Oleh:
NIM. 1930912310127
Pembimbing
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................. i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Anatomi Telinga.......................................................................... 4
B. Fisiologi Telinga.......................................................................... 7
C. Definisi........................................................................................ 9
D. Epidemiologi............................................................................... 9
F. Patogenesis.................................................................................. 14
G. Patofisiologis............................................................................... 15
H. Klasifikasi.................................................................................... 17
I. Diagnosis..................................................................................... 19
J. Tatalaksana.................................................................................. 23
K. Komplikasi.................................................................................. 24
L. Prognosis..................................................................................... 27
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................... 43
BAB V PENUTUP................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 56
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Auris Externa.................................................................................. 4
2. Auris Media..................................................................................... 5
3. Auris Interna.................................................................................... 6
4. Fisiologi Telinga............................................................................. 8
Fasialis.................................................................................................23
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga
tengah (otorea) terus menerus atau hilang timbul. 1,2 Otitis media akut (OMA)
dengan perforasi membran timpani menjadi OMSK apabila prosesnya sudah lebih
dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, disebut otitis media supuratif
subakut.1
yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya
Otitis media supuratif kronis dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu (1) OMSK
tipe aman (tipe mukosa=tipe benigna) pada OMSK tipe aman tidak terdapat
kolesteatoma dan (2) OMSK tipe bahaya (tipe tulang=tipe maligna) ialah OMSK
dengan insiden 11% lebih tinggi dibandingkan dengan negara negara maju yang
insidennya lebih rendah yaitu 2%. Data dari World Health Organization (WHO)
tahun 2004 menunjukkan bahwa OMSK dialami oleh 63-330 juta orang dengan
1
telinga berair, dimana 60% (39-200 juta) penderita mengalami gangguan
angka morbiditas THT sebesar 38.6%. Diperkirakan terdapat 31 juta kasus baru
OMSK pertahun dengan 22.6% pada anak-anak berusia <5 tahun. 3 Berdasarkan
jenis kelamin, penderita OMSK tipe maligna terbanyak adalah laki-laki dengan
20% dengan komplikasi intrakranial sebesar 5–10%. Otitis media supuratif kronik
bagi pasien atau anak yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan audiometri nada
murni. Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur dan
2
Otitis media supuratif kronik yang sukar disembuhkan dapat menyebabkan
tengah atau telinga tengah itu sendiri. Komplikasi ini bisa intratemporal yaitu
rekurensi dan mencegah komplikasi yang lebih berat. Tatalaksana studi OMSK
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI TELINGA
Telinga secara anatomis bisa dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu: auris
Auris Externa
Tabel 2.1 Auris Externa
4
Auris Media
Auris media merupakan ruangan berisi udara yang terdapat di dalam pars
incus dan stapes) dan berhubungan dengan nasopharynx melalui tuba auditiva
5
Terdapat dua otot yang berfungsi untuk mencegah kerusakan pada membran
Auris Interna
Auris interna merupakan bagian telinga yang paling medial dan terdiri atas
labirin ossea (suatu ruangan yang terbentung oleh tulang) dan labirin membranosa
Persarafan Telinga :
Persarafan telinga luar bagian auricula dilakukan oleh saraf sensoris kulit
6
Persarafan telinga tengah sama dengan telinga luar dengan tambahan plexus
tympanicus, cabang N.Petrosus minor, dan N.VII (N.facialis) dan chorda tympani
Saraf ini terdiri dari dua bagian yang berbeda, yaitu nervus vestibularis dan nervus
cochlearis, yang berperan untuk transmisi informasi aferen dari telinga dalam
Perdarahan Telinga :
Perdarahan telinga adalah yaitu liang telinga atau meatus acusticus externus
diperdarahi oleh dua arteri: arteri auricularis superior dan arteri temporalis
superficialis. Kedua arteri ini merupakan cabang dari arteri carotis communis
externa.7
Telinga tengah atau cavum tympani diperdarahi oleh dua arteri: arteri
merupakan cabang dari arteri maxillaris yang merupakan cabang dari arteri carotis
externa.7
B. FISIOLOGI TELINGA
7
Tabel 2.4 Fisiologi Telinga
postur tubuh yang melibatkan telinga dalam bagian aparatus vestibularis. Aparatus
vestibularis memiliki dua set struktur yaitu kanalis semisirkularis dan organ otolit
8
dalam mempertahankan posisi tubuh, sedangkan keseimbangan statokinetik
C. DEFINISI
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi konis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah
(otorea) terus menerus atau hilang timbul. Otitis media akut (OMA) dengan
Proses kronik akan menyebabkan erosi tulang yang luas dan progresif, lebih
dura, abses ekstra dura, abses subdural. Komplikasi intrakranial dari OMSK
D. EPIDEMIOLOGI
dengan insiden 11% lebih tinggi dibandingkan dengan negara negara maju yang
insidennya lebih rendah yaitu 2%. Data dari World Health Organization (WHO)
9
tahun 2004 menunjukkan bahwa OMSK dialami oleh 63-330 juta orang dengan
wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat, Pinggiran Pasifik dan Afrika. Penyakit ini
jarang dijumpai di Amerika, Eropa, Australia dan Timur Tengah. Hal ini
angka morbiditas THT sebesar 38.6%. Diperkirakan terdapat 31 juta kasus baru
OMSK pertahun dengan 22.6% pada anak-anak berusia <5 tahun. 3 Prevalensi
OMSK di Indonesia adalah 3.8% dan OMSK dengan kolesteatoma adalah 2% dari
kejadian OMSK serta penderita OMSK merupakan 25% dari penderita yang
20% dengan komplikasi intrakranial sebesar 5–10%. Otitis media supuratif kronik
10
Otitis media supuratif kronis tipe kolesteatom bisa menyebabkan komplikasi
total 2.765 pasien OMSK, sebanyak 502 (18.08%) merupakan tipe kolesteatom.
Dari 502 pasien ditemukan sebanyak 145 pasien mengalami komplikasi, 33.79%
di antaranya ke intrakranial.3
Insiden dan prevalensi dari OMSK telah menurun selama dekade terakhir
yang terlambat, penyakit yang ekstensif, komplikasi yang tinggi dan follow-up
yang rendah. 3
ditemukan di kulit saluran luar, tetapi dapat berkembang biak dengan adanya
trauma, pembengkakan, luka atau kelembaban tinggi. Bakteri ini kemudian dapat
P.aeruginosa secara khusus disalahkan atas kerusakan yang dalam dan progresif
pada telinga tengah dan struktur mastoid melalui toksin dan enzimnya.8
11
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi kronis
yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang
tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk.2,3
1. Umur
usia, semakin tinggi resiko terkena berbagai jenis penyakit. Setelah berusia 55
Tahun, resiko berlipat ganda setiap kurun waktu sepuluh tahun. Dua pertiga dari
semua serangan Otitis Media supuratif kronik terjadi pada orang berusia di atas 65
penyakit. Hal ini disebabkan karena pada lanjut usia banyak mangalami penuruan
2. Jenis Kelamin
karakteristik penyebab terjadinya OMSK, yakni lebih dari 50% responden yang
Hal ini terjadi karena gaya hidup laki-laki banyak yang beresiko terkena berbagai
jenis penyakit seperti OMSK. Penyakit OMSK tidak membedakan jenis kelamin
12
namun penyakit OMSK lebih beresiko terjadi pada pria dibanding wanita yaitu
kavum timpani apa bila berkepanjangan dapat berakibat akan memicu terjadinya
OMSK. Dalam hal ini laki-laki merupakan punggung pencari nafkah sehingga
hormonal adrenalin yang dihasilkan sebagai reaksi tubuh terhadap stress bila
berlebihan dan berlangsung lama akan menyebabkan reaksi dari organ tubuh
lainnya. Selain itu, hal ini disebabkan oleh pekerjaan laki-laki yang lebih sering
dilaksanakan di luar ruangan sehingga lebih mudah dan sering terinfeksi dengan
kontaminan lingkungan.2
3. Pendidikan
penyebab terjadinya OMSK, yakni mayoritas dari penderita OMSK adalah berpendidikan
SD sebanyak 13 orang (46 %), Penyakit OMSK tidak membedakan pendidikan namun
penyakit Otitis Media supuratif kronik lebih beresiko terjadi pada orang yang
berpendidikan lebih rendah. Hal ini karena orang yang berpendidikan lebih rendah
pengetahuan tentang resiko terjadi penyakit ini dan penyebab terjadinya sangat kurang. 2
13
5. Gangguan fungsi tuba eustachius
Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema
tetapi apakah hal ini merupakan fenomena primer atau sekunder masih belum
diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk
mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak
6. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi
penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau toksin-
7. Autoimun
F. PATOGENESIS
interaksi antara lingkungan, bakteri, inang dan faktor genetik. Mekanisme sistem
imun bawaan pada tubuh inang seperti jalur Toll-like receptors (TLR) terutama
TLR4/MyD88 adalah salah satu respon imun terhadap bakteri yang muncul. Pada
pasien OMSK kadar mRNA dari TLR4,TLR5 dan TLR7 menurun dibanding grup
menyebabkan pertahanan telinga tengah dari iang menjadi tidak efisien sehingga
14
mengakibatkan infeksi berulang dan inflamasi yang menetap sampai akhirnya
Biofilm yang dihasilkan oleh bakteri akan membuat bakteri menjadi resisten
terhadap antibiotik dan senyawa antimikroba lainnya . Hal ini membuat bakteri
sulit untuk diberantas dan dapat menyebabkan infeksi berulang. Biofilm melekat
kuat pada jaringan yang rusak, seperti osteitic bone (inflamasi pada tulang) dan
mukosa telinga tengah yang mengalami ulserasi. Biofilm juga melekat pada
menjadi lebih sulit.Sitokin juga terlibat dalam patogenesis otitis media. Kadar
sitokin pro inflamasi seperti IL-8 ditemukan pada efusi cairan pada penderita
OMSK. IL-8 berperan sebagai penanda kronisitas dari otitis media dan
G. PATOFISIOLOGI
tuba eutachius, baik faktor lingkungan, faktor genetik atau faktor anatomi. Tuba
eustachius memiliki tiga fungsi penting yang berhubungan dengan kavum timpani:
komplikasi OMA yang mengalami perforasi. Dapat juga terjadi akibat komplikasi
15
pemasangan pipa timpanostomi (pipa grommet) pada kasus otitis media efusi
(OME). Perforasi membran timpani gagal untuk menutup spontan, terjadi infeksi
berulang dari telinga luar atau paparan alergen dari lingkungan, sehingga
Infeksi kronis maupun infeksi akut berulang pada hidung dan tenggorok
dapat menyebabkan gangguan fungsi hingga infeksi dengan akibat otorea terus-
proses kongesti vaskuler, sehingga terjadi suatu daerah iskemi, selanjutnya terjadi
daerah nekrotik yang berupa bercak kuning, yang bila disertai tekanan akibat
berhubungan dengan dunia luar, sehingga kuman dari kanalis auditorius eksternus
dan dari udara luar dapat dengan bebas masuk ke dalam rongga timpani,
Keadaan kronik ini lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman
proses yang bersifat kambuhan atau menetap, efek dari kerusakan jaringan,serta
sekretorik dengan sel goblet yang mengeksresi sekret mukoid atau mukopurulen.
Adanya infeksi aktif dan sekret persisten yang berlangsung lama menyebabkan
16
Jaringan patologis dapat menutup membran timpani, sehingga menghalangi
terjadi proses deskuamasi yang akan mengisi telinga tengah dan antrum mastoid,
tulang pendengaran oleh reaksi erosi dari ensim osteolitik atau kolagenase yang
dihasilkan oleh proses kolesteatom dalam jaringan ikat subepitel. Pada proses
penutupan membran timpani dapat juga terjadi pembentukan membran atrofik dua
lapis tanpa unsur jaringan ikat, dimana membran bentuk ini akan cepat rusak pada
H. KLASIFIKASI
Otitis media supuratif kronis dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu (1) OMSK tipe
aman (tipe mukosa=tipe benigna) pada OMSK tipe aman tidak terdapat
kolesteatoma dan (2) OMSK tipe bahaya (tipe tulang=tipe maligna) ialah OMSK
dikenal juga OMSK aktif dan OMSK tenang.1 Otitis media supuratif kronik aktif
ialah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif,
sedangkan OMSK tenang ialah yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah
atau kering.1
17
Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan
Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai
dengan kolesteatoma. Otitis media supuratif kronik ini dikenal dengan tipe bahaya
atau OMSK tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau
subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK
tipe bahaya.1
A,B,C terdapat pada OMSK tipe benigna atau tubotimpani sedangkan gambar
18
Tabel 2.5 Perbedaan OMSK Tipe Benigna dan OMSK Tipe Maligna.1,9
Otorrhea
I. DIAGNOSIS
a. Anamnesis
˗ Riwayat sering keluar cairan dari telinga atau terus menerus dan berbau, dapat
˗ Gangguan pendengaran
˗ Tinnitus
˗ Nyeri telinga
19
b. Pemeriksan Fisik
˗ Perforasi membran timpani berupa perforasi sentral, atau subtotal tanpa ada
kolesteatoma
c. Pemeriksaan Penunjang
˗ Pemeriksaan penala
kontraks ketebalan 0.6 mm. Foto polos mastoid Schuller masih dapat
20
7. Dapat dilakukan paper patch test
d. Kriteria diagnosis
Riwayat keluar cairan dari telinga terus menerus atau hilang timbul lebih
dari 2 bulan dengan atau tanpa gejala klinis, adanya perforasi membran timpani
dan tidak ditemukan kolesteatoma pada pemeriksaan fisik atau tidak ada
pemeriksaan radiologi.
a. Anamnesis
˗ Riwayat sering keluar cairan dari telinga atau terus menerus dan berbau, dapat
˗ Gangguan pendengaran
˗ Tinnitus
˗ Nyeri telinga
˗ Gejala Komplikasi
21
b. Pemeriksan Fisik
˗ Terdapat kolesteatoma
˗ Liang telinga bisa lapang atau sempit bila terjadi shagging akibat destruksi
peningkatan intrakranial.
c. Pemeriksaan Penunjang
kontraks ketebalan 0.6 mm. Foto polos mastoid Schuller masih dapat
5. CT Scan kepala dengan dan tanpa kontras bila curiga adanya komplikasi
intrakranial
22
˗ Pemeriksaan penala
23
Motion :
˗ Dahi : tidak ada gerakan
˗ Mata : menutup tidak sempurna
˗ Mulut : asimetris walau dengan
usaha maksimal
V. Disfungsi Berat Gross :
˗ Hanya terdapat sedikit gerakan
˗ Saat istirahat asimetris
Motion :
˗ Dahi : tidak ada gerakan
˗ Mata : menutup tidak sempurna
VI. Paralisis Total Tidak ada gerakan sama sekali
K. TATALAKSANA
c. Antibiotika :
generasi IV)
2. Pembedahan :
3. Setelah Pembedahan:
a. Antibiotika :
24
˗ Pada kasus infeksi Metichillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) :
lain yang tidak bersifat ototoksik dan satu-satunya antibiotik yang sensitif
terhadap kuman hasil biakan sekret liang telinga yang diambil dipoliklinik
dibuka dari arah permukaan luarnya, lalu jaringan patologis dibuang, sedangkan
L. KOMPLIKASI
host. Host akan berespon dengan membentuk edema jaringan dan jaringan
granulasi. Saat infeksi di telinga tengah dan mastoid tidak teratasi, edema mukosa
25
Pada saat yang sama hambatan tersebut juga berlaku untuk antibiotik dan
anti inflamasi untuk mencapai sumber infeksi. Lingkungan seperti ini menjadi
Tuba eustachius tidak hanya berperan penting dalam patogenesis penyakit namun
juga berpengaruh terhadap komplikasi. Edema mukosa tuba merusak fungsi tuba
atas nervus fasialis atau dura mempengaruhi akses infeksi ke struktur nervus dan
tulang yang mengekspos dura atau nervus fasialis. Selain itu kolesteatoma
merupakan tempat yang subur untuk pertumbuhan kuman. Kuman-kuman ini akan
destruksi tulang pada dinding mastoid, melalui defek tersebut infeksi dengan
struktur yang terlibat terutama melalui jalur langsung dari mastoid atau melalui
vena dari mastoid ke struktur di sekitarnya. Jalur langsung dapat terbentuk akibat
26
dan fistula labirin. Komplikasi intrakranial terdiri dari abses atau jaringan
perifer biasanya ipsilateral dengan telinga yang terinfeksi yang disebabkan oleh
tekanan intrakranial. Sakit kepala dan letargi biasanya juga menyertai komplikasi
dan CT-Scan. Tomografi komputer dapat dilakukan dengan cepat dan sangat
terpercaya dalam menilai telinga tengah, pneumatisasi air sel mastoid dan adanya
adalah pungsi lumbal, untuk menilai adanya meningitis. Pungsi lumbal biasanya
27
Tabel 2.7 Distribusi Komplikasi Otitis Media12
M. PROGNOSIS
kontrol yang baik terhadap proses infeksinya. Pemulihan dari fungsi pendengaran
Keterlambatan dalam penanganan karena sifat tidak acuh dari pasien dapat
ditangani dengan segera. Kematian akibat OMSK terjadi pada 18.6% pasien
Insiden dan prevalensi dari OMSK telah menurun selama dekade terakhir
28
morbiditas dan sering menyebabkan kematian di negara berkembang dengan akses
yang terlambat, penyakit yang ekstensif, komplikasi yang tinggi dan follow-up
yang rendah.2
intrakranial sebanyak 31,2%. Hal ini disebabkan oleh infeksi yang memberat atau
29
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : An. MA
Umur : 6 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Suku : Banjar
2. Anamnesis
A. Keluhan Utama:
Pasien datang dengan keluhan keluar cairan pada telinga kanannya sejak 2
tahun terakhir. Keluhan muncul tiba-tiba, dan di rasakan terus menerus hingga
sekarang. Keluar cairan dari telinga kanan setiap hari, cairan encer, berwarna
sehari-hari pasien.
dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan telinga berdenging, telinga gatal,
30
Keluhan nyeri menelan, sulit menelan, batuk, sesak napas, suara parau
disangkal. Hidung tersumbat, keluar cairan dari hidung, bersin, gatal pada
hidung, nyeri daerah wajah dan pipi serta perdarahan juga disangkal. Keluhan
mudah lelah, nyeri kepala, nyeri perut, nyeri tulang, benjolan di ketiak, leher,
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama. Riwayat
E. Riwayat Alergi
F. Riwayat Kebiasaan
G. Riwayat Pengobatan
3. Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
Suhu : 36,5 °C
C. Pemeriksaan Fisik
Status lokalis
1. Telinga
Palpasi : Nyeri tekan preaurikular (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), nyeri tekan
(sde/-)
Test pendengaran
2. Hidung
Inspeksi : Deformitas(-),hiperemis(-),massa(-)
Sinus Parasanal : Nyeri tekan sinus frontalis (-/-), sinus maxillaris (-/+),
32
Rinoskopi Anterior
massa (-/-)
3. Tenggorok
Rongga mulut
Orofaring
(+)
33
Laring
4. Leher
5. Wajah
Foto Klinis
34
Gambar 3.2 Foto klinis pasien An. MA
35
D. Pemeriksaan Penunjang
Foto Thorax
Kesan :
36
• Skeletal : normal
Kesimpulan :
Kesimpulan :
Terdapat cholesteatum berukuran 1x0,9 cm di middle ear dextra yang tampak meluas
ke mastoid anthrum, prussac space, epi thympanum, mengerosi tegmen timpani dan
E. Dignosis Kerja
F. Penatalaksanaan Awal
• IVFD RL 20 tpm,
• Diet biasa
37
• Pro Canal Wall Down Mastoidectomy (Selasa, 12 Juli 2022)
Edukasi:
1. KIE mengenai penyakit yang diderita pasien serta terapi yang diberikan
2. KIE untuk menjaga kebersihan terutama di sekitar bekas luka operasi untuk
G. Prognosis
Ad Vitam : Dubia
Ad Sanationam :dubia
Ad Fungsionam : dubia
38
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien atas nama An. Muhammad Afif , 6 tahun, Pasien datang dengan
keluhan keluar cairan pada telinga kanannya sejak 2 tahun terakhir. Keluhan
muncul tiba-tiba, dan di rasakan terus menerus hingga sekarang. Keluar cairan dari
telinga kanan setiap hari, cairan encer, berwarna kekuningan, berbau, dan tidak
dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan telinga berdenging, telinga gatal, terasa
Keluhan nyeri menelan, sulit menelan, batuk, sesak napas, suara parau
disangkal. Hidung tersumbat, keluar cairan dari hidung, bersin, gatal pada hidung,
nyeri daerah wajah dan pipi serta perdarahan juga disangkal. Keluhan ganguan
nyeri kepala, nyeri perut, nyeri tulang, benjolan di ketiak, leher, dan lipatan paha
disangkal.
Berdasarkan dari anamnesis, keluhan pasien sudah sesuai dengan teori bahwa
pasien dengan OMSK tipe bahaya memiliki gejala nyeri telinga, gangguan
pendengaran dan memiliki riwayat keluar cairan dari telinga terus menerus yang
Kriteria diagnosis OMSK tipe bahaya yaitu riwayat keluar cairan dari telinga
terus menerus atau hilang timbul lebih dari 2 tahun dengan atau tanpa gejala
Otitis media kronik tipe bahaya, disebut juga bony, dangerous atau attico
antral type. Pada tipe ini sering diikuti dengan terjadinya osteitis atau destruksi
tulang yang sebagian besar disebabkan oleh kolesteatom. Tipe ini mempunyai
merupakan hasil dari interaksi antara lingkungan, bakteri, inang dan faktor genetik.
Mekanisme sistem imun bawaan pada tubuh inang seperti jalur Toll-like receptors
(TLR) terutama TLR4/MyD88 adalah salah satu respon imun terhadap bakteri
yang muncul. Pada pasien OMSK kadar mRNA dari TLR4,TLR5 dan TLR7
terjadinya otitis media menyebabkan pertahanan telinga tengah dari iang menjadi
menetap sampai akhirnya menjadi sakit telinga tengah yang bersifat kronik.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi kronis
a. Disfungsi tuba eustachius kronis yang sering disebabkan oleh infeksi kronis
40
c. Patologi mukosa telinga tengah yang ireversibel. Perubahan pada mukosa
d. Gangguan aerasi pada rongga telinga tengah. Gangguan ini dapat timbul
karena adanya penebalan mukosa, polip, jaringan granulasi, fibrosis atau adanya
timpanosklerosis.
f. Faktor konstitusi, seperti alergi dan daya tahan tubuh yang menurun.
Sesuai teori tersebut, pada pasien An. MA, yang mungkin menyebabkan
kondisinya sekarang adalah gejala infeksi telinga tengah yang tidak sembuh
sempurna dan terapi yang lambat diberikan. Mengingat OMSK tipe bahaya
diagnosis dini, walaupun diagnosis pasti baru bisa ditegakkan di kamar operasi.
Pasien juga menderita riwayat infeksi sinus yang didertia sejak lama,
Infeksi kronis maupun infeksi akut berulang pada hidung dan tenggorok
dapat menyebabkan gangguan fungsi hingga infeksi dengan akibat otorea terus-
proses kongesti vaskuler, sehingga terjadi suatu daerah iskemi, selanjutnya terjadi
daerah nekrotik yang berupa bercak kuning, yang bila disertai tekanan akibat
berhubungan dengan dunia luar, sehingga kuman dari kanalis auditorius eksternus
dan dari udara luar dapat dengan bebas masuk ke dalam rongga timpani,
auricula dextra sempit sehingga organ dalam sulit untuk dievaluasi. Hal ini
Penulis curiga bahwa terdapat kolesteatoma pada auricula dextra. pasien Pasien
juga terdapat fistel retroaurikular. Sesuai dengan teori, bahwa pada pemeriksaan
fisik pasien dengan OMSK tipe marginal, liang telinga bisa lapang atau sempit
bila terjadi shagging akibat destruksi liang telinga posterior, terdapat kolesteatom,
yang berbau, Bila terdapat komplikasi dapat ditemukan abses retroaurikular, fistel
intrakranial.
Pada pemeriksaan garpu tala, pasien menunjukkan hasil normal, hal ini
tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa pasien dengan otitis media
campuran lebih banyak dibandingkan jenis yang lain hal ini kemungkinan
menyebabkan tuli konduksi dan apabila infeksi sudah masuk ke koklea maka akan
gambaran tuli campuran. Hal ini disebabkan secara anatomi mastoid adalah organ
42
yang paling dekat dengan proses infeksi dengan mekanisme destruksi dari kortek
konfirmasi adanya mastoiditis, ada tidaknya dan gambaran mastoid air cell.
Hawkins dan Dru (1983) melaporkan pada penelitiannya bahwa bila ditemukan
destruksi tulang temporal pada gambaran radiologis foto polos mastoid, maka
otitis media, mendeteksi ada tidaknya destruksi, pembentukan pus, dan adanya
emas (gold standard), pada otitis media yang diduga disertai dengan komplikasi.
Hal ini sebaiknya dilakukan pada 24 jam saat kedatangan pertama dengan
potongan axial dan koronal sebesar 1 mm/slices menggunakan resolusi 30-50 mA.
melalui pungsi aspirasi, insisi drainase, maupun saat operasi. Penderita sebaiknya
belum mendapat pengobatan antibiotik, karena hal ini akan mempengaruhi hasil
Terapi pada pasien An.MA sudah sesuai dengan teori, dimana dilakukan
43
pemberian terapi medikamentosa (non pembedahan) yaitu pemberian IVFD RL 20
tpm, injeksi ceftriaxone 2x1 g, injeksi antrain 3x3/ 4 amp, injeksi dexamethasone
2x1 amp, diet biasa dan Pro Canal Wall Down Mastoidectomy. Pemberian
antibiotik harus segera diberikan, pada otitis media kronik yang disebabkan kuman
dengan atau tanpa timpanoplasti. Jenis operasi ini tergantung pada luasnya infeksi
atau kolesteatoma, sarana yang tersedia serta pengalaman operator. Tujuan operasi
mastoidektomi simpel, korteks mastoid dibuka dari arah permukaan luarnya, lalu
tepi fistel yang telah dieksisi, graft tulang atau kartilago, penutupan dengan
menggunakan epitel mastoid, flap periosteal, graft fat free abdomen, flap kulit
rotasional, flap transposisi fasia temporalis superfisial dan flap rotasional otot
temporalis.
44
BAB IV
KESIMPULAN
Tipe maligna Auris Dextra. Dapat diberikan terapi pemberian IVFD RL 20 tpm,
injeksi ceftriaxone 2x1 g, injeksi antrain 3x3/ 4 amp, injeksi dexamethasone 2x1
tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga
tengah (otorea) terus menerus atau hilang timbul.1,2 Otitis media akut (OMA)
dengan perforasi membran timpani menjadi OMSK apabila prosesnya sudah lebih
dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, disebut otitis media supuratif
subakut. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi
yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya
20% dengan komplikasi intrakranial sebesar 5–10%. Otitis media supuratif kronik
45
telinga hidung tenggorok terutama pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala
bagi pasien atau anak yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan audiometri nada
murni. Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur dan
tengah atau telinga tengah itu sendiri. Komplikasi ini bisa intratemporal yaitu
rekurensi dan mencegah komplikasi yang lebih berat. Tatalaksana studi OMSK
46
DAFTAR PUSTAKA
4. Umar Nabila Sidi, Pary M Isa dan Soesanty. Karakteristik pasien otitis media
supuratif kronik di poliklinik telinga hidung tenggorok rumah sakit umum
daerah dr. H. Chasan Boesoire Periode Januari - Juli 2019. Kieraha Medical
Journal. 2019; 1(1): 60-63.
6. Azhari Salsabila Inrah Azhari, Mulyati Sri. Gambaran X-foto Schuller pada
pasien otitis media kronis di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan
Surabaya Periode 2015-2016. Hang Tuah Medical Journal. 2018; 16(1): 69-78.
7. Emmett SD, Kokesh J, Kaylie D, Chronic ear disease. Med Clin N Am. 2018.
8. Sari Jenny Tri Yuspita, Edward Yan dan Rosalinda Rossy. Otitis media
supuratif kronis tipe kolesteatom dengan komplikasi meningitis dan paresis
nervus fasialis perifer. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; (4): 88-8
9. Aninditia Mita. Karya Tulis Ilmiah BabII diakses pada tanggal 1 Januari 2021,
available at:
47
12. Aboet A. 2007. Radang telinga tengah menahun. In Pidato Pengukuhan Guru
Besar Tetap Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala
Leher, Kampus USU.
48