungsi pendengaran juga dapat dilakukan untuk menilai
apakah ada penurunan fungsi. Pemeriksaan ini antara lain dapat menggunakan
uji garpu tala, dan audiometri (Wreksoatmodjo, 2004).
3. Pemeriksaan Penunjang (Wreksoatmodjo, 2004)
a. Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan pemeriksaan lain
sesuai indikasi.
b. Foto Rontgen tengkorak, leher, Stenvers (pada neurinoma akustik).
c. Neurofisiologi Elektroensefalografi (EEG), Elektromiografi (EMG),
Brainstem Auditory Evoked Potential (BAEP).
d. Pencitraan CT-scan, arteriografi, magnetic resonance imaging (MRI).
F. Terapi
Penatalaksanaan vertigo bergantung pada lama keluhan dan
ketidaknyamanan akibat gejala yang timbul serta patologi yang mendasarinya.
Pada vertigo, beberapa tindakan spesifik dapat dianjurkan untuk mengurangi
keluhan vertigo. Pada BPPV modalitas primer untuk mereposisi partikel dapat
dilakukan manuver Epley particle repositioning maneuver (Abes et al., 2014).
Gambar 1.4 Manuver desensitisasi reseptor semisirkularis metode BrandDarrof (Wreksoatmodjo, 2004)
Pasien duduk tegak di tepi tempat tidur dengan tungkai tergantung; lalu
tutup kedua mata dan berbaring dengan cepat ke salah satu sisi tubuh, tahan
selama 30 detik, kemudian duduk tegak kembali. Setelah 30 detik baringkan
tubuh dengan cara yang sama ke sisi lain, tahan selama 30 detik, kemudian duduk
tegak kembali. Latihan ini dilakukan berulang (lima kali berturut-turut) pada pagi
dan petang hari sampai tidak timbul vertigo lagi. Latihan lain yang dapat dicoba
ialah latihan visual-vestibular; berupa gerakan mata melirik ke atas, bawah, kiri
dan kanan mengikuti gerak obyek yang makin lama makin cepat; kemudian
diikuti dengan gerakan fleksiekstensi kepala (Wreksoatmodjo, 2004).
Penatalaksanaan medikamentosa yang digunakan tujuannya adalah untuk
memperbaiki ketidakseimbangan vestibuler melalui modulasi transmisi saraf,
umumnya digunakan obat yang bersifat antikolinergik (Wreksoatmodjo, 2004).
Obat ini bekerja sebagai supresan vestibuler melalui reseptor muskarinik.
Pemberian antikolinergik per oral memberikan efek rata-rata 4 jam, sedangkan
gejala efek samping yang timbul terutama berupa gejala-gejala penghambatan
reseptor muskarinik sentral, seperti gangguan memori dan kebingungan (terutama
pada populasi lanjut usia), ataupun gejala-gejala penghambatan muskarinik
perifer, seperti gangguan visual, mulut kering, konstipasi, dan gangguan berkemih
(Wahyudi, 2012).
kombinasi
Betahistin
dan
latihan
Brand-Daroff
memberikan
kesembuhan yang lebih cepat dibandingkan terapi salah satu dari terapi tersebut
(Cavaliere et al., 2005). Manuver Epley saja ataupun dikombinasikan dengan
betahistin juga memberikan efek yang sama efektifnya (Guneri & Kustutan,
2011).
Penyakit Meniere sebagai salah satu penyakit dengan gejala vertigo
dianggap disebabkan oleh pelebaran dan ruptur periodik kompartemen
endolimfatik di telinga dalam; selain vertigo, biasanya disertai juga dengan tinitus
dan gangguan pendengaran. Belum ada pengobatan yang terbukti efektif; terapi
profilaktik juga belum memuaskan; tetapi 60-80 % akan remisi spontan
(Wreksoatmodjo, 2004). Dapat dicoba penggunaan vasodilator, diuretik ringan
bersama diet rendah garam; kadang-kadang dilakukan tindakan operatif berupa
dekompresi ruangan endolimfatik dan pemotongan n.vestibularis. Pada kasus
berat atau jika sudah tuli berat, dapat dilakukan labirintektomi atau merusak saraf
dengan
instilasi
aminoglikosid
ke
telinga
antara
dalam
lain
(ototoksik
dapat
dicoba
lokal)
dengan
1. Vertigo merupakan suatu sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti
berputar, tanpa adanya sensasi perputaran yang sebenarnya, dapat berupa
badan penderita yang terasa berputar, maupun benda sekelilingnya yang terasa
berputar.
2. Vertigo disebabkan oleh adanya gangguan pada alat keseimbangan tubuh
seperti organ-organ vestibuler, visual, ataupun sistem propioseptif dapat
menyebabkan gangguan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang
dipersepsi oleh susunan sistem saraf pusat.
3. Berdasarkan penyebabnya vertigo dibagi menjadi dua jenis, yakni vertigo
perifer dan vertigo sentral
4. Penegakkan diagnosis dapat dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik (umum, khusus, otoneurologi), dan pemeriksaan penunjang
5. Terapi vertigo didasarkan pada kausanya, jika vertigo yang dialami
merupakan BPPV, maka terapi yang menjadi modalitas utama adalah terapi
manuver reposisi kanalit (contoh: Manuver Epley)
DAFTAR PUSTAKA
Abes, G. T., Magiba-Caro, R., & Chiong, C. M. 2014. Clinical Practice Guidelines
Vertigo in Adults - 2 nd Edition. Phillipine Journal of Otolarungology Head
and Neck Surgery, 1-15.
Bhattacharyya, N., Baugh, R. F., & Orvidas, L. 2008. Clinical practice guideline:
Benign paroxysmal positional vertigo. OtolaryngologyHead and Neck
Surgery, S47-S81.
Cavaliere, M., Mottola, G., & Iemma, M. 2005. Benign paroxysmal vertigo: a study
of two maneuvers with and without betahistine. Acta Otorhinolaryngol Ital,
25: 107-112.
Cohen, J., Fadul, C., Jenkyn, L., & Ward, T. 2008. Evaluation of the Dizzy Patient. In
A. Reeves, & R. Swenson, Disorders of The Nervous System. Dartmouth
Medical School.
Cummings, C., Flit, P., Haughey, B., Robbins, K., JR., T., & Harker, L. 2005.
Otolaryngology: Head and Neck Surgery. Mosby, Inc.
Guneri, E., & Kustutan, O. 2011. The Effects of Betahistine in Addition to Epley
maneuver in Posterior Canal Benign Paroxysmal Positional Vertigo.
Otolaryngol Head Neck Surg.
Hamid, A., Jannis, J., Bustami, M., Musridharta, E., & Prasetyo, E. 2012. Advanced
Neurology Life Support. Jakarta: Pokdi Neuro Intensif PERDOSSI.
Kentala, E., & Rauch, S. 2003. A practical assessment algorithm for diagnosis of
dizziness. Otolaryngol Head Neck Surg, 128: 54-59.
Kerber, K. 2009. Vertigo and Dizziness in the Emergency Department. . Emerg Med
Clin North Am. , 27 (1):39-viii.
Ruckenstein, M. 2001. Therapeutic efficacy of the Epley canalith repositioning
maneuver. Laryngoscope , 111:940-945.
Wahyudi, K. T. 2012. Vertigo. CDK-198, 738-741.
Wreksoatmodjo, B. R. 2004. Vertigo: Aspek Neurologi. Cermin Dunia Kedokteran,
41-46.