Disusun oleh :
Preseptor :
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang atas limpahan rahmat dan anugerah dari-Nya
sehingga penulis dapat meyelesaikan case report session yang berjudul “Vertigo
Vestibuler Tipe Perifer” ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Reno Sari Caniago, Sp.S,
M.Biomed yang telah memberikan bimbingan serta arahan, sehingga case ini
dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak
kemampuan serta pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat
menghargai kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga
tugas ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
terutama dibidang ilmu kedokteran dan kesehatan dan juga bagi penulis sendiri.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Tujuan.................................................................................................................2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................3
2.1 Definisi.................................................................................................................3
2.2 Anatomi................................................................................................................3
2.3 Epidemiologi.......................................................................................................10
2.4 Klasifikasi............................................................................................................10
2.5 Etiologi...............................................................................................................13
2.6 Patofisiologi........................................................................................................15
2.7 Manifestasi Klinis.................................................................................................17
2.8 Diagnosis ...........................................................................................................19
2.9 penatalaksanaan................................................................................................24
2.10 Prognosis..........................................................................................................26
BAB III : LAPORAN KASUS............................................................................1
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................19
i
BAB I
PENDAHULUAN
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau gerakan dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang disebabkan oleh gangguan alat
vertigo bukan suatu gejala pusing berputar saja, tetapi merupakan suatu kumpulan
gejala atau satu sindrom yang terdiri dari gejala somatic (nistagmus, untoble),
otonomik (pucat, peluh dingin, mual dan muntah dizziness lebih mencerminkan
keluhan rasa gerakan yang umum tidak spesifik, rasa goyah, kepala ringan dan
Vertigo sering terjadi pada umur 18-79 tahun, dengan prevalensi global
sebesar 7,4% serta kejadian pertahunnya mencapai 1,4%. Prevalensi vertigo pada
tahun 2019 di Jerman, berusia 18 tahun hingga 79 tahun adalah 30%, 24%
di Amerika karena disfungsi vestibular adalah sekitar 35% populasi dengan umur
gangguan vertigo perifer dan 25% mengalami vertigo sentral. Umumnya vertigo
ditemukan sebesar 15% dari keseluruhan populasi dan hanya 4-7% yang
diperiksakan ke dokter.2
1
Di Indonesia berdasarkan hasil penelitian Rendra dan Pinzon pada tahun 2018,
penyakit vertigo berdasarkan usia yang paling banyak pada rentang usia 41-50
tahun (38,7%) dan 51-60 tahun (19,3%). Dari penelitian tersebut juga diketahui
vertigo di Indonesia pada tahun 2013 sangat tinggi sekitar 50% dari orang tua
yang berumur 75 tahun, pada tahun 2015, 50% dari usia 40-50 tahun dan juga
merupakan keluhan nomor tiga paling sering dikemukakan oleh penderita yang
datang.2
M. Natsir Solok.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Vertigo berasal dari bahasa latin, vertere, yang artinya memutar. Vertigo
merupakan perasaan atau ilusi ketika seseorang merasa tubuhnya bergerak (berputar)
karena penyakit pada telinga bagian dalam atau karena gangguan pusat vestibular
atau sindrom yang terjadi akibat gangguan keseimbangan pada sistem vestibular
ataupun gangguan pada sistem saraf pusat. Selain itu, vertigo dapat pula terjadi
akibat gangguan pada alat keseimbangan tubuh yang terdiri dari reseptor pada visual
sensibilitas dalam).1
memiliki tiga bagian yaitu telinga luar (auris externa), telinga tengah (auris media)
3
Gambar 2.1 Anatomi Telinga
Auris externa terdiri dari dua bagian. Bagian yang berproyeksi dari sisi regio
capitis adalah auricula (pinna) dan saluran yang mengarah ke dalam adalah meatus
acusticus externus. Auricula berada di sisi regio capitis dan membantu menangkap
suara. Meatus acusticus externus terbentang dari bagian terdalam concha auriculae
sampai membrana tympani (gendang telinga). Berjarak kurang kebih 1 inci (2.5
cm).3
4
Gambar 2.2 Anatomi telinga luar
dinding lateral auris interna di medial. Struktur ini terdiri dari dua bagian yaitu
cavitas auris media menuju auris interna. Getaran ini dapat mencapai auris interna
melalui tiga tulang yang saling berhubungan namun dapat bergerak, yang
dengan malleus melalui sendi synovialis) dan stapes (berhubungan dengan incus
melalui sendi synovialls, dan melekat pada dinding lateral auris interna pada
fenestra vestibuli).3
5
Gambar 2.3 Anatomi telinga tengah
Auris interna terdiri dari serangkaian cavitas tulang (labyrinthus osseus) dan
tersebut. Semua struktur tersebut berada dalam pars petrosa tulang temporale, di
antara auris media di lateral dan meatus acusticus internus di medial. Labyrinthus
osseus terdiri dari vestibulum, tiga canalis semicircularis ossus, dan cochlea.
Labyrinthus osseus ini dilapisi oleh periosteum dan berisi cairan jernih.
6
Gambar 2.4 Anatomi telinga Dalam
keseimbangan diatur oleh beberapa organ penting di tubuh yang input sensoriknya
3. reseptor somatik.2,4
1. Reseptor vestibular
kepala dengan gerakan mata serta postur. Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan
masing mengandung sel rambut yang berespons terhadap deformasi mekanis yang
vestibularis terdiri dari dua set struktur di dalam bagian terowongan tulang temporal
kepala, misalnya ketika menengok, mulai atau berhenti berputar, jungkir- balik.
Masing- masing telinga mengandung tiga kanalis semisirkularis yang tersusun dalam
Organ otolit memberi informasi tentang posisi kepala relatif terhadap gravitasi (yaitu,
kepala miring statik) dan juga mendeteksi perubahan kecepatan gerakan lurus
(bergerak dalam garis lurus ke manapun arahnya). Organ otolit, utrikulus dan sakulus,
adalah struktur berbentuk kantong yang berada di dalam ruang bertulang di antara
2. Sistem Somatosensori
8
Sistem somatosensori adalah sistem sensorik yang beragam yang terdiri dari
reseptor dan pusat pengolahan untuk menghasilkan modalitas sensorik seperti sentuhan,
menutupi kulit dan epitel, otot rangka, tulang dan sendi, organ dan sistem
medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi
ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan thalamus.
Pada otak, bagian yang berfungsi sebagai pusat pengatur keseimbangan adalah
serebelum. Serebelum adalah bagian otak yang seukuran bola kasti dan sangat berlipat
serta terletak di bawah lobus oksipitalis korteks dan melekat ke punggung bagian atas
bagian otak.4
3. Sistem Visual
memberikan informasi tentang lingkungan, lokasi, arah, serta kecepatan gerakan suatu
individu. Dikarenakan banyak refleks postural dipicu oleh sistem vestibular juga bisa
vestibular. Pada sebagian besar individu yang sangat tua penglihatan juga terdegradasi dan
memberikan informasi yang buram ataupun terdistorsi, sehingga ketajaman visual yang
buruk berkorelasi dengan tingginya frekuensi jatuh yang dialami oleh manula.Meskipun
sistem penglihatan telah lama diketahui sebagai sistem utama dalam keseimbangan, harus
ditekankan bahwa seseorang dapat berdiri tegak dalam waktu yang lama dalam gelap.Akan
tetapi, penelitian telah menunjukkan kemiringan tubuh lateral yang spontan sangat
berkurang jika dalam kondisi gelap tersebut diletakkan sebuah objek yang tegak dengan
sebuah lampu dioda kecil ditempelkan pada objek tersebut. Dengan demikian, stabilitas
postural meningkat apabila terdapat peningkatan lingkungan dan rangsang visual. Selain
itu, terdapat pula parameter lain yang berkontribusi terhadap kontrol postur secara visual,
9
diantaranya adalah ukuran objek dan lokalisasi, disparitas binokuler, pergerakan visual,
akuitas (ketajaman) visual, kedalaman lapang pandang (depth of field), serta frekuensi
spasial.4
Pandangan perifer memiliki peran yang lebih penting dalam menjaga posisi berdiri
yang stabil bila dibandingkan dengan pandangan sentral. Studi yang dilakukan oleh
Berenesi, Ishihara dan Inanaka menunjukkan stimulasi visual terhadap pandangan perifer
dapat mengurangi kemiringan postural pada arah stimulus visual yang diobservasi pada
bidang anteroposterior, yang lebih baik jika dibandingkan dengan bidang medial-lateral.
Para peneliti menyimpulkan bahwa pandangan perifer bekerja pada bingkai penglihatan
yang berpusat pada subjek yang melihat. Dengan demikian, pandangan perifer digunakan
baik untuk stabilisasi visual kemiringan tubuh yang spontan maupun kemiringan tubuh
terinduksi visual karena ukuran bidang pandang yang distimulasi dan dimanipulasi
10
2.3. Epidemiologi1
Sekitar 85% pasien di ruang gawat darurat menderita vertigo perifer dengan
2.4 Klasifikasi5
1) Vertigo Vestibular
sensasi berputar, timbulnya episodik, diprovokasi oleh gerakan kepala, dan bisa
11
merasakan rasa mual / muntah. Berdasarkan letak lesinya dikenal ada 2 jenis
perifer timbulnya lebih mendadak setelah perubahan posisi kepala, dengan rasa
berputar yang berat, mual / muntah, dan keringat dingin. Bisa gangguan
pendengaran berupa tinitus atau ketulian, dan tidak gejala gangguan neurologis
kepala berputarnya ringan, jarang dalam rasa mual / muntah, atau kalau ada
ringan saja. Tidak ada gangguan pendengaran. Bisa gejala neurologis seperti
di atas.
Pengaruh Gerakan
++ +/-
Kepala
12
nistagmus vertikal,
horizontal dan horizontal atau
torsional torsional murni
• Inhibisi dengan •Tidak
fiksasi penglihatan mengalami
ke 1 objek inhibisi dengan
• Undireksional fiksasi
penglihatan
• Bidireksional
13
2) Vertigo Nonvestibular
berlangsung konstan / kontinu, tidak ada rasa mual / muntah, serangan biasanya
dicetuskan oleh gerakan objek sekitarnya, misalnya di tempat keramaian atau lalu
lintas macet.
Mual / Muntah + -
Nistagmus + -
2.5 Etiologi4
berhubungan dengan pergerakan yang mencapai otak melalui tiga sistem persepsi
vestibular timbul akibat ganggaun pada sistem vestibular perifer maupun sentral.
labirin dan N. vestibularis. Penyebab pada labirin antara lain benign paroxysmal
positional vertigo (BPPV), post trauma, meniere, labirintitis, toksik, oklusi dan
14
fistula labirin.
15
Penyebab pada N. vestibularis antara lain infeksi, inflamasi dan neuroma akustik.
Gangguan sistem vestibular sentral disebabkan oleh kelainan pada batang otak,
serebelum ataupun cerebrum yang sebagian besar disebabkan oleh stroke, tumor
sistem visual yang dapat disebabkan oleh polineuropati, mielopati, artrosis servikalis,
hipoglikemi.
– Mielopati – Hiperventilasi
16
2.6 Patofisologi5
Kondisi alat keseimbangan baik sentral maupun perifer yang tidak normal
atau adanya gerakan yang aneh/ berlebihan, maka tidak terjadi proses pengolahan
input yang wajar dan munculah vertigo. Selain itu, terjadi pula respons
gejala lainnya.
Dasar teori ini adalah suatu asumsi bahwa makin banyak dan semakin cepat
rangsangan AKT ini yang ada pada saat ini antara kursi putar Barany,
faradisasi/ galvanisasi dan irigasi telinga, serta kendaraan laut dan darat.
sehingga bisa muncul sindrom vertigo (vertigo, nistagmus, mual dan muntah).
17
b. Teori konflik sensorik.
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari
(usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler,
serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi kortikal).
konflik sensorik. Menurut teori ini otak mempunyai memori/ ingatan tentang
pola gerakan tertentu, sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang
aneh/ tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi
dari susunan saraf otonom. Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan
18
d. Teori Otonomik.
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha
adaptasi gerakan atau perubahan posisi gejala klinis timbul jika siatem
berperan.
e. Teori Sinap.
gejala mual muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi
Vertigo dapat merupakan gejala mandiri tanpa ada gejala lain, tetapi dapat
dari gejala vertigo, mual, muntah, kulit pucat dan keringat dingin.
1. Vertigo
19
Derajat yang lebih ringan dari vertigo disebut dizziness, yang lebih ringan
2. Mual
penghayatan terhadap kegiatan tidak wajar dari pusat muntah. Gejala mual
disertai inhibisi tonus intestinum serta gerak peristaltik usus dan lambung.
3. Muntah
mulut. Selain muntah, dapat juga timbul retching, yang diduga merupakan
antikolinergik sejenis atropin. Pada saat mual, tonus dan motilitas otot
justru meningkat.
4. Kulit pucat
Kulit pucat ini paling jelas terlihat pada kulit muka, disekitar mulut dan
hidung terutama pada orang berkulit putih. Munculnya gejala pucat, selalu
20
hanya mempengaruhi intensitas timbulnya kulit pucat, namun tidak
5. Keringat
daerah dorsum tangan, lengan, dan dahi. Oleh karena kelenjar keringat
yang terlibat dari kelompok kelenjar pengatur suhu tubuh, maka suhu
2.8 Diagnosis
1. Anamnesis 6
vertigo perifer biasanya onset akut dan penanganan penanganan segera, sedangkan
pada vertigo tipe sentral perlu diketahui dan dieksplorasi faktor risikonya. Hal-hal
a. Bentuk serangan vertigo: pusing yang dikeluhkan ini dapat berupa rasa
b. Sifat serangan vertigo: serangan vertigo dapat periode, kontinu, ringan atau
berat.
21
bising dengan frekuensi tertentu (fistula perilimfe atau sindrom dehisensi
e. Ada atau tidaknya gejala gangguan pendengaran seperti: tinitus atau tuli.
2. Pemeriksaan Fisik7,8
a. Tanda vital
c. Pemeriksaan neurologis
vertigo adalah:
22
- Sistem saraf sensoris : gangguan sensorik pada satu sisi
(hemiparesis).
vestibular / propioseptif.
depan ibu jari kaki yang lainnya, pasien diamati dalam keadaan
Romberg.
23
melakukan jalan tandem dan jatuh ke satu sisi. Pada kelainan
satu sisi >30° atau maju / mundur >1 meter. Tes fukuda
ketika mata tertutup maka jari pasien akan deviasi ke arah lesi.
(7) Nistagmus
24
diminta mengikuti jari pemeriksa ke arah atas dan bawah
atau tidak
3. Pemeriksaan Penunjang8
25
3. Neurofisiologi Elektroensefalografi (EEG), Elektromiografi (EMG)
imaging (MRI).
2.9 Penatalaksanaan9
a. Farmakoterapi
c. Bedah
a. Ca antagonis : Flunarizin 2x 5 mg
b. Vasodilator : Betahistine 3x 6 mg
a. Metode brandt-daroff
c. Latihan berjalan
a. Manuver Epley, manuver Epley adalah yang paling sering digunakan pada
kanal vertikal. Pasien diminta untuk menolehkan kepala ke sisi yang sakit
26
dan posisi supinasi berubah menjadi lateral dekubitus dan dipertahan 30-
duduk tegak, lalu kepala dimiringkan 45° ke sisi yang sehat, lalu secara
Ada nistagmus dan vertigo dapat diobservasi. Setelah itu pasien pindah ke
lagi.
tipe kanal lateral. Pasien berguling 360° yang dimulai dari posisi supinasi
lalu pasien menolehkan kepala 90° ke sisi yang sehat, diikuti dengan
menoleh lagi 90° dan tubuh kembali ke posisi lateral dekubitus lalu
terhadap gravitasi.
d. Forced Prolonged Position, manuver ini digunakan pada BPPV tipe kanal
lateral dekubitus pada sisi telinga yang sakit dan dipertahankan selama 12
jam.
27
e. BrandtDaroff exercise, manuver ini dikembangkan sebagai latihan untuk di
rumah dan dapat dilakukan sendiri oleh pasien sebagai terapi tambahan
pada pasien yang tetap simptomatik setelah manuver Epley atau Semont.
2.10 Prognosis.6
28
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Penderita : Ny.Adeveline suija
Alamat : Solok tembok
Pekerjaan : Bidan
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 32 Tahun
TGL Masuk : 15 Oktober 2022
Jam masuk : 13.10 WIB
II. ANAMNESA
Seorang pasien berjenis kelamin perempuan berusia 32 tahun merasakan pusing berputar
sejak 1 hari SMRS, awalnya pasien merasakan badan pasien mengigil dan disertai dengan demam
38°C, lalu diikuti dengan pasien merasakan pusing yang secara mendadak semakin lama semakin
memberat dan terasa berputar kemudian pasien segera berbaring akibat pusing berputar tersebut,
tetapi tidak ada perbaikan pasien tetap pusing dan pasien mengatakan jika adanya gerakan perubahan
posisi kepala akan menyebabkan pusing berputar lebih parah disertai dengan mual dan muntah.
Pasien mengatakan bahwa muntah kurang lebih 5 kali dan berisi makanan yang dia makan. Pasien
juga mengeluhkan adanya sakit kepala berdenyut sejak 1 hari SMRS, sakit kepala pasien rasakan di
seluruh bagian kepala, sakit kepala timbul bersamaan saat pasien merasakan pusing berputar yang
tidak berhenti, keluhan lain juga dirasakan oleh pasien berupa rasa mual dan muntah yang timbul
apabila pasien memindahkan posisi kepala, dan pasien tidak dapat membuka mata karna apabila
membuka mata pasien merasakan pusing yang lebih parah,disertai dengan pandangan kabur dan
berkeringat. Pasien mengatakan tidak terdapat kesulitan dalam berbicara dan tidak terdapat
gangguanpendengaran.
1
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien seorang perempuan berusia 32 tahun tinggal disolok bersama suami dan
anak, pasien bekerja sebagai bidan dirumah sakit arosuka solok. Pasien tidak
memiliki kebiasaan merokok,konsumsi alkohol, dan minum kopi.
2
II. PEMERIKSAAN FISIK
1. UMUM
Paru
(-) Jantung
(-)
3
Abdomen
2. STATUS NEUROLOGIKUS
•Pupil : Isokor
4
N I (Olfaktorius)
N II (Opticus)
N III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
5
Nistagmus Tidak ada Tidak Ada
Refleks Cahaya + +
Reflek Akomodasi + +
Reflek Konvergensi + +
N IV (Troklearis)
Kanan Kiri
N V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
6
• Menggerakan Rahang Normal Normal
Sensorik
Divisi Opthalmica
Divisi Maksila
Divisi Mandibula
N VI (Abdusen)
Kanan Kiri
N VII ( Fasialis)
7
Kanan Kiri
N VIII (Vestibulokoklearis)
Kanan Kiri
8
N IX (Glosopharingeus)
N X (Vagus)
Menelan Normal
Artikulasi Normal
Suara Normal
Nadi Reguler
N XI ( Acesorius)
Kanan Kiri
N XII (Hipoglosus)
9
Tremor Tidak ada
Atrofi Eutrofi
Pemeriksaan Kordinasi
Supinasi-Pronasi Normal
Badan
Respirasi Normal
Duduk Normal
10
Atetosis Tidak dapat dilakukan
Eksremitas
Superior
Kanan Kiri
Inferior
Inferior
Kanan Kiri
11
Pemeriksaan Sensibilitas
Stereognosis Baik
Sistem Refleks
Biceps + +
Triceps + +
Apr + +
12
Kpr + +
Hoffman-Tromner - -
Babinsky - -
Chaddoks - -
Oppenhem - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Fungsi otonom
Miksi : Normal
Defekasi : selama dirawat 2x
Sekresi keringat : Normal
Fungsi Luhur
13
Reaksi Bicara Baik Reflek Glabella Tidak dilakukan
Pemeriksaan Laboratorium
15 oktober 2022
16 oktober 2022
Elektrolit serum
14
RO THORAK
Diagnosis
Diagnosis Banding
Vertigo sentral
Terapi
Umum/suportif
IVFD12jam RL/kolf
Terapi Khusus
Oral
Betahistin 3x12 mg
Paracetamol 3x500mg
Domperidone 3x 10mg
15
Ranitidine 2x150mg
Ondansentron 2x1(IV)
Prognosis:
16
Followup Pasien :
tanggal Anamnesis asessment terapi
Senin, Hari rawatan ke 3/onset ke4 A/ P/
17oktober 2022 S/ Vertigo vestibular tipe -IVFD aminofluid
-pusing berputar masih dirasakan perifer 12jam/kolf
-sakit kepala(+) -Betahistin 3x12 mg
-belum sepenuhnya mampu -Paracetamol 3x500mg
membuka mata -Domperidone 3x 10mg
-mual(+) tidak disertai muntah -Ranitidine 2x150mg
-nafsu makan -azitromicin 1x500
-tidur terganggu -vit D 1x1000
- BAB tidak lancar -curcuma 3x1
-BAK normal
O/
KU: tampak sakit sedang
Kes: CMC
TD: 120/74mmHg
RR:20x/i
HR:92x/i
T:36,7°C
O/
KU: tampak sakit sedang
Kes: CMC
17
TD: 106/67mmHg
RR:20x/i
HR:97x/i
T:36,8°C
Rabu, Hari rawatan ke 5/onset ke6 A/ P/
19 oktober2022 S/ Vertigo vestibular tipe -IVFD aminofluid
-pusing berputar masing dirasakan perifer 12jam/kolf
-membuka mata(+) tidak melihat -Betahistin 3x12 mg
ketas -Paracetamol 3x500mg
-demam(+) -Domperidone 3x 10mg
-berkeringat(+) -Ranitidine 2x150mg
-mual(+) tidak muntah -vit D 1x1000
-nafsu makan -curcuma 3x1
-tidur terganggu - diazepam 3x2mg
-BAB tidak lancar
-BAK normal
O/
KU: tampak sakit sedang
Kes: CMC
TD: 108/75mmHg
RR:20x/i
HR:100x/i
T:36,8°C
Kamis, Hari rawatan ke 6/onset7 A/ P/
20 oktober 2022 S/ Vertigo vestibular tipe - IVFD stop
-pusing berputar sudah berkurang perifer -Betahistin 3x12 mg
-mual sudah berkurang, muntah(-) -Paracetamol 3x500mg
-demam(-) -Domperidone 3x 10mg
-nafsu makan sudah mulai membaik -Ranitidine 2x150mg
-tidur normal -vit D 1x1000
-BAB 2x selama dirawat -curcuma 3x1
-BAK normal - diazepam 3x2mg
O/
KU: tampak sakit sedang
Kes: CMC
TD: 97/67mmHg
RR:21x/i
HR:78x/i
T:36,2°C
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Ramli RR, Ali NA, Permatasari R, et al. Karakteristik Penderita Vertigo Perifer
Yang Berobat di Poliklinik Saraf RSU Anutapura Dan RSUD Undata Palu 2017.
J Kesehat Al-Irsyad 2017; 14: 90–95.
2. Elisabeth W.S, 2018. Karakteristik Dan Angka Kejadian Vertigo Dipoliklinik RSUP
19