RHINITIS VASOMOTOR
Oleh:
Faris Naufal, S.Ked
NIM. 1930912310073
Pembimbing :
dr. Ida Bagus Ngurah Swabawa, Sp.THT-KL
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1
A. Anatomi Hidung................................................................ 2
B. Definisi............................................................................... 6
C. Epidemiologi...................................................................... 6
D. Etiologi............................................................................... 6
E. Patofisiologi....................................................................... 7
F. Gambaran Klinis................................................................. 9
G. Diagnosis........................................................................... 10
H. Tatalaksana........................................................................ 12
I. Komplikasi.......................................................................... 14
J. Pencegahan.......................................................................... 14
K. Prognosis............................................................................ 15
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................... 22
BAB V PENUTUP............................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 28
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
iv
BAB I
PENDAHULUAN
hidung. Rhinitis terbagi menjadi dua yaitu rhinitis alergi dan rhinitis non alergi.
hidung yang ditandai dengan adanya edema dan hipersekresi kelenjar pada
mukosa hidung apabila terpapar oleh iritan spesifik terjadi pada rhinitis
vasomotor.2
Angka kejadian rhinitis vasomotor muncul antara usia 20-60 tahun. Wanita
mempunyai gejala yang mirip dengan rhinitis alergi sehingga sulit untuk
atau encer dan bersin. Penyebab rhinitis vasomotor yaitu udara dingin, kelembaban
yang tinggi, polusi udara, asap rokok, bau yang merangsang dan stress
negatif, test RAST negatif, serta kadar IgE total dalam batas normal.3,
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Hidung
Hidung terdiri dari hidung bagian luar atau piramid hidung dan rongga hidung
d. Ala nasi
e. Kolumela
belakang dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi
kanan dan kiri. Lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior,
tepat dibelakang disebut dengan vestibulum. Vestibulum dilapisi oleh kulit yang
2
yang disebut vibrise. Sedangkan nares posterior (koana) yang menghubungkan
kavum nasi dengan nasofaring. Tiap kavum nasi mempunyai empat buah dinding,
Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum dibentuk oleh tulang dan
vomer, 3) krista nasalis os maksila dan 4) krista nasalis os palatine. Bagian tulang
Dinding lateral terdapat 4 buah konka yaitu yang terbesar bagian bawah
konka inferior kemudian lebih kecil adalah konka media dan lebih kecil lagi
konka superior dan yang terkecil disebut konka suprema yang biasanya
rudimenter. Diantara konka dan dinding lateral hidung terdapat meatus nasi yang
jumlahnya tiga buah, yaitu meatus inferior, meatus media, dan meatus superior.
Meatus inferior terletak diantara konka inferior dengan dasar hidung dan dinding
lateral rongga hidung. Pada meatus inferior terdapat muara (ostium) duktus
nasolakrimalis. Meatus medius terletak di antara konka media dan dinding lateral
rongga hidung yang bermuara pada sinus frontalis, sinus etmoid anterior dan
3
4
sinus maksilaris. Pada meatus superior yang merupakan ruang di antara konka
superior dan konka media terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus
sphenoid.1
maksila dan os palatum. Dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa secara histologi dan fungsional dibagi
mempunyai silia dan terdapat sel-sel goblet. Dalam keadaan normal warna
mukosa adalah merah muda dan selalu basah karena diliputi oleh palut lendir.
Gangguan pada fungsi silia akan menyebabkan banyak sekret terkumpul dan
disebabkan oleh pengeringan udara yang berlebihan, radang, sekret kental, dan
obat-obatan. Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior,
dan sepertiga bagian atas septum. Mukosa dilapisi oleh epitel pseudostratified
Kiesselbach yang mudah cedera oleh trauma sehingga sering menjadi sumber
epistaksis anterior. Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan
persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung. Ganglion ini menerima
permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor
B. Definisi
Rhinitis Vasomotor digolongkan dalam rhinitis non alergi bila adanya alergi/
cukit kulit dan kadar antibodi IgE spesifik serum. Kelainan ini disebut juga
rhinitis.1
C. Epidemiologi
orang terkena rhinitis alergi, dengan biaya lebih dari 1,9 miliar dollar per tahun.
alergi. Rhinitis vasomotor muncul paling sering antara usia 20-60 tahun. Wanita
lebih banyak terkena rhinitis vasomotor daripada pria. 70% populasi berusia 50
vasomotor.2
D. Etiologi
lokal.
b. Faktor fisik, seperti asap rokok, udara dingin, kelembaban udara yang
E. Patofisiologi
1. Neurogenik
bergantian setiap 2-4 jam. Keadaan ini disebut sebagai ‘siklus nasi’.
2. Neuropeptida
Elemen ini tidak hanya sebagai dilatasi pembuluh darah tetapi juga
3. Nitrit oksida.
Kadar nitrit oksida (NO) yang tinggi dan persisten di lapisan epitel
4. Trauma
F. Gambaran Klinis
Gambaran klinis rhinitis vasomotor terjadi persisten, ada atau tidak adanya
alergen tidak berpengaruh. Namun, ada beberapa gejala yang memburuk pada
waktu tertentu dalam setahun (yaitu musim semi dan musim gugur). Faktor-
faktor ini termasuk bau yang merangsang menghirup udara dingin, perubahan
alkohol. Faktor pencetus rangsangan non spesifik seperti asap rokok, bau yang
stress, minuman beralkohol atau makanan pedas. Pada keadaan normal faktor
Kelainan ini mempunyai gejala yang mirip dengan rhinitis alergi namun gejala
10
yang dominan adalah hidung tersumbat secara bergantian kanan dan kiri
tergantung posisi perubahan posisi pasien. Keluhan bersin tidak begitu nyata
dibandingkan rhinitis alergi terdapat adanya rinore mukoid atau serosa. Keluhan
Gejala dapat memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur oleh karena adanya
perbuhan suhu yang ekstrim. Selain itu juga dapat dijumpai keluhan adanya ingus
golongan yaitu:1
topikal.
antikolinergik topikal.
G. Diagnosis
Anamnesis
a. Gejala utama: 6
• Udara dingin
• Perubahan kelembaban
• Asap Rokok
• Polusi Udara
Pemeriksaan Fisik
Rongga hidung terdapat sekret mukoid atau serosa (post nasal drip)1
Pemeriksaan Penunjang
rhinitis alergi. Test kulit (skin test) negatif, demikian pula test RAST, serta kadar
IgE total dalam batas normal. Kadang-kadang ditemukan juga eosinofil pada
sekret hidung, akan tetapi dalam jumlah yang sedikit. Infeksi sering menyertai
yang ditandai dengan adanya sel neutrofil dalam sekret. Pemeriksaan radiologi
sinus memperlihatkan mukosa yang edema dan mungkin tampak gambaran cairan
H. Tatalaksana
2. Terapi Medikamentosa
a. Dekongestan
c. Anti Histamin
13
d. Anti kolinergik efektif pada pasien dengan rinore sebagai keluhan utama.
e. Kortikosteroid Topikal
dan mengurangi basofil dan sel mast. Biasanya digunakan selama 1-2
minggu dengan satu kali sehari dosis 200 mcg. Contoh steroid topikal :
cautery).
pasien dengan keluhan rinore yang hebat. Terapi ini sulit dilakukan, dengan
I. Pencegahan
J. Komplikasi
yang mungkin terjadi hanyalah seperti infeksi pada hidung yang menyebabkan
terjadinya polip nasi dan sinusitis. Sedangkan komplikasi yang mungkin terjadi
dari terapi neurektomi adalah diplopia, buta, gangguan lakrimasi, neuralgia atau
K. Prognosis
daripada golongan rinore. Oleh karena golongan rinore sangat mirip dengan
rhinitis alergi, perlu anamnesis dan pemeriksaan yang teliti untuk memastikan
diagnosisnya. Secara umum prognosis ini dapat membaik namun dapat resisten
hilang/sembuh.1
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. AS
Umur : 58 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pekerjaan : Pensiun
II. ANAMNESIS
Sumber: Alloanamnesis
16
17
yang dirasakan sejak 6 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan hilang timbul.
Muncul mendadak sering saat pagi hari ataupun saat cuaca dingin. Keluhan
dirasakan pada kedua hidung, dan terjadi secara bergantian. Pasien juga sempat
mengeluhkan keluar cairan berwarna bening dan tidak berbau, namun keluhan
tersebut jarang terjadi. Cairan encer dan tidak bercampur darah. Keluhan bersin
jarang dikeluhkan oleh pasien. Keluhan hidung gatal disangkal oleh pasien.
kental dan berwarna putih. Keluhan dirasakan hilang timbul. Muncul bersamaan
keluar cairan disangkal oleh pasien. Tidak ada keluhan perdarahan hidung dan
gangguan penciuman. Tidak ada keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan, sulit
menelan, sesak napas, dan suara parau. Tidak ada keluhan demam, nyeri kepala,
Pasien pernah mengeluhkan keluhan serupa beberapa tahun yang lalu. HT (+),
Keluhan serupa tidak ada. Riwayat alergi, hipertensi, diabetes dan riwayat
Riwayat Pengobatan :
Pasien pernah berobat ke Sp.THT dengan keluhan serupa beberapa tahun yang
lalu dan sempat mendapat obat Iliadin, dan keluhan dirasakan hilang setelah
1. STATUS GENERALIS
2. TANDA VITAL
3. STATUS LOKALIS
a. Telinga
Inspeksi : Kelainan kongenital (-/-), massa (-/-), fistula (-/-), eritema (-/-),
Palpasi : Nyeri tekan preaurikular (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), nyeri
tekan tragus (-/-), nyeri tarik aurikular (-/-), massa (-/-), edema
(-/-)
MAE : Serumen (+/+) minimal, hiperemi (-/-), edema (-/-), furunkel (-/-),
19
hiperemis (-/-)
Test pendengaran
Kesimpulan : normal
b. Hidung
Sinus Parasanal : Nyeri tekan sinus frontalis (-/-), sinus maxillaris (-/-), sinus
ethmoidalis (-/-)
Rinoskopi Anterior :
Vestibulum nasi : Hiperemis (-/-), furunkel (-/-), edema (-/-), sekret (-/-)
Kavum nasi : Sekret (+/-) mucous, tampak massa (-/-), konka edema
c. Tenggorok
1) Rongga mulut
2) Orofaring
post nasal drip (-), refleks muntah (+), pseudomembran (-), edema (-/-), massa
(-/-). Tonsil: hiperemis (-/-), ukuran (T1/T1), pelebaran kripta (-/-), detritus (-/-)
d. Leher
1) Nasoendoskopi
Kesimpulan : Sekret (+/-) mucous, konka edema (+/+), mukosa hiperemis (+/+)
21
V. Diagnosis Kerja
Rhinitis Vasomotor
VI. Tatalaksana
Non Medikamentosa
3. Rutin kontrol sesuai anjuran dokter untuk keluhan hidung dan hipertensi
Medikamentosa
VI. Prognosis
PEMBAHASAN
dirasakan sejak 6 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan pada kedua hidung
bening dan tidak berbau. Keluhan sering muncul saat pagi atau saat cuaca
dingin. Pasien juga memiliki riwayat hipertensi dan rutin meminum obat
antihipertensi.
lebih banyak ditemukan pada usia dibawah 20 tahun. Pada pasien keluhan
fisik seperti udara dingin dan penggunaan obat-obatan yang menekan dan
22
23
keluhan sering terjadi setelah terpapar udara dingin, pasien juga rutin
alergi namun gejala yang dominan pada rhinitis vasomotor adalah hidung
alergi, terdapat adanya rinore mukoid atau serosa, keluhan ini jarang
disertai rasa gatal di hidung dan mata. Pada pasien ditemukan gejala yang
dominan berupa hidung tersumbat dan walaupun pada pasien juga disertai
rinore, hal ini jarang dikeluhkan oleh pasien. Keluhan pasien tanpa
obstruksi saluran pernafasan hidung serta gejala bersin dan rasa gatal.
24
reaksi vasomotor yang khas, terdapat disfungsi sistem saraf autonom yang
hidung yang menyebabkan gejala rinorea. Pada reaksi alergi dan disfungsi
saraf autonom.16
konka berwarna kemerahan atau merah tua, tetapi dapat pula pucat.
alergi dapat meliputi Test kulit (skin test) dengan hasil negatif, demikian
pula test RAST (Radioallergosorbent test), serta kadar IgE total dalam
batas normal.
tergantung pada faktor penyebab dan gejala yang menonjol, Jika stimulus
neutrofil dan eosinofil, penurunan pelepasan mediator sel mast dan basofil,
hidung. Sampai saat ini, tidak ada penelitian yang menentukan efektivitas
dekongestan hidung hingga lima hari dan tidak melebihi dosis yang
meningkatkan volume tidal (VT) paru dan diharapkan bila paru terbuka
baik daripada golongan rinore. Oleh karena golongan rinore sangat mirip
dengan rhinitis alergi, perlu anamnesis dan pemeriksaan yang teliti untuk
PENUTUP
bulan yang lalu Keluhan dirasakan pada kedua hidung secara bergantian
dan terkadang disertai keluar cairan encer berwarna bening dan tidak
berbau. Keluhan muncul saat pagi hari arau saat cuaca dingin. Pada
27
DAFTAR PUSTAKA
4. Dhingra PL. Anatomy of Nose Diseases of Ear, Nose and Throat, and
Head & Neck Surgery. 6th ed. Kundli: Replica Press; 2014. 170–3.
9. Adams, Boies, Higler, Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2013. 218-20.
10. Sánchez BM, Capriles HA, Caballero FF. A Novel Phenotype of
Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug Hypersensitivity. World Allergy
Organization Journal. 2009; 2(2), 17–19.
28
13. Hellings, P, Klimek, L. Non-allergic rhinitis: Position paper of the
European Academy of Allergy and Clinical Immunology. Allergy. 2017.
72(11), 1657–65.
14. Scarupa MD, Kaliner MA. Nonallergic rhinitis, with a focus on vasomotor
rhinitis: clinical importance, differential diagnosis, and effective treatment
recommendations. World Allergy Organ J. 2009
15. Adams G., Boies L., Higler P., 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke
enam. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 196-222.
18. Lockey RF. Rhinitis medicamentosa and the stuffy nose. J Allergy Clin
Immunol. 2006 Nov;118(5):1017-8.
29