Latumeten
(VERTIGO)
A. PENGERTIAN VERTIGO
Vertigo adalah ilusi gerakan, yaitu pasien merasa bahwa ia sedang berputar
dialamraya (vertigo subyektif) atau bahwa sekelilingnya berputar disekitar dirinya
( vertigo objektif). Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya
memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat
gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala
pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatic
(nistagmus, unstable), otonomik (pucat, Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu
bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau
organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan
tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem
vestibular, system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk
memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system
tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau
melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan
yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau
rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita
saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada
bolamata (Lumban Tobing, 2015). dingin,mual, muntah) dan pusing.
Vertigo juga dapat terjadi pada berbagai kondisi, termasuk kelainan batang otak yang
serius, misalnya skelerosis multiple, infark, dan tumor. (Muttaqin, Arif. 2013)
B. ETIOLOGI
1. Lesi vestibular :
o Fisiologik
o Labirinitis
o Meniere
o Obat ; misalnya quinine, salisilat.
o Otitis media
o “Motion sickness”
o “Benign post-traumatic positional vertigo”
2. Lesi saraf vestibularis
o Neuroma akustik
o Obat ; misalnya streptomycin
o Neuronitis
o vestibular
3. Lesi batang otak, serebelum atau lobus temporal
o Infark atau perdarahan pons
o Insufisiensi vertebro-basilar
o Migraine arteri basilaris
o Sklerosi diseminata
o Tumor
o Siringobulbia
o Epilepsy lobus temporal
Akper Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten
Menurut (http://www.kalbefarma.com)
C. PATOFISIOLOGI
1. Anatomi vetigo
Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindrom vertigo:
a. Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses transduksi yaitu
mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia:
Reseptor mekanis divestibulum
Resptor cahaya diretina
Resptor mekanis dikulit, otot dan persendian (propioseptik)
b. Saraf aferen, berperan dalam transmisi menghantarkan impuls ke pusat
keseimbangan di otak:
Saraf vestibularis
Saraf optikus
Saraf spinovestibulosrebelaris.
c. Pusat-pusat keseimbangan, berperan dalam proses modulasi, komparasi,
integrasi/koordinasi dan persepsi: inti vestibularis, serebelum, kortex serebri, hypotalamusi,
inti akulomotorius, formarsio retikularis.
2. Patofisiologi
diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih
lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh
dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya
terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral
dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau
berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala
vertigo dan gejala otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat
sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia
saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.
Pathway vertigo
Akper Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten
D. KLASIFIKASI VERTIGO
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok :
1. Vertigo paroksismal Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung
beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan
tersebut dapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan.
Vertigo jenis ini dibedakan menjadi :
1) Yang disertai keluhan telinga : Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere,
Arakhnoiditis pontoserebelaris,Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa cranii
posterior, kelainan gigi/odontogen.
2) Yang tanpa disertai keluhan telinga; termasuk di sini adalah : Serangan iskemisepintas
arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigo de
L'enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).
3) Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi, termasuk di sini adalah :Vertigo
posisional paroksismal laten, Vertigo posisional paroksismal benigna. 2. Vertigo
kronisYaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa (Cermin Dunia
KedokteranNo. 144, 2013: 47) serangan akut, dibedakan menjadi:
1) Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis Tb, labirintitis kronis,
Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin.
2) Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom pascakomosio,
pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainan okuler,intoksikasi obat,
kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan endokrin.
3) Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis.
4) Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur mengurang,
dibedakan menjadi :
1) Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirintitis
akuta,perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada auditiva
interna/arteriavestibulokoklearis.
Akper Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere
mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus.
Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan munculnya penyakit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan dalam
berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem yaitu berjalan dengan telapak
kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki lainnya dan
membentuk garis lurus kedepan.
Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa terdapat
penurunan fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari penyakit meniere ialah
terdapat kelompok serangan vertigo yang diselingi oleh masa remisi. Terdapat
kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti tidak kambuh lagi pada sebagian
terbesar penderitanya dan meninggalkan cacat pendengaran berupa tuli dan timitus dan
sewaktu penderita mengalami disekuilibrium (gangguan keseimbangan) namun bukan
vertigo. Penderita sifilis stadium 2 atau 3 awal mungkin mengalami gejala yang serupa
dengan penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana sifilis pada setiap
penderi penyakit meniere.
c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai pada penyakit ini
mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang menyertainya ialah mendadak. Gejala ini
berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Sering penderita merasa lebih lega
namun tidak bebas sama sekali dari gejala bila ia berbaring diam.
Pada Neuronitis vestibular fungsi pendengaran tidak terganggu kemungkinannya
disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik dijumpai nistagmus yang menjadi lebih
basar amplitudonya. Jika pandangan digerakkan menjauhi telinga yang terkena penyakit
ini akan mereda secara gradual dalam waktu beberapa hari atau minggu.
Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan penyembuhan total pada beberapa
penyakit namun pada sebagian besar penderita didapatkan gangguan vertibular berbagai
tingkatan. Kadang terdapat pula vertigo posisional benigna. Pada penderita dengan
serangan vertigo mendadak harus ditelusuri kemungkinan stroke serebelar. Nistagmus
yang bersifat sentral tidak berkurang jika dilakukan viksasi visual yaitu mata memandang
satu benda yang tidak bergerak dan nigtamus dapat berubah arah bila arah pandangan
Akper Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten
berubah. Pada nistagmus perifer, nigtagmus akan berkurang bila kita menfiksasi
pandangan kita suatu benda contoh penyebab vetigo oleh gangguan system vestibular
perifer yaitu mabok kendaraan, penyakit meniere, vertigo pasca trauma.
F. MANIFESTASI KLINIS
Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reaksi dan
lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat
dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan
kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan
selaput tipis.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fisik :
a. Pemeriksaan mata
b. Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c. Pemeriksaan neurologik
d. Pemeriksaan otologik
e. Pemeriksaan fisik umum.
2. Pemeriksaan khusus :
a. ENG (elektronistagmografi)
b. Audiometri dan BAEP
c. Psikiatrik
3. Pemeriksaan tambahan :
a. Laboratorium
b. Radiologik dan Imaging
c. EEG, EMG, dan EKG.
Akper Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi kausal.
2. Terapi simtomatik.
3. Terapi rehabilitatif.
I. PENCEGAHAN
1. Melatih posisi duduk. Dalam posisi duduk, pegang sebuah benda sejajar
dengan mata, lalu meliriklah ke kanan dan ke kiri. Masih dengan memegang
benda sejajar dengan mata, coba untuk menoleh ke kanan dan ke kiri.
Lakukanlah latihan ini secara berulang-ulang.
2. Melatih posisi berdiri. Dengan posisi berdiri, cobalah untuk mengayunkan
badan ke depan dan ke belakang. Jika belum stabil, bisa juga memanfaatkan
tembok untuk sedikit menopang tubuh . Lakukanlah cara ini secara rutin
setiap hari.
3. Latihan duduk dengan balance ball. Dengan menggunakan bola
keseimbangan yang biasa digunakan pada senam pilates, cobalah untuk
duduk di atasnya. Secara perlahan, angkat kaki tak menyentuh tanah
sehingga tampak seperti dalam posisi duduk melayang. lakukan latihan ini
secara rutin setiap pagi.
4. Latihan berdiri dan berjalan dengan trampolin. Berdirilah di atas
trampolin, dan ayun tubuh ke depan dan ke belakang. Jika ingin berjalan,
maka lakukan gerakan tersebut dengan tatapan menghadap ke depan. Lalu
Akper Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten
A. Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
o Letih, lemah, malaise
o Keterbatasan gerak
o Ketegangan mata, kesulitan membaca
o Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
o Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau
karena perubahan cuaca.
2. Sirkulasi
o Riwayat hipertensi
o Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
o Pucat, wajah tampak kemerahan.
3. Integritas Ego
o Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
o Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
o Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
o Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
4. Makanan dan cairan
o Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju,
alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG
(pada migrain).
o Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
o Penurunan berat badan
Akper Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten
5. Neurosensoris
o Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
o Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
o Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
o Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
o Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
o Perubahan pada pola bicara/pola pikir
o Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
o Penurunan refleks tendon dalam
o Papiledema.
6. Nyeri/ kenyamanan
o Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain,
ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
o Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
o Fokus menyempit
o Fokus pada diri sendiri
o Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
o Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
7. Keamanan
o Riwayat alergi atau reaksi alergi
o Demam (sakit kepala)
o Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
o Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
8. Interaksi sosial
o Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan
dengan penyakit.
9. Penyuluhan / pembelajaran
o Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
o Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi oral/hormone,
menopause.
Akper Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten
B. Diagnosa Keperawatan
Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf,
vasospressor, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang
dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
C. Intervensi
Diagnosa Keperawatan
NOC NIC
pain level lakukan pengkajian nyeri secara
Akper Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten
tidur prosedur
Akper Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten
Intervensi rasional
C. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Carpenito, 1999:28)
Tujuan Pemulangan pada vertigo adalah :
DAFTAR PUSTAKA
No RM : 05XXXX
Diagnosa Medis :VERTIGO
1. Identitas
Nama : Tn.S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 62 Tahun
Agama : Kristen protestan
Status : Menikah
Alamat : Asrama TNI 733 Waiheru
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tukang Bangunan
Akper Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten
Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien belum pernah mengalami penyakit yang sama.
Riwayat Kesehatan Keluarga : Dalam keluarga pasien, Tidak ada yang memiliki
riwayat penyakit yang sama.
Riwayat alergi : Pasien tidak ada riwayat alergi obat dan makanan.
Genogram 3 Generasi
62
KETERANGAN :
= Laki - Laki
= Perempuan
Akper Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten
= Garis Keturunan
= Pasien
= Meninggal Dunia
= 0,9 x 70
= 63 kg
5. B1 Pernafasan (Breath)
Bentuk Dada : Simetris
Pergerakan : Simetris kiri kanan
Otot bantu nafas tambahan : Tidak ada
Irama nafas : Reguler
Pola nafas : Normal
Suara nafas : Vesikular
Suara nafas tambahan : Tidak Ada
Sesak nafas : Tidak Ada
Batuk : Tidak Ada
Sputum : Tidak Ada
Sianosis : Tidak ada
Kemampuan akativitas : Pasif
6. B2 Kardiovaskuler (Blood)
Ictus cordis : Tidak Nampak
Nyeri dada : Tidak Ada
Bunyi jantung : S1S2 Tunggal Regular (Lub,dub,lub,dub)
7. B3 Persarafan (Brain)
GCS
Akper Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten
Eye :4
Verbal :5
Motorik :6
Total : 15 (Compomentis)
Refleks Fisiologis
Biceps : kurang
Triceps : Baik
Patella : Tidak Dikaji
Refleks Patologis
Kaku Kuduk : Tidak Ada
Bruzinski I : Tidak Dikaji
Bruzinski II : Tidak dikaji
Kernig : Tidak dikaji
Nervus Kranial
NI Olfaktori : Penciuman Baik
NII Optikus : Penglihatan Kabur
NIII Okulomotorius : kontriks, Pupil Baik
NIV Trochlearis : Pergerakan Mata Baik
NV Trigeminus : Pergerakan rahang baik, reflexs mengedip baik
NVI Abdusen : Pergerakan Mata Baik
NVII Fasialis : Pergerakan Otot Ekspresi Wajah Baik
NVIII Vestibulocochlearis : Pendengaran Mendengung
NIX Glosofaringeus : Refleks Menelan Baik
NX Vagus : Refleks Menelan Baik
NXI Asesoris : Pergerakan Kepala dan Bahu Terganggu
NXII Hipoglosus : Pergerakan Lidah Baik
Paralisis : Ada
Penciuman : Baik
Bentuk Hidung
Septum : Tidak Ada Kelainan
Polip : Tidak Ada
Akper Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten
Pendengaran
Telinga : Simetris
Kebersihan : Bersih
Gangguan : Telinga Mendengung
Lidah
Kebersihan : Baik
Palatum : Bersih
Afasia : Tidak Ada
8. B4 Perkemihan (Blader)
Kebersihan : Baik
Ekskresi : Baik
Kandung Kemih : Tidak dikaji
Nyeri Tekan : Tidak Ada
Eliminasi Uri Smrs Frek : 4-5x/Hari Jumlah: 1200cc Warna: Kuning
Eliminasi Uri Mrs Frek : 3x/Hari Jumlah: 700 Cc Warna: Kuning
9. B5 Pencernaan (Bowel)
Mulut : Bersih
Membra Mukosa : Lembab
Gigi/ Gigi Palsu : Bersih
Diit (Makan&Minum) Smrs : Tidak Ada Diit Khusus
Akper Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten
Kekuatan Otot : 3 3
Akper Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten
3 3
11. Endokrin
Pembesaran KGB : Tidak Ada
Hiperglikemia : Tidak Ada
Hipoglikemia : Tidak Ada
DM : Tidak Ada
Keterangan
Skor 1: Mandiri
2: Alat bantu
3: Dibantu orang lain dan alat
4: Tergantung/ tdk mampu
14. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Tgl pemeriksaan : 22-November-2019
Terapi : ya
Tgl : 22/11/2019
DO: - KU Lemah
- Wajah Tampak Meringis
- Skala Nyeri 5
-TTV TD: 160/100
N : 82x/mnt
S : 37oc
RR: 22x/mnt
-Pendengaran Mendengung
( N.VIII )
Akper Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten
C. Intervensi Keperawatan
32
Akper Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten
kelemahan Fisik
setelah dilakukan 1. Bantu Klien untuk
DS: pasien mengatakan tindakan mengidentifikasi
- Pusing berputar keperawatan selama aktivitas yang mampu
- Lemas saat 1 x 24 jam dilakukan
beraktivitas diharapkan masalah
DO: intoleransi aktivitas 2. Membantu Klien
- KU Lemah dapat teratasi Mengidentifikasikan
- Aktivitas sebagian dengan criteria Aktivitas Yang Disukai
dibantu perawat dan hasil :
keluarga 1. KU Membaik 3. Bantu Pasien Atau
-TTV : - TD: 160/100 2. Mampu Keluarga Untuk
mmHg malakukan aktivitas Mengidentivikasi
-N : 82 x/mnt sehari hari secara Kekurangan Dalam
-S : 37oc mandiri Beraktivitas
-RR: 22x/mnt 3. Tanda tanda vital
normal 4. Monitor Respon Fisik
4. Tidak Pusing
33
Akper Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
34
Akper Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten
5.kolaborasoi dalam
pemberian analgesik
35
Akper Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten
Catatan Perkembangan
36
Akper Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten
nyamanan
Hasil :
Ekspresi wajah tampak
meringis
3. Mengajarkan tentang
08.05 wit teknik nonfarmakologi
Hasil :
Pasien diajarkan kompres
dingin pada dahi dan
relaksasi nafas dalam
08.07 wit sakit kepala pasien sedikit
berkurang
08.10 wit
4. Meningkatkan istirahat
Hasil :
Istirahat pasien meningkat
37
Akper Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten
38
Akper Rumkit TK III Dr. J. A. Latumeten
39