Pemfigus Vulgaris
Disusun oleh :
Pembimbing :
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2018
DAFTAR ISI
3.1.6 Pemeriksaan............................................................................................. 34
3.1.8 Terapi....................................................................................................... 38
i
ii
3.3.3 Patofisiologi............................................................................................. 46
3.4.5 Pemeriksaan............................................................................................. 54
iii
iii
DAFTAR TABEL
iv
iv
BAB I
PENDAHULUAN
berusia 49 tahun dengan temuan klinis terdapat lesi erosif, eritem, dan ireguler pada
rongga mulutnya. Ia mengaku mengalami stres terhadap sikap suami dan anaknya
yang kurang baik. Hal tersebut cenderung menunjukkan gejala Pemfigus Vulgaris.
Penyakit ini perlu diketahui oleh para dokter khususnya dokter gigi karena
lesi ini dapat menyebar ke seluruh anggota tubuh, mengakibatkan sulit membuka
mulut, sulit menelan sehingga dapat mengganggu kualitas hidup yang dapat
1
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : Ibu M
Agama : Islam
Usia : 48 Tahun
Status : Menikah
NRM : 16538xx
2.1.2 Anamnesa
yang lalu pada rongga mulut, lalu pasien berobat ke dokter gigi dan diberi obat
antibiotik, vitamin B12 dan obat kumur. Pasien pernah berobat ke beberapa dokter
umum dan dokter gigi, namun tidak ada perubahan. Saat ini, pasien hanya bisa
makan makanan lunak seperti bubur dan susu. Rongga mulut pasien terasa panas,
perih, dan sulit untuk bicara, serta pasien mengeluhkan ada riwayat gatal-gatal dan
gelembung berisi cairan yang mudah pecah di beberapa bagian tubuh 2 bulan
yang lalu.
2
3
Sklera : non-ikterik
2) Gingiva :
3) Mukosa Bukal : mukosa bukal kiri : lesi erosive, ireguler, sakit (+)
4) Mukosa Labial : mukosa labial bawah lesi erosive, ireguler, sakit (+)
6) Palatum Mole :
8) Gigi Geligi : gangren pulpa 18, gangren radix 16, 28, 38, 45,46,
a b
c d
5
e f
g h
Gambar 2.1. Gambaran Klinis Pasien Kunjungan I (a) tampilan frontal; (b) bibir, lesi
erosif di seluruh bibir; (c) leher, 2 buah krusta ireguler ; (d) dan (e) lidah bagian kiri, dan
kanan; (f) Lidah bagian dorsal terdapat garis linier memanjang ukuran 1 cm; (g) mukosa
labial atas, lesi erosif, eritema, ireguler; (h) mukosa labial bawah, terdapat lesi erosif,
eritema, ireguler; (i) Palatum durum, lesi erosif, eritema multiple, ireguler.
6
Radiologi : TDL
Mikrobiologi : TDL
Darah : TDL
2.1.7 Diagnosis
Fissure Tongue
Coated Tongue
2.1.8 Perawatan
1. OHI, KIE (membersihkan gigi dan bibir dengan kassa yang dibasahi
dengan NaCl).
2. Pro Konsul ke bagian Bedah Mulut untuk tata laksana gigi 18, 16, 28,
38, 48
4. Resep
∫ 3dd 1
R/ Entrasol 2 box
∫ 2dd 1
∫ 1dd1
2.2.1 Anamnesa
Keluhan sariawan sudah berkurang, 8 hari yang lalu terasa demam, minum
obat paracetamol, dan demam mereda. Pasien sudah dapat membuka mulut dan
makan.
Nadi : TDL
Pernafasan : TDL
Suhu : afebris
Kelenjar Limfe
:Konjungtiva : Anemis
:Sklera : Non-Ikterik
Bibir : TAK
Mukosa bukal kanan ar 47-48 : terdapat lesi erosif, eritem berkurang, sakit
(+),perbaikan (+)
Mukosa bukal kiri ar 37-38 : terdapat lesi erosif, eritem berkurang, sakit (+),
perbaikan (+)
perbaikan (+)
GP
a b
10
c d
e f
g
11
h i
j k
Gambar 2.2. Gambaran Klinis Pasien Kunjungan II (a) tampilan frontal; (b) bibir,
dengan sudut bibir terdapat ulcer, dasar putih, ukuran 0,8mm; (c) lidah bagian dorsal,
terdapat ulkus, multiple, ukuran 0,8 cm, kedalaman 1 mm; (d) lidah bagian ventral,
terdapat lesi erosif, tepi ireguler, dasar kekuningan; (e) dan (f) lidah bagian kiri, dan
kanan; (g) palatum, terdapat lesi ulseratif, ireguler, ukuran 2mm; (h) mukosa labial RB,
terdapat lesi ulseratif, eritema, tend to bleed (+), ukuran 2mm; (i) mukosa labial RA; (j)
mukosa bukal kanan, terdapat lesi ulseratif, ukuran 1cm, tepi ireguler, tend to bleed (+);
(k) mukosa bukal kiri, terdapat lesi ulseratif, tepi ireguler, tend to bleed (+).
Radiologi : TDL
Mikrobiologi : TDL
Darah : TDL
12
2.2.8 Diagnosis
- OHI dan KIE (membersihkan gigi dengan kassa yang dibasahi dexamethasone
mF dtd in pulv no 14
- Dexamethason 0,05 mg
Lanolin 2,5 gr
Add vaselin 25 gr
m.f unguentum
∫ dd 1 ac.
2.3.1 Anamnesa
Keluhan sariawan sudah berkurang namun terasa perih dan sakit pada
rongga mulut terutama lidah sejak 4 hari yang lalu. Dan sudut bibir masih terasa
sakit. Obat kumur dan salep dipakai sesuai aturan. Seminggu yang lalu, pasien
dirawat di amarilis karena lesi pada tubuh semakin meluas. Pasien sudah membaik
13
dan pulang kemarin. Dan mendapat obat dari kulit (Omeprazole, Azathioprine,
Cetirizine, Methylprednisolone).
Nadi : TDL
Pernafasan : TDL
Suhu : afebris
Kelenjar Limfe
:Konjungtiva : Anemis
:Sklera : Non-Ikterik
Sudut bibir : Ulcer, tepi ireguler, warna dasar kemerahan, ukuran 1,2 mm,
14
Mukosa labial atas ar 13 : terdapat lesi erosif, eritema, sakit (-), perbaikan (+)
Mukosa bukal kanan dan kiri : terdapat lesi erosif ditutupi pesudomembran
(+)
Ventral lidah : terdapat lesi erosif, eritem, tepi ireguler, sakit (+),
diameter 1 cm
GP
a b
16
c d
e f
h i
17
j k
Gambar 2.3. Gambaran Klinis Pasien Kunjungan III (a) tampilan frontal; (b) bibir,
dengan sudut bibir terdapat ulcer, tepi ireguler, warna dasar kemerahan; (c), (d), (e), (f)
lidah bagian dorsal, ventral, kiri, dan kanan, pada ventral lidah terdapat lesi erosif, eritem,
tepi ireguler; (g) palatum, terdapat lesi erosif, ireguler; (h) mukosa labial RB, terdapat lesi
erosif, warna putih kekuningan, dikelilingi eritem, tepi iregular; (i) mukosa labial RA,
terdapat terdapat lesi erosif, eritema; (j) dan (k) mukosa bukal kanan dan kiri, terdapat
lesi erosif ditutupi pesudomembran kekuningan, tepi ireguler.
Radiologi : TDL
Mikrobiologi : TDL
Darah : dilakukan
2.3.9 Diagnosis
Fissure Tongue
Coated Tongue
- OHI dan KIE (membersihkan gigi dengan sikat gigi berbulu halus dan lembut,
kumur dengan dexa kumur diamkan 1 menit, lalu buang dan diamkan 30 menit,
lalu kumur dengan cholhexidine gluconate 0,2% diamkan 1 menit lalu buang)
mF dtd in pulv no 15
19
- R/ NaCl 0,9% fl no I
∫ 1 dd 1
2.4.1 Anamnesa
Keluhan sariawan sudah berkurang namun masih terasa sakit pada pinggir
lidah sebelah kiri dan sudut bibir. Pinggir lidah terasa sakit karena terdapat sisa akar
dan sudut bibir terasa gatal bila memakai salep racikan. Tidak ada nyeri menelan.
Nadi : TDL
Pernafasan : TDL
Suhu : afebris
Kelenjar Limfe
:Konjungtiva : Anemis
:Sklera : Non-Ikterik
Bibir : TAK
Sudut bibir : Ulcer, dasar putih, ukuran diameter 0,8mm, kedalaman 0,5mm,
Mukosa labial bawah : terdapat lesi erosif, eritema, tend to bleed (+), sakit
Mukosa bukal kanan ar 47-48 : terdapat lesi erosif, ukuran 1cm, tepi ireguler, tend
Mukosa bukal kiri ar 37-38 : terdapat lesi erosif, ukuran 1,5 cm, tepi ireguler,
perbaikan (+)
21
GP
a b
c d
e f
h i
23
j k
Gambar 2.4. Gambaran Klinis Pasien Kunjungan IV (a) tampilan frontal; (b) bibir,
dengan sudut bibir terdapat Ulcer, dasar putih, ukuran diameter 0,8mm, kedalaman
0,5mm, tepi ireguler,; (c) lidah bagian dorsal, terdapat ulkus, multiple, ukuran 0,8 cm,
kedalaman 1 mm; (d) lidah bagian ventral, terdapat lesi erosif, tepi ireguler, dasar
kekuningan, ukuran diameter 0,8 cm; (e) dan (f) lidah bagian kiri, dan kanan; (g)
palatum, terdapat lesi ulseratif, ireguler, ukuran 2mm; (h) mukosa labial RB, terdapat lesi
ulseratif, eritema, tend to bleed (+), ukuran 2mm; (i) mukosa labial RA; (j) mukosa bukal
kanan, terdapat lesi ulseratif, ukuran 1cm, tepi ireguler, tend to bleed (+); (k) mukosa
bukal kiri, terdapat lesi ulseratif, tepi ireguler, tend to bleed (+).
Radiologi : TDL
Mikrobiologi : TDL
Darah : dilakukan
2.4.9 Diagnosis
Fissure Tongue
Coated Tongue
- OHI dan KIE (membersihkan gigi dengan sikat gigi berbulu halus dan lembut,
kumur dengan dexa kumur diamkan 1 menit, lalu buang dan diamkan 30 menit,
lalu kumur dengan cholhexidine gluconate 0,2% diamkan 1 menit lalu buang,
mF dtd in pulv no 14
∫ 3 dd 10 ml coll oris
∫ 1 dd 1 po
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pemfigus
3.1.1 Definisi
menyebabkan terbentuknya lepuhan dan erosi pada kulit dan membrane mukosa.
Lesi epithelial ini merupakan hasil autoantibodi yang bereaksi terhadap desmosome
glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel keratinosit. Reaksi imun melawan
jumlah lebih dari 80%. Mekanisme yang bertanggung jawab menyebabkan lesi
foliaceous ditandai dengan adanya antibodi Desmoglein 1, namun antibody ini juga
ditemukan pada pasien dengan PV dalam waktu yang lama (Greenberg, et al.,
2003).
Pemisahan sel, dengan nama lain acantholysis, terjadi pada lapisan terbawah
awal sel epitel yaitu kehilangan substansi intercellular cement, dan diikuti oleh
27
27
daerah epitelium yang lebih besar, akan menghasilkan kehilangan daerah kulit dan
3.1.2 Klasifikasi
vulgaris biasanya terjadi pada usia pertengahan yaitu dekade 4 sampai 7 dan jarang
mengenai usia kurang dari 20 tahun. Frekuensi terjadinya pada wanita dan pria
adalah sama kira-kira 50% dari lesi mulai terjadi dalam rongga mulut dan di dalam
mulut sering ditemukan beberapa tahap dari penyakit ini . Vesikel dan bula yang
berbentuk bulat dan tegang cenderung timbul pada kulit yang semula relatif tampak
normal dan dipresipitasi oleh tekanan atau gesekan, seperti dari pengunyahan, gigi
tiruan, dan lain-lain (Tarmidi dan Nugroho, 2001). Tetapi juga pada kulit yang
milimeter sampai beberapa sentimeter. Lesi berisi cairan encer yang kemudian
Pada permukaan mukosa vesikel dan bula ini tidak tahan lama, mudah pecah
dan meninggalkan ulser yang sakit. Ulser dapat sembuh tanpa jaringan parut.
mengandung sel-sel akantolisis, sel-sel radang, tidak khas juga sejumlah eosinofil
Jenis ini merupakan suatu varian dari pemfigus vulgaris. Gejalanya tidak
sehebat pemfigus vulgaris. Sering mulai terjadi pada daerah hidung dan mulut,
2009). Membran mukosa sering kali terkena yang ditandai dengan adanya vegetasi
fungoid yang terbentuk pada erosi setelah bula pecah, terutama mengenai batas
vermilion dari merah bibir (Tarmidi dan Nugroho, 2001). Masa fungoid tertutup
vegetans. Dapat sembuh setelah bertahun-tahun atau berubah menjadi varian yang
lebih berat. Lesi di mulut jarang ditemukan. Secara mikroskopik, vesikel tidak
begitu jelas dan terdapat pada lapisan prickle. Akantolisis pada sel lapisan granular
dan bagian atas dari rate malphigi (Tarmidi dan Nugroho, 2001).
29
Merupakan jenis pemfigus yang paling ringan. Secara klinis terlihat bersisik
dan kemerah-merahan. Biasanya terdapat pada wajah, kulit kepala dan tubuh bagian
atas. Pada wajah lesi terlihat seperti gambaran kupu-kupu. Lesi di dalam rongga
mulut sangat jarang ditemukan, secara histologis mirip dengan pemfigus foliaseus
Pada pemfigus paraneoplastik, terdapat lepuhan yang parah dan erosi pada
bagian membran mukosa dan kulit. Tipe pemfigus ini biasanya berhubungan
3.1.3 Etiopatogenesis
dan 3. Jika yang diserang hanya desmoglein 3 akan menyebabkan lesi intraepitelial,
epidermis dan membran mukosa (Gambar 3.1) (Greenberg and Glick, 2003).
Antibodi tersebut merupakan subkelas IgG1 dan IgG4, tetapi yang patogenik ialah
IgG4, dapat menyebabkan proses akantolisis tanpa adanya sel komplemen atau sel
inflamasi. Pembentukan autoantibodi bersifat T-cell dependent, Th1 dan Th2 yang
antibodi dan aktivitas penyakit. Antibodi ini dapat melalui plasenta dan akan
et al, pada tikus yang disuntik antibodi terhadap desmoglein 1 dan 3, akan muncul
Gambaran histologi pada biopsi lesi pemfigus vulgaris berupa gambaran bulla
bagian epidermis lain yang lebih superfisial tampak lepas dan membentuk bulla.
Kadang tampak sel keratinosit yang lepas ke dalam bulla. Bagian superfisial
3.1.5.1 Sistemik
Bentuk paling umum dari semua tipe pemfigus, lesi awalnya berupa vesikel
atau bula (Rai et al. 2015). Bulla yang pecah akan membentuk erosi/slough dan
kemudian menjadi krusta, merupakan jalan untuk infeksi sekunder yang dapat
meningkatkan mortalitas. Krusta sulit sembuh; jika sembuh akan membentuk lesi
hiperpigmentasi tanpa scar, karena lapisan dermis tidak terlibat (Stanley, 2008;
Pada sekitar 60% kasus lesi pertama kali muncul di mulut, sisanya muncul
pertama kali di kulit kepala, wajah, leher, ketiak atau genital. Lesi tidak gatal tetapi
sebelum adanya lesi kulit yang dapat muncul 5 bulan hingga 1 tahun setelah adanya
lesi mukosa. Lesi mukosa dapat mengenai mukosa oral, mukosa hidung,
sulit menelan. Pada beberapa kasus dapat terjadi esofagitis meskipun gangguan
dahulu sebelum lesi kulit. Kasus yang hanya mengenai kulit tanpa mengenai lapisan
Setelah manifestasi awal, timbul lesi dalam bentuk bula secara menyeluruh
di kulit setelah 4-12 bulan (Scully, 2013). Tanda khas penyakit dapat diketahui
dengan menekan bula yang utuh, dimana pada pasien dengan pemfigus vulgaris,
normal. Tanda khas lain adalah tekanan pada kulit yang terlihat normal akan
menyebabkan timbulnya lesi baru, yang disebut dengan Nikolsky’s sign, akibat
lapisan atas kulit terlepas dari lapisan basal. Nikolsky’s sign ini umumnya
berhubungan dengan pemfigus vulgaris, tetapi dapat juga terjadi pada epidermolisis
mengalami lesi mulut selama proses penyakitnya. Lima puluh sampai enam puluh
persen menunjukkan bahwa mulut merupakan tempat lesi pertama kali muncul
(Greenberg and Glick, 2003; Martinez et al. 2015), karena epitelium mukosa mulut
sehingga rentan terhadap akantolisis. Lesi mulut timbul sebagai bula dengan dasar
yang tidak meradang dan mudah pecah, meninggalkan ulserasi yang tidak khasyang
tidak sembuh dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat menimbulkan
kesulitan dalam menentukan diagnosis (Rai et al. 2015). Apabila terjadi luka akibat
pecahnya bula dan vesikel, biasanya penderita mengeluhkan adanya rasa sakit yang
hebat dan rasa terbakar pada gingiva, rasa perih pada tenggorokan sehingga
Paling umum lesi timbul pada mukosa bukal, palatum lunak, bibir bawah,
dasar mulut, orofaring, lidah dan gingiva (Scully, 2013; Greenberg and Glick,
2008;) dan meluas ke perifer sekitar gigi. Ulserasi dapat sembuh tanpa
dengan keluhan rasa sakit dan terbakar pada gingiva yang menyebabkan bau mulut
Gambar 3.5. (A) Lesi bulla pada pemfigus ; (B) Lesi erosif di mukosa bukal
(Lewis and Jordan, 2004)
3.1.6 Pemeriksaan
pada pemeriksaan klinis, pemeriksaan histologi, dan uji imunologik, atau dua tanda
yang mengarah diagnosis pemfigus vulgaris dan adanya uji imunologik (Singh,
2011).
Lesi pada kulit terlihat sebagai bula yang tidak teratur, timbul tiba-tiba,
terkadang dapat berisi darah, tanpa peradangan pada batasnya kecuali bila telah
terjadi infeksi sekunder. Bila vesikel akan terlihat erosi yang dangkal, berwarna
merah, mudah berdarah dan terkadang terjadi jaringan nekrotik di atasnya. Lokasi
yang sering ditemui adalah pada mukosa bukal, palatum lunak, bibir bawah, lidah
35
dan gingiva (Greenberg and Glick, 2008). Pada lesi mulut jarang ditemukan vesikel
blade yang digosokkan atau ditekan pada permukaan pergelangan tangan. Bila
bagian luar dari epitelium terkelupas atau terjadi bula, berarti kohesi berkurang dan
adanya gangguan di antara lapisan epitelium, hal ini dikenal dengan Nikolsky’s sign
(Scully, 2013; Tarmidi dan Nugroho, 2001). Selain itu, terdapat Asboe-Hansen sign
berupa gambaran bulla yang melebar jika bagian tengah bulla ditekan (James, et.al,
2011).
Nugroho, 2001).
Dilakukan dengan eksisi bula yang baru terbentuk di kulit, kemudian cairan
dari vesikel atau bula tersebut dilakukan pewarnaan untuk menentukan adanya
36
akantolisis epitel suprabasal dan adanya sel Tzank. Sel-sel ini menunjukkan
dan dikelilingi oleh sitoplasma eosinofilik yang jelas (Mignona et al., 2000).
dapat membantu menilai keberhasilan terapi, pada penderita yang telah remisi tidak
3.1.6.6 Biopsi
Biopsi dilakukan sebaiknya dari lesi kulit yang timbul. Diambil dari vesikel
atau bula yang berumur kurang dari 24 jam. Tetapi karena lesi tersebut jarang pada
mukosa mulut, maka biopsi diambil dari tepi lesi pada daerah akantolisis, bila
menunjukkan Nikolsky’s sign positif, lesi inilah yang dibiopsi (Greenberg and
Glick, 2008; Scully, 2013). Selain biopsi diagnosis PV dapat dipastikan melalui uji
bulla suprabasiler dengan akantolisis. Lapisan antara stratum basal epidermis dan
bagian epidermis lain yang lebih superfisial tampak lepas dan membentuk bulla.
37
Kadang tampak sel keratinosit yang lepas ke dalam bulla. Bagian superfisial
3.1.6.7 Imunofluoresensi
autoantibodi yang telah terikat pada jaringan. Pada PV, uji ini dilakukan terhadap
interseluler dari tipe IgG. Intensitas terbesar fluoresen biasanya berada dalam regio
benar PV, antibodi ini akan mengikat deposit imunoglobulin pada substansi
pasien yang bereaksi dengan jaringan normal sebagai kontrol untuk menunjukkan
adanya antibodi dan konsentrasinya pada sirkulasi. Tes ini dapat menilai keparahan
Diagnosa banding pemfigus vulgaris yaitu lichen planus tipe erosif yang
termasuk ke dalam lesi merah putih. Pada lichen planus tipe erosif, lesi yang matang
memiliki tepi merah tak teratur, pseudomembran sentral nektotik yang kekuningan
dan bercak putih melingkar yang terdapat di pinggiran. Keadaan tersebut disertai
38
rasa sangat sakit dan terjadi dengan cepat. Selain itu, terdapat gambaran striae
vulgaris. Lesi awal eritema multiform berupa makula sirkuler, kecil dan merah
dengan diameter bervariasi dari 0.5 mm – 2 cm. Makula kemudian membesar dan
membentuk daerah putih pucat atau jernih pada bagian tengah. Setelah itu, lesi-lesi
tersebut membentuk membentuk vesikel dan bulla tanpa disadari hingga akhirnya
pecah dan bergabung. Ulkus yang terbentuk umumnya lebar, kasar, dan dangkal
secara khas menutupi ulkus tersebut. Lesi eritema multiform muncul dalam bentuk
multiforms, dan lichen planus merupakan penyakit dengan gejala klinis sama
dengan pemfigus vulgaris yaitu memiliki lesi menyerupai erosi pada bagian
3.1.8 Terapi
serta pemberian obat dengan dosis rendah dapat digunakan dalam periode yang
Tujuan awal dari terapi pemfigus vulgaris adalah untuk memicu terjadinya
periodik menggunakan obat dengan dosis minimal yang dibutuhkan untuk kontrol
penyakit tersebut, sehingga efek samping dapat dikurangi. Tujuan terakhir dari
dihentikan. Studi terakhir menunjukkan adanya remisi sebesar 38%, 50%, dan
7s5% dalam waktu 3, 5, dan 10 tahun setelah diagnosis ditegakkan (Herbst, 2000).
biasanya diberikan dalam dosis 1-2 mg / kg / hari. Bila dibutuhkan dosis steroid
tinggi dalam periode yang lama, penggunaan terapi adjuvant dianjurkan untuk
mengurangi dosis steroid dan potensi komplikasi. Adjuvan yang umum digunakan
mungkin. Penderita dengan keterlibatan rongga mulut juga dapat memerlukan dosis
prednison yang lebih rendah dalam periode yang lebih pendek, sehingga tenaga
Saat ini, belum terdapat pengobatan PV terbatas pada rongga mulut yang
terapi steroid sistemik, baik dengan melarutkan tablet prednisone di dalam mulut
sebelum menelan tablet atau dengan menggunakan krim steroid topikal. Dapson
telah terbukti efektif. Kegagalan pada kasus diobati dengan rituximab dan
3.1.9 Prognosis
Pemfigus vulgaris jika tidak diobati berisiko tinggi kematian, sebagian besar
kortikosteroid untuk mencapai remisi, dan adanya infeksi lain. Kasus relaps
Fissured tounge disebut juga lidah skrotum, lidah lisan, dan lingua dissecta
(Ghom, 2005). Fissured tounge adalah suatu kondisi berupa lekukan atau celah
pada dorsum lidah, dapat diwariskan ataua pun diperoleh. Fissured tounge memiliki
karakteristik celah yang dalam, alur bercabang yang bukan hanya celah garis tengah
saja. Celah ini tidak ditutupi papila filiform, sehingga kontras dengan permukaan
lidah lainnya. Fissured tounge memiliki panjang, pola, dan kedalaman serta jumlah
Pasien dengan fissured tounge dapat hadir dengan banyak celah atau alur di
permukaan dorsal lidah dengan kedalaman 2 sampai 6 mm. Kondisi ini biasanya
asimptomatik kecuali terdapat debris yang masuk ke dalam fissure. Pasien juga
dapat memiliki keluhan rasa terbakar dan nyeri pada lidah. Proteksi mekanis
mukosa lidah pada fissured tounge lebih rendah karena tidak adanya keratin dan
Fissured tounge dapat membuat sisa makanan, bakteri, debris dan air liur
menempel pada celah yang dapat memicu halitosis (Silverman, et al., 2002).
42
Halitosis disebabkan oleh senyawa sulfur H2S yang mudah menguap dan metil
mercaptan diproduksi di permukaan dorsal lidah. Bakteri yang berkoloni pada lidah
dan poket periodontal memegang peranan penting dalam produksi senyawa sulfur
halitosis.
Fissured tounge dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu tipe foliaceus
yang memiliki bentuk seperti daun , tipe cerebriform yang menyerupai otak dan
yang ketiga tipe plicated form yang bentuknya menyerupai kipas (Ghom, 2005).
3.2.2 Etiologi
Etiologi dari fissured tongue tidak diketahui secara pasti, namun faktor
herediter dapat berperan penting. Sebuah penelitian menilai karakteristik klinis dan
genetik lidah dalam sebuah keluarga dan melaporkan bahwa fissured tounge dengan
(Rathee, dkk.,2009). Selain itu, fissured tongue juga dapat disebabkan oleh stress,
teeth grinding, dan konsumsi makanan pedas yang berlebihan. Kekurangan biotin
sangat jarang dilakukan. Tanda utamanya yaitu terdapat fissure atau retakan pada
lidah. Gejala lain yang mungkin terjadi adalah sensitivitas dan sensasi terbakar saat
lidah sehingga menjadi salah satu penyebab bau mulut (Ghom, 2005).
Gambar 3.6. Gambaran fissured di sepanjang tengah, tepi, dan pinggi lidah (Feil, N.D
and Filippi, A., 2016).
3.2.4 Diagnosis
median dan lateral. Variasi lainnya yang terlihat berupa adanya cekungan yang
memanjang dari fissure dan sering berada pada daerah dorsolateral lidah. Pola
kedua adalah fissure sentral yang besar dengan cabang-cabang fissure kecil lainnya.
Pada kasus yang lebih parah, banyak fissure terdapat pada seluruh permukaan
dorsal dan membagi papila lidah menjadi lobulus-lobulus kecil. Kondisi ini
ini diperparah dengan adanya partikel makanan yang terperangkap di antara fissure
44
dan pada pasien dengan kebersihan mulut buruh dan kurang nutrisi (Rathee, et al.,
2009).
3.3.1 Definisi
terjadi pada dorsum lidah, dapat berwarna putih hingga kecoklatan. Selaput pada
lidah tersebut dapat terjadi karena deskuamasi sel epitel dan debris yang berasal
dari mukosa oral dalam jumlah banyak. Selaput pada lidah ini bervariasi warna dan
ketebalannya (Omor,et.al., 2015). Selaput ini terdiri dari papilla filiformis yang
memanjang sehingga memberikan gambaran seperti selaput tebal pada lidah dan
akan menahan debris serta pigmen yang berasal dari makanan, minuman, rokok,
dan permen. Kemungkinan terjadinya selaput pada lidah ini meningkat dengan
mikroflora normal mulut. Kondisi ini juga dapat terjadi bila keratin yang diproduksi
oleh adanya iritasi lidah yang berlebihan, misalnya minum minuman yang terlalu
Coated tongue merupakan suatu kelainan lidah yang umum sekali terjadi,
biasanya lebih banyak terjadi pada orang dewasa karena adanya kumpulan epitel,
makanan, dan debris microbial. Selaput putih tersebut terjadi akibat debris makanan
maupun lapisan mukosa, bakteria, dan partikel lainnya. Coated tongue atau juga
45
bakteri, bau mulut, dan sensasi rasa pada lidah kurang peka (Quirynen et al, 2004).
terdeskuamasi ketika terjadi friksi dengan makanan, palatum, dan gigi geligi
anterior rahang atas. Lapisan ini akan diganti dengan sel epithelial yang baru dari
bawahnya. Ketika pergerakan lidah terbatas karena suatu penyakit atau kondisi
sekitar 3-4 mm dan diselimuti oleh bakteri seperti streptococcus. Papilla yang
memanjang ini memberikan gambaran lidah yang berselaput ataupun berambut dan
dapat menjadi tempat retensi debris dan pigmentasi oleh makanan. Coated tongue
paling sering terjadi pada dorsum lidah bagian tengah. Coated tongue bersifat
asimtomatik namun dapat menyebabkan halitosis dan pengecapan rasa yang tidak
3.3.2 Etiologi
lidah yang kurang bergerak, cairan saliva yang dihasilkan kurang, individu yang
memakan makanan yang lembut dan kurang abrasif seperti pada pemakaian gigi
pada obat kumur, pasien yang memiliki oral hygiene yang buruk, demam, lemah
akibat penyakit sistemik, dan sakit parah juga sering mengalami kondisi ini (Gönül
et al, 2014 ; Lawande, 2013). Pasien yang lebih tua memiliki prevalensi yang lebih
sering untuk coated tongue dari pada pasien yang lebih muda. Selain itu dikatakan
pula bahwa ketebalan coated tongue akan semakin bertambah pada pasien penderita
46
periodontal, dan lekosit akan terakumulasi pada permukaan lidah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa coated tongue dapat dipengaruhi oleh umur, kebersihan mulut,
diet, kecepatan aliran, komposisi dan derajat keasaman saliva, dan faktor sistemik
3.3.3 Patofisiologi
Dalam keadaan normal lidah dilapisi oleh lapisan mukus, sel-sel epitel yang
lidahnya selalu bergerak dan saliva mengalir secara normal, maka lapisan putih
yang terbentuk biasanya tipis. Tetapi bila seseorang lidahnya kurang bergerak dan
pada lidah yang cukup tebal. Pada dasarnya, permukaan dorsum lidah merupakan
area yang biasanya mengalami iritasi setiap harinya. Iritasi dalam hal ini sering
disebabkan diantaranya oleh minuman panas atau makanan yang keras atau kasar.
Hal ini merupakan alasan bahwa manusia memiliki dorsum lidah yang
Keratin yang dibentuk di atas dorsum lidah akan terdeskuamasi dan tertelan
pada saat makan. Pada keadaan normal, jumlah keratin yang diproduksi sebanding
kondisi ini dapat menyebabkan coated tongue. Hal ini dapat dikarenakan keratin
tidak segera terdeskuamasi keseimbangan tersebut dapat terganggu, dan kondisi ini
berlebihan akibat dari minum minuman panas, makanan yang keras atau kasar serta
tampak berselaput atau berambut. Hal ini dapat mengakibatkan retensi terhadap
makanan dan memberikan gambaran lidah yang berubah warna menjadi keputihan
Secara klinis, coated tongue terlihat sebagai lapisan berwarna putih atau
akumulasi bakteri yang menyertai retensi keratin pada permukaan lidah tersebut.
Bakteri memiliki pigmen berwarna kuning atau coklat yang ikut mewarnai keratin
lidah. Namun, bakteri ini tidak menimbulkan manifestasi kearah yang berbahaya
pada penderitanya. Coated tongue juga tidak menimbulkan keluhan yang serius dari
pasien, bahkan bisa timbul dan menghilang sendiri dalam waktu singkat.
lidah (tongue coating). Metode yang berbeda bertujuan untuk mengevaluasi coated
tongue, melalui berbagai parameter seperti ketebalan lapisan, area lapisan, dan
diskolorisasi. Berikut ini adalah cara pengukuran perluasan selaput lidah dari
2. Gomez (2001) :
Skor 1 : Putih
Skor 3 : Cokelat
49
Skor 4 : Hitam
menjaga kebersihan mulut (Laskaris, 2006). Menyikat gigi saja memang efektif
dalam mengurangi jumlah bakteri di dalam rongga mulut, tetapi jika ditambahkan
dengan pembersihan lidah, maka efeknya akan jauh lebih baik dalam mengurangi
bakteri patogen di dalam rongga mulut. Perawatan yang paling efektif untuk
Pembersihan lidah ini merupakan prosedur yang mudah dan cepat untuk
menghilangkan organisme dan debris. Jika pembersihan lidah dilakukan tiap hari,
prosesnya akan lebih mudah. Selanjutnya, seseorang akan merasa tidak bersih jika
Tongue scraper dianggap efektif karena alat ini didesain khusus untuk
menghilangkan plak, tar, sisa makanan, bakteri dari permukaan lidah khususnya
fisur, celah, dan kontur lain yang terdapat pada papil lidah, terutama di sekitar
papila fungiformis dan filiformis sampai dasar permukaan dorsum lidah (Samad,
Selain pembersihan lidah, terapi yang dapat dilakukan yaitu pemberian obat
kumur efervesen yang mengandung asam askorbat (vitamin C) dan dapat diberikan
berupa asam organik yakni asam laktat dapat berperan sebagai agen keratolitik.
sel baru (Haukioja, 2010; Sutula et al, 2013). Terapi yang paling baik untuk
51
(Laskaris, 2006).
3.4.1 Pendahuluan
“multiforme” (Greenberg dan Glick, 2003). Lesi oral yang sering ditemukan berupa
inflamasi disertai vesikel dan bullae yang mudah ruptur. Eritema Multiform (EM)
dapat terjadi satu kali atau berulang. EM memiliki beberapa gambaran klinis mulai
dari tipe ringan hingga dapat mengancam jiwa seperti Stevens-Johnson Syndrome
atau Toxic Epidermal Necrolysis (TEN) (Greenberg dan Glick, 2003). Penyakit ini
dapat dipengaruhi oleh konsumsi obat atau beberapa infeksi, kondisi imun, serta
3.4.2 Prevalensi
Eritema Multiform (EM) menyerang dewasa muda (20-40 tahun) dan 20%
kasus terjadi pada anak-anak (Kishore M. et al., 2013). Penyakit ini lebih sering
penyakit herpes hingga pada 70% kasus yang ditemukan (Kamala, K.A., et al.,
3.4.3 Etiologi
kulit atau cell mediated immunity (Greenberg dan Glick, 2003). Penelitian
Kazmierowski dan Wuepper tahun mengenai specimen lesi yang kurang dari 24
mycobacterium, dll.
53
EM diawali dengan onset akut dengan atau tanpa gejala prodromal ringan.
polyarthalgia timbul saat 1 minggu sebelum munculnya eritema atau lepuhan. Lesi
yang timbul dapat berupa makula, papula, atau vesikel ireguler kemerahan yang
menyatu dan membesar membentuk plak pada kulit. Krusta dan lepuhan seringkali
ditemukan di tengah lesi kulit dan menghasilkan cincin konsentris yang dikenal
dengan istilah “Bull’s Eye” (lesi target). Lesi oral yang sering ditemukan adalah
makula eritema pada mukosa bibir dan bukal, dan diikuti dengan nekrosis epitel,
bullae, dan ulserasi dengan batas ireguler dan strong inflammatory halo. Lapisan
krusta berdarah ditemukan pada daerah bibir (Kamala, K.A., et al., 2013). Lesi virus
bersifat kecil, bulat, simetris, dan dangkal (Greenberg dan Glick, 2003).
54
Lesi oral EM timbul bersamaan dengan lesi kulit pada 70% kasus pasien
dengan diagnosis EM, apabila lesi oral merupakan lesi predominan dan tidak
terdapat lesi target di sekitar kulit, EM harus dibedakan dengan penyakit lain seperti
multipel ulser akut, terutama infeksi herpes simplex primer. Perbedaan ini sangat
penting, sebab kortikosteroid dapat menjadi obat pilihan utama untuk penyakit EM,
3.4.5 Pemeriksaan
termasuk lesi dengan onset cepat. Lesi oral diawali dengan bullae dengan dasar
eritematus. Pemeriksaan cytologic smears dan isolasi virus dapat dilakukan untuk
mengarah pada pemphigus akut. Gambaran histologis EM tidak memiliki ciri khas
3.4.6 Perawatan
Eritema multiform ringan dapat diobati dengan terapi suportif seperti obat
kumur anestesi topical dan diet lunak. EM sedang sampai berat dapat diobati
klinisi yang sudah memahami efek samping kortikosteroid. Dosis awal sebesar
55
Glick, 2003).
Pasien dengan EM kasus berat atau rekuren dapat diobati dengan diapsone,
dengan herpesvirus. Steroid sistemik dapat digunakan untuk pasien dengan Steven
Johnson’s Syndrome dan terbukti dapat menyelamatkan jiwa pada kasus yang parah
PEMBAHASAN
terdapat gelembung berisi cairan yang mudah pecah pada kaki dan lengan disertai
rasa sakit dan gatal 6 bulan sebelum masuk rumah sakit. Ia juga mengeluhkan
timbul sariawan di seluruh rongga mulut disertai rasa panas, perih, dan sulit
membuka mulut, makan, dan membersihkan rongga mulut, serta mengalami stress
dapat membesar dan terasa sakit, umumnya terdapat pada mukosa bukal, palatum,
dan gingiva. Gambaran klinis lainnya yaitu ditemukan krusta akibat bulla yang
ruptur. Lesi ini cenderung dapat muncul kembali pada tempat yang sama dan
menyebar ke area sekitarnya (Langlais and Miller, 2009). Perawatan yang diberikan
berupa ibuprofen untuk menghilangkan rasa sakit, NaCl 9% untuk kompres bibir,
Oxyfresh mouth rinse untuk obat kumur, dan pemberian susu entrasol untuk
pengembalian nutrisi, serta imboost sebagai suplemen penambah daya tahan tubuh.
58
57
kunjungan kedua ini masih sama dengan kunjungan pertama. Pada kunjungan ini
vaseline 2,5gr untuk dioles pada bibir. Penambahan Asam Folat 1 mg sebagai
vitamin. Pasien diminta untuk kontrol secara rutin untuk diobservasi keadaanya.
dan sudut bibir masih terasa sakit. Pada kunjungan ini terapi farmakologis masih
pasien sudah tidak ada nyeri menelan. Pada temuan klinis juga memperlihatkan
adanya perbaikan, namun sudut bibir terasa gatal saat menggunakan salep racikan.
Rasa gatal dapat dialami karena adanya pengeringan lesi mudah terkelupas pada
sudut bibir yang merupakan salah satu proses penyembuhan. Pada kunjungan ini
z sebagai suplemen.
pemfigus vulgaris. Hal ini dapat dilihat dari gambaran klinisnya erosi eritem
berbentuk irreguler yang dapat membesar dan terasa sakit, umumnya terdapat pada
mukosa bukal, palatum, dan gingiva. Gambaran klinis lainnya yaitu bulla yang
mudah ruptur, cenderung mudah berdarah dan meninggalkan krusta. Lesi ini
cenderung dapat muncul kembali pada tempat yang sama dan menyebar ke area
mengaku mengalami stres terhadap perilaku suami dan anaknya yang kurang baik.
Hal tersebut dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya pemfigus vulgaris. Faktor
inisiasi dari pemfigus vulgaris dapat terjadi karena predisposisi genetik terkait alel
HLA kelas II, obat-obatan (captopril, penisilamin, rifampisin, dll), radiasi, stress
Diagnosis akhir dalam kasus ini yaitu Pemfigus Vulgaris dengan faktor
predisposisi stres yang dialami pasien. Setelah kurang lebih 8 bulan dirawat oleh
SIMPULAN
Pasien memiliki keluhan terdapat gelembung berisi cairan yang mudah pecah
pada kaki dan lengan disertai rasa sakit serta timbul sariawan di seluruh rongga
mulut disertai rasa panas dan perih. Pada pemeriksaan intraoral ditemukan adanya
lesi erosif yang sakit pada mukosa bukal, labial, dan palatum sedangkan pada
kecenderungan untuk berdarah pada seluruh bibir, leher, lengan, dan kaki.
61
DAFTAR PUSTAKA
Danser, M.M.; S.M. Gomez; and G.A. Van der Weijen. (2003). Tongue Coating
and Tongue Brushing : A Literature Review. International Journal of Dental
Hygiene. Vol. 1 Issue 3:151-55.
Feil, N. D., & Filipi, A. (2016). Frequency of fissured tongue (lingua plicata) as a
function of age. Swiss Dental Journal SSO, 126, 886-891.
Ghom, A.G. 2005. Textbook of Oral Medicine. 1st Edition. New Delhi : Jaypee
Brothers Medical Publishers (P) Ltd. 474 pp.
Jones JH, Mason DK. 1990. Oral manifestations of systemic Disease, Second
edition. London: Bailliere Tindal.
Langha, N.B.; Poulesquen, V.; Roujeau, J.C.; Alantar, A.; Maman, L. 2005.
Pemphigus vulgaris: a case-based update. J Can Dent Assoc.71(9).
Rathee, M., Hooda, A., & A, K. (2009). Fissure Tongue: A Case Report and Review
of Literature. The Internet Journal of Nutrition and Wellness, 10(1), 1-4.
Scully C. 2013. Oral and Maxillofacial Medicine The Basis of Diagnosis and
Treatment. Third Edition. London: Elsevier
62
61
Silverman, S.; L.R. Eversole; and E.L. Truelove. 2002. Essential of Oral Medicine.
Ontario : BC Decker Inc. 256 pp.
Sonis ST, Fazio RC, Fang L. 1995. Principles and Practice of Oral Medicine.
Second Ed. London: The CV Mosby
Tarmidi M dan Noegroho HS. 2001. Pemfigus Vulgaris Manifestasi di Mulut dan
Penatalaksanaannya. Jakarta: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia