Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH MIKOLOGI

“Cara Diagnosis Penyakit Jamur Intermediate”

DOSEN PENGAMPU:
Yustin Nur Khoiriyah,S.Si.,M.Sc
Disusun Oleh Kelompok 3 :
1. Maya Ayu Puspitasari 2113453025
2. Ranti Gustia Putri 2113453026
3. Adinda Dwi Lestari 2113453027
4. Anisa Gustiyani 2113453028
5. Ari Nurjannah 2113453029
6. Citra Dwi Adelia 2113453030
7. Cornelia Bungawalikatrin 2113453031
8. Cynta Adellia Erdani 2113453032
9. Eplin Sampurna Jaya 2113453033
10. Fadhila Husna 2113453034
11. Febri Mira Sasmita 2113453035
12. Fitriya 2113453036
13. Hana Nabila 2113453037

PRODI D.III JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang mana atas rahmat dan karunia-Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing dan juga teman-teman
sekalian. Adapun makalah ini kami buat berdasarkan informasi yang ada. Di dalam makalah ini kami membahas tentang
“Cara Diagnosis Penyakit Jamur Intermediate”

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari bentuk penyusunan maupun materinya,
maka kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya, Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Lampung, 06 November 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................. 2
C. Tujuan...................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Candida Albicans...............................................................................................3


B. Struktur dan Pertumbuhan Candida Albicans....................................................................3
C. Pengertian Kandidiasis.......................................................................................................... 5
D. Etiologi dan Patogenesis Kandidiasis.................................................................................6
E. Manifestasi dan Gejala Kandidiasis....................................................................................7
F. Terapi Kandidiasis................................................................................................................. 8

G. Diagnosis Kandidiasis........................................................................................................... 8
H. Pemeriksaan Langsung Candida albicans dengan Larutan KOH.................................8
I. Pemeriksaan Langsung Candida albicans dengan Pewarnaan Gram..........................9
J. Pemeriksaan Kultur pada Candida Albicans......................................................................10
K. Identifikasi Candida albicans dengan Corn Meal Candida Agar................................11
L. Identifikasi Candida albicans dengan Germ Tube..........................................................l2

M. Pemeriksaan kultur dengan Hichrome Candida Agar pada Candida


albican..................................................................................................................................... l2
N. Pemeriksaan Candida albicans dengan Wji Biokimiawi................................................13
O. Pemeriksaan Aktivitas Fosfolipase Candida albicans..................................................l4
P. Pemeriksaan Serologi dan Biologi Molekuler pada Candida albicans....................l5

İİ

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................................................. 18
B. Saran........................................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit yang
disebabkan oleh jamur dapat dibagi berdasarkan penyerangannya, yaitu
mikosis profunda, mikosis intermediate dan mikosis superfsialis. Mikosis
profunda menunjukkan gejala klinis tertentu di bawah kulit misalnya traktus
intestinalis, traktus respiratorius, traktus urogenital, susunan kardiovaskular,
susunan saraf sentral, otot, tulang, dan kadang kulit. Mikosis jenis ini jarang
ditemukan karena biasanya terlihat dalam klinik sebagai penyakit kronik dan
residif. Manisfestasi klinis morfologik dapat berupa tumor, infiltrasi
peradangan vegetatif, fistel, ulkus, atau sinus, tersendiri maupun bersamaan.
Mikosis intermediate adalah penyakit jamur yang mengenai lapisan kulit (stratum
korneum, rambut, dan kuku ", dan alat-alat dalam seperti vagina, kulit, kuku,
bronkus, atau paru yang disebabkan oleh jamur golongan.
Mikosis intermediate adalah penyakit jamur yang mengenai lapisan kulit
(stratum korneum, rambut, dan kuku ), dan alat-alat dalam. Kandidosis adalah

penyakit jamur yang bersifat akut, subakut disebabkan olehspesies candida


yang menyerang mulut, vagina, kulit, kuku, bronkus, atau paru. Kandidosis
dibedakan secara klinik:
a. Kandidosis selaput lendir

• Kandidosis oral
• Perleche

• Vulvovaginitis

• Balanitis atau balanopostitis

• Kandidosis mukokutan kronik


b. Kandidosis kutis

• Kandidosis intertriginosa

• Kandidosis perianal

• Kandidosis kutis generalisata

• Paronikia dan onikomikosis

• Kandidosis kutis granulomatosa


c. Kandidosis sistemik

• Endokarditis

• Meningitis

• Pielonefritis

Dalam makalah ini akan dibahas secara singkat tentang


mikosis Intermediet tentang Kandidiasis ( spesies Candida Albicans).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dirumuskan


masalah sebagai berikut, “Bagaimana cara Isolasi dan Identifikasi jamur
Penyebab Mikosis Intermediate, tentang Kandidiasis (Spesies candida
albicans)”

C. Tujuan

Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk mengatahui “cara


Isolasi dan Identifikasi jamur Penyebab Mikosis Intermediat, tentan
Kandidiasis (Spesies candida albicans)”
BAB II
PEMBAHASN

A. Candida Albicans

Jamur Kandida telah dikenal dan dipelajari sejak abad ke-18 yang
menyebabkan penyakit yang dihubungkan dengan higiene yang buruk. Nama
Kandida diperkenalkan pada Third International Microbiology Congress di
New York pada tahun 1938, dan dibakukan pada Eight Botanical Congress di

Paris pada tahun 1954. Candida albicans penyebab Kandidiasis terdapat di


seluruh dunia dengan sedikit perbedaan variasi penyakit pada setiap area.
Kandidiasis interdigitalis lebih sering terdapat di daerah tropis sedangkan
kandidiasis kuku pada iklim dingin. Penyakit ini dapat mengenai semua umur
terutama bayi dan orang tua. Infeksi yang disebabkan Kandida dapat
berupa akut, subakut atau kronis pada seluruh tubuh manusia. Candida
albicans adalah monomorphic yeast dan yeast like organism yang tumbuh baik
pada suhu 25-30 C dan 35-37 C

B. Struktur dan Pertumbuhan Candida Albicans

Candida albicans yaitu organisma yangmemiliki dua wujud dan bentuk


secara simultan/dimorphic organism. Pertama adalah yeast-like state (non-
invasif dan sugar fermenting organism). Kedua adalah funga form
memproduksi root-likestructure/struktur seperti akar yang sangat
panjang/rhizoids dan dapat memasuki mukosa (invasif). Dinding sel Kandida
dan juga C. albicans bersifat dinamis dengan struktur berlapis, terdiri dari
beberapa jenis karbohidrat berbeda (80-90%): (i) Mannan (polymers of
mannose) berpasangan dengan protein membentuk glikoprotein (mannoprotein);
(ii) a-glucans yang bercabang menjadi polimer glukosa yang mengandung a-1,3
dan a-1,6 yang saling berkaitan, dan (iii) chitin, yaitu homopolimer N-acetyl-D-
glucosamine (Glc-NAc) yang mengandung ikatan a-1,4. Unsur pokok yang
lain adalah adalah protein (6-25%) dan lemak (1- 7%). Yeast cells dan germ
tubes memiliki komposisi dinding sel yang serupa,

meskipun jumlah a-glucans, chitin, dan mannan relatif bervariasi karena


faktor morfologinya. Jumlah glucans jauh lebih banyak dibanding mannan
pada C. albicans yang secara imunologis memiliki keaktifan yang rendah.
Struktur dinding C. albicans secara mikroskopis dapat dilihat pada Gambar
1 di bawah ini
o
Jamur Candida tumbuh dengan cepat pada suhu 25-37 C pada media
perbenihan sederhana sebagai sel oval dengan pembentukan tunas untuk
memperbanyak diri, dan spora jamur disebut blastospora atau sel ragi/sel khamir.
Morfologi mikroskopis C. albicans memperlihatkan pseudohyphae dengan
cluster di sekitar blastokonidia bulat bersepta panjang berukuran 3- 7x3-14 ·

m.Jamur membentuk hifa semu/pseudohifa yang sebenarnya adalah


rangkaian blastospora yang bercabang, juga dapat membentuk hifa sejati.
Pseudohifa dapat dilihat dengan media perbenihan khusus. Candida albicans
dapat dikenali dengan kemampuan untuk membentuk tabung benih/germ tubes
dalam serum atau dengan terbentuknya spora besar berdinding tebal yang
dinamakan chlamydospore. Formasi chlamydospore baru terlihat tumbuh pada
o
suhu 30-37 C, yang memberi reaksi positif pada pemeriksaan germ tube.
Identifikasi akhir semua spesies jamur memerlukan uji biokimiawi .

C. Kandidiasis
Kandidiasis merupakan infeksi jamursistemik yang paling sering
dijumpai yang terjadi bila C. albicans masuk ke dalam aliran darah terutama
ketika ketahanan fagositik host menurun. Respons imun cell-mediated
terutama sel CD4 penting dalam mengendalikan kandidiasis (seperti pada
kandidiasis), seringkali muncul beberapa bulan sebelum munculnya infeksi
oportunistik yang lebih berat.
Kandidiasis mukokutan pada orang dengan HIV-AIDS/ODHA merupakan
salah satu indikator progresivitas HIV dapat muncul dalam tiga bentuk, yaitu
kandidiasis vulvovagina, orofaring, dan esofagus (belum digolongkan infeksi
oportunistik kecuali jika sudah mengenai esofagus). Strain kandida yang
menginfeksi ODHA tidak berbeda dengan pasien imunokompromais lainnya
(tersering adalah C. albicans). Strain lain yang pernah dilaporkan adalah
C. glabrata, C. parapsilosis, C. tropicalis, C. kruseii, dan C. dubliniensis.
Kandida rekurens dapat disebabkan oleh strain yang sama atau strain yang
berbeda.
Kandidiasisi orofaring dikenal dengan tiga bentuk yaitu pseudomembran,
eritematosa, dan cheilitis angularis. Kandidiasis pseudomembran mempunyai
gejala berupa rasa terbakar, gangguan mengecap, dan sulit menelan
makanan padat atau cair. Kandidiasis pseudomembran membentuk plak putih
1-2 cm atau lebih luas di mukosa mulut, jika dilepaskan pseudomembran
tersebut akan meninggalkan bercak kemerahan atau perdarahan. Kandidiasis

eritematosa berupa plak kemerahan halus di palatum mukosa bukal, atau


permukaan dorsal lidah. Cheilitis angularis tampak berupa kemerahan, fisura,
atau keretakan di sudut bibir. Kandidiasis esofagus biasanya muncul disertai
kandidiasis orofaring (80% kasus), dengan gejala klinis berupa
disfagia, odinofagia, atau nyeri retrosternum, juga dapat tidak menunjukkan
gejala (40% kasus)

7
D. Etiologi dan Patogenesis Kandidiasis
Kandidiasis / yeast infection adalah infeksi jamur yang terjadi karena
adanya pembiakan jamur secara berlebihan, dimana dalam kondisi
normal muncul dalam jumlah yang kecil. Perubahan
aktivitas vagina atau ketidakseimbangan hormonal menyebabkan jumlah
Candida berlipat ganda (muncul gejala Kandidiasis). Keadaan lain
yang menyebabkan Kandidiasis adalah karena penyakit menahun, gangguan
imun yang berat, AIDS, diabetes, dan gangguan tiroid, pemberian obat
kortikosteroid dan sitostatika. Paparan terhadap air yang terus menerus seperti
yang terjadi pada tukang cuci, kencing pada pantat bayi, keringat berlebihan
terutama pada orang gemuk.Faktor lokal atau sistemik dapat memengaruhi
invasi Kandida ke dalam jaringan tubuh. Usia merupakan faktor penting yang
sering kali menyebabkan kandidiasis oral/oral thrush terutama

pada neonatus. Perempuan dengan kehamilan trimester ketiga cenderung untuk


mengalami kandidiasis vulvovaginal.
Keutuhan kulit atau membran mukosa yang terganggu dapat memberikan
jalan kepada Kandida untuk masuk ke dalam jaringan tubuh yang lebih dalam
dapat menyebabkan kandidemia seperti perforasi traktus gastrointestinalis oleh
trauma, pembedahan serta ulserasi peptikum, pemasangan kateter indwelling,
internal feeding, dialisis peritoneal, drainase traktus urinarius, luka bakar yang
berat, dan penyalahgunaan obat bius intravena. Kandidiasis viseral akan
menimbulkan neutropenia yang menunjukkan peran neutrofil dalam mekanisme
pertahanan pejamu terhadap jamur ini. Lesi viseral ditandai oleh nekrosis dan
respons inflamatorik neutrofilik. Sel neutrofil membunuh sel jamur Candida
serta merusak segmen pseudohifa secara in νitro. Kandida dalam sirkulasi
darah dapat menimbulkan berbagai infeksi pada ginjal, hepar, menempel pada
katup jantung buatan, meningitis, arthritis, dan endopthalmitis.

E. Manifestasi dan Gejala Kandidiasis


Kandidiasis oral memberikan gejala bercak berwarna putih yang konfluen dan
melekat pada mukosa oral serta faring, khususnya di dalam mulut dan lidah.
Kandidiasis kulit ditemukan pada daerah intertriginosa yang mengalami
maserasi serta menjadi merah, paronikia, balanitis, ataupun pruritus ani,
dedaerah perineum dan skrotum dapat disertai dengan lesi pustuler
yang diskritpada permukaan dalam paha.

Kandidiasis vulvovagina biasanya menyebabkan keluhan gatal, keputihan,


kemerahan di vagina, disparenia, disuria, pruritus, terkadang nyeri ketika
berhubungan seksual atau buang air kecil, pembengkakan vulva dan labia dengan
lesi pustulopapuler diskrit, dan biasanya gejala memburuk sebelum
menstruasi.

Pemeriksaan dengan spekulum memperlihatkan mukosa yang mengalami


inflamasi dan eksudat cair berwarna putih. Kandidiasis mukokutaneus kronik
atau kandidiasis granulomatous secara khas ditemukan sebagai lesi kulit
sirkumkripta yang mengalami hiperkeratosis, kuku jari mengalami distrofi serta
hancur, atau alopesia parsial pada kulit kepala. Gejala lain meliputi
epidermofitosis kronik, displasia gigi, hipofungsi kelenjar paratiroid,
adrenal, serta tiroid. Kandidiasis esofagus memberikan gejala ulserasi kecil,
dangkal, soliter hingga multipel cenderung terdapat pada bagian sepertiga
distal yang menyebabkan keluhan disfagia atau nyeri substernal. Lesi yang
bersifat asimtomatik dapat terjadi pada pasien leukemia sebagai port d―entre
untuk kandidiasis diseminata. Lesi asimtomatik dan benigna juga terjadi pada
traktus urinarius berupa abses renal atau kandidiasis kandung kemih.
Kandida yang menyebar secara hematogen disertai gejala demam tinggi
disebabkan oleh abses retina yang meluas ke vitreus. Pasien dapat mengeluh
nyeri orbital, penglihatan kabur, skotoma, atau opasitas yang melayang dan
menghalangi lapang pandang penglihatan. Kandidiasis pulmonalis dapat terlihat
dengan foto toraks dengan gambaran infiltrat noduler yang samar atau difus.
F. Terapi Kandidiasis
Kandidiasis mulut dan mukokutan dapatdiobati dengan nistatin
topikal, gentian violet, ketokonazol, dan flukonazol. Kandidiasis pada daerah
yang mengalami maserasi, memperlihatkan respons terhadap upaya untuk
mengurangi kelembaban kulit dan iritasi dengan pemakaian preparat
antifungus yang dioleskan secara topikal dalam bahan dasar nonoklusif.
Kandidiasis vulvovaginitis memberikan respons yang lebih baik terhadap
golongan azol, seperti klotrimazol, mikonazol, ekonazol, ketokonazol,
sulkonazol, dan oksinazol merupakan obat pilihan untuk C. albicans yang
dipakai sebagai krim atau losion.

G. Diagnosis Kandidiasis
Diagnosis kandidiasis ditentukan berdasarkan gejala klinis yang menyebar
dan tidak mudah dibedakan dari infectious agent yang telah ada. Diagnosis
laboratorium dapat dilakukan melalui pemeriksaan spesimen mikroskopis,
biakan, dan serologi. Tujuan pemeriksaan laboratorium adalah untuk menemukan
C. albicans di dalam bahan klinis baik dengan pemeriksaan langsung maupun
dengan biakan. Bahan pemeriksaan bergantung pada kelainan yang terjadi,
dapat berupa kerokan kulit atau kuku, dahak atau sputum, sekret
bronkus, urin, tinja, usap mulut, telinga, vagina, darah, atau jaringan. Cara
mendapatkan bahan klinis harus diusahakan dengan cara steril dan ditempatkan
dalam wadah steril, untuk mencegah kontaminasi jamur dari udara.Identifikasi
spesies dapat dilakukan dengan uji morfologi dan kultur jamur untuk
spesifikasi dan uji sensitivitas. Pemeriksaan ini tidak disarakan untuk
digunakan sebagai diagnosis karena tingginya kolonisasi. Diagnosis pada
lesi Kandida juga dapat dilakukan dengan pemeriksaan histologi terhadap sayatan
spesimen hasil biopsy.

H. Pemeriksaan Langsung Candida albicans dengan Larutan KOH


Pemeriksaan langsung dengan Larutan KOH dapat berhasil bila
jumlah jamur cukup banyak. Keuntungan pemeriksaan ini dapat dilakukan
dengan cara sederhana, dan terlihat hubungan antara jumlah dan
bentuk jamur dengan reaksi jaringan.
Pemeriksaan langsung harus segera dilakukan setelah bahan klinis diperoleh
sebab C. albicans berkembang cepat dalam suhu kamar sehingga dapat
memberikan gambaran yang tidak sesuai dengan keadaan klinis.Gambaran
pseudohifa pada sediaan langsung/apus dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan
kultur, merupakan pilihan untuk menegakkan diagnosis kandidiasis superfisial.
Bentuk pseudohifa pada pewarnaan KOH dapat dilihat pada Gambar 2 berikut
ini.

1 2
Gambar2 : (1) Pseudohifa pada pewarnaan
KOH (mata anak panah).
(2) Budding yeast cells (anak
panah).

(Dikutip dari: Murray)

I. Pemeriksaan Langsung Candida albicans dengan Pewarnaan Gram

Pemeriksaan langsung dengan pewarnaan Gram sedikit membutuhkan


waktu dibandingkan pemeriksaan dengan KOH. Pemeriksaan ini dapat
melihat jamur C. albicans berdasarkan morfologinya, tetapi tidak dapat
mengidentifikasi spesiesnya.

Pemulasan dengan pewarnaan Gram dapat disimpan untuk penilaian


ulangan. Pewarnaan Gram memperlihatkan gambaran seperti sekumpulan
jamur dalam bentuk blastospora, hifa atau pseudohyfae, atau campuran
keduanya. Sel jaringan seperti epitel, leukosit, eritrosit, dan mikroba lain
seperti bakteri atau parasite. juga dapat terlihat dalam sediaan
muncul dalam bentukan budding yeast cells dan pseudomycelium juga
terlihat pada sebagian besar sediaan seperti pada Gambar 2.

J. Pemeriksaan Kultur pada Candida Albicans

Media kultur yang dipakai untuk biakan C.albicans adalah Pabouraud


dextrose agar/SDA dengan atau tanpa antibiotik, ditemukan oleh \aymond
Pabouraud (1864-1938) seorang ahli dermatologi berkebangsaan Perancis.
Pemeriksaan kultur dilakukan dengan mengambil sampel cairan atau
kerokan sampel pada tempat infeksi, kemudian diperiksa secara berturutan
menggunakan Pabouraud―s dextrose broth kemudian Pabouraud―s dextrose
agar plate. Pemeriksaan kultur darah sangat berguna untuk endokarditis

kandidiasis dan sepsis. Kultur sering tidak memberikan hasil yang positif
pada bentuk penyakit diseminata lainnya.Pabouraud―s dextrose
broth/SDB berguna untuk membedakan C. albicans dengan spesies jamur lain
seperti Cryptococcus, Hasenula, Malaesezzia.

Pemeriksaan ini juga berguna mendeteksi jamur kontaminan untuk


produk farmasi. Pembuatan SDB dapat ditempat dalam tabung atau plate dan

o
diinkubasi pada suhu 37 C selama 24-48 jam, setelah 3 hari tampak koloni C.
albicans sebesar kepala jarum pentul, 1-2 hari kemudian koloni dapat dilihat
dengan jelas. Koloni C. albicans berwarna putih kekuningan, menimbul di
atas permukaan media, mempunyai permukaan yang pada permulaan halus
dan licin dan dapat agak keriput dengan bau ragi yang khas. Pertumbuhan
pada SDB baru dapat dilihat setelah 4-6 minggu, sebelum dilaporkan sebagai
hasil negatif. Jamur dimurnikan dengan mengambil koloni yang terpisah,
kemudian ditanam seujung jarum biakan pada media yang baru untuk
selanjutnya dilakukan identifikasi jamur. Pertumbuhan C. albicans dan jamur
lain/C. dublinensis pada SDB dapat dilihat pada Gambar 3 di berikut ini
1 2

Gambar 3. (1) Pertumbuhan C. albicans dan C. dublinensis pada

SDB. (2) Pertumbuhan C. albicans pada SDA

berbentuk krim berwarna putih, licin disertai


bau yang khas.

Sabouraud
's dextrose agar plate/SDA plate direkomendasikan untuk
sampel atau bahan klinis yang berasal dari kuku dan kulit. Media ini

selektif untuk fungi dan yeast melihat pertumbuhan dan identifikasi C.

albicans yang mempunyai pH asam/pH5,6. Penambahan antibiotika

membuat media ini lebih selektif yang bertujuan untuk menekan bakteri yang
tumbuh bersama jamur di dalam bahan klinis.

Pertumbuhan pada SDA plate terlihat jamur yang menunjukkan tipikal


kumpulan mikroorganisma yang tampak seperti krim putih dan licin
disertai bau khas/yeast odour.

K. Identifikasi Candida albicans dengan Corn Meal Candida Agar


Corn meal Candida/CMA agar berguna untuk membedakan spesies C.
albicans dengan Kandida yang lain, ditemukan oleh Hazen and \eed. Media
ini memperlihatkan bentuk hifa, blastokonidia, chlamydospores, and

arthrospores dengan jelas. Khusus pada Kandida adalah untuk melihat


bentuk chlamydospores. Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan kultur pada
kaca objek/slide culture untuk melihat morfologi C. albicans. Bercak koloni
yang diduga sebagai C. albicans ditanam pada CMA (pH 7) kemudian
diinkubasi pada suhu 37˚C selama 48-72 jam. Pertumbuhan Kandida pada
CMA akan memperlihatkan bentuk chlamydospore yang berukuran besar, sangat
refraktif, dan berdinding tebal. Gambaran chlamydospore dapat dilihat pada
Gambar 4 di bawah ini.

1 2 3

Gambar 4. (1) Chlamydospore. (2) Clamydospore membentuk germ


tube baru.
(3) Germ tube mulai terbentuk dari hifa sejati (anak panah).

L. Identifikasi Candida albicans dengan Germ Tube


Germinating blastospores/germ tube terlihat berbentuk bulat
lonjong seperti tabung memanjang dari yeast cells (\eynolds-Braude
phenomenon) pada serum manusia yang ke dalamnya disuntikkan koloni yang
diduga sebagai strain Kandida ke dalam tabung kecil dan diinkubasi pada suhu
o
37 C selama 2-3 jam. Germ tube terbentuk dalam dua jam setelah proses
inkubasi. Bagian ujung yang menempel pada yeast cells terlihat adanya
pengerutan/pengecilan (tidak ada konstriksi). Bentuk germ tube dari C.
albicans dapat dilihat pada Gambar 4.

M. Pemeriksaan kultur dengan Hichrome Candida Agar pada Candida


albicans.

Identifikasi juga dapat dilakukan dengan kultur pada media


hichrome candida agar/HCA yang digunakan untuk mendapatkan
hasil identifikasi Candida yang berbeda dan lebih spesifik. Hichrome Candida
agar/pH 6.5 digunakan untuk presumptiνe identification spesies Kandida yang
penting secara klinis. Bahan klinis dapat ditanam secara langsung pada HCA
dan diinkubasi pada suhu 370C selama 48 jam. Hasil positif memperlihatkan
koloni terlihat berwarna hijau kemilau. Bentuk dan warna C. albicans
yang terlihat tumbuh pada HCA dapat dilihat pada
Gambar 6 di bawah ini.

Gambar 6. Candida albicans yang ditanam pada Hicrome Candida


Agar memperlihatkan warna hijau kemilau/hijau terang.
Uji biokimiawi dilakukan dengan pemeriksaan asimilasi karbohidrat untuk
konfirmasi spesies kandida. Carbohydrate assimilation test yaitu mengukur
kekuatan yeast dalam memaksimalkan karbohidrat tertentu sebagai bahan dasar
karbon dalam oksigen. Hasil reaksi positif mengindikasikan adanya pertumbuhan/
perubahan pH yang terjadi pada media yang diuji dengan memanfaatkan gula
sebagai bahan dasar. Pemeriksaan ini membutuhkan waktu inkubasi selama 10
hari pada suhu 37˚C. Hasil produksi berupa gas dibandingkan pH standar
merupakan indikasi adanya proses fermentasi. Hasil positif dan hasil negatif
pemeriksaan ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

O. Pemeriksaan Aktivitas Fosfolipase Candida albicans


Pemeriksaan yang masih baru dan sudah mulai dilakukan pada tahap
penelitian adalah pemeriksaan aktivitas fosfolipase (Pz νalue). Pemeriksaan ini
mengukur enzim hidrolitik yang disekresi pada infeksi yang disebabkan
oleh C.albicans, dan juga dapat diukur aktivitasnya adalah proteinase. Kedua
enzim ini menyebabkan destruksi membran
ekstraseluler dan berperan pada proses infeksi C. albicans ketika terjadi
invasi melalui mukosa membran sel epitel. Sampel yang dipakai pada

pemeriksaan ini adalah strain C.albicans dari isolat yang sudah diketahui,
kemudian ditanam pada media agar yang mengandung SDA. Gambar 7
memperlihatkan zona yang terbentuk dari koloni yang tumbuh pada media
agar, dan pengukuran aktivitas fosfolipase dilihat pada Tabel 1

Gambar 7. Aktivitas fosfolipase pada koloni C. albicans yang tumbuh pada


media agar
P. Pemeriksaan Serologi dan Biologi Molekuler pada Candida albicans
Pemeriksaan serologi terhadap Candida albicans dapat menggunakan
metode imunofluoresen/fluorecent antibody test yang sudah banyak tersedia
dalam bentuk rapid test. Hasil pemeriksaan harus sejalan dengan keadaan klinis
penderita, ini disebabkan karena tingginya kolonisasi. Pemeriksaan Candida
albicans dengan metode serologis sangat berguna untukkandidiasis
sistemik.

Pemeriksaan biologi molekuler untuk C.albicans dilakukan dengan


polymerase chain reaction/PCR, restriction fragment length
polymorphism/RFLP, peptide nucleic acid fluorescence in situ
hybridization/PNA FISH dan sodium dodecyl sulphate-poly acrylamide gel
electrophoresis/SDS-PAGE. Pemeriksaan biologi molekuler untuk Candida
albians sangat berguna karena dapat memberikan hasil yang lebih cepat dari
pada pemeriksaan dengan biakan.
Pemeriksaan dengan PCR untuk identifikasi spesies kandida, hasilnya
cukup cepat akan tetapi kurang sensitif dibandingkan dengan biakan pada media.
Sekarang ini belum berhasil dibuat oligonukleotida primer yang spesifik untuk
Candida albicans. Amplifikasi dengan PCR dan analisis restriksi enzim
dengan RFLP sudah dapat dipakai untuk mengetahui genotipe dari Candida
albicans. Pembacaan hasil dari kedua pemeriksaan tersebut
dilakukan dengan menggunakan sinar UV illumination dan gel image
dengan alat khusus, dan terbaca sebagai bentuk pita (band).
Pemeriksaan PNA FISH adalah hibridisasi asam nukleat untuk identifikasi
Candida albicans dan Candida glabrata, dengan sampel yang dipakai adalah
kultur darah. Pemeriksaan dapat dilakukan langsung dari hasil kultur yang
jamur positif, dapat juga dilakukan pada semua jenis sampel dari media kultur
darah. Pemeriksaan ini menggunakan label fluoresen untuk melapisi ribosomal
RNA/rRNA Candida albicans. Gambaran Candida albicans dari mikroskop
fluoresen dapat dilihat pada Gambar 8 berikut ini

Gambar 8. Candida albicans pada PNA FISH terlihat berwarna hijau


terangberfluoresen yang dilakukan pembacaan dengan mikroskop Fluoresen.
Deteksi antibodi terhadap Candida albicans sudah dapat dilakukan
terhadap enolase dengan metode SDS-PAGE, serta deteksi antigen jamur
terhadap mannan, (l,3)-Beta-D-Glucan, dan enolase. Pemeriksaan ini sudah
dilakukan pada tahap penelitian, tetapi sampai saat ini hasil yang didapat
belum memuaskan baik dari sensitifitas maupun spesifitiasnya. Pemeriksaan
SDS-PAGE diawali dengan membuat subkultur Candida albicans yang
ditanam pada media yeast-extract-peptone- dextrose/YEPD. Media ini terdiri
dari dekstrosa sebagai bahan utama dan menyediakan karbon, nitrogen,
mineral, vitamin sebagai nutrisi untuk pertumbuhan jamur. Hasil biakan
disentrifugasi kemudian dilakukan pemeriksaan fraksinasi sel dengan SDS-
PAGE. Pembacaan hasil dilakukan dengan pengukuran, dan melihat profil
polypeptide band dengan menggunakan seperti pada Gambar 9.
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai