Anda di halaman 1dari 20

PAPER

MENIERE DISEASE

Paper ini dibuat sebagai salah satu persyaratan untuk melengkapi Kepaniteraaan
Klinik Senior di SMF THTRSUD Dr. Pirngadi Medan

DISUSUN OLEH
Aldek Pibra (71210891026)

PEMBIMBING
dr. Magdalena Hutagalung , Sp.T.H.T

SMF PARU RSUD Dr. PIRNGADI


KOTA MEDAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dibacakan tanggal :

Nilai :

Dokter Pembimbing

dr.Magdalena Hutagalug Sp. T.H.T


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Paper”ini guna memenuhi
persyaratan mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorokan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dengan
judul “Meniere Disease”.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada
dr.Magdalena Hutagalung Sp.THT-KL atas segala bimbingan dan arahannya
dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Seniordi THT Rumah Sakit Umum Dr.
Pirngadi Medan dan dalam pembuatan Paper.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangannya,
oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna memperbaiki paper ini di kemudian hari.
Harapan penulis semoga paper dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi kita semua serta dapat menjadi arahan dalam
mengimplementasikan ilmu kedokteran dalam praktik di masyarakat.

Medan, Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
1.Pendahuluan............................................................................................................1
2.Anatomi Telinga.....................................................................................................2
3. Fisiologi Telinga....................................................................................................6
4. Patofisiologi...........................................................................................................8
5. Etiologi...................................................................................................................8
6. Gejala Klinis..........................................................................................................9
7. Diagnosis..............................................................................................................11
8. Penatalaksanaan...................................................................................................12
9. Diagnosa Banding................................................................................................13
10. Prognosa.............................................................................................................13
11. Kesimpulan........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15
Meniere Disease
1. Pendahuluan
Manusia adalah makhluk yang dimuliakan Tuhan, pencipta manusia
bengitu sempurna lahir maupun batin. Sikap berdiri manusia adalah yang paling
gagah, dan sikap berdiri tegak inilah yang sangat dibanggakan oleh manusia
sendiri. Binatang pada umumnya merangkak, dan hanya dalam keadaan istimewa
mereka memaksakan diri, yaitu bila dia akan memperlihatkan keperkasaannya
(gorila, kuda misalnya, mereka akan berdiri bila sedang menantang musuhnya).(1)
Manusia sangat takut bila menderita penyakit yang menyebabkan
diantidak, mampu berdiri, sehingga dia harus tidur terus, yang kadang-kadang
sampai beberapa hari. Salah satu penyakit yang menyebabkan manusia tidak
mampu berdiri tegak adalah penyakit Meniere.(1)
Penyakit ini ditemukan oleh Meniere pada tahun 1861, dan dia yakin
bahwa penyakit ini berada di dalam telinga, sedangkan pada waktu itu para ahli
banyak menduga bahwa penyakit itu berada pada otak. Pendapat Meniere
dibuktikan oleh Hallpike dan Cairn tahun 1938, dengan ditemukannya hidrops
endolimfe, setelah memeriksa tulang temporal pasien Meniere.(1)
Penyakit Meniere merupakan penyebab ketiga terbanyak vertigo setelah
Benign Paroxysmal Positional Vertigo dan neuritis vestibular. Meniere disease
sampai sekarang belum di ketahui pasti penyebabnya. Penambahan volume
endolimfe di perkirakan telah adanya gangguan bliokimia cairan endolimfe dan
gangguan klinik pada membran labirin.(1)
Penyakit meniere adalah suatu sindrom yang ditandai dengan serangan
vertigo, tinnitus, kurang pendengaran yang bersifat fluktuatif dan perasaan penuh
di telinga. Kondisi ini menyebabkan manusia tidak mampu mempertahankan
posisi dalam berdiri tegak yang disebabkan oleh adanya hidrops (pembengkakan)
rongga endolimfa pada kokhlea dan vestibulum.(2)
Penyakit Ménière dapat berkembang pada usia berapa pun, tetapi memang
demikianl ebih mungkin terjadi pada orang dewasa antara 40 dan 60 tahun.
Institut Nasional Ketulian dan Gangguan Komunikasi Lainnya (NIDCD)
memperkirakan hal itusekitar 615.000 orang di Amerika Serikatsaat ini

1
didiagnosis dengan penyakit Ménière dan itu 45.500 kasus baru didiagnosis setiap
tahun.(3)
Penyebab pasti penyakit Meniere belum diketahui. Penambahan volume
endolimfe di perkiran oleh adanya gangguan biokimia cairan endolimfe dan
gangguan klini pada memberan labirin.(1)
Gejala klinis meniere terdapat trias atau sindrom Meniere yaitu vertigo,
tinitus dan tuli sensorineural terutama nada rendah. Serangan pertama sangat
berat, yaitu vertigo disertai muntah. Setiap kali verusaha untuk berdiri dia merasa
berputar, mual dan terus muntah lagi.(1)

2. Anatomi Telinga
Telinga (Auris) memiliki aparatus sensorik dan sel-sel saraf pada dua
sistem sensorik yang berasal dari sistem embrionik yang sama, tetapi bekerja
dengan tujuan yang sangat berbeda; pendengaran dan keseibangan.
Telinga terdiri dari, telinga luar (Auris externa) , telinga tengah (Auris media)
dan telinga dalam (Auris Interna).
1. Telinga Luar (Auris Externa)
Telinga luar memanjang dari auricula ke Meatus Acusticus Externus
sampai membrana Tympanica. Dengan kata lain telinga luar merupakan
“bagian luar”. Auricula dapat dilipat dan digunakan sebagai pendengaran
direksional. Pada manusia hanya sebagian fleksibilitas yang masih
terjaga, sedangkan pelipatan dan motilitas telinga luar hilang.
Meatus Acusticus Externus (MAE) memiliki panjang 3-4 cm dan
berbentuk huruf S. Meatus Acusticus Externusterdiri dari komponen
kartilaginosa distal, yang berlanjut sebagai kanal oseosa di dalam pars
petrosa ossis temporalis.(4)

2
2. Telinga Tengah (Auris Media)
Membrana tympanica menandai batas lateral Auris media, yang terletak
di dalam pars petrosa ossis temporalis. Auris media merupakan ruang
mukosa kontortus yang berhubungan dengan Cavitas lain. Berbagai jaras
saraf berjalan di dalam dinding dan cavitas telinga tengah, tempat tiga
Ossicula auditus menempel.(4)
Tuba Auditiva, dilapisi oleh membran mukosa, berjalan ke arah inferior
Cavitas tympani. Tuba auditiva terletak pada meatus osseosa di dalam
pars petrosa ossis temporalis dan di topangg oleh kartilago elastik ke arah
Pharynx.(4)
Cavitas tympani yang sebenarnya didalam pars petrosa ossis temporalis
terdiri dari tiga ossicula auditus, yaitu; Malleus, Incus, dan Stapes.

3
3. Telinga Dalam (Auris Interna)
Auris Internus yang dikenal sebagai labirin dan juga terletak di dalam pars
petrosa ossis temporalis, tepat di superior (badan vestibular) dan medial
(Cochlea Cavitas Tympani).
Labyrinthus membranaceus adalah suatu sistem tabung tertutup. Labirin
ini terisi cairan, endolimfe, dan mengandung organ-organ sensorik.
Strukturnya yang kompleks terdiri dari tiga canalis semicularis yang
berisi modalitas sensorik untuk gerak rotasi yang dipercepat. Modalitas
sensorik (Sacculus dan Utriculus) untuk gerak akselerasi linear dan posisi
statik terletak di regio Vestibulum.

4
Labyrinthus Osseus adalah suatu rongga di dalam pars petrosa ossis
temporalis. Labirin ini mengelilingi Labyrinthus membranaceus dan
bentuknya identik, tetapi berukuran lebih besar. Oleh sebab itu, ruang
yang terbentuk di antara dua labirin ini terisi cairan yang disebut
perilimfe. Ruang perilimfatik tersebut terbuka di dua jendela membranosa
ke arah telinga tengah.
Dinding sakulus dan ultrikulus dibentuk oleh lapisan jaringan ikat tebal
yang mengandung pembuluh darah, sedangkan lapisan dalamnya dilapisi
epitel selapis gepeng sampai selapis kuboid rendah. Pada sakulus dan
ultrikulus terdapat reseptor sensorik yang disebut makula sakuli dan
makula ultrikuli. Makula sakuli terletak paling banyak pada dinding
sehingga berfungsi untuk mendeteksi percepatan vertikal lurus sementara
makula ultrikuli terletak kebanyakan di lantai /dasar sehingga berfungsi
untuk mendeteksi percepatan horizontal lurus. Makula disusun oleh 2 jenis
sel neuroepitel (disebut sel rambut) yaitu tipe I dan II (Gb-9) serta sel
penyokong (Gb7) yang duduk di lamina basal.Serat-serat saraf dari bagian
vestibular nervus vestibulo-akustikus (N.VIII) akan mempersarafi sel-sel
neuroepitel ini. Sel rambut I berbentuk seperti kerucut dengan bagian
dasar yang membulat berisi inti dan leher yang pendek. Sel ini dikelilingi
suatu jala terdiri atas badan akhir saraf dengan beberapa serat saraf eferen,
mungkin bersifat penghambat/ inhibitorik. Sel rambut tipe II berbentuk
silindris dengan badan akhir saraf aferen maupun eferen menempel pada
bagian bawahnya. Kedua sel ini mengandung stereosilia pada apikal,
sedangkan pada bagian tepi stereosilia terdapat kinosilia. Sel penyokong
(sustentakular) merupakan sel berbentuk silindris tinggi, terletak pada
lamina basal dan mempunyai mikrovili pada permukaan apikal dengan
beberapa granul sekretoris. Pada permukaan makula (Gb-7) terdapat suatu
lapisan gelatin dengan ketebalan 22 mikrometer yang dikenal sebagai
membran otolitik. Membran ini mengandung banyak badan-badan kristal
yang kecil yang disebut otokonia atau otolit yang mengandung kalsium
karbonat dan suatu protein. Mikrovili pada sel penyokong dan stereosilia

5
serta kinosilia sel rambut terbenam dalam membran otolitik. Perubahan
posisi kepala mengakibatkan perubahan dalam tekanan atau tegangan
dalam membran otolitik dengan akibat terjadi rangsangan pada sel rambut.
Rangsangan ini diterima oleh badan akhir saraf yang terletak di antara sel-
sel rambut.(5)

3. Fisiologi
Telinga bagian dalam (Labyrin) itu merupakan bagian terpenting dari
telinga, labyrin adalah suatu rongga berisi cairan perilimpe dan letaknya di tulang
pelipis yang berfungsi melindungi bagian dalam. Dilihat dari segi anatomi, telinga
bagian dalam terdapat serambi (vertibule), saluran-saluran gelung (canalis semi
curcularis), rumah siput (cochlea). Serambi ini berhubungan dengan saluran-
saluran gelung dan dengan cochlea, saluran-saluran gelung ini merupakan alat
keseimbangan, sedangkan cochlea merupakan bagian dari indra pendengaran.
Dalam dalam telinga bagian dalam yang terpenting adalah organ corti. Organ corti
ini merupakan suatu reseptor pendengaran yang terletak di dalam cochlea bagian
scala media tepatnya di atas membran basilaris.(6)
Organ orti berupa suatu deretan sel-sel rambut yang jumlahnya berkisar
antara 24.000 – 31.000 ke atas atau lebih. Deretan rambut-rambut tersebut
dinamakan tali pendengaran. Ukuran dari sel rambut organ corti dan ujung apex
tidak sama bagian basis/pangkal cochlea tali pendengaran ini pendek dan tebal.
Tali pendengaran ini penting untuk menseleksi berbgai nada suara. Perbedaan
ukuran dan bentuk ini berperan untuk menentukan berbagai nada suara.
 Bila suara datang dengan nada tinggi maka yang bergetar adalah sel
rambut bagian basis.
 Bila suara datang dengan nada rendah maka yang bergetar adalah sel
rambut bagian apex.
 Bila nada suara datang dengan nada sedang, maka yang bergetar adalah
sel rambut bagian tengah, ini merupakan teori resonansi dari Helmholtz.

6
1. Daerah Pendengaran
Audible area, yaitu suatu daerah yang dibatasi oleh intensitas suara
minimal sehingga kita mulai mendengar suara sampai intensitas suara
maksimum, karena rasa getar atau rasa nyeri mulai terasa. Daerah ini
untuk tiap frekuensi tidak sama luasnya, paling luas adalah daerah
pembicaraan (2000 sampai dengan 5000 Hz) dari daerah ini yang paling
peka adalah frekuensi 2048 Hz yaitu intensitas sebesar 15 db. Intensitas
lebih rendah atau lebih tinggi dari 2048 Hz maka diperlukan intensitas
suara yang lebih tingi dari ambang rangsangnya. Bila intensitas suara
dinaikkan melebihi nilai maksimum maka kita tidak mendapatkan lagi
kesan suara tetapi kesan getar.(6)
Garis yang menghubungkan titik dari sensasi getaran ini dinakan ambang
getaran, sedangkan garis yang menghubungkan titik dari ambang suara
minimal, disebut ambang pendengaran.(6)
Daerah yang dibatasi antara ambang pendengaran dan ambang getaran
dinamakan daerah pendengaran atau audible area. Daerah yang terletak di
daerah ambang pendengaran disebut daerah sunyi atau silent are, karena
intensitas suara di daerah ini tidak mampu memberikan sensasi suara.
2. Proses Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang
ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke
telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengimplikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi
getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang
menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule
bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong
endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran
basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik
yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga

7
kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan
sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan
potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.(7)

4. Patofisiologi
Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfe
pada koklea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul
diduga disebabkan oleh :(1)
1. Meningkatkan tekanan hidrostatik pada ujung arteri
2. Berkurangnya tekanan hidrostatik pada ujung kapiler
3. meningkatkannya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler
4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan
cairan endolimfe.
Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal, ditemukan pelebaran dan
perubahan morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam
skala vestibuli, terutama di daerah apeks koklea Helikotrema. Sakulus juga
mengalami pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran
skala media dimulai dari daerah apeks koklea, kemudian dapat meluas mengenai
bagian tengah dan basal koklea. Hal ini yang dapat menjelaskan terjadinya tuli
saraf nada rendah pada penyakit Meniere.(1)

5.Etiologi
Penyebab pasti penyakit Meniere belum diketahui. Penambahan volume
endolimfe di perkiran oleh adanya gangguan biokimia cairan endolimfe dan
gangguan klinis pada memberan labirin.(1)
Beberapa faktor diketahui terkait dengan terjadinya penyakit Meniere
antara lain anatomi, genetik, hormonal, infeksi, alergi dan imunologi. Temuan
yang paling konsisten dan masih dipakai sebagai mekanisme dasar penyakit
Meniere hingga saat ini adalah penemuan hidrops endolimfe. Temuan histologis
ini pertama kali dilaporkan oleh Hallpike dan Cairns pada tahun 1938 serta

8
Yamakawa yang menunjukkan temuan patologis ini dalam periode waktu yang
sama. Data klinis mendukung teori hidrops endolimfe didasarkan pada
elektrokokleografi dan MRI setelah pemberian zat kontras (gadolinium).(8)

6.Gejala Klinis
Terdapat trias atau sindrom Meniere yaitu vertigo, tinitus dan tuli
sensorineural terutama nada rendah. Serangan pertama sangat berat, yaitu vertigo
disertai muntah. Setiap kali verusaha untuk berdiri dia merasa berputar, mual dan
terus muntah lagi. Hal ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu,
meskipun keadaannya berangsur baik. Penyakit ini bisa sembuh tanpa obat dan
gejala penyakit bisa hilang sama sekali. Pada serangan ke dua kalinya dan
selanjutnya disrasakan lebih ringan, tidak seperti serangan yang pertama kali.
Pada penyakit Meniere vertigonya periodik yang makin mereda pada serangan-
serangan berikutnya.(1)
Pada setiap serangan biasanya disertai dengan gangguan pendengaran dan
dalam keadaan tidak ada serangan, pendengaran dirasakan baik kembali. Gejala
lain yang menyertai serangan:(11)
 Tinnitus: suara bernada rendah, menderu, berdenging atau mendesis di
telinga selama serangan.
 Hilangnya pendengaran (sering hingga suara bernada rendah) yang
kembali normal di antara serangan (setidaknya mulanya).
 Aural fullness: perasaan tertekan atau penuh di telinga selama serangan.
 Serangan jatuh: jatuh tiba-tiba saat berjalan atau berdiri. Serangan itu
digambarkan tiba-tiba didorong ke tanah. Tidak ada kehilangan kesadaran,
dan pemulihan total biasanya terjadi dalam hitungan detik hingga menit.
Hanya sedikit orang dengan Penyakit Meniere yang mengalami hal ini.
Dalam kebanyakan kasus, gejala-gejala ini hanya terjadi selama serangan,
mungkin dengan sisa ketidakstabilan atau mual sesaat setelah serangan mereda.
Namun, seiring berjalannya waktu, telinga bagian dalam dapat rusak secara
permanen dan mungkin ada gangguan pendengaran, tinnitus, atau ketidakstabilan
yang selalu ada. Penyakit Meniere biasanya hanya menyerang satu telinga. Pada
sekitar satu dari lima orang, penyakit ini pada akhirnya dapat mempengaruhi

9
kedua telinga. sebelum serangan terkadang mungkin merasa bahwa serangan akan
segera terjadi sinyalnya bisa berupa:(11)

 Perasaan tekananyang meningkat di telinga


 Suara mungkin terdengar lebih keras dari biasanya
 Mual: beberapa orang mengalami mual sebelum serangan.

Dari keluhan vertigonya kita sudah dapat membedakan dengan penyakit


yang lainnya yang juga mempunyai gejala vertigo, seperti penyakit Meniere,
tumor N.VIII, sklerosis multipel, neuritis vestibuler atau Vertigo posisi
paroksismal jinak (VPPJ).(1)
Pada tumor N.VIII serangan vertigo periodik, mula-mula lemah dan makin
lama makin kuat. Pada sklerosis multipel, vertigo periodik, tetapi intensitas
serangan sama pada tiap serangan. Pada neuritis vistibuler serangan vertigo tidak
periodik dan makin lama makin menghilang. Penyakit ini diduga disebabkan
virus. Biasanya penyakit ini timbul setelah menderita influenza. Penyakit ini akan
sembuh total bila tidak disertai dengan komplikasi. Vertigo posisi paroksismal
jinak (VPPJ), keluhan vertigo datang secara tiba-tiba terutama pada perubahan
posisi kepala dan keluhan vertigonya terasa sangat berat, kadang-kadang disertai
rasa mual sampai muntah, berlangsung tidak lama.(1)

Presentasi penyakit Meniere biasanya berupa serangan vertigo berulang


(96,2%), tinitus (91,1%), dan gangguan pendengaran ipsilateral (87,7%).5 Secara
klinis perjalanan penyakit Meniere sangat bervariasi antar pasien, mulai dari
remisi jangka panjang yang diselingi dengan serangan episodik hingga interval
serangan yang tak henti-hentinya. Pasien biasanya datang dengan keluhan
gangguan pendengaran sensorineural frekuensi rendah yang fluktuatif dan
progresif. Jika penyakit sudah berlangsung lama (>10 tahun) pola audiometri
mendatar dan gangguan pendengarn biasanya stabil pada rata-rata nada murni 50
dB dan skor diskriminasi bicara 50%.(8)

10
7.Diagnosis
Diagnosis dipermudah dengan dibakukannya kriteria diagnosis, yaitu:
1. Vertigo hilang timbul
2. Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli sensorineural.
3. Menyingkirkan kemungkinan penyebab sentral, misalnya tumor N VIII.
Bila gejala khas penyakit Meniere pada anamnesis ditemukan, maka diagnosis
penyakit meniere dapat ditegakkan.
Pemeriksaan fisik diperlukan hanya untuk menguatkann diagnosis penyakit
ini. Bila dalam anamnesis terdapat riwayat fluktuasi pendengaran, sedangkan pada
pemeriksaan ternyata terdapat tuli sensorineural, maka kita sudah dapat
mendiagnosis penyakit meniere, sebab tidak ada penyakit lain yang bisa
menyebabkan adanya perbaikan dalam tuli sensorineural, kecuali pada penyakit
meniere. Dalam hal yang meragukan kita dapat membuktikan adanya hidrops
dengan tes gliserin. Tes gliserin ini berguna untuk menentukan prognosis tindakan
operatif pada pembuatan “shuni”. Bila terdapat hidrops, maka operasi diduga akan
berhasil dengan baik.(1)

Kriteria diagnostik untuk penyakit Ménière :(9)


 Kriteria definitif :
- Dua atau lebih episode vertigo spontan yang masing-masing
berlangsung selama 20 menit hingga 12 jam
- Tuli sensorineural terdokumentasi lebih besar dari 30 dB di bawah dan
di atas 2 kHz
- Fluktuasi gejala aural (pendengaran, tinitus, dan rasa penuh) di telinga
yang terkena
- Tidak lebih baik diterangkan oleh penyakit vestibular lainnya
 Kriteria kemungkinan :
- Dua atau lebih episode vertigo atau pusing masing-masing
berlangsung selama 20 menit hingga 12 jam
- Fluktuasi gejala aural di telinga yang terkena
- Tidak lebih baik diterangkan oleh penyakit vestibular lainnya

11
8.Penatalaksanaan
Pada saat datang biasanya diberikan obat-obat simtomatik, seperti sedatif, dan
bila diperlukan dapat diberikan anti muntah. Bila diagnosis telah ditemukan,
pengobatan yang paling baik adalah sesuai dengan penyebabnya.(1)
Khusus untuk penyakit meniere, diberikan obat-obat vasodilator perifer untuk
mengurangi tekanan hidrops endolimfa. Dapat pula tekanan endolimfa ini
disalurkan ke tempat lain dengan jalan operasi, yaitu membuat “shunt”.
Obat-obat antiskemia, dapat pula diberikan sebagai obat alternatif dan juga
diberikan obat neurotonik untuk menguatkan sarafnya.(1)
Pengobatan yang khusus untuk nistagmus posisi paroksismal tipe jinak
(VPPJ) yang diduga penyebabnya adalah kotoran (debris), yaitu sisa-sisa utrikulus
yang terlepas dan menempel pada kupula kss posterior atau terapung dalam kanal.
Caranya ialah dengan menempelkan vibrator yang dapat menggetarkan kepala dan
menyebabkan kotoran itu terlepas dan hancur, sehingga tidak menggangguu lagi.
Pengobatan khusus untuk pasien yang menderita vertigo yang disebabkan
oleh rangsangan dari perputaran leher (vertigo servikal), ialah dengan traksi leher
dan fisioterapi, di samping latihan-latihan lain dalam rangka rehabilitasi.(10)
Neuritis vestibuler diobati dengan obat-obat simtomatik, neurotonik, anti
virus dan latihan (rehabilitasi).
Rehabilitasi penting diberikan, sebab dengan melatih sistem vestibuler ini
sangat menolong. Kadang-kadang gejala vertigo dapat diatasi dengan latihan yang
teratur dan baik. Orang-orang yang karena profesinya menderita vertigo servikal
dapat diatasi dengan latihan yang intensif, sehingga gejala yang timbul tidak lagi
menganggu pekerjaannya sehari-hari, misalnya pilot, pemain sirkus dan
olahragawan.(1)

12
9. Diagnosa Banding
Diagnosis banding penyakit Meniere antara lain:(8)
• Autoimmune inner ear disease
• Cerebrovascular disease (stroke/TIA)
• Sindrom Cogan‘s
• Tumor kantung Endolymphatic
• Meningioma dan tumor cerebellopontine angle lain
• Kondisi neurologis (vestibular migrain, multiple sklerosis).

10. Prognosis
Penyakit Meniere ditandai dengan gejala remisi dan eksaserbasi, sehingga
sulit untuk memprediksi perkembangannya. Penyakit ini berbeda untuk tiap
pasien dimana beberapa pasien mengalami remisi spontan dalam jangka waktu
hari hingga tahun, pada pasien lain dapat mengalami perburukan gejala secara
cepat, sedangkan beberapa pasien lain dapat mengalami perkembangan penyakit
yang lambat. Penelitian longitudinal telah menunjukkan bahwa setelah 10-20
tahun, serangan vertigo mereda pada kebanyakan pasien dan gangguan
pendengaran stabil ke tingkat sedang hingga berat (50 dB). Penyakit Meniere
biasanya unilateral dan seiring waktu beresiko berkembang ke telinga
kontralateral. Dari semua pasien Meniere, 25%-45% dapat berkembang ke telinga
kontralateral.(8)
Dalam kebanyakan kasus, setelah jangka waktu tertentu telinga bagian dalam
menjadi rusak secara permanen,dan frekuensi dan tingkat keparahan serangan
berkurang. Pada titik ini, adalah umum untuk pengalaman:(11)
 Keseimbangan yang buruk (terutama pada tanah yang tidak rata atau
pencahayaan yang buruk),
 Gangguan pendengaran permanen,
 Sisa menderu atau mendesis di telinga.

13
11. Kesimpulan
Penyakit Meniere merupakan kelainan pada telinga dalam dengan
karakteristik serangan vertigo spontan, tuli sensorineural nada rendah yang
fluktuatif, rasa penuh di telinga dan tinitus. Penyebab pasti penyakit Meniere
belum diketahui, kemungkinan diduga akibat infeksi, alergi, genetika, kondisi
autoimun sistemik, hormonal atau vaskular. Penyakit Meniere terjadi karena
terdapatnya hidrops endolimfe akibat perubahan biokimiawi cairan endolimfe dan
perilimfe. Dalam menegakkan diagnosis penyakit Meniere dibutuhkan anamnesis
rinci dengan pemeriksaan pendengaran dan kesimbangan lengkap. Selain itu,
kemungkinan penyakit lain yang memiliki gejala yang mirip dengan penyakit
Meniere harus disingkirkan. Penatalaksanaan penyakit Meniere terdiri dari
modifikasi diet seperti diet rendah garam, terapi medikamentosa seperti diuretik
dan betahistin serta terapi pembedahan seperti injeksi intratimpani dan operasi
sakus endolimfatikus.

14
DAFTAR PUSTAKA
1. Bashruddin EH dan J. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan
Leher. 7th ed. jakarta: Fakultas Kedokteran Universita Indonesia; 2015.
87–88 p.
2. Sabig L, . M. Tatalaksana Non Intervensional Pasien Dengan Penyakit
Meniere. Medica Hosp J Clin Med. 2018;5(1):47–53.
3. National T, Disorders OC. Ménière ’ s Disease.
4. Paulsen F, Waschke J. Atlas Anatomi Sobotta Jilid 3. 23rd ed. Jakarta:
EGC; 2012. 136–144 p.
5. Subekti A. Fisiologi Telinga. 2003;
6. Iswari M, Nurhastuti. Anatomi, Fisiologi Dan Genetika. J Chem Inf Model
[Internet]. 2018;53(9):1. Available from:
http://repository.unp.ac.id/20541/1/BUKU Anatomi, Fisiologi dan Genetika
edit.pdf
7. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari sel ke sel. 8th ed. Jakarta: EGC; 2013.
231–244 p.
8. Akbar O, Rosalinda R. Diagnosis dan Penatalaksanaan Penyakit Meniere. J
Otorinolaringol Kepala dan leher Indones. 2022;1(1):83–92.
9. Wu V, Sykes EA, Beyea MM, Simpson MTW, Beyea JA. Approach to
Ménière disease management. Can Fam Physician. 2019 Jul;65(7):463–7.
10. Tonkin J. New treatment for Meniere ’ s disease. 2002;31(8):1–2.
11. Health N. Meniere ’ s Disease Tel : Meniere ’ s Disease. Patient Inf. 2020;

15
16

Anda mungkin juga menyukai