REFARAT
FARINGITIS
Oleh:
Pembimbing
RS BHAYANGKARA TK II MEDAN
2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus ini guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik
Senior di bagian SMF Telinga Hidung Tenggorokan RS Bhayangkara Tk II
Medan dengan judul “Faringitis”
Refarat ini bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam teori-teori
yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik SMF Telinga Hidung
Tenggorokan RS Bhayangkara Tk II Medan dan mengaplikasikannya untuk
kepentingan klinis kepada pasien. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr.
Edy Syahputra Nst, Sp. THT-KL yang telah membimbing penulis dalam telaah
jurnal ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
2.3 Epidemiologi........................................................................................... 9
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
karena faringitis. Banyak anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 kali infeksi
virus pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis. Secara global di dunia ini
viral faringitis merupakan penyebab utama seseorang absen bekerja atau sekolah.
dokter tiap 1000 populasi antara tahun 1980-1996 adalah karena viral faringitis.1
dinding faring yang bisa disebabkan oleh bakteri maupun virus. Kebanyakan
atau Clamidia pneumonia. Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari
orang yang menderita faringitis. Faktor risiko penyebab faringitis yaitu udara yang
dingin, turunnya daya tahan tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi,
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
besar dibagian atas dan sempit dibagian bawah. Kantong ini dimulai dari dasar
diding posterior fharing pada orang dewasa kurang lebih 14 cm, bagian ini
merupakan bagian diding faring yang terpanjang, diding faring dibentuk oleh (dari
dalam keluar) selaput lendir, fasia faringo basiler, pembungkus otot dan sebagian
berlapis yang mengandung sel goblet dibagian bawahnya, yaitu orofaring dan
laringofaring, karena fungsinya untuk saluran cerna, epitelnya gepeng berlapis dan
tidak bersilia. Disepanjang faring dapat ditemukan banyak sel jaring limpoid yang
retikuloendotelial. Oleh karena itu faring dapat disebut juga daerah pertahanan
tubuh terdepan. 2
Daerah nasofaring dilalui oleh udara pernafasan yang diisap oleh hidung.
Dibagian atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak diatas silia dan
bergerak sesuai dengan arah gerak silia kebelakang. Palut lendir ini berfungsi
untuk mmenagkap partikel kotoran yang terbawah oleh udara yang diisap, palut
superior, media dan inferior. Otot-otot ini terletak disebelah luar, berbentuk kipas
dengan tiap baguian bawahnya menututp sebagian otot bagia atasnya dari
4
belakang, kerja otot kostriktor untuk mengecilakan lumen faring. Otot-otot ini
mempertemukan ismus orofaring dan menaikkan bagian bawah faring dan laring.
Jadi kedua otot ini bekerja sebagai elevator. Kerja kedua otot ini penting pada
Faringitis adalah inflamasi atau infeksi dari membran mukosa faring atau
dapat juga tonsilopalatina. Faringitis akut biasanya merupakan bagian dari infeksi
(rinofaringitis).3 Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh
virus atau bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat
dan hiperemis, demam, pembesaran kelenjar getah bening leher dan malaise.4
a. Faringitis viral
lain. Gejala dan tanda biasanya terdapat demam disertai rinorea, mual,
b. Faringitis bakterial
faringitis akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%). Gejala
kriteria ini bila dijumpai di beri skor satu. Bila skor 0−1 maka pasien
2014). 2,4
c. Faringitis fungal
7
d. Faringitis gonorea
atrofi. Pada rhinitis atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta
mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat
a. Faringitis tuberkulosis
Bila infeksi timbul secara hematogen maka tonsil dapat terkena pada
kedua sisi dan lesi sering ditemukan pada dinding posterior faring,
b. Faringitis luetika
terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil dan dinding posterior faring
timbul ulkus pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia yaitu
9
arah laring. Kelainan stadium tersier terdapat pada tonsil dan palatum,
2.3. Epidemiologi
pada dewasa. Sekitar 15 – 30 % faringitis terjadi pada anak usia sekolah, terutama
usia 4 – 7 tahun, dan sekitar 10%nya diderita oleh dewasa. Faringitis ini jarang
Penyebab tersering dari faringitis ini yaitu streptokokus grup A, karena itu
rhinovirus dan adenovirus. Masa infeksi GAS paling sering yaitu pada akhir
gonorrhoeae.
memperberat.6
Faktor risiko lain penyebab faringitis akut yaitu udara yang dingin,
turunnya daya tahan tubuh yang disebabkan infeksi virus influenza, konsumsi
makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan, merokok dan
atau demam.6
2.5. Patofisiologi
Pada stadium awal terdapat hiperemis, kemudian edema dan sekresi yang
meningkat. Pada awalnya eksudat bersifat serosa tapi menjadi menebal dan
kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring.
limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior atau yang terletak
antigenantibodi.8,9
2.6. Diagnosis
gejala dapat ringan berupa rasa tidak enak di tenggorok yang berakhir
12
beberapa hari, malaise ringan dan demam ringan. Pada keadaan berat sakit
di tenggorok lebih hebat. Adanya keluhan sulit menelan ludah, jika palatum
1. Anamnesis
suara serak, kaku dan sakit pada otot leher. Gejala khas berdasarkan jenis
muntah, kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi dan jarang
disertai batuk.
13
mulut berbau.
2. Pemeriksaan Fisik
berikut:6,10
ditemukan kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri pada
penekanan.
Penilaian skornya:
oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.
- Stadium primer
daerah faring seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri. Juga
- Stadium sekunder
- Stadium tersier
3. Pemeriksaan Penunjang
suatu diagnosis dari faringitis yang disebabkan oleh bakteri Group A Beta-
mendiagnosa faringitis karena infeksi GABHS. Tes ini akan menjadi indikasi jika
pasien memiliki risiko sedang atau jika seorang dokter memberikan terapi
antibiotik dengan risiko tinggi untuk pasien. Jika hasil yang diperoleh positif
Rapid antigen detection test tidak sensitif terhadap Streptococcus Group C dan G
pada daerah tonsil dan dinding faring posterior. Spesimen diinokulasi pada agar
darah dan ditanami disk antibiotik. Kriteria standar untuk penegakan diagnosis
tenggorok sangat penting bagi penderita yang lebih dari sepuluh hari.15
a. Laringitis
b. Tonsilitis difteri
c. Tonsilitis kronis
19
d. Scarlet fever
2.8. Penatalaksanaan
Pada faringitis virus pasien dianjurkan untuk istirahat, minum yang cukup
dan berkumur dengan air yang hangat. Analgetika diberikan jika perlu. Antivirus
60-100mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari pada orang dewasa dan
pada anak < 5tahun diberikan 50mg/kgBb dibagi dalam 4-6 kali
pemberian/hari.6,11,12
selama 10 hari dan pada dewasa 3x500mg selama 6-10 hari atau eritromisin
menunjukan perbaikan klinis karena dapat menekan reaksi inflamasi. Steroid yang
dapat diberikan berupa deksametason 8-16mg/IM sekali dan pada anak-anak 0,08-
0,3 mg/kgBB/IM sekali dan pada pasien dengan faringitis akibat bakteri dapat
Contohnya adalah seperti seftriakson dengan dosis sesuai dengan berat badan
pasien. 11,12
20
melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia larutan nitras argenti atau
jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif atau ekspetoran. Penyakit
pada hidung dan sinus paranasal harus diobati. Pada faringitis kronik atrofi
pengobatannya ditujukan pada rhinitis atrofi dan untuk faringitis kronik atrofi
hanya ditambahkan dengan obat kumur dan pasien disuruh menjaga kebersihan
mulut.11,12
Pada faringitis spesifik akibat lues, obat pilihan pertama yang diberikan
sebagai terapi adalah penisilin dengan dosis tinggi. Sementara untuk faringitis
2.9. Komplikasi
demam rematik akut. Hal ini terjadi secara perkontuinatum, limfogenik maupun
hematogenik.16
2.10. Prognosis
BAB III
KESIMPULAN
faring yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, trauma, toksin dan lain-
lain. Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderita
faringitis. Faktor risiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya
daya tahan tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang
berlebihan.
tanda dan gejala-gejala seperti lemas, anorexia, suhu tubuh naik, suara serak, kaku
dan sakit pada otot leher, faring yang hiperemis, tonsil membesar, pinggir palatum
molle yang hiperemis, kelenjar limfe pada rahang bawah teraba dan nyeri bila
ditekan dan bila dilakukan pemeriksaan darah mungkin dijumpai peningkatan laju
endap darah dan leukosit. Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah temperature
tubuh dan evaluasi tenggorokan, sinus, telinga, hidung dan leher. Pada faringitis
dapat dijumpai faring yang hiperemis, eksudat, tonsil yang membesar dan
bakteri maka diberikan antibiotik dan bila penyebabnya adalah virus maka cukup
DAFTAR PUSTAKA
15. Vincent, M.T.M.D., M.S., Nadhia, C.M.D., and Aneela, N.H.M.D. 2004.
Pharyngitis. A Peer-Reviewed Journal of the American Academy of Family
Physician. State University of New York-Down state Medical Center,
Brooklyn, New York. Available From: http://www.aafp.org/afp
/2004/0315/p1465.html.
16. (Mansjoer, A (ed). 2005. Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorok :
Tenggorok dalam: Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. FK UI.Jakarta;
h.118)